Seorang gadis kecil terus berlari tanpa tujuan dibawah derasnya rintik hujan. Air mata yang menetes membaur bersama air hujan yang membasahi tubuh kecilnya.
Ia menangis terisak, namun hujan membantunya menyamarkan tangisannnya. Ia tidak punya tujuan, namun berjalan dibawah hujan membuat segala sesak di dada dan panas di hati menjadi berangsur hilang dan menyejukkan.
Langkahnya terhenti di tengah jembatan besar di atas sungai Han. Ia masih kecil, namun beban yang ia pikul terlalu berat untuk anak seusiannya. Hal yang tak seharusnya anak seusiannya tidak lihat, namun ia melihat segalanya.
Pandangan gadis itu kosong, bahkan tanpa sadar ia telah sampai diatas sebuah sungai yang luas dan pastinya amat dalam. Untungnya petir yang berbunyi amat keras menyadarkan lamunannya. Ia menghapus air mata yang membuat matanya berkaca-kaca.
"Ahh.. ahh.. " terdengar suara anak laki-laki kesakitan ditengah derasnya hujan.
Gadis kecil tersebut menoleh dan mencari sumber suara. Kedua matanya tertuju pada tiga anak laki-laki yang lebih tua darinya berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
Dua orang anak memukul satu anak lainnya yang sendirian. "Sakit Leo, berhenti Ahhhh... sebenarnya apa salahku padamu" kata anak yang dipukuli tersebut.
Gadis itu bisa melihat darah di beberapa bagian tubuhnya yang membaur bersama air hujan yang membasahi tubuhnya.
"Salah mu? Hahaha..Pukul dia lagi" kata seorang anak pada satu anak lainnya. Sepertinya yang mengatakan itu adalah bosnya.
Dia kembali dipukul dan ditendang, ia hanya bisa berusaha menahan sakit.
Anak yang menjadi bosnya lalu jongkok di depan anak itu, "Jika bukan karena kau maka aku tidak akan mendapatkan peringatan dari sekolah" ujarnya sambil menarik kerah anak itu.
"Ttttapi bukan kah memang kau yang salah telah menggangguku. Kau yang merisakku duluan" jawabnya ketakutan.
"Makanya sudah aku katakan sejak awal posisi siswa terbaik hanya untukku bukan pria culun sepertimu. Karena keberadaanmu aku tidak bisa mendapatkan gadis itu" katanya.
Mereka kembali memukuli anak itu dan mendorongnya. Anak itu menggantung dipinggir jembatan yang tinggi nan mengerikan.
"Ayo kita pergi sebelum ada yang melihat kita" kata mereka meninggalkan anak itu masih bertahan menggantung.
"Tolong... tolongg" teriak nya dari sana.
Gadis kecil itu segera berlari mendapati anak yang menggantung di tepi jembatan. Ia sedang bertahan memegang erat pagar jembatan seraya memanggil orang yang kerap dipanggil mommy.
Gadis kecil itu segera berlari menghampiri anak laki-laki yang menggantung tersebut.
"Kak, pegang tanganku yang kuat" ujar gadis itu sambil menawarkan tangannya.
Anak itu berusaha menggapai tangan kecil gadis tersebut, walaupun gadis itu lebih kecil darinya namun yang terpenting ia harus selamat.
Gadis itu mengeluarkan seluruh tenaga yang ia miliki untuk menariknya ke atas. Untungnya Tuhan masih memperbolehkan anak itu selamat, jadi pertolongan tersebut tak sia-sia. Anak itu terangkat dengan susah payah dan mereka terjatuh ke lantai jembatan bersamaan.
Mereka saling berpelukan di derasnya hujan dan tanpa sengaja anak itu mencium pipi gadis itu.
"Ohh maaf hiksss" kata anak itu segera bangkit. Ia memperbaiki pakaiannya karena terlalu berantakan dan menghapus air matanya.
Keduanya merasa canggung, "baiklah saya pergi dulu, jangan menangis lagi. Kakak jelek saat menangis" ujar gadis itu.
Dia mengambil kaca mata anak tersebut kemudia memberikannya, "Ini kacamata kakak" dan langsung berlari meninggalkan anak itu.
Anak itu langsung berhenti menangis karena dikatai jelek.
Ia ingin berterima kasih karena telah menolong namun baru saja ingin menatap ke arah sang penolong, ia malah melihat orang itu telah berlari cukup jauh.
"Tapi aku belum mengatakan terima kasih" ujarnya pada dinginnya hujan yang menemaninya sendirian.
Anak itu hendak pergi dan ia menginjak sesuatu. Ia mengambil benda tersebut dari bawah kaki, dan menemukan sebuah liontin yang cantik.
"Aku pasti akan menemukan mu dan mengatakan terima kasih" ujarnya bersumpah pada dirinya sendiri.
Ia menyimpan liontin tersebut ke dalam kanton gnya lalu pergi meninggalkan jembatan tersebut ke arah yang berlawanan dengan gadis itu pergi.
Gadis kecil itu kembali ke rumah pastinya masih dengan hati sedih. Bagaimanapun masih ada orang yang lebih terluka darinya hingga ia mengakhiri hidup seperti anak laki-laki yang ia bantu tadi.
Gadis itu harus bisa bertahan dengan kondisi yang ia rasakan. Ia harus percaya bahwa suatu saat nanti ia akan menemukan seorang pangeran penolong hidupnya.
"Dari mana saja kau? Hah?" ujar seorang wanita dewasa cantik dan sexy sedang berdiri menyandarkan punggung di sisi pintu.
Gadis itu menunduk tak menjawab, ia gemetar ketika mendapati sorot mata intens yang menyaramkannya.
Wanita itu kemudian menarik dengan keras rambut basah gadis kecil itu, "Jika aku bertanya jawab bodoh!!" ujar wanita itu kesal.
Gadis itu menahan sakit pada kepalanya, "Ah. ah. maaf ma, aku tttadi tttadddii keluar sebentar" jawabnya ketakutan.
Wanita itu semakin menguatkan tarikannya di rambut basah tersebut "Oh jadi kau mau kabur, kau fikir kau bisa kabur gadis menjijikkan?!!" katanya dan mendorong gadis itu hingga terjatuh.
Ia meninggalkan anak itu di teras sendirian menangis. Siku tangannya berdarah karena tergores saat membantu anak laki-laki yang lebih tua darinya tadi, akan tetapi itu bahkan tidak seperih luka hatinya.
Ia segera bangkit dan masuk ke dalam rumah mereka untuk segera membersihkan diri dan bersembunyi kembali di dalam kamar layaknya burung dalam sangkar.
Gadis kecil berusia 7 tahun namun luka perasaannya lebih dalam dari orang dewasa lainnya. Dikurung setiap hari kecuali pergi ke sekolah dan tak punya teman begitu menyakitkan. Bahkan ia harus menerima aniaya berupa perilaku bully dari anak-anak lainnya.
Di kamar, gadis itu duduk bersandar ke sisi kasur. "Apakah kakak itu kembali dengan selamat?" tanyanya pada keheningan yang membalut ruangan.
Ting.. ting.. ting..
Bunyi alarm jam makan malam bergeming dari jam bakernya. Katika waktu seperti ini, maka wanita tadi biasanya akan pergi dan para pelayan akan meninggalakan rumah untuk beristirahat. Maka ini adalah kesempatannya untuk dia keluar dari kamar untuk makan.
Ia tak akan pernah mengijinkan jika ada yang datang kamarnya selain wanita itu. Para pelayan bahkan menganggap gadis itu adalah seorang gadis kecil aneh yang anti-sosial.
Namun ia bukannya tak mau, namun ia hanya tak ingin membuat para pelayan akan dihukum dan disiksa oleh wanita itu. Menderita sendiri lebih baik dari pada harus melihat orang lain ikut menderita karena kita sendiri, karena itu sangat menyakitkan.
✨✨✨
Hola Readers ku yang uwu 😘😘
Jadi novel ini akan aku buat dalam kedua sudut pandang tokoh utamanya. So enjoy ur time!!!
Maaf ya guys aku ada revisi bagian yang kurang masuk akal. Maaf karena jadi mengganggu kalian.
Karina -
Angin malam yang berhembus menusuk tubuh lemahku dari luar. Gelapnya malam seakan menyatu dengan kegelapan dalam hidupku. Aku termenung sendirian di atas balkon kamar menyaksikan bulan dan bintang yang bersinar terang.
Disaat orang sedang bersedih langit malah berbahagia dengan menampakkan berjuta bintang menghiasi langit malam. Langit ingin menghibur hati yang selalu bersedih, namun usaha sang langit tak berbuahkan hasil.
Aku mengenakan gaun tidur panjang berwarna putih yang tidak terlalu tebal. Rambut terurai begitu saja dan tanpa Siapapun yang menjadi tempatku bersandar.
Ku pandangi taman di pekarangan istana megah nan tua ini. Bunga-bunga bermekaran indah, hanya lampu taman yang setia menerangi gelapnya malam ku. Aku sama seperti bunga-bunga itu. Cantik namun tidak bebas. Kami sama-sama mekar namun saat layu akan dipotong lalu dibuang begitu saja. Hidup tidak berguna dan menderita.
"Mama, kakak kenapa kalian meninggalkan ku sendirian. Bawa aku dengan kalian ke surga" ujarku pada sang langit.
Makhluk hidup yang melihatku pasti mengira aku adalah seorang putri dari dunia dongeng. Berparas cantik dan hidup di kastil besar. Memang benar aku seperti Rapunzel. Akan tetapi dia masih bisa bercengkrama dan bersenang-senang dengan si penyihir. Sedangkan aku bahkan tidak bisa keluar dari kamar ini. Juga dia tidak pernah disiksa sepertiku yang mendapatkan kekerasan dan pukulan.
Aku tidak bisa keluar bebas dari kamar ini. Aku hanya boleh turun ke ruang makan di jam yang telah ditentukan. Hidup penuh aturan dan paksaan, tidak boleh ada orang yang mengetahui keberadaanku. Bahkan salah satu kakiku di rantai.
Tidak ada satu orangpun diluar sana yang mengenal bahkan mengingat namaku. Hidupku bahkan lebih rendah dari seekor ayam.
Setiap harinya aku hanya dikamar berdiam diri dengan bibby anjing kesayanganku. Dia sudah seperti teman, sahabat dan keluarga bagiku. Tidak ada HP, TV dan komputer. Aku sungguh ingin bebas dan pergi kemanapun yang aku mau tanpa harus disiksa setelahnya.
Bahkan nyamuk dan lalat pun mengasihani nasibku.
Aku tinggal di istana tua ini hanya dengan para pelayan dan penjaga. Wanita itu memerintahkan orang untuk mengawasi dari CCTV. Untungnya ada dua ruangan yang bebas dari kamera CCTV, salah satunya adalah kamarku.
Malam semakin dingin, aku segera masuk dan menutup pintu kaca balkon kamarku. Jika aku terkena flu atau sakit apapun maka aku akan disiksa. Lagipula aku juga butuh tenaga dan kekuatan untuk bertahan hidup dalam hidup yang menyedihkan ini.
Untungnya wanita itu sudah tidak pernah lagi datang menemui ku. Aku tidak pernah lagi mendapat kekerasan darinya.
Cahaya matahari masuk dari kaca pintu balkon. Silaunya cahaya siang membangunkan ku seperti biasanya.
Brukkk...
Aku mengintip dari celah pintu memeriksa keadaan ribut di luar kamar. aku melihat begitu banyak pelayan yang sibuk merapikan seisi rumah.
"Ada apa ini bibby? Mengapa mereka sangat sibuk? Apakah wanita itu akan datang bersama seorang tamu besar? Tapi dia tidak pernah membawa seorangpun kemari" ujarku pada bibby.
Gukk Gukk Gukk..
Bibby menggonggong menjawab pertanyaan dariku.
"Entah lah bibby. Lagi pula tidak ada untungnya denganku. Malah aku yang dirugikan karena tidak akan memiliki jatah makan seharian ini" ujarku lagi.
Aku segera mandi dan mengganti pakaian. Dari seisi lemari besar, semuanya hanya gaun tidur. Aku juga ingin memakai gaun mewah, celana jeans, T-shirt, dan rok seperti para gadis lainnya.
Usiaku sudah 20 tahun, aku sudah bisa merasakan bagaimana rasanya menikmati makan daging ayam dan soju. Aku juga penasaran bagaimana rasanya berkencan.
Hari hari ku berlalu begitu cepat. Saat ini sudah malam dan aku telah selesai mandi dan membersihkan diri. Aku menggendong bibby di pelukanku sambil berdiri menatap langit malam seperti biasanya.
Citttttt...
Aku melihat ke arah suara rem mobil yang berdecit di halaman parkir. Sebuah mobil sedan hitam terparkir disana. Wanita itu sudah menunggu di ruang tamu, artinya itu adalah tamu yang ditunggu-tunggu.
Pintu mobil sedan terbuka, seorang pria berjas hitam keluar dari dalam. Wow..Pria itu begitu tampan dan keren. Aku sudah sering melihat pria tampan di majalah dan surat kabar curian ku dari ruang tamu. Tapi belum pernah ku lihat yang setempan dia.
Kulit putih, tinggi, kaki jenjang, bahu lebar dan tegap, rambut tebal dan mata yang cantik, serta bentuk wajah yang menawan. Tapi tunggu dulu.
Sepertinya aku kenal mata itu. Tapi dimana ya? Hei Karina kau bahkan tidak pernah keluar dari bangunan tua ini, bagaimana bisa kau mengenalnya.
Gukk.. Gukk.. Gukk...
"Heii bibby Ssttt jangan berisik" ujarku pada bibby yang mengonggongi pria itu.
Mampus aku, dia sadar. Pria itu menghentikan langkahnya dan menatap ke arah kami. Aku segera membawa bibby masuk. Aku berlari semampuku dan menutup pintu. Rantai kaki ku berat, sehingga sulit berlari dan akan sangat menyakitkan.
"Bibby kenapa kau berisik, bagaimana jika wanita itu mendengarnya" ujarku pada bibby. Semoga saja pria itu tidak membahas tentang kejadian ini, atau aku harus dihukum lagi.
Aku membuka sedikit pintu dan mengintip pembicaraan mereka. "Bibby apa yang mereka bicarakan? mengapa ia membawa tamu ke sini" bisikku pada anjing cantik kesayanganku.
Aku bisa melihat pria itu duduk dengan santainya mengangkat salah satu kakinya dan bersandar. Pria itu sangat tampan. Sepertinya dia sudah cukup dewasa. Ia jauh lebih tua dari ku.
"Aku ingin menggunakan pasukan khususmu untuk menjagaku selama pencalonanku sebagai ketua dewan hingga aku dinobatkan" ujar wanita itu serius.
"Bagaimana aku bisa mempercayakan nyawa pasukan khususku untuk melindungi wanita mengerikan sepertimu. Apa kau pikir aku tidak tahu bagaimana kau?" jawabnya merendahkan wanita itu. .
Apa ini? Ketua dewan? Tidak! Tidak boleh!
Jika wanita iblis sepertinya menjadi ketua dewan maka akan semakin banyak orang yang menderita seperti ku. Tidak, aku harus segera menghentikan ini.
Aku berlari sekuat tenagaku menghampiri mereka. "Tidakkkk!!! jangan!!" teriakku.
"Kalian apa yang kalian lakukan. Bawa dia masuk!!" perintah wanita itu pada para penjaga. Mereka menarikku kembali ke kamar, aku harus mengeluarkan seluruh tenagaku.
"Jangan mau paman. Wanita ini adalah iblis. Jangan mau diperdayanya"
teriakku.
"Tidak jangan dengarkan dia. Dia adalah gadis gila yang mengerikan" kata wanita itu membela diri.
Aku berusaha melepaskan diri dari para penjaga. "Aku mohon paman. Jangan bodoh. Jika kau menerima tawaran iblis ini, maka akan banyak orang yang menderita, dan kau akan menyesalinya" teriakku kembali.
"JANGAN MAU!! LEPASKAN AKU BODOH" teriakku lagi. Akan tetapi seseorang menarik tuas rantai ini. Aku tergopoh ditarik kembali ke atas.
Brukkk..
Aku terjatuh ke lantai dan tertarik ke kamar.
Guk. Guk. Guk.
Bibby menggonggong marah saat melihat aku diperlakukan kasar begini. Dia menggigit salah satu penjaga itu.
Mereka mengunciku lagi di kamar. Aku berusaha menghentikan wanita itu walaupun tahu aku akan disiksa habis-habisan. Semoga pria itu mendengarkan perkataanku.
Aku kembali mengintip namun dari celah-celah pintu tua kamar ku.
"Ayolah Steven, aku akan membayarmu sebesar yang kau mau. Atau aku juga akan memberikan apapun yang kau mau" kata wanita itu memohon.
Pria itu tak bergeming sejenak. Pikirannya entah melayang-layang kemana. "Aku mohon jangan terima" ujarku entah pada siapa.
"Baiklah aku akan menerima tawaran ini. Namun kau harus membayar mahal serta dengan satu syarat" jawab pria itu.
Wanita itu begitu girang mendapatkan persetujuan pria tersebut. "Baiklah aku akan langsung mentransfer uangnya. Lalu apa persyaratannya?" tanya wanita itu.
"Astaga ternyata pria itu sama saja dengan wanita iblis ini. Mereka sama-sama tak berperasaan." ujarku pada bibby. Aku meninggalkan pintu kamar itu lalu kembali memandangi langit malam. Malam ini aku akan mendapatkan hukuman yang mengerikan.
Sekitar satu jam menunggu, wanita itu membanting pintu dan masuk ke kamarku.
Awhhhh...
Dia menarik rambutku dengan sangat keras.
"Lepaskan aku wanita menjijikkan. Ketua dewan? jangan harap. Kau bahkan lebih rendah dari kotoran anjing" ujarku menyapa tajam padanya.
Gukk.. Gukk.. Gukk..
Brukkk.. wanita itu menendang bibby hingga terpental ke lemari.
"Bibby!! Mengapa kau menendangnya" teriakku padanya.
Ia melemparkanku ke lantai, "Dasar wanita jalang. Beraninya kau mengganggu bisnisku. Dan sekarang kau malah berani menatapku seperti itu. Sepertinya kau belum cukup disiksa" katanya dengan suara keras.
"Kalian siksa dia!" perintah wanita itu pada para penjaga.
- Steven -
Aku terkejut saat mendengar gadis itu menyebutku bodoh. Dia tidak tahu aku siapa tapi seenaknya menyebutku bodoh.
"Baiklah kau harus membayar mahal dan dengan satu syarat" jawabku pada wanita menjengkelkan ini.
"Baiklah aku akan langsung mentransfer uangnya. Lalu apa persyaratannya?" tanya wanita itu.
Aku membenarkan posisi dudukku, "Aku akan memberitahumu nanti" ujarku.
Pembicaraan kami telah berakhir. Aku kembali ke mobil sedanku yang terparkir diluar.
Aku berjalan dengan masih memikirkan ucapan gadis itu. Ia sepertinya masih berusia sembilan belasan atau dua puluh tahun. Jessica memang sangat mengerikan memperlakukan anaknya sendiri seperti binatang.
Aku menoleh ke arah balkon kamar gadis itu. Rumah ini adalah bangunan tua yang tidak terlalu besar. Walaupun berada di lantai dua, aku bisa melihat dengan jelas wajah orang yang bediri di balkon itu.
Gadis itu berdiri menatapku dari sana. Tatapan yang aku juga tak mengerti.
Karina -
Tubuhku masih sakit karena siksaan hari itu. Itu adalah siksaan yang paling menyakitkan dari sebelumnya. Lebam bekas pukulan belum sepenuhnya hilang, tapi beberapa bagian tubuhku masih sangat sakit.
Seseorang membuka pintu kamar. Aku bersembunyi di sisi kasur, aku tidak mau disiksa lagi.
"Nona Karina, nyonya meminta saya untuk merias anda" ujar seorang pelayan yang datang.
Aku keluar dari persembunyianku, entah apa lagi yang akan iblis itu lakukan padaku. Aku segera mandi dan mengganti pakaianku agar aku tidak dihukum.
Aku begitu terkejut saat melihat gaun hitam ini tanpa lengan dan bawahan yang terlalu pendek dan ketat. "Aaaaa... apa ini" tanyaku yang gugup pada si pelayan.
"Nona ini adalah gaun yang diberikan nyonya. Satu jam lagi nyonya akan menjemput anda" jawab si pelayan.
Bagaimana ini? Sangat tidak nyaman mengenakan gaun ketat dan sexy ini. Tapi ini pertama kalinya ia membawaku keluar. Aku takut bila melawan perkataannya maka aku akan ada hukuman yang mengerikan lainnya.
Tepat sejam kemudian wanita itu datang menjemput. Dia membawaku ke sebuah tempat yang dipenuhi gemerlap cahaya lampu warna warni. Begitu banyak pria dan wanita disini. Pria dewasa dan wanita dengan pakaian sexy.
Aku begitu takut melihat keramaian. Setelah 14 tahun akhirnya aku keluar dari istana tua kami, namun aku malah dibawa ke tempat seperti ini.
"Halo Angel. Ini gadis yang aku katakan" ujar wanita itu pada seorang wanita yang berpakaian amat sexy dan make up tabel itu.
"Wow seperti bidadari" ujar wanita yang kerap dipanggil Angel.
"Baiklah sekarang kau urus dia. Sesuai janji, jangan beritahu siapapun" ujar wanita itu meninggalkan ku dengan Angel.
Angel mengelus rambut dan pipiku, "Halo cantik, mulai malam ini kamu menjadi bagian dari bar ini. Kau harus melayani para pria yang datang dengan tubuhmu. Kau akan menyukainya nantinya" Angel menarikku masuk.
Aku begitu takut melihat keramaian ini. Para pria menatapku dari ujung kepala hingga kaki. Bahkan ada beberapa yang mengelusku. Sungguh menjijikkan.
Angel membawaku ke dalam sebuah kamar yang dipenuhi lilin beraroma. Aroma kamar ini membuatku mabuk dan pusing.
"Ini adalah kamarmu, sebentar lagi akan ada pria yang akan kau layani" ujar Angel meninggalkanku.
"Tolong jangan bawa aku kesini, biarkan aku pergi aku mohon" ujarku.
"Tidak tidak, kau fikir aku bodoh. Aku membayarmu mahal pada Jessica, mana mungkin aku membiarkanmu bebas begitu saja" ujarnya langsung menutup pintu dan mengunciku.
Aku bersembunyi di sudut ruangan, sangat takut melihat suasana kamar ini hanya diterangi oleh lilin. Apa ini? Kenapa tubuhku panas sekali? Kepalaku juga pusing, ujarku merasa tubuhku memanas.
Tubuhku begitu panas, rasanya aneh sekali. Aku serasa ingin melepaskan seluruh pakaian ku.
Brukkk..
Seorang pria dengan jas hitam masuk ke kamar ini. Pandanganku menjadi samar, ia merenggangkan dasinya dan membuka jas hitam lalu asal mencampakkannya ke ranjang.
"Halo cantik" ia menghampiriku yang bersembunyi di sudut ruangan.
Apa? Pria ini? Kenapa dia disini? Jangan-jangan dia adalah pria yang disebutkan Angel.
"Kenapa kau ada disini?" tanya Steven padaku.
Aku menyilangkan kedua tangan menutupi dadaku, "Ahjussi tttooolong biarkan aku pergi.. tttolong biarkan aku pergi" pintaku.
Pria itu menatapku lekat-lekat, lalu tersenyum. "Aroma lilin ini tak mampu membuatku bergairah, tapi saat melihat tubuhmu gairahku sangat membara" ujar Steven memandangi seakan ingin melahap.
"Tttiiidakkk.. Tttiiidakkk. aku mohon paman biarkan aku pergi" pintaku sekali lagi.
Steven melingkarkan kedua tangannya di Pinggangku, "Ahjussi? Apa aku terlihat tua bagimu? Atau kau yang terlalu muda bagiku gadis kecil? " bisiknya parau.
Aku memukul-mukul dadanya, meronta-ronta. Namun ia segera melempar tubuhku ke ranjang. Ia naik ke atasku dan menimpa kedua kakiku agar aku tak bisa bergerak.
Dengan cepat ia langsung mencium bibirku dengan ganas, dan membuatku kesulitan bernafas. Tubuhku begitu panas sepertinya ini bukan lilin biasa. Tubuhku sangat bergairah, walaupun aku tidak menginginkannya namun tubuhku menikmati ciumannya.
Aku harus tetap sadar, aku harus melarikan diri. Aku berusaha meraih benda apa saja yang ada di dekat ku. Aku meraih sebuah botol kaca yang ada di meja.
Aku segera memukul kepalanya dengan botol yang aku raih.
Ahh..
Pria itu melepaskanku dan memegang kepalanya. Kepalanya berdarah dan tak lama ia langsung pingsan diatas pelukan ku. "Bagaimana ini? Apa dia mati?" ujarku padanya.
Aku mengecek denyut nadi Steven, untungnya ia masih hidup. Aku mendorong tubuh pria ini dari atasku. Ku ambil jas hitamnya yang tergeletak untuk menutupi tubuhku. Aku langsung melarikan diri dari tempat menjijikkan ini.
Air mataku tak bisa aku tahan lagi. Aku menangis sambil berlari jauh dari bar ini. Untunglah mereka tidak mengikuti aku dari bar. Cukup jauh berjalan Akupun berhenti di jembatan besar di atas sungai Han.
Tangisku pecah di atas sungai yang besar ini. Hidupku begitu berantakan. Aku tak tahu harus kemana. Aku takut dengan dunia luar ini. Namun bila kembali ke rumah maka wanita itu akan membunuhku karena kabur dari bar Angel.
Ku pandangi air sungai yang gelap. Aku tak mampu lagi menahan perihnya hatiku. Hari ini hampir saja aku dinodai oleh pria yang aku tidak kenal. Pikiranku begitu kosong dan kalut. Untuk kedua kalinya aku ingin mengakhiri hidupku.
Di bawah alam sadarku, aku memanjat pagar jembatan. Aku ingin mengakhiri semuanya. Aku lelah,duniaku sangat kejam.
Malam ini akan menjadi malam terakhirku. Aku akan melompat...
Aaaahhh..
Seseorang menarikku turun dari atas pinggiran jembatan. Aku membuka mataku dan sadar bahwa aku sedang memeluk seorang pria.
"Hei gadis cantik. Apa yang ingin kau lakukan? Kenapa kau ingin bunuh diri? Apakah hidup begitu sulit hingga pikiran bodoh itu keluar?" tanya pria itu memaki aku.
Tangisku kembali pecah di pelukan pria ini. Aku tak tahan lagi dengan derita ku.
Ia menepuk punggungku dan menenangkan dalam pelukannya. "Sudah menangislah agar kau tidak merasa sesak lagi" ujar pria itu.
Cukup lama aku menangis dalam pelukannya. Aku pun melepaskan pelukan itu. "Maaf kak karena menyusahkanmu" kataku sambil menunduk.
Pria itu menggenggam bahuku, "Adik Cantik kenapa kau sampai melakukan bunuh diri?" tanyanya lembut.
Aku tak bergeming, aku tak bisa menceritakan siapa diriku pada orang yang baru saja aku temui. Aku bahkan tak berani melihat orang-orang.
"Baiklah jika kau tau mau mengatakannya, Oh iya Siapa namamu?" tanya. "Perkenalkan nama kakak Edward Park" ujarnya lagi.
Aku mengangkat kepala dan memandangnya, pria tampan ini seakan tidak asing. Aku merasa dekat dengannya."Namaku Karina" jawabku.
"Karina, nama yang cantik sama seperti orangnya" ujarnya memandang padaku. "Dimana rumah mu? biar kakak antarkan" ujar kak Edward menawarkan tumpangan.
Aku menggeleng, "tidak perlu kak, aku bisa pulang sendiri" tolakku lembut. Aku langsung meninggalkan kak Edward. Aku pergi ke arah yang berbeda dengan arah rumah, Aku harus melarikan diri.
Aku berjalan sendirian di gelapnya malam. Jalanan begitu sepi dan menyeramkan. Aku tak punya uang, pakaian ataupun tujuan. Tapi aku tetap tak mau kembali ke rumah.
Dari kejauhan sebuah mobil mendekat, cahaya lampu mobil semakin terang. Mobil itu berhenti di dekatku. Sial, ini adalah mobil Jessica.
Aku berlari cepat agar ia tak menangkapku. Tapi gaun ini sangat sempit. Aku tak bisa berlari dengan cepat.
Para penjaga menangkapku lalu memukul punggungku hingga aku pingsan dan membawaku masuk ke dalam mobil.
Mataku terbuka Perlahan, kepala ku begitu sakit. Ku pandangi sekeliling, dan aku kembali lagi ke rumah tua peninggalan papa dan mama.
"Akhirnya kau bangun juga sayang, aku sangat cemas tadi" Jessica tiba-tiba begitu lembut dan memelukku. Ia hanya bersandiwara, wanita sepertinya adalah penipu.
Aku tak bergerak ataupun membalas pelukan itu. Setiap melihat wanita ini, aku sangat takut.
Wanita itu memasang raut wajah menyesal, "maafkan aku Karina. Harusnya aku tak membawamu kesana" katanya menipu.
Aku tahu ia hanya bersandiwara, melihat wajahnya saja aku tahu dia sedang berbohong. Tapi aku begitu takut bila nanti melawan aku akan dibawa ke Angel lagi.
Jessica memakaikan selimut ke tubuhku, "karina sayang kau istirahatlah" ujarnya lalu meninggalkanku sendirian di kamar.
Ada apa ini? Mengapa dia tidak jahat? Kakiku? kakiku juga tidak di rantai. Apakah ia sedang mempermainkan aku?
- Steven -
Perlahan ku buka kelopak mataku, aku tersadar dari pingsan ku.
"Bos anda sudah bangun?" tanya Lucas sang anak buah kepercayaan sekaligus sahabat ku.
Aku memandangi sekeliling, "Dimana aku?" tanyaku karena melihat seisi ruangan penuh dengan orang banyak dan dokter serta bau obat-obatan.
"Bos tadi pingsan jadi kami membawa bos ke rumah sakit" jawab Lucas.
Awww...
Kepalaku sangat sakit. Aku pun teringat tadi aku berada satu kamar dengan gadis itu. Ketika aku menciumnya dia malah memukul kepalaku hingga berdarah.
"Gadis itu? Dimana gadis itu?" tanyaku pada Lucas.
Lucas menggeleng, "Dia kabur, Hadehh saat ini aku akan menjadi temanmu dulu. Itu adalah dosamu karena suka bermain dengan wanita" ujarnya santai.
"Kauuu.... awwwww" kepalaku sangat sakit.
"Sudah, dasar pria bodoh. Dengan wanita saja kau KO" ejek Lucas padaku yang sedang menderita.
Aku mengambil HP ku lalu segera menghubungi Jessica, "Halo aku mau gadis itu, persiapkan dia untukku" ujarku lalu segera mematikan panggilan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!