Di pagi yang buta ayam berkokok dengan lantangnya saling bersahutan, terdengar sayup-sayup suara dapur, bidadari-bidadari dapur yang sudah mulai bekerja memulai harinya. Tak terkecuali dengan Ibu muda yang satu ini dia bangun tapi belum memutuskan untuk bangkit dari tempat tidur mengambil handphone mengecek jam masih jam 04.40 ia terdiam sejenak melirik bocah kecil yang masih tidur pulas disampingnya, membelai halus kepala anak semata wayangnya itu lalu menciumnya. Sebelum si anak terbangun karena belaiannya ia bangun terlebih dahulu untuk memasak sarapan pagi untuk mereka berdua, karena dia adalah seorang Ibu muda yang hanya tinggal berdua dengan anaknya. Namanya Khansa menyandang status janda diumurnya yang masih terbilang muda baru 25 tahun suaminya pergi meninggalkannya karena alasan Khansa bukan wanita yang penurut suka membantah suami, dan terlalu cuek dengan penampilan sehingga membuat suaminya lebih tertarik dengan orang lain, memang perceraian membuatnya hampir depresi karena jauh dari orangtua dan pergi ditinggal suami begitu saja di negeri orang ia hampir putus asa karena masalah ekonomi anaknya yang masih 3 tahun belum terbiasa untuk di tinggal olehnya, untunglah tetangganya masih ada yang peduli mengajak Khansa untuk bekerja sebagai tukang sapu taman kota setiap pagi dan sore hari sehingga ia masih bisa membawa anaknya untuk bekerja dan tidak terlalu menyita waktu karena jam kerja dua jam pagi dan dua jam sore, Khansa benar-benar merasa tertolong karena ia masih bisa membawa putranya untuk sambil bekerja. Pagi ini pun ia sudah siap dengan nasi goreng dalam kotak bekal segalanya sudah ia siapkan untuk pergi bekerja. Sang anak yang kebetulan bangun pagi mandi lalu ikut ibunya bekerja, setibanya ditaman kota Khansa duduk sebentar di bangku taman seraya berpesan pada anaknya
"Rafa duduk disini, kalo main ingat jangan jauh-jauh! Oke ya Bunda mau nyapu di sekitaran sini."
Ia memastikan Rafa selalu berada dalam jangkauan matanya selama bekerja.
Begitulah setiap harinya kegiatan mereka kadang jika sedang libur bekerja ia akan membawa Rafa jalan-jalan atau hanya menonton kartun berdua dirumah menghabiskan waktu.
Malam ini seperti biasa Khansa duduk bermain hape sambil menemani Rafa menonton kartun kesukaanya, terdengar ketukan pintu dari luar Khansa bergegas bangkit dari duduknya untuk membuka pintu. Khansa mempersilakan tamunya untuk masuk dan duduk Rafa sumringah saat tau siapa yang datang Ratna teman kuliah Khansa sewaktu dia masih kuliah sekarang sudah fokus jadi guru anak semata wayangnya.
"Rafa ini tante bawain roti bakar." Ratna memberi kantong plastik pada Rafa
"Ngapain kesini?"
"Ni orang kayak engga niat nerima tamu apa sih?" sungut Ratna
"Kalo gue suruh lu main lu bilang sibuk melulu, engga disuruh malah nongol-nongol aja kayak jelangkung."
"Ya kan emang sibuk guenya, skripsi tau lu. Jangankan ajakan lu main ajakan emak gue bawa shoping aja gue abaikan, lu mah enak tiba-tiba udah sarjana lulus aja." ledek Ratna ia tahu kalo Khansa berhenti kuliah sejak menikah beberapa tahun lalu saat keduanya baru semester 2
"Trus mau ngapain kesini?"
"Lu kan tau gue jomblo udah lama..."
"Eh emang udah dapet jodoh?" Khansa menyerobot memotong cerita Ratna
"Engga sabaran bener deh, ya belum lah karena skripsi udah kelar saatnya kita cari jodoh."
"Lu mau ngajak gue cari jodoh?"
"Iyalah kan kita sama-sama jomblo kan."
raut wajah Khansa mulai ragu
"Gue engga niat nyari lagi sih, rasanya hidupku udah sempurna sama Rafa."
"Iya sih sempurna tapi hatinya engga."
"Sok tau lu..lagian janda macam gue ya engga semudah itu cari jodoh lagi tau."
"Sempit amat pikiran lu orang janda beranak 2 aja masih bisa dapat brondong kalo cuma satu begini mah kecil."
"Trus lu maunya apa? Minta temenin gue cari jodoh gitu."
"Gini ya, gue denger-denger ada tuh mbah-mbah peramal masa depan yg tokcer di daerah xx katanya sih emang 80% mirip sama yang dia ramal misalnya ciri fisiknya gitu deh gue pengen banget kesana nanyain masa depan gue." Ratna bercerita panjang lebar
"Emang siapa yg udah pernah kesana?"
"Di kampus rame pada ngomongin kok."
"Rencananya kapan mau kesana emang?" tanya Khansa
"Malam ini!"
"Malam ini! Gimana sama Rafa?"
"Diajak lah kan ke tukang ramal bukan mau jenguk orang sakit. Buruan ganti baju!"
Khansa sudah bersiap-siap bersama Rafa, tak beberapa lama mereka tiba didepan rumah si mbah-mbah peramal masa depan, terlihat beberapa buah mobil dan motor didepan rumah terparkir rapi ada beberapa org juga yg masih menunggu di luar.
"Kok pada ngantri, segitu banyaknya apa para jomblo di kota ini." bisik Khansa
"Yang gue tau sih dia bukan cuma meramal masa depan tapi juga kayak indihome kayak gitu gitu lah..antriannya gak terlalu banyak juga sih masih bisa ditunggu."
"Indihome? Indigo!" Khansa membenarkan ucapan Ratna yang emang sengaja dianeh-anehkan
"Ya itulah pokoknya!"
"Ya sebelum Rafa mulai mengantuk sih oke aja."
Mereka pun memilih duduk menunggu karena yang datang pun tidak terlalu banyak, satu jam berlalu akhirnya giliran mereka masuk. Khansa dan Ratna duduk bersila di depan laki-laki paruh baya dengan peci putih di kepalanya, sekali bertemu pun sudah dapat terlihat aura positif di rumah itu tenang dan damai di dinding rumahnya pun banyak terpajang kaligrafi yang entah apa maknanya dan beberapa foto ulama besar.
"Perlu apa?" tanya sang peramal dengan singkat seolah-olah tak mau bertele-tele
"Ee..nanyain perihal hidup, seperti jodoh misalnya Mbah." Jawab Ratna
"Siapa?" tanya sang peramal lagi
"Saya Mbah." Ratna mengangkat tangannya
"Saya Ratna, ee kira-kira hidup saya kedepannya itu seperti apa ya?" tanya Ratna dengan agak ragu-ragu
Pria tua itu menatap Ratna begitu tajam, Ratna jadi salah tingkah sambil tangannya mulai memetik perbutir tasbihnya lalu sejenak memejamkan matanya. Ia membuka matanya dan menceritakan hasil penglihatannya pada Ratna. Selang beberapa menit masuk dua pria berwajah oriental dan duduk di samping Khansa dan Ratna sepertinya niatnya sama seperti Ratna dan Khansa karena usianya terlihat masih muda ya perkara cinta atau jodoh
"Kamu mau bertanya apa?" Mbah peramal menunjuk ke arah Khansa yang duduk bersila memangku Rafa
"Oh engga Mbah saya engga." jawab Khansa dengan halus buru-buru Ratna memotongnya
"Namanya Khansa lahirnya senin pahing Mbah, nanyain masa depan juga." Khansa menyikut lengan Ratna ia malu didengar oleh dua laki-laki yang baru saja datang itu. Mbah tua itu menatap dalam kedalam bola mata Khansa seolah olah menggali jati diri seseorang lewat tatapan matanya yang begitu tajam tapi meneduhkan.
"Kami memiliki aura yang positif Nak Khansa, Anda sangat peka dan memandang sekitar diri Anda dengan rasa kasih. Keinginan untuk menolong orang, khususnya yang bermasalah dan kurang beruntung, sangat kuat. Kebaikan Anda juga sering disalahgunakan dan Anda juga tidak jarang dikecewakan oleh orang lain. Anda punya kemampuan untuk berteman dengan mudah, karena orang-orang tertarik pada kepribadian Anda yang terbuka dan seperti magnet. Anda diberi berkah oleh Tuhan berbentuk kemampuan untuk memahami orang, yang jika digunakan dengan benar bisa sangat bermanfaat bagi orang lain." terang Mbah dengan sangat rinci Khansa tersenyum lega karena hasil yang disebutkan memuaskan. Dua laki-laki tadi menatap ke arah Khansa seolah ingin tau seperti apa wanita dengan watak sebagus itu, membuat Khansa tersipu malu.
"Kalian berdua apa?" peramal menunjuk kearah dua laki-laki tadi
"Ini saya meminta Mbah melihat wanita ini." salah satu laki-laki itu mengeluarkan foto dari tasnya dan memberikannya pada Mbah peramal
"Dia temen dekat saya, gimana menurut Mbah apakah dia wanita yang baik?" tanya lelaki itu begitu antusias Khansa dan Ratna yg masih berada di situ pun terlihat antusias ingin tahu hasilnya. Mbah menatap foto itu beberapa menit
"Wanita ini sosok yang sedikit liar, mandiri, menyenangkan, dan ramah. Mereka senang mengekspresikan diri dengan cara sensual dan bertekad untuk menjalani hidup sepenuhnya, yang artinya tipe orang seperti ini sulit untuk di atur."
Dua laki-laki itu termangut mangut mendengar perkataan si peramal
"Sebaiknya jika mencari jodoh itu carilah yang bisa memahami dirimu Nak yang kamu merasa dia bukanlah beban tapi adalah sumber kebahagian hidupmu, seperti siapa..? Nak Khansa, tak banyak wanita dengan sifat seperti yang dia miliki." Mbah tua itu tersenyum ke arah Khansa yang tersipu malu.
"Ahh engga gitu juga Mbah." Khansa merendah
"Kenapa suami mu bisa meninggalkan wanita sebaik kamu?" Khansa dan Ratna terhenyak kaget ia sama sekali belum menceritakan perihal kehidupannya yang itu tapi mbah tua itu sudah dapat membaca pikirannya..
"Ah memang udah gak cocok aja sih mbah, saya juga bukan istri yg baik." ungkap Khansa agak malu dan merendah. Ratna pun akhirnya memutuskan untuk pamit pulang, mereka tiba di depan kontrakan Khansa. Khansa mengehempaskan dirinya di atas kasur santai depan tv tempat Rafa biasanya menonton sambil bermain.
"Bahaya sih Mbah itu, kok dia bisa tau masa lalu gue kan gue belum cerita." Khansa mengutarakan isi hatinya tentang keanehan dari si peramal.
"Kan gue udah bilang dia peramal, itu artinya dia bisa melihat masa depan atau masa lalu... tapi eh tapi cowok yang nanyain ceweknya itu cakep juga lho Khan."
"Iya sih, tapi gue liat dikit cewek yang dia tanyain itu gak cantik-cantik amat lho.. heran? kenapa sih cowok ganteng lebih suka sama yang pas-pasan gitu." Ratna tertawa renyah
"Tapi mungkin dia dari ujung kaki sampe ujung rambut seharga mobil mewah." timpal si Ratna
"Iya juga sih, kita mah apa sih baju aja belinya tiga sepuluh ribu."
"Mana ada baju tiga sepuluh ribu nenek lu kali." keduanya tertawa bersama, Rafa mulai mengantuk Ratna pun memutuskan untuk pulang karena Rafa sudah mulai merengek pada Khansa. Keesokan harinya Khansa memanaskan mesin motor untuk bersiap berangkat kerja, dan seperti hari biasa ia membawa Rafa bekerja ke taman kota atau trotoar jalan. Menyapu di pinggir jalan sudah hal yang biasa Khansa menatap Rafa yang tengah duduk d pinggir jalan sambil memainkan mainannya. Khansa mulai menghampirinya
"Rafa ngapain sih?" tanya Khansa
"Main Ma." jawab Rafa polos tanpa menoleh kehadiran Khansa
"Ayo kita makan dulu!" Khansa meraih kantong kresek yang menggantung di motor, kali ini ia tidak memasak untuk bekal ia membeli sebungkus nasi beserta lauknya dan membawa sebotol air minum.
Dipagi hari yang cerah mentari bersinar dengan teriknya Khansa dan Rafa masih betah duduk di tepi trotoar setelah menghabiskan sebungkus nasi rames. Ia masih ingin melihat pengendara yang berlalu lalang entah kemana tujuannya.
Sebuah motor bebek menepi mendekati keduanya, Ratna mematikan mesin motor dan mencopot helmnya.
"Kalo udah selese kerja ya pulang, malah bengong, ntar di culik sama jin." Ratna memarkir motor dan duduk disamping Khansa
"Di rumah juga lagi engga ada kerjaan, Rafa juga masih belum ngajak pulang."
"Ya siapa tau jodoh lama ada yg lewat terus ngajak balikan ya kan?" canda Ratna
"Gue maunya jodoh baru kali." celutuk Khansa
"Ih beneran nih mau yang baru?" tanya Ratna berharap Khansa benar-benar akan mencari Ayah baru buat Rafa setelah setahun bercerai
"Ya engga juga sih."
"Tuh kan....kita ikut kencan buta aja gimana?" Ratna memberi solusi
"Ratna, aku ini janda bukan bujangan yang bisa seenaknya nyari pasangan, kamu ini belum nikah kamu bebas menunjuk lelaki yang kamu mau, aku? Belum tentu ada laki-laki mau nerima orang kayak aku."
"Serius amat lu Khan, kan cuma ngajak doang belum nyomblangin!"
Ratna terdiam beberapa saat
"Khansa aku ngotot begini karna aku engga mau liat kamu seperti ini, kerja bawa Rafa. Kamu harusnya di rumah aja ngurus Rafa, ya setidaknya kalo kamu nikah lagi kamu engga perlu harus kerja banting-banting sapu ya kan." Ratna tersenyum meledek Khansa menahan tawanya
"Tawa aja ditahan-tahan....udah ah aku ada urusan jalan dulu ya." Ratna beranjak dari duduknya untuk pergi, Khansa pun bersiap-siap untuk pulang. Saat akan menghidupkan mesin motor handphone Khansa berdering, ia menatap sebentar ke layar hapenya
"Apa?" tanya Khansa tanpa berbasa basi saat tau yang menelpon adalah mantan suaminya
"Assalamualaikum dulu atau nanyain kabar dulu kan enak didenger?" ucap pria dari dalam telpon
"Aku lagi di jalan, ada apa?" lagi-lagi Khansa berkilah dengan cueknya
"Aku ada di depan rumah...buruan balik!" sambungan telpon langsung mati sebelum Khansa sempat bicara lagi
"Iish sama aja engga ada sopannya." gerutu Khansa seraya menyimpan handphonenya dan pergi menjauhi trotoar berbaur dengan padatnya kendaraan lainnya. Khansa dan Rafa tiba di rumah seorang laki-laki sudah duduk didepan rumah dengan busana yang kalo ditotalin bisa seharga puluhan juta belum lagi mobilnya parkir tepat di depan rumah membuat Khansa jengkel. Rafa yang tau itu Ayahnya langsung menghambur dalam pelukan Ayahnya. Khansa dengan wajah cemberutnya membuka pintu rumah.
"Ada perlu apa?" tanya Khansa dengan datar
"Aku perlunya dengan Rafa, kamu ya terserah mau ngapain." jawab lelaki bernama Hendy tak kalah cueknya, Khansa bergegas masuk kamarnya. Hampir satu jam bertemu kangen dengan sang anak ia pun berpamit untuk pulang
"Ini ada sedikit buat Rafa." Hendy menyodorkan amplop putih berisi uang. Khansa menerimanya tanpa berkata apa-apa
"Boleh aku pinjam Rafa hari ini sampai besok? Besok sore aku sudah harus balik ke Jakarta."
"Kamu tanya dulu anaknya apa dia mau semalam pisah dari aku."
"Sayang malam ini Rafa sama Ayah ya besok Ayah antar Rafa balik lagi ke Mama, Rafa mau kan jalan-jalan naik mobil?"
Rafa dengan cepatnya mengiyakan ajakan Hendy belum lagi dengan iming-iming jalan-jalan pake mobil Rafa dua kali lipat lebih senang, Khansa mau tak mau harus merelakan Rafa untuk bersama Ayahnya malam ini dan untuk besoknya karena tak ada alasan dia untuk melarang Ayah dan Anak untuk memadu rindu.
Malam itu Khansa sendirian di rumah dari lubuk hatinya yang dalam ia sangat ingin mengetahui keadaan Rafa disana tapi toh dia juga bersama Ayahnya untuk apa aku sekhawatir ini pikirnya. Ia pun memutuskan untuk jalan-jalan saja menenangkan pikirannya selama ini juga dia engga pernah jalan-jalan sendiri sekali-sekali keluar menikmati kesendirian. Khansa memilih duduk didepan minimarket yang tak jauh dari rumahnya ia melihat sekelilingnya banyak anak muda yang nongkrong beramai-ramai dan ada pula yang hanya berdua dan hanya dia yang sendiri Khansa buru-buru mengecek hape.
"Oh malam minggu toh pantesan rame." Khansa tersenyum sendiri sambil menikmati cemilan yang di belinya disana tanpa dia sadari dua pasang mata memperhatikannya sedari Khansa duduk disana. Dua pasang mata itu akhirnya memutuskan untuk mendekati Khansa.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!