Namaku adalah Tiara Wijaya kelas XII semester akhir, aku merupakan murid berprestasi di sekolah.
Sekolah di sekolah terfavorit dan mendapatkan beasiswa penuh karena prestasi akademik. Aku anak tunggal yang hanya memiliki Ayah karena ibu meninggal dunia ketika usiaku 7 tahun.
Ayah bekerja sebagai tukang kebun di sekolahku, dia adalah sosok yang paling kukagumi karena keramahan dan rasa kasih sayangnya yang besar terhadapku.
Hari ini adalah hari terakhir ujian di sekolah, aku akan berusaha mendapatkan nilai terbaik untuk membuat Ayah bangga.
Selesai dengan lembar ujian sekolah, segera kulangkahkan kakiku keluar ruangan menuju ke halaman belakang sekolah. Aku ingin menghampiri Ayah, yang hari ini bekerja merapikan kebun halaman belakang sekolah.
Entah mengapa perasaanku hari ini selalu resah, rasanya Aku selalu merindukan Ayah dan selalu ingin dekat dengannya.
"Tiara!!" tiba-tiba ada orang yang berteriak di belakangku dengan lari tergesa-gesa ia menghampiriku.
Seketika aku menoleh dan menatap orang itu heran.
"Ya, ada apa Pak?"
"Tiara!! Ayahmu dilarikan ke rumah sakit umum, tadi ia terjatuh pada saat memotong pohon besar dibelakang sekolah"
Deg... bagai belati menusuk jantungku, tiba-tiba aku merasa sesak, dadaku terasa sakit dan air mataku pun lolos begitu saja.
"Ba..., Bagaimana bisa," tanyaku lirih.
Tanpa menunggu jawaban dari pria itu, aku berlari menuju keluar gerbang sekolah. Meninggalkan Pria itu yang terbengong menatap kepergianku.
Dalam hati aku terus berdoa "Ya Allah tolong lindungi Ayah, jangan biarkan sesuatu terjadi padanya, hanya ia yang kumiliki ya Allah".
Sampai di depan pintu gerbang, Kepala sekolah berteriak memanggilku.
"Tiara..., Tiara..." kepala sekolah berlari menghampiriku, Aku menghentikan langkahku.
"Ayo, aku antar kamu ke rumah sakit" kata kepala sekolah menarik tanganku begitu saja lalu menuntunku menuju mobilnya.
Di lorong rumah sakit aku berlari menuju ruangan Ayah dirawat, air mataku sedari tadi tak berhenti menetes.
Pandangan orang-orang yang menatapku heran disepanjang lorong rumah sakit pun tidak aku hiraukan sama sekali.
Sampai di depan ruangan khusus ayah dirawat, aku melihat ada Pak Joni, yang juga tukang kebun di sekolahku berdiri mondar-mandir dengan wajah yang terlihat gelisah.
Dengan langkah cepat aku menghampiri Pak Joni.
"Ba... bagaimana kondisi ayahku Pak" tanyaku terisak pada pak Joni dengan tubuh gemetar dan napas yang tersengal-sengal.
"Ayahmu masih dalam perawatan, yang sabar ya Tiara. Dokter di dalam masih menangani Ayahmu" jawab Pak Joni.
Aku melangkah mondar-mandir di depan ruangan Ayah dirawat sambil mengatupkan kedua tanganku dan berdoa dalam hati semoga Ayah baik-baik saja. Pak Joni mengelus punggungku dan meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja.
Tak lama kemudian seorang Dokter keluar dari ruangan Ayahku dirawat dengan wajah lesu. Ia menghampiri Pak Joni dan juga diriku.
"Kondisi pasien sedang kritis saat ini, tapi beliau terus memaksa ingin bertemu dengan anaknya Tiara" kata dokter itu sambil menatap ke arahku dan juga Pak Joni.
Dengan cepat aku melangkah masuk ke dalam ruang rawat, untuk menemui ayah. Tinggal jarak beberapa meter, aku menghentikan langkahku. Ku tatap dalam sosok pria tak berdaya di atas ranjang pasien. Ku atur nafasku dan kulangkahkan kakiku perlahan.
Seketika tubuhku bergetar dan kakiku lemas melihat kondisi Ayah yang lemah tak berdaya. Dengan selang oksigen di hidungnya, alat monitor jantung yang menempel di dadanya dan luka-luka di beberapa bagian tubuhnya, ia terus memanggil-manggil namaku.
"Ti a ra... Ti ara...," Ayah memanggil namaku.
Dengan tubuh bergetar dan air mata yang terus mengalir aku menguatkan langkah kakiku mendekat ke ranjang ayahku.
"Ayah... ini Tiara Yah, Tiara mohon bertahanlah," ucapku lirih menggenggam erat tangannya dengan air mataku yang tak juga berhenti mengalir. Ku kecup punggung tangannya.
"Ayah pasti kuat demi Tiara Ayah, aku mohon bertahanlah jangan tinggalin Tiara sendirian Ayah"
"Ko... tak le ma ri, ba ca lah" dengan suara terbata-bata dan napas yang terputus-putus Ayah mencoba berbicara.
"Apa maksud Ayah? apa Ayah menginginkan kotak yang ada di lemari? Bertahanlah Ayah, aku akan membawa kotak itu kemari nanti, tapi berjanjilah Ayah akan bertahan dan sembuh demi Tiara Ayah" Sahutku dengan terisak dan ku usap lembut wajahnya.
Ayah terus menatapku dengan wajah tersenyum. Dan tiba-tiba terdengar beberapa kali suara tarikan nafas yang terdengar berat. kemudian tak terdengar lagi suara tarikan nafas itu. Diikuti dengan bunyi monitor jantung dan terdapat gambar lurus di dalamnya.
Dokter dan perawat yang masih ada di ruangan kembali memeriksa Ayah. Kemudian Ia menggelengkan kepalanya.
"Maaf, pasien sudah meninggal dunia" ucap dokter itu lirih dengan kepala menunduk.
"Ayah..., Ayah..., Aaaayyyaaahhh...." sambil terisak, dengan sekuat tenaga aku berteriak memanggil Ayah, memeluk dan menggoncang tubuhnya berharap dia kembali bangun dan membalas pelukanku.
"Dek sabar ya" ucap salah satu perawat berusaha memisahkanku dari Ayah.
Aku meronta dan terus berteriak memanggil Ayah. Terdengar langkah kaki kepala sekolah dan Pak Joni mendekat.
"Inalillahi wa inalillahi rojiun" ucap Pak Joni dan juga Kepala Sekolah bersamaan.
Pak Joni mendekat padaku, membantu seorang suster yang mencoba menenangkanku.
Kulihat Kepala sekolah mendekat pada jasad Ayahku, tangannya mengusap wajah Ayah dan mensedekapkan tangan Ayah. Lalu menutupi tubuh Ayah dengan selimut pasien.
"Jangan ditutup!!!, jangan ditutup!! biarin aja sebentar lagi Ayah pasti bangun!!, jangan ditutup!! aku mohon jangan ditutup..., teriakku menangis sambil meronta-ronta dan kakiku menendang orang-orang yang memegangi tubuhku.
"Sabar Tiara, Ayahmu sekarang sudah tidak merasakan sakit lagi. Ikhlaskan Ayahmu biar tenang dan bahagia disana" ucap Pak Joni berusaha menenangkanku.
Seketika duniaku berhenti, dadaku terasa sesak, kepalaku terasa berat, suaraku tersekat dan pandanganku mulai kabur.
Samar-samar kudengar suara Kepala sekolah dan beberapa orang di belakangku yang memanggil namaku, hingga akhirnya kesadaranku perlahan menghilang.
*****
Tak terasa 1 minggu sudah kepergian Ayah, meninggalkanku sendiri. Dan selama itu juga aku selalu mengurung diriku dikamar Ayahku sambil terus memeluk foto Ayah.
Proses pemakaman beserta Tahlilan Ayah semua diurus oleh tetangga dan sahabat Ayah. Tak ketinggalan Kepala Sekolah, guru dan juga beberapa teman sekolah bergantian mengunjungiku.
"Tiara... yang kuat ya Nak kamu harus bangkit, kasihan Ayahmu jika kamu terus mengurung diri seperti ini pasti Ayahmu akan sedih. Yang ikhlas ya Nak dan banyak-banyak berdoa, biar Ayahmu bahagia disana" kata kepala sekolah sambil mengelus punggungku.
Mendengar perkataan Kepala Sekolah, membuatku tersadar bahwa aku tidak boleh terpuruk seperti ini. Aku harus bangkit dan mengejar kembali mimpiku, agar Ayah bahagia melihatku dari sana.
"Terimakasih Pak karena selama ini bapak selalu perduli pada saya dan ayah saya", ucapku kepada Kepala Sekolah sambil terisak.
"Aku akan berusaha mengikhlaskan kepergian Ayah dan mulai menata hidupku kembali" ucapku.
Aku mengingat pesan Ayah tentang sebuah kotak yang ada di lemari Ayah.
Kukeluarkan kotak hitam yang ada di lemari ayah, kubawa keatas tempat tidur. Aku duduk di pinggiran tempat tidur itu dan perlahan kubuka kotak itu.
tbc.
Wah kira-kira apa isi kotak itu ya, buat kalian yang penasaran ikuti terus kelanjutannya ya!!
Mohon maaf jika masih banyak typo bertebaran dan mohon kritik serta sarannya juga,ya.
Jangan lupa like, komentar dan vote buat semangat terimakasih. 🤗
Dengan perlahan kubuka kotak hitam itu, di dalamnya terdapat Gaun kecil berwarna putih. Yang terlihat robek dibeberapa bagian dan juga terdapat bercak darah. Ada sebuah kalung mas dengan liontin dan juga terdapat amplop didalamnya.
Aku menatap heran semua itu dan berpikir milik siapa ini.
Karena rasa penasaran akhirnya aku membuka amplop itu yang berisi sebuah surat, kemudian aku membacanya.
Tiara anakku, sebelumnya Ayah minta maaf padamu dan tolong jangan pernah membenci Ayah.
12 tahun yang lalu Ayah adalah seorang supir taksi. Dan ada seorang pria dengan tanda lahir berupa tompel di dagu sebelah kirinya, menaiki Taxi Ayah dengan menggandeng tangan seorang anak kecil yang sangat cantik berusia 5 tahun.
Gadis kecil itu terlihat menangis ketakutan
dan Ayah juga mendengar pada saat dia berbicara di telpon, kalau dia meminta sejumlah uang kepada orang yang bernama Wijaya.
Ayah yang pada saat itu curiga kalau kamu adalah korban penculikan segera menghentikan Taxi Ayah. Belum sempat Ayah menangkap Pria itu, dia bergegas keluar dari taxi Ayah dan menarik gadis kecil itu bersamanya.
Ketika Dia berlari ingin menyebrang jalan tiba-tiba ada sebuah Truk dengan kecepatan tinggi menuju kearahnya.
Ayah yang pada saat itu mengejar Pria itu dengan cepat Ayah menarik gadis kecil itu. Ayah berlari sekuat tenaga dan melompat, untuk menghindari Truk kemudian kami terjatuh di pinggir trotoar jalan.
Ayah mengalami beberapa luka memar juga lecet karena terjatuh, dan gadis kecil itu mengalami luka di kepalanya. Juga beberapa luka lecet di tubuhnya. Dan untuk Pria itu Ia meninggal ditempat, sedangkan si penabrak melarikan diri.
Dengan cepat Ayah membawa gadis kecil itu ke Rumah sakit, Ayah juga menelpon polisi untuk melaporkan kejadian itu.Tapi Ayah tidak mengatakan pada Polisi tentang adanya gadis kecil dalam kecelakaan itu.
Melihat gadis kecil itu membuat Ayah egois ingin memilikinya, apalagi Ayah baru saja kehilangan anak Ayah yang seusia dengannya karena penyakit Leukimia.
Ayah membawa gadis kecil itu Pulang ke kampung halaman istri Ayah, dan istri Ayah tersenyum senang melihatnya padahal sebelumnya dia seperti mayat hidup karena kehilangan anak kami.
Kejadian kecelakaan itu, membuat gadis kecil itu mengalami hilang ingatan dan trauma. Hingga ia takut berbicara dan bertemu orang asing, tapi kasih sayang dan perhatian dari istri Ayah perlahan membuatnya mampu berinteraksi lagi dengan orang lain. Dan tersenyum kembali seperti gadis kecil lainnya.
Tahukah kamu siapa gadis kecil itu? ya, gadis kecil itu adalah Kamu. Ini adalah kisahmu.
Maafkan Ayah karena keegoisan Ayah, Ayah tidak mempertemukanmu dengan keluargamu.
Ayah hanya ingat nama Wijaya pada saat sopir itu meminta tebusan. Karena itulah Ayah memberi nama akhirmu Wijaya dan kalung serta baju yang kau pakai sewaktu kecil, Ayah juga menyimpan di kotak. Gunakanlah semua untuk mencari keluarga kandungmu di kota x tempat kecelakaanmu saat itu.
Sekali lagi Maafkan Ayah, Ayah mencintaimu.
Dengan tangan bergetar dan air mata yang terus mengalir aku menaruh surat itu kembali ke dalam amplop.
Dadaku terasa sesak, pikiranku kacau mengetahui orang yang selama ini membesarkanku dengan penuh kasih sayang ternyata bukan orang tua kandungku.
Ku ambil album foto yang bergambar diriku dan orangtua angkatku. Kuusap dan kupeluk gambar itu dengan kasih sayang.
"Ayah taukah kau hal yang paling aku sesali bukanlah terpisah dari orang tuaku, tapi mengetahui kenyataan bahwa kalian bukanlah orang tua kandungku.
Dengan Air mata yang tak berhenti mengalir ku kecup Foto Ayah dan Ibu, lalu kembali kudekap erat kedalam pelukanku.
"Terimakasih Ayah, terimakasih banyak karena sudah memberiku kesempatan menjadi anakmu. Aku sangat mencintai kalian" ucapku lirih.
Baru saja aku mencoba untuk bangkit karena kehilangan Ayah, tiba-tiba aku dihadapkan dengan kenyataan yang seperti ini.
"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan" gumamku sambil terisak.
********
Tak terasa waktu terus berlalu dan hari ini adalah pengumuman kelulusan.
Aku berlari menuju papan pengumuman yang sudah dipenuhi para siswa dan siswi di sekolahku.
Kucoba menyusup masuk kedalam kerumunan para siswa-siswi, tiba-tiba ada seorang siswa yang menepuk pundakku.
"Tiara!" ucap siswa itu memanggilku.
"Ya!" jawabku sambil menoleh menatap siswa itu.
"Kepala sekolah memanggilmu ke kantornya sekarang juga" ujar siswa itu sambil tersenyum menatap padaku.
"Cantiknya" gumam pria itu lirih yang masih terdengar olehku.
"Apa!" ucapku menatapnya tajam.
"Ah tidak-tidak, sebaiknya kamu bergegas Kepala sekolah menunggumu.
Dengan setengah berlari aku menuju ke ruang Kepala sekolah.
Tok tok tok..., "Permisi Pak saya Tiara" ucapku sambil mengetuk pintu ruangan Kepala sekolah.
"Masuk" jawab Kepala sekolah.
Aku melangkahkan kakiku masuk lalu Kepala sekolah mempersilahkan untuk duduk.
"Tiara, selamat ya kamu mendapat peringkat pertama dengan nilai tertinggi" ucap Kepala sekolah tersenyum.
"Benarkah Pak!" ucapku senang menatap Kepala sekolah.
"Benar, kalau Bapak boleh tau apa rencanamu kedepannya" tanya Kepala sekolah padaku.
Seketika aku terdiam membisu menundukkan kepalaku, tak terasa air mataku kembali mengalir membasahi pipi.
"Maafkan Bapak kalau membuatmu sedih, tapi kalau kamu berniat untuk Kuliah Bapak akan bantu kamu untuk mendapatkan beasiswa".
"Kamu bisa kuliah di Kampus A di kota dekat dengan desa kita ini. Dan bapak punya Kos-kosan dekat kampus, kamu bisa tinggal disana Gratis. Bagaimana menurutmu?" tanya Kepala sekolah.
"Terimakasih Pak sebelumnya karena Bapak telah memikirkan masa depan saya".
"Tapi saya ingin pergi ke kota X tempat saudara Ayah saya, dan saya akan berkuliah sambil bekerja disana" ucapku berbohong kepada Kepala sekolah.
Maafkan saya Pak karena berbohong kepada bapak, saya hanya ingin ke kota X mencari orang tua kandungku. Sesuai keinginan Ayah, ucapku dalam hati.
"Baiklah kalau begitu, ini Buku Tabungan Bank, bapak buatkan atas namamu. Berasal dari uang gaji ayahmu, tunjangan, beserta uang duka dari sekolah. Juga beberapa dari saya, gunakanlah dengan sebaik-baiknya" kata Kepala sekolah sambil menyodorkan buku tabungan bank kepadaku.
******
Berbekal tabungan Ayah dan juga tabungan dari Kepala sekolah, aku menuju kota X menggunakan pesawat terbang. Karena memang jaraknya yang sangat jauh dari Desa tempatku tinggal saat ini.
Diruang tunggu pesawat, Aku duduk di sebelah seorang Ibu yang sedang menyuapi anaknya dengan sabar, sementara anaknya tidak mau diam berlari kesana-kemari.
"Mau kemana Nak" sapa ibu itu padaku.
"Ke kota X, Bu" sahutku.
"Nak ...".
"Tiara, Bu" sahutku memotong ucapannya.
"Nak Tiara ke kota X sendiri? mau cari kerja atau ada rencana lain?" tanya Ibu itu.
"Saya sendiri Bu...".
"Anggi" sahut Ibu itu.
"Iya Bu Anggi, Kebetulan saya berencana bekerja sambil kuliah di kota X" jawabku.
"Punya saudara disana?" tanya Ibu itu lagi.
"Punya Bu" ucapku berbohong.
"Ibu juga tinggal di kota X, Ibu main ke kota ini rencananya mau cari pengasuh untuk anak Ibu di kampung halaman. Sekalian nostalgia dengan teman lama, tapi belum ketemu pengasuh yang cocok" ucap Ibu itu lembut padaku.
"Kalau kamu mau kamu bisa kerja sama Ibu jadi pengasuh atau pelayan kafe, kebetulan Ibu punya kafe di kota X" ucap Ibu itu lagi.
Aku hanya terdiam mendengar perkataan Ibu itu. Sekalipun aku membutuhkan pekerjaan tapi menerima pekerjaan dari orang asing ditempat seperti ini, membuatku takut jika nantinya aku malah tertipu.
"Jangan langsung di tolak, Pikirkanlah baik-baik cari kerja di kota X tidaklah mudah. Apalagi kelihatannya kamu belum mempunyai pengalaman kerja".
"Ibu tunggu jawabanmu sampai pesawat mendarat di kota X. Karena sepertinya pesawat yang kita naiki sama" ujar Ibu itu lagi sambil melirik tiket pesawat yang aku pegang.
Setelah pesawat mendarat dan mengambil barang-barangku, aku berjalan keluar.
Terlihat Ibu Anggi menghampiriku dengan tersenyum lembut.
"Bagaimana Nak Tiara, apa sudah kamu pertimbangkan tawaran Ibu?".
"Saya..."
"Kalau kamu bersedia, kamu bisa tinggal sementara di tempat Ibu. Selama kamu belum mendapatkan tempat tinggal" tawar Ibu Anggi memotong ucapanku.
Aku hanya diam menatap Ibu Anggi bingung, tiba-tiba Ibu Anggi langsung menarikku menuju mobilnya.
"Sudah ikut Ibu saja, Ibu tau kamu pasti belum punya tempat tinggal".
Bagai kerbau yang dicocok hidungnya aku akhirnya menuruti Ibu itu masuk kedalam mobilnya.
Sesampainya di dalam mobil, Ibu itu menawarkan minuman padaku.
"Ini minumlah, Ibu tau kamu pasti haus" ucap Ibu itu lagi.
"Terimakasih Bu" ucapku tersenyum padanya.
Aku mengambil minuman itu dan langsung meminumnya. Tapi tiba-tiba kepalaku terasa sakit dan mataku terasa berat, samar-samar kulihat Ibu Anggi tersenyum menyeringai padaku. Akhirnya kesadaranku pun perlahan menghilang.
tbc.
Wah kira-kira apa yang bakalan terjadi sama Tiara ya.🤔
Ikuti terus kisahnya, jangan lupa like, koment dan vote. 🤗
Ibu Anggi menidurkan Tiara di pangkuannya kemudian mengelus wajah Tiara. Dengan wajah di penuhi senyuman ia menatap Tiara.
"Cantik, kamu akan menjadi aset berharga untukku" ucap Nyonya Anggi tersenyum memandang wajah Tiara.
Ya Tiara adalah gadis cantik berhidung mancung, bibir merah sexy, bermata besar dan lentik, kulitnya halus putih dan mulus. Tubuh Tiara memang agak sedikit mungil tapi walaupun begitu, tetap saja tubuhnya yang padat berisi di bagian tertentu menambah kecantikannya dan terlihat sexy.
Mobil milik Nyonya Anggi berhenti di depan salah satu bangunan yang mewah, Nyonya Anggi keluar dari mobilnya dan memanggil salah satu anak buahnya.
"Bawa dia ke ruang VVIP lantai atas, jangan lupa panggil Maya untuk mengurusnya" ucap Nyonya Anggi tegas kepada salah satu anak buahnya.
"Baik Nyonya" jawabnya.
"Nyonya Anggi melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan itu untuk menuju kamarnya. Sesampainya dikamar Nyonya Anggi duduk dan bersandar ditempat tidurnya.
Tok.... tok... tok...
terdengar suara ketukan pintu dari ruangan nyonya Anggi, kemudian masuklah pria paruh baya berwajah tampan.
"Apa aku menyuruhmu masuk ?" ucap Nyonya Anggi kepada Pria itu.
"Apa kau tak merindukanku? tanya pria itu.
"Baru satu Minggu tak bertemu tampaknya rasa percaya dirimu bertambah Besar Tuan Bagas", ujar Nyonya Anggi sambil memejamkan matanya dan tubuhnya yang masih bersandar di tempat yg tidur.
Tuan Bagas menghampiri Nyonya Anggi, dia mendudukkan tubuhnya disebelahnya, merengkuh tubuh wanita itu lalu mendekatkan wajahnya dan ******* bibir wanita itu.
Tangan Pria itu menelusup masuk dan menjelajah ke dalam. Nyonya Anggi berusaha sekuat tenaga untuk lepas dari rengkuhan pria itu, dia mendorong dan memukul-mukul dada bidang pria itu namun tenaga pria itu lebih kuat darinya.
Setelah hampir kehabisan oksigen akhirnya pria itu melepaskannya, Nyonya Anggi langsung mendorong Pria itu hingga jatuh terjungkal dari tempat tidur.
"Apa kau mau mati?" ucap Nyonya Anggi kepada pria itu.
Pak Bagas dengan posisi duduk dilantai tersenyum kemudian tertawa menatapnya.
"Bukankah kau punya barang baru bagaimana kalau kau biarkan aku mencicipinya? dan aku tak akan mengganggumu lagi" ujar pria itu dengan tatapan menggoda kepada Nyonya Anggi.
"Berani kau menyentuhnya aku akan membunuhmu, wanita itu sangat spesial aku menyiapkannya untuk tuan muda" ucap Nyonya Anggi.
"Apa kau yakin tuan muda akan puas dengan pilihanmu itu?"
"Wanita itu memang sangat cantik tapi apa kamu yakin dia masih ori, kamu tau bukan tuan muda tidak suka barang bekas" ujar pria itu lagi.
"Aku yakin kali ini, dan untuk masalah itu kamu tidak perlu khawatir, Tuan muda punya Dokter kepercayaan sendiri yang selalu memeriksa wanita yang akan melayaninya" jawab Nyonya Anggi.
"Lalu bagaimana denganku?" tanya pria itu.
"Pergilah ke kamarmu aku akan mengirimkan wanita lain ke kamarmu" jawab Nyonya Anggi.
Pak Bagas pun tersenyum dan bangun dari duduknya sambil menepuk-nepuk bagian belakangnya karena terjatuh tadi.
"Kau selalu tau apa mauku" ucap pak Bagas tersenyum mendekatkan wajahnya kemudian mencium bibir nyonya Anggi sekilas, lalu beranjak pergi.
"Dasar Pria mesum seandainya aku tak membutuhkan jasamu, aku pasti sudah dari dulu membuangmu" gumam nyonya Anggi lirih sambil mengusap-usap bibirnya.
Sementara itu di bandara diperlihatkan seorang pria tampan keluar dari pesawat pribadinya dengan di dampingi beberapa pengawal menuju keluar bandara.
"Apa jadwalku hari ini Ric" Tanya pria itu pada Eric Asisten pribadinya.
"Maaf Tuan anda di minta Tuan Besar ke rumah utama " jawab Eric sedikit gugup.
"Abaikan orang tua peganggu itu dan..." ucap Dimas dingin.
"Tapi tuan..." jawab Eric menyela pembicaraan Dimas.
"Aryo, kirim Eric ke perkebunan kelapa sawit di pedalaman hutan Kalimantan kalau dia terus menyelaku" ucap Dimas kesal.
"Dengan senang hati Tuan" jawab Aryo dengan senyum menyeringai menatap Eric.
Aryo merupakan Kepala pengawal dan salah satu orang kepercayaan Dimas.
"Maaf Tuan..., maafkan saya. Saya akan menuruti apapun kemauan Tuan" ucap Eric gugup.
Astaga apa kesalahanku di masa lalu begitu besar hingga di kehidupan ini harus hidup dengan dua raja singa, batin Eric.
******
Sementara itu disebuah kamar mewah tampak seorang gadis cantik yang masih belum sadarkan diri.
Ceklek...
Suara pintu terbuka di ikuti dua orang wanita berpakaian sexy memasuki kamar itu.
"Cantik, aku suka hasil karyamu Maya" ucap Nyonya Anggi menatap gadis cantik yang masih tertidur.
"Wanita ini memang cantik nyonya, saya hanya memberi riasan tipis dan menata rambutnya sedikit" ujar Maya.
"Wanita ini seperti mayat hidup saja, Dia bahkan tidak terbangun pada saat saya memandikannya" ujar Maya lagi.
"Dia tidak akan bangun sampai 6 jam kedepan aku sudah mengatur dosisnya" ucap Nyonya Anggi.
"Jangan lupa bawa dia ketempat biasa, ganti juga bajunya sesampai disana. Baju ini kurang menggoda, atau naked juga tidak masalah. Aku tidak mau mengecewakan pelangganku," ujar Nyonya Anggi.
"Baik Nyonya" jawab Mira.
"Tolong panggilkan Adnan ke ruang kerjaku" perintah Nyonya Anggi kepada Mira.
Nyonya Anggi pun melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya, sesampai di ruang kerjanya dia duduk di ujung mejanya kemudian menuangkan wine kedalam gelas.
tok... tok... tok
Suara ketukan pintu ruang kerja Nyonya Anggi.
"Masuk" ucap Nyonya Anggi.
Terlihat pria berwajah sangar berkulit coklat dan berbadan tegap memasuki ruangan Nyonya Anggi.
" Adnan, Aku ingin kamu membawa 2 orang bersamamu mengawal Maya dan Tiara ke hotel tempat Tuan Muda" ucap Nyonya Anggi.
"Baik Nyonya" jawab Adnan.
"Ingat pastikan sampai tujuan sebelum Tuan Muda datang, kamu tentunya tau bukan jam berapa biasanya Tuan muda berada disana?" ucap Nyonya Anggi.
"Baik Nyonya perintah anda akan saya laksanakan" ucap Adnan.
*******
Di dalam salah satu ruangan Presindetal suite hotel, ada seorang gadis cantik menggunakan lingerie merah tembus pandang tengah tertidur di atas tempat tidur. Dengan kelopak mawar merah yang di tebar di sekitar tempat tidurnya.
Ruangannya ditata begitu cantik dengan penerangan lampu tidur, hingga ruangan terlihat agak temaram.
Terlihat gadis cantik itu mulai menggerakkan tubuhnya dan mengerjapkan matanya, tak lama kemudian gadis itu membuka matanya dengan sempurna.
Dia terlihat bingung menatap sekitarnya, ia memegang kepalanya yang terasa sakit berdenyut, dia bangun perlahan dan duduk di atas tempat tidur itu.
"Dimana ini dan ruangan ini milik siapa? mewah sekali" gumam gadis cantik itu.
Perlahan gadis itu mulai mengumpulkan kesadarannya, ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
"Astaga bukankah sebelumnya aku berada di dalam mobil Ibu Anggi, kemudian setelah ia memberikan minuman padaku tiba-tiba aku merasa ngantuk berat dan akhirnya tertidur" gumam Tiara.
"Tapi,mengapa aku ada disini sekarang."
"Apa Ibu itu menaruh obat tidur pada minumanku, tapi untuk apa?"
"Ah tidak-tidak..., Ibu itu tidak mungkin berniat jahat padaku dia terlihat baik dan anaknya juga lucu. Ini pasti hanya kondisi fisik aku yang lemah hingga aku pingsan."
"Ya, aku yakin pasti seperti itu?" batin Tiara.
Ceklek....
Suara pintu dibuka dari luar, tak lama terdengar suara langkah kaki masuk ke dalam ruangan itu.
Mendengar suara pintu dibuka Tiara menatap ke arah pintu dan terlihat seorang Pria yang sangat tampan melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan.
"Tampan" Gumam Tiara lirih tapi masih terdengar pria itu.
Tiara benar-benar terhipnotis oleh ketampanan pria itu, hingga dia tak menyadari kondisi pakaiannya saat ini. Ia terus menatap bengong Pria itu yang terus melangkahkan kakinya menuju ke arahnya.
Pria Tampan dengan tubuh atletis berkulit putih berhidung mancung, bibir sexy dengan rahang yang tegas dan mata elangnya. Seolah-olah ia ingin segera menerkam mangsanya.
tbc.
Jangan lupa like, vote dan komentarnya.
mohon maaf kalau typo masih bertebaran
🙏😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!