Kiki masih tak mengerti jalan pikiran Mama dan Papanya. Bagaimana bisa kuliahnya belum selesai bahkan baru saja dimulai, tapi Kiki sudah diminta menikah dengan Reza seniornya di Kampus, anak dari sahabat Mama. Padahal Mama Papa tahu Kiki berniat jika S1 nya selesai akan dilanjutkan ke jenjang S2 bahkan sampai S3. Kiki memang bukan anak pintar ataupun jenius, tapi Kiki punya kemauan.
"Kenapa harus dijodohkan, Ma?" protes Kiki dimeja makan. Kiki melirik Papa meminta suaka, tapi Papa tampak acuh.
"Reza anak yang baik, Ki. Reza pintar dan punya usaha sendiri , ganteng, ibadahnya juga rajin, sayang sama keluarga. Mau mencari yang bagaimana lagi, Nak?" Mama sibuk mempromosikan Reza dihadapan Kiki. Kiki tak menyanggah apa yang Mama katakan. Memang benar semua itu, tapi Kiki ingin konsentrasi kuliah dulu tanpa pacar-pacaran, apalagi menikah. Dan Reza juga masih sibuk menyelesaikan skripsi, dia juga aktif mengembangkan usaha yang dia bangun bersama 3 orang sahabatnya, Erwin, Andi dan Mario. Reza membuka usaha restauran yang dimulai dari cafe kecil dari 2 tahun lalu hingga saat ini usahanya sedang berkembang dan sekarang mereka sudah mempunyai 4 cabang di kota tersebut. Reza dan Kiki berkenalan saat reuni sekolah Mama setahun yang lalu, disalah satu Restaurant milik Reza dan sahabatnya. Saat itu Kiki dipaksa ikut menemani Mama padahal dia harus belanja perlengkapan ospeknya dan pada akhirnya atas arahan Tante Nina mamanya, Reza mengantar Kiki berbelanja dan menyiapkan keperluan Ospek yang dibutuhkan. Reza sosok yang tak banyak bicara tetapi bukan yang pendiam juga. Dia hanya bicara jika perlu dan jika mau. Kiki tak bisa bayangkan jika dia harus menjadi istri Reza , sementara Kiki juga tipe anak yang baru bisa mencair jika ada yang memulai.
"Nanti Kuliah Kiki bagaimana, Ma? " sungut Kiki.
"Nanti malam kita bicarakan. Tante Nina, Om Dwi dan Reza nanti malam akan datang kesini dan kamu bersiaplah." sahut mama tak ingin dibantah. Kiki menghela nafas, jika Mama punya keinginan, tak perlu pakai tarik urat dan tak pakai tarik otot. Semua dibawa santai tapi tetap mengikuti aturan Mama.
Dikamarnya sambil rebahan guling kekiri dan guling kekanan Kiki terus berfikir. Telpon Reza apa tidak ya? batinnya. Pada akhirnya Kiki menelpon Reza
"Halo kenapa, Ki?" sahut suara diseberang.
"kak eja!!! kamu setuju kita akan dijodohkan? bagaimana dengan pacarmu?" tanya Kiki tanpa basa basi. Meski jarang berbicara dengan Reza tapi Kiki sering bertemu Reza yang selalu terlihat berdua dengan sheila. Kiki berfikiran Sheila pacar Reza.
"Kenapa harus menolak? kamu juga Ngga jelek jelek amat." sahut Reza yang pasti membuat Kiki emosi yang tak tersalurkan. Memang sheila cantik dan tinggi, sangat serasi dengan Reza. Berbeda dengan Kiki yang kecil, mungil tampak imut dengan mata yang selalu berbinar binar.
Kiki menutup telepon, kesal tapi tak berdaya. Rencananya Kiki mau mengajak Reza bekerja sama untuk menolak perjodohan ini tapi sepertinya Reza anak yang penurut. Bagaimana nasib sheila nanti , duh Kiki malah memikirkan Sheila. Kiki tak pusing soal pacarnya karena memang tak punya lagipula Mama dari dulu sudah wanti-wanti agar Kiki tidak berpacaran. Hal itu membuat Kiki selalu menutup diri bila ada pria yang mendekatinya. Dari pada repot urusan sama Mama kalau sudah mengamuk. Papa selalu satu suara dengan Mama. Kiki tidak tahu harus mengadu pada siapa. Kak Wina sudah pasti akan mendukung Mama karena kak Wina pun dijodohkan dengan suaminya. Hanya saja Kak Wina mencintai Mas Herman. Sementara Kiki belum tahu perasaannya terhadap Reza. Karena selama ini mereka hanya berbicara seperlunya jika bertemu. terkadang hanya say helo sambil lewat saja.
Pukul 7 malam lewat sedikit Reza dan orang tuanya sudah tiba di rumah Kiki ada tambahan satu orang lagi yang Kiki belum kenal, pria tampan berkacamata. Suara mama memecahkan lamunan Kiki
"ki kenalin nih Kenan adiknya Reza." Suara mama memecahkan lamunan Kiki, mereka pun berjabat tangan.
"Halo kakak ipar." Kenan menyapa kiki dengan senyum menggoda. Kiki hanya tersenyum malas menanggapi ucapan Kenan
"senyumnya ngga ikhlas ya bang." kenan mencolek Reza
"Jangan menggodanya." jawab Reza acuh
"Ki, kamu cantik sekali." tante Wina mencubit pipi Kiki gemas. Kiki cuma bisa mengerjapkan mata. Sementara Mama, Papa dan Om Dwi tertawa melihat ekspresi kiki yang tampak lucu. Mereka pun berkumpul dimeja makan.
"Bagaimana, Ki. Siap menjadi menantu Om bulan depan?" tanya Om Dwi setelah acara makan malam. Kiki hanya diam menatap Mama, Papa dan Reza bergantian. Reza tampak santai tanpa ekspresi. "Dia hanya bingung memikirkan kuliahnya." sahut mama seakan kiki setuju dengan perjodohan itu.
"kuliah tetap berjalan sayang. Kamu jangan khawatir." Tante Nina menimpali.
"Ya sudah kita tentukan saja tanggalnya 1 minggu sebelum kamu wisuda saja ya, Ja. Nanti saat kamu wisuda, kamu sudah didampingi istrimu" Tante Nina tampak bersemangat. Om dwi, Mama Ririn dan Papa Ryan pun mengangguk setuju.
Kenapa Reza tidak berkomentar atau menolak? sungguh Kiki bingung dibuatnya. Bagaimana nasib pacarnya? Kemarin saja Kiki masih melihat Reza berdua sheila dikampus. Tapi kiki tak membahasnya didepan kedua orang tua mereka. Kiki sibuk dengan pikirannya sementara kedua orang tua mereka sibuk berembuk mengenai acara pernikahan.
Kiki berjalan ketaman belakang, sepertinya ia merasa butuh udara segar. Rasanya seperti tak menginjak tanah, badan Kiki mengambang, ia mengikuti saja alur perjodohan ini. Kiki berserah pada Allah. Jika memang Allah ijinkan pasti dimudahkan, jika tidak pasti ada jalan untuk tak jadi menikah.
Saat tiba ditaman belakang, rupanya Kenan dan Reza sudah duluan ada disana. Terlalu larut dalam lamunan membuat Kiki tak sadar kalau Reza dan Kenan sudah beranjak dari meja makan.
"Sini Ki." Reza mengajak Kiki bergabung dengannya, Kiki menghampiri dengan perasaan canggung.
"Kakak ipar mau bicara berdua dengan Bang Eja saja kah?" Kenan kembali menggoda Kiki, dibalas sentilan Reza kejidat Kenan, mereka tertawa bersama.
"Kak Eja kenapa kamu tidak menolak. Sheila bagaimana?" Kiki langsung to the point tanpa menghiraukan Kenan
"Sheila urusan kenan." jawab Reza tersenyum , Kenan pun mengangguk sambil menepuk dada meyakinkan.
"Maksudnya apa?" tanya Kiki malas.
"Kakak ipar, kamu cemburu melihat Bang Eja selalu berduaan dengan Sheila?" tanya kenan sok polos
"Apa maksudmu, Kenan," Kiki tampak resah, namun tak menyangkal.
"Ya sudah Bang, Mulai besok kamu berduaan kiki saja dikampusnya." Goda kenan lagi
"Aku cuma tak mau ribet nantinya perkara mantan pacar." Kiki menyampaikan kekhawatirannya
"Perkara hati bagaimana, Ki?" tanya Reza cepat, ia ingin tahu perasaan Kiki padanya.
"Kalian bahas saat berdua saja ya, jangan ada aku." Kenan buru-buru memotong. Reza mendengus kesal karena belum mendapat jawaban dari Kiki sudah dipotong Kenan.
Reza Suryaputra biasa dipanggil Reza atau Eja tampak sibuk diruang kerjanya. Mahasiswa semester akhir yang tengah merintis usaha bersama ketiga sahabatnya Erwin, Andi dan Mario begitu membanggakan. Warung tendanya kini sudah beralih menjadi Restauran yang mereka namakan "Warung Elite". Tentu saja ini suatu prestasi yang membuat Nina sang Mama bangga lalu mengundang sahabat SMPnya untuk reuni di Restaurant milik Reza dan sahabatnya.
"Jaaa, ayo kenalan dulu sama teman Mama." terdengar suara Mama via telepon.
"Iya ma." Reza segera beranjak dari ruang kerjanya menuju tempat Mama berkumpul
Suasana meriah terlihat di salah satu ruangan VIP, ada yang bernyanyi dan ada yang berjoget, ada juga yang hanya menikmati musik sambil bergoyang, hanya mengetuk meja dengan jari-jari. Mata Reza berkeliling mencari Mama Nina yang tampak sedang ngobrol dengan temannya, disebelahnya ada juga seorang gadis yang tampak cemberut sesekali melihat jam tangannya.
"Maaa.... bagaimana, aku belum belanja keperluan ospek besok. huhu.. beli korek api cap tiga gajah dimana lagi." Kiki merengek resah karena acara reuni SMP mama tak kunjung usai.
Sore ini Kiki terpaksa mengantar Mama reuni karena Mobil mama sedang dibengkel. Awalnya Mama bilang hanya didrop saja, setelah itu Kiki lanjut belanja, kemudian baru jemput Mama lagi. Tapi setiba di lokasi Mama meminta Kiki turun menemani. Kiki pun pasrah dan sekarang bercampur panik.
Mama hanya tersenyum seraya melirik Tante Nina sahabatnya.
"Jaa, kenalkan ini Tante Ririn sahabat mama dan ini Kiki anak tante Ririn." Nina mengenalkan Reza kepada Ririn dan Kiki. setelah bersalaman lalu umbar senyum, Nina yang penuh ide ini menggandeng Kiki.
"Diantar Reza saja ya Ki, nanti Mama pulangnya sama tante Nina. kamu langsung pulang saja kalau sudah selesai. bisa kan Ja, temani Kiki?" sahut tante Nina sambil meminta persetujuan Reza. Reza mengangguk, meskipun pekerjaannya belum selesai Reza tak pernah kuasa menolak permintaan Mamanya.
"Yuuuk ..." Setelah berpamitan pada Mama dan Tante Ririn, Reza mengajak Kiki menuju ke ruang kerjanya
"Aih mau cari dimana anak ganteng, penurut, pintar cari duit lagi." Ririn berbisik ke Nina dan merekapun tertawa bersama. Entah apa rencana sahabat karib ini.
Kiki mengikuti Reza ke ruang kerjanya, dipikirnya Reza mau mengambil sesuatu tapi ternyata,
"Kamu mau belanja apa? duduk dulu deh." Reza melanjutkan pekerjaannya yang tinggal sedikit.
"Keperluan ospek besok." sahut Kiki sambil mengeluarkan buku kecil catatannya melihat apa saja yang sudah dan yang belum dibelinya.
Reza tersenyum melihat gadis mungil didepannya. Mulutnya tampak komat kamit. Sesekali membenarkan poni yg menutupi mata. Celana Overall putih membuatnya terlihat semakin menggemaskan.
"Kak, kalau kakak sibuk aku belanja diantar supir saja." suara Kiki membuat Reza salah tingkah ketahuan sedang terpaku menatap gadis yang berdiri dihadapannya. Kiki sebenarnya risih harus belanja ditemani Reza. Apalagi mereka juga baru kenal
"Mana catatannya?" tanpa menjawab Reza menarik buku yang dipegang Kiki. Lalu tersenyum penuh arti. "Besok kita juga ketemu dikampus." sambungnya lagi. Kiki terbengong tak mengerti tapi malas bertanya lebih lanjut.
"Ayo ku antar pulang saja, kamu pasti bosan disana. Tak usah belanja." Reza mengambil kunci mobil dan keluar ruangan diikutin Kiki.
"Kenapa tak usah belanja? nanti aku habis dikerjai senior karena tak membawa perlengkapan." Kiki tampak gusar sambil mempercepat langkahnya mengejar Reza supaya bisa beriringan.
"Rumah kamu dimana?" Reza mengabaikan pertanyaan Kiki dan balik bertanya, kemudian memasang safetybeltnya, segera menstater Honda *** miliknya.
"Tapi aku harus mencari korek api dulu kak." suara Kiki terdengar seperti ingin menangis.
"Cengeng!!! hanya korek api kan? besok aku bawakan. Aku senior kamu besok, kamu tenanglah. Ingat besok jangan sampai telat." Reza fokus memandang kedepan, sesekali melirik Kiki . Kiki mengangguk tanpa melihat kesamping kanannya. Besok jam 7 pagi Kiki sudah harus dikampus, berarti jam 6 pagi berangkat dari rumah. Ia melamun sambil memandang lurus kedepan seperti memakai kacamata kuda.
"Belok kiri." Kiki mengarahkan Reza bak navigator dan Reza pun mengikuti. Terus saja begitu tanpa ada pembicaraan lain sampai mobil berhenti didepan rumah bertingkat bergaya American Style bertingkat dua.
"Kakak mau mampir?" tanya Kiki basa basi.
"Aku tunggu mamaku dimobil saja. kamu masuklah." jawab Reza tersenyum tipis.
"Wah bisa dimarahi Mama aku, kalau dia tahu Kakak menunggu dimobil. Masuklah ke dalam, Kak." Kiki bisa membayangkan akan seberisik apa kalau nanti Mama melihat Reza menunggu dimobil. Sudah mengomel didepan Reza pasti akan bersambung saat Papa pulang kantor bahkan berlanjut saat acara kumpul keluarga. Pasti itu lagi yang akan dibahas. Begitulah Mama Ririn kesayangan Kiki.
"Ayo kak!!!" bujuk Kiki tegas
Rezapun mematikan kendaraannya mengikuti Kiki menuju ruang tamu. Rumah tampak sepi tak berpenghuni. Hanya ada pembantu dan tukang kebun. Papa masih dikantor. Wina kakaknya setelah menikah langsung pindah ikut suami ke singapura.
"Minum kak." Kiki mengambil air mineral dari dalam dus dan meletakkannya di meja tamu.
"Terima kasih." meski tak haus Reza mengambil botol itu dan meminumnya perlahan tiga teguk lalu tiga teguk lagi perlahan sesuai sunah Nabi.
"Berapa orang teman kamu yang masuk jurusan ekonomi, Ki?" suasana hening beberapa saat terpecah dengan pertanyaan Reza. Kiki hanya menggeleng mengangkat bahu.
"Aku belum tahu." jawabnya santai.
Kiki memang tak tahu karena selama SMA, Kiki hanya berteman dengan Cindy. Awalnya Kiki ingin Kuliah bareng Cindy tapi Mama tak mengijinkan Kiki untuk Kuliah di Luar Negeri. Cindy melanjutkan Kuliahnya di Malaysia yang memang Ayah dan Ibu cindy sudah lama bertugas disana.
Jangan Heran kalau Kiki cuma punya satu orang teman, awalnya Kiki mempunyai empat orang teman. Mereka berlima yang kemana-mana selalu bersama. Walaupun tak pernah akur , selalu ada bahan yang bikin mereka ribut karena Rina anak yang gampang tersinggung. Vivi yang cuek semau gue cocok dengan Pipit yang slengean. Pikiran Kiki berkelana mengingat Rina, Vivi, Pipit dan Cindy. membayangkan betapa berisiknya mereka dulu. Akhirnya menjauh karena terpisah dikelas dua. Kini malah tak pernah menyapa satu sama lain. kecuali Kiki dan Cindy yang terus sekelas dari kelas satu sampai lulus. Bahkan duduk sebangku tanpa bosan. Begitulah masa SMA yang menurut Kiki tak ada seru-serunya. Berbeda sama orang-orang yang begitu terkesan dengan masa SMA mereka.
"Eh melamun.." Reza membuyarkan lamunan Kiki. Membuat Kiki tersenyum malu.
Duh manis sekali senyumnya bikin Reza meleleh, hehe.
Tak lama Mama Nina dan Tante Ririn pun datang.
"Ja, terima kasih ya sudah temani Kiki." Mama Ririn menepuk pundak Reza lembut.
"Sama-sama Tante." jawab Reza sopan dan Nina pun langsung berpamitan pulang setelah sedikit menggoda Reza dan Kiki.
"Sudah dikenalkan selanjutnya bisa usaha sendiri ya, Jaa?" Kode tante Ririn sambil dibalas cekikikan Mama Nina. Reza menanggapi santai senyum senyum memandang Kiki, sementara Kiki salah tingkah.
"Kalau tidak bisa, kita kawal, Rin, tenang." balas mama Nina.
Mama apa sih, kiki mendengus kesal. Dulu selalu pesan Kiki jangan pacaran, jangan dekat-dekat cowok sekarang malah disodor-sodori. Walau kesal Kiki tetap menemani mama mengantar Tante Nina dan Reza sampai mobil mereka hilang dari pandangan mata.
"Bagaimana?" tanya Nina pada Reza dalam perjalanan pulang dari rumah Ririn.
"Bagaimana apa?" jawab Reza bingung
"Kamu suka?" pancing Nina lagi
"Kiki? baru juga kenal Ma, ngobrol cuma sebentar. Belum tahulah. Eh tapi Ma, Kiki ternyata junior aku dikampus." sahut Reza, matanya berbinar-binar membayangkan besok akan ketemu Kiki lagi.
"Memang." jawab mama sambil senyum simpul. Reza menoleh ke Mama tanpa bertanya tapi penasaran. Keningnya sedikit berkerut.
"Memang sudah diatur, Ja. Supaya Kiki satu kampus sama kamu. Supaya kamu bisa menjaga dan mengenal lebih dekat calon istrimu."
Reza melotot mendengar jawaban Mama. Sepertinya Reza mencium aroma perjodohan yang sudah diatur Mama dan Tante Ririn.
"Cantik kan? bibit bebet bobotnya juga sudah jelas." sambung Nina lagi.
"Kesan pertama, not bad ma, aku juga tertarik sih." Reza cengar-cengir senang mendengar Kiki adalah calon istrinya. Rupanya rencana perjodohan ini sudah direncanakan dari mereka kecil. Hanya saja Mama dan Papa tidak pernah membahas. Untungnya Reza tak punya pacar.
Tiba-tiba Reza teringat Sheila tetangga dan teman kecilnya, yang selalu menempel kemanapun Reza pergi. Sehingga teman-teman dikampus mengira Sheila pacar Reza, kecuali ketiga sahabatnya. Mereka tahu Reza hanya menganggap Sheila teman tidak lebih. Entah bagaimana perasaan Sheila, Reza tak pernah mau tahu dan tak pernah bertanya juga. Sebenarnya Sheila satu angkatan dengan Kenan adik satu-satunya, mereka dua bersaudara. Hanya saja Kenan Kuliah di Malang karena diterima di Universitas Negeri.
"Mulai jaga jarak dengan Sheila ya Ja. Mama tidak mau dia salah sangka. Tak ada persahabatan murni cowok dengan cewek, salah satunya pasti ada yang suka." Nina mengingatkan anaknya. Sebenarnya dari awal Nina khawatir melihat kedekatan Reza dengan Sheila.
"Kamu tidak jatuh cinta sama sheila kan Ja?" Nina memastikan lagi
"Jangan khawatir, Ma. Kan aku sudah sering bilang aku anggap dia hanya teman." Reza meyakinkan mama tersayang.
Nina menarik nafas sedikit lega. Masih ada rasa khawatirnya. Sheila anak yang baik, tapi Nina sudah merencanakan perjodohan Reza dengan Kiki dari mereka kecil. Bukan perjodohan bisnis. Tapi persahabatan yang sudah seperti saudara. Bahkan saat pisah Kotapun mereka tetap berkomunikasi. Suami mereka juga mendukung perjodohan ini.
Obrolan yang mengalir menjadi tak terasa dijalan karena sekarang mereka sudah sampai dirumah. Tampak pria paruh baya sedang duduk di teras sambil membaca koran.
"Duh suami ditinggal sendiri, istri senang-senang sama temannya." oceh Dwi pura-pura ngambek.
"iih Papa tadi diajak tidak mau." sungut Nina. Awalnya Dwi memang mau ikut, tapi karena suami Ririn ke luar kota, Dwi pun malas.
"Sudah ketemu Kiki nih?" sepertinya Mama sudah laporan duluan ke Papa. Sekarang Papa menggoda Reza. Reza memonyongkan bibirnya malas menjawab. Sudah tau pasti Papa kepo mau dengar komentar Reza.
"Aman Pa, suka kok dia." sahut Nina
"Ih mama sotoy deh. Kan aku cuma bilang tertarik." Reza menggoda Mamanya.
"Yaah kalau tertarik berarti setuju. Kalau tidak mau mama jodohkan sama Kenan saja." Jawab Nina sekenanya.
"Ya janganlah ma. Mama belum kenalkan dengan Kenan, kan?" Reza mulai panik.
Bagaimana tak khawatir, selain gantengnya 11-12, Kenan adiknya paling ahli memikat wanita. Gampang sekali akrab dengan orang yang baru dikenalnya. Mungkin karena supel dan suka humor jadi suasana selalu hangat dan ramai kalau ada Kenan.
"Segitu paniknya." goda Dwi lagi
"Ya kalau kenan sudah suka pasti aku mengalah lah, Kenan sama Sheila saja. Aku tak suka bersaing sama saudara." kening Reza berkerut. Mama dan Papa pun tersenyum melihat reaksi putra sulungnya.
Reza menghela nafas. Jangan sampai kejadian Sheila terulang. Sebenarnya waktu SMP Reza dan Kenan naksir Sheila. Cinta monyet sih tapi karena Kenan lebih supel dia lebih mudah akrab dengan Sheila. Entah mereka pacaran atau tidak. Akhirnya Reza pun mundur. Kedekatan Reza dengan Sheila sekarang juga atas permintaan Kenan untuk menjaga Sheila selama dia Kuliah di Malang. Biar tak ada Cowok yang dekati Sheila, dasar Kenan. Reza tersenyum mengingat tingkah adiknya.
Tidak seperti Nina dan Dwi, Ririn tidak membahas, menanyakan tanggapan Kiki mengenai Reza. Berbeda dengan Nina yang bisa ngobrol ngalur ngidul dengan anak-anaknya, menghadapi Kiki tak bisa begitu. Kalau terlalu frontal Kiki bisa menciut, bisa gagal acara perjodohan. Tugas Reza lah yang mendekati Kiki dikampus. Ririn dan suaminya sudah mengatur serapi mungkin supaya Kiki bisa berdekatan dengan Reza. Salah satu cara ya seperti tadi seakan tak sengaja berkenalan dan diantar pulang. Anak bontotnya ini bukan kutu buku tapi cenderung introvert. Tadi Ririn sudah bilang pada Nina supaya mengarahkan Reza.
"Urusan ospek kamu sudah beres Ki? tanya Ririn saat makan malam.
"Tinggal korek. Katanya Kak Eja mau bawakan besok, ingati Kak Eja ma." pinta Kiki
"Kamu chatlah Reza, tanya." Ririn sok cool
"Aku tak tahu nomor handphonenya. Lagi pula mana enak aku ma." Jawab Kiki sungkan. Begitulah Kiki, padahal anak-anak sekarang banyak sekali yang agresif. Tapi Ririn bersyukur putri bungsunya berbeda dengan anak sekarang yang cenderung kebabalasan.
"Ya sudah Mama chat Tante Nina." Ririn sibuk mengetik. Entah apa yang ditulisnya. Tak lama Handphone Kikipun berdering. Tampak nomor yang tak dikenal.
Sambil mengerutkan keningnya Kiki memencet tombol hijau meletakannya Handphone ditelinga kirinya tanpa bersuara.
"Halo Kiki...???" tanya suara pria diseberang.
"Iya siapa nih?" tanya Kiki lagi. Selama ini cowok yang menghubungi Kiki cuma Papa dan mas Herman kakak iparnya. Tapi itu bukan suara mereka.
"Reza. Kata mama ada yang mau ditanya?" sahut Reza langsung tanpa basa-basi
Ah cepat sekali pergerakan Mama dan Tante Nina. Tak pakai lama Reza langsung punya nomor handphone Kiki. "Oh iya kak, aku mau tanya korek api." jawab Kiki
"Sudah di tasku tenanglah, besok pagi langsung temui aku ya." Reza senang karena tak perlu cari alasan untuk mendekati Kiki.
"Ok kak makasih ya." Kiki langsung menutup telepon.
Ah Reza memandang layar Hp dengan kesal. Kaku sekali ya, tidak bertanya tadi macet atau tanya apa lah. Hihi semangat ya Reza!!! sepertinya Reza harus cari cara untuk mendekati Kiki karena Responnya yang minimize. Tak seperti kebanyakan teman wanitanya dikampus yang tak pernah kehabisan bahan bicara. Lain sekali Kiki sama Sheila, Sheila yang selalu ada bahan untuk dibahas saat bersama Reza. Mungkin karena mereka sudah kenal lama, sedangkan Kiki, baru tadi dia kenal. Baiklah, Reza mulai memikirkan bagaimana caranya supaya besok Kiki tak bisa jauh-jauh dari Reza. Seperti pesan Mama, Reza harus menjaga dan mendekati Kiki. kebetulan Reza juga tertarik dengan Kiki yang terlihat beda dari yang lain. Harus! harus nurut sama orangtua, menjaganKiki. Hihi Reza senyum-senyum sendiri. Baru kali ini ada yang dijodohkan tapi tampak bahagia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!