Hai, gue Aluna Mysha. Gue sekarang dipanggil 'Luna' sama temen temen satu kelas gue, SMA GALAXY yang berada di ibu kota, Ya! Gue pindah sekolah disini ikut tinggal di rumah tante gue, tante Anita. Asal gue dari kota kembang 'Bandung' dan ortu juga tinggal disana.
Tante Anita adik Mama gue Mama Sinta, beliau sudah menikah namun sayang suaminya meninggal mengalami kecelakaan pesawat saat ada pekerjaan diluar negeri, Tante Anita punya anak laki laki satu taun di atas gue, karena memang tante Anita nikah lebih dulu, Anak tante Anita bernama Andrian Seto, kakak kelas di sekoleh gue sekarang.
Mama dan Papa selalu mewanti wanti sama tante, oh iya nama Papa gue Arya Bramantyo keturunan blasteran jawa dan inggris. Makanya wajah gue banyak mirip Papa. Mungkin adonan Papa lebih banyak saat bikin gue.
Oke lanjut, banyak banget amanat dari ortu gue buat tante Anita, sebenernya gue kasian sama tante tapi hanya tante yang Mama percaya, dari pada tinggal sendiri. Itu kata Mama.
dan Kak Andri selalu bantu gue jika ada yang belum gue paham, terkadang terlalu berlebihan untuk menjaga gue mungkin Kak Andri takut kejadian dulu terulang sama gue, gue maklum namun terkadang risih karena gue berusaha untuk melupakan tapi teringat lagi.
Kak Andri tau masa lalu gue, dia juga ikut miris saat melihat gue waktu itu, Kak Andri juga memang orangnya penyayang tapi sama gue dan tante, kalau di sekolah Kak Andri cueknya pake banget sama murid lain termasuk sahabat Kak Andri, Kak Tio dan Kak Bayu. Kak Andri terkenal di sekolah dia adalah ketua tim Futsal.
dan Gue berangkat sekolah selalu bareng Kak Andri, terkadang murid murid di sekolah nyangka kita punya hubungan spesial padahal kita sepupuan, karena emang Kak Andri terlalu 'berlebihan' sama gue. -.-
Oh iya, kembali ke perkenalan diri gue, gue itu orangnya ceria bahkan cerewet tapi itu 'dulu' sebelum kejadian yang tak pernah gue duka merubah gue 180•, gue menjadi biasa aja berteman pun tak sebanyak dulu, dan gue cerewet paling sama Kak Andri dan temen baru gue namanya Nadia Syfa.
Tubuh gue gak tinggi gak pendek,ya sedeng aja kalo di Kak Andri tinggi gue se dadanya, tubuh gue jadi kurus semenjak kejadian itu tapi masih cukup ideal menurut gue sih, tapi kalau Kak Andri sering ledekin gue 'cungkring'kalau dia lagi kesel sama gue. Kulit wajah gue gak putih putih banget sih tapi Alhamdulillah bersih karena banyak gen Papa yang tercetak sempurna di diri gue.
Kadar otak gue juga gak terlalu bodoh sih, lumayan lah kalau otak gue nurun dari Mama, karena Mama emang cerdas banget ketimbang Papa, tapi tetep Papa yang menjadi meimpin, dan keluarga gue gak bisa di bilang kaya atau engga, karena begini adanya tetep harus disyukuri.
Kalau kata eyang gue, "Sebanyak atau sekurang apa pun harta tetap harus disyukuri, karena suatu saat mereka akan lenyap." Ya memang benar sih kalau mati juga gak akan dibawa tuh harta mau sebanyak apa pun juga.
Dan gue sudah satu bulan tinggal di ibu kota bareng tante Anita, dan udah satu bulan juga gue sekolah di SMA GALAXY, yang awalnya adem ayem tentram dan sejahtera sampe tiba tiba gue ketemu dan kenal sama Cowok yang bernama Reynad Batara.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next...
"Kak Andri tunggu dong..."Seorang gadis tengah berlali sambil kedua tangannya berusaha memakaikan satu sepatunnya yang sebelah kanan, hingga terjinjit-jinjit mengejar Andri yang sudah berjalan menuju motornya.
Gadis itu menarik tas ransel milik Andri dari belakang membuat pria itu melangkah mundur satu langkah dan berhenti lalu berbalik, "Cungkring! Lo kebiasaan." Ucapnya sedikit geram. Sudah menjadi kebiasaan kalau setiap hari senin gadis ini suka lama didalam kamarnya, entah apa yang dilakukan Aluna, ya gadis itu adalah Aluna.
"Iya ihh.. Iya maaf! Ini udah." Aluna mengehntakan satu kakinya cemberut menghadap Andri.
"Ya udah cepet naik, nanti Lo mau di jemur?" Dengan buru buru gadis itu menaiki motor Andri, dengan Andri yang sudah duduk didepannya mengendarai motor besar berwarna putih itu.
Aluna berpegangan pada ujung tas milik Andri, dan tak lupa Luna sudah memakai helm pogo berwana maroon itu yang hadiah dari Andri saat Aluna pindah ke ibu kota.
Andri menjalankan motor besarnya dengan kecepatan yang tinggi, menurut Aluna. Tapi jika Aluna komentar dia pasti akan kena omelan Andri, "Lo diem aja kalau gak mau gue turunin di pinggir jalan." Begitu isi ancaman Andri. Terkadang sepupunya ini memang menyebalkan namun posesif.
Contohnya saja sekarang setelah tiba di parkiran sekolah mereka Andri membantu membukakan helm Aluna, "Lo harus inget perkataan gua, Lo-"
"Harus tetep jaga jaga, jangan banyak tingkah, jangan cari gara gara, jangan bikin gue susah, kalau ada apa apa hubungi gue." Langsung saja Aluna melanjutkan apa yang akan Andri katakan, gadis itu sudah hampir bosan mendengarkan perkataan yang selalu Andri bilang sebelum mereka berpisah ke kelas masing masing, karena Andri sudah kelas dua belas.
"Gue ke kelas, inget yang gue bilang." Sekali lagi pria itu memperingatkan pada Aluna dengan nada tegasnya, memang cocok sekali sebagai kakak yang menjaga adiknya. Ya karena memang Andri anak satu satunya tante Anita.
Aluna mengangguk dan mereka berpisah di lorong sekolah, Aluna berbelok menuju kelasnya, kelas sebelas IPA satu, tiba tiba saja gadis itu terkejut karena ada tepukan yang sangat keras di pundaknya.
"Astagfirullah!" Ucap gadis itu lalu berbalik dan nampaklah orang yang mungkin sebulan ini membuatnya merasa bosan tapi jika di pikir pikir hanya dia yang menjadi salah satu temannya yang setia, iya dia adalah Nadia teman sekelas plus sebangku Aluna.
"Kebiasaan Lo!" Geram Luna yang malah mendapatkan cengiran manis khas Nadia.
"Gak papa itu obat epektif ngecek jantung Lo." Alesan Nadia dan Aluna memutar bola mata malas.
"Efektif Nad, bukan epektif." Aluna mengoreksi pelapalan yang di ucapkan Nadia, dan Nadia malah kembali nyengir kudanya.
"Gak papa kan gue yang ngomong." Selalu saja bilang 'Gak papa' dan Aluna harus ekstra sabar dengan teman barunya ini, yang selalu seenaknya saja asal bicara atau asal jeplak saja yang penting masih benar dan bisa dimengerti. Itu alasan Nadia.
Kedua gadis itu berjalan menuju kelasnya untuk menyimpan tas mereka, "Hai Lun!" Sapa salah satu teman sekelasnya yang bernama Neva, Sekertaris kelas.
"Hai!" Luna membalas sapaan temannya dan tak lupa dengan tersenyum canggungnya, entah kenapa Aluna masih saja kaku untuk berbaur dikelas dan hanya Nadia saja yang bisa dia percaya meski baru kenal.
Aluna dan Nadia mengambil dan memakai topi sekolahnya, lalu berjalan menuju lapangan upacara karena sebentar lagi akan dilaksanakannya upacara bendera ritual hari senin.
****
Setelah selesai upacara kedua gadis itu kembali berjalan menuju kelasnya, namun saat di koridor kelas tiba tiba namanya di panggil.
"Aluna." Terdengar suara berat yang tertangkap dari kedua gadis itu, dan mereka berdua berbalik. Memang yang di panggil adalah Aluna tapi keduanya tetap berbalik.
Aluna tersenyum kaku-lagi saat melihat siapa yang memanggil namanya, dia adalah Aldan Putra, Kakak kelas sekaligus anggota Most Wanted disekolah ini, Aluna tau, gadis itu tau hanya saja tidak terlalu peduli karena selalu teringat pe-ri-nga-tan Andri yang tidak boleh membuat gara gara atau terjerat gara gara.
Pria itu menghampiri Aluna, sekilas penjelasan kenapa pria itu kenal dengan Aluna, karena Aluna tidak sengaja membantu Aldan saat di perpustakaan yang saat itu Aldan tengah tertimpa beberapa buku besar dan disitu juga Aluna melihatnya, jadilah Aluna membantu Kakak kelasnya itu, dan membuat mereka kenal, namun hanya Aldan lah yang merasa lebih tapi tidak dengan Aluna.
"Emh, kenapa Kak." Sangat terlihat jelas betapa kakunya Aluna bicara, padahal gadis itu berusaha agar senormal mungkin.
"Nanti kalau udah istirahat dan ada jam kosong Lo nonton pertandingan tim gue ya!" Pintanya, iya Aldan satu tim dengan sepupunya Andri. Aluna sering menonton karena memang menunggu Andri bukan yang lain.
Makanya Aldan merasa tidak asing saat pertama ketemu dengan Aluna karena dia sering liat Aluna duduk di kursi penonton setiap ada latihan futsal.
Terlihat Aluna tengah menimang ucapannya, gadis itu juga sadar di tim Aldan ada Andri, dan Andri juga udah bilang tadi malem kalau sekarang hari ini ada pertandingan futsal antar kelas.
Akhirnya Aluna mengangguk samar, mengiyakan ajakan Aldan, pria itu tersenyum dan mengangguk, "Kalau gitu gue duluan." Dan benar pria itu langsung pergi begitu saja tidak ada kata kata manis seperti di sinetron jiga seseorang mendekatinya pasti ada adegan manis atau perkataan romantis, namun tidak dengan Aldan, memang pria itu sering menyapa Aluna tapi hanya sekedar menyapa atau mengajak hal penting seperti nonton pertandingan 'hanya itu saja'.
Dan setelah itu Aluna bersama Nadia kembali berjalan menuju kelasnya, seperti biasa keadaan masih adem ayem dan sejahtera menikmati masa sekolah putih abu abunya. Aluna selalu bisa memecahkan rumus yang diberikan oleh guru dengan cepat meski ada orang yang lebih pintar dari Aluna dikelasnya yaitu Raka, pria populer dikelasnya.
Aluna tidak akan membanding bandingan hal apapun itu, karena Aluna selalu teringat LAGI pe-ri-nga-tan Andri yang jangan pernah berbuat aneh aneh atau terlibat dengan hal yang aneh aneh, yang membuat Andri harus turun tangan mengurusnya karena pria itu tidak mau atau tidak ingin Aluna terjadi hal hal buruk apapu, A-P-A-P-U-N.
Dan dia pun akan sewajarnya saja didalam kelas, Aluna benar benar ingin menjadi siswi biasa saja, tidak ingin mencolok dari segi mana pun, meskipun terkadang teman teman sekelasnya selalu memuji kecantikan Aluna dan kepintaran Aluna dan Aluna hanya bisa menjawab 'Terima kasih' cukup itu saja, tapi Aluna masih bersyukur karena teman satu kelasnya menyukainya, mereka mencoba berbaur untuk mengajak Aluna meski Aluna sendiri merasa kaku, tetapi Aluna tetap ikut bergabung yang hanya akan menyimak saja.
Ada ketakutan yang tidak bisa Aluna jelaskan sekarang ini...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next...
Like.. ❤
Namun ternyata dugaan-nya diluar ekspetasi karena setelah istirahat Aluna masih harus melakukan kegiatan belajarnya, karena guru bahasa inggris nya masuk kelas.
Yang awalnya Aluna ingin menonton pertandingan Andri harus dibatalkan, Luna menghela nafas panjang terlihat raut wajahnya cemberut, namun seketika kembali berubah menjadi biasa aja.
"Bagus dong kan gak ketemu Kak Aldan." Ucap gadis itu di dalam hati.
Iya, Aluna masih merasa canggung banget bertemu dengan Aldan, karena sikapnya aneh kadang kadang datang dimana saja dan pergi gitu aja, Namun Aldan sendiri sebenarnya baik dan ramah, itu bisa Aluna rasakan tapi kembali pada alasan awal Aluna.
Jika menunggu sampai pulang sekolah, mungkin pertandingan nya sudah selesai, dan itu membuat Aluna tidak harus menunggu Andri lama. Karena jika ia pulang sendiri maka siap siap dengan ancaman Andri, "Kalo Lo berani pulang sendiri tanpa gua jangan harap bisa tegur sapa sama gue di sekolah maupun dirumah, dan jangan harap gue bakal lindungin Lo." Ancaman yang sangat menakutkan, jika bukan Andri lalu siapa lagi, karena memang dirinya tinggal di kota orang bahkan ini ibu kota banyak bermacam hal karakter orang orang yang bisa saja berbuat jahat.
Maka dari itu lebih baik Aluna cari aman saja meski terkadang harus menunggu Andri lama sampai dirinya mengantuk, Andri selalu bisa membuat ancaman yang menakutkan bagi Aluna sehingga Aluna taklut padanya.
Akhirnya bel pulang pun berbunyi, "Baiklah anak anak sampai disini pelajaran kita sekarang, sekian terimakasih." Lalu Miss Jen pun pergi keluar kelas, dan sedetik kemudian suasana di kelas mulai ramai.
Aluna membereskan buku bukunya dan memasukannya kedalam tas serta peralatan menulis lainnya, "Lun, Lo mau ke gedung olah raga indor?" Tanya Nadia disela membereskan bukunya.
Aluna mengangguk tanpa menjawab membuat Nadia berdecak, "Ck, jawab kek kan gue gak bisa denger gerakan kepala Lo." Kesal gadis itu yang sekarang duduk menghadap Aluna.
"Ish, Iya gue mau nemuin Kak Andri. Lo mau ikut?" Aluna meringis namun sejurus kemudian dia mengajak Nadia untuk ke gedung olah raga indor dimana disana ada Andri di lapangan futsal.
Kedua gadis itu memilih duduk di kursi penonton yang tidak terlalu belakang dan tidak telalu depan hanya tiga baris dari depan jarak mereka dengan batas penyanggah lapangan futsal, bisa Alun lihat permainan Andri memang luar biasa maka cocok gelar ketua tim itu padanya.
"Lun, Kak Andri keren ya!" Tak henti hentinya kedua bola mata Nadia hanya tertuju pada Andri bahkan kini bola matanya sangat berbinar, melihat lelehan keringat yang membasahi tubuh Andri.
"Astagfirullah." Gadis itu terkejut dengan tiba tiba tangan kanan Aluna mengusap wajahnya dengan kasar.
"Nah bener harus Istighfar Lo, liatin Kakak gue sampe segitu nya."
"Hey, pemandangan mana lagi yang harus kau dustakan! Ini itu anugrah hadiah dari Tuhan, maka jangan dilewatkan, jarang banget liat tubuh sexy pria pria idaman sekolah ini." Dengan santainya Nadia mengucapkan semua perkataannya dengan mata yang terus menyorot pada Andri yang malah mendapatkan hadiah toyoran dari teman sebelahnya ini.
"Astagfirullah Lun, nyebut Lun-nyebut." Ucapnya sambil mengusap dadanya pelan.
"Lo yang harusnya nyebut Nad bukan gue, Lo sampe ngiler liatin Kakak gue, gak sudi gue punya ipar kaya Lo." Aluna terbelalak karena kini mulutnya di bekam oleh tangan kiri Nadia, memang teman lucknat.
"Sstttt.. Sudah gak papa Lo juga nikmatin aja anugrah ini, oke!" Sumpah demi apapun Aluna rasanya ingin membanting Nadia sekarang juga biar orang yang disampingnya ini sadar.
Aluna terpaksa memilih diam karena jika tidak kupingnya mungkin sudah mengeluarkan asap karena yakin Nadia pasti bakal banyak mengeluarkan banyak alasan alasan yang tidak masuk akal. Aluna menghela nafas panjang, terkadang dia selalu berpikir kenapa dirinya bisa berteman dengan Nadia bukan yang lain?
Sebenarnya tingkah kedua gadis itu tak luput dari pandangan semua orang yang sedang berada di lapangan futsal terutama Andri dan Aldan, Andri sudah melotot menyorot pada Aluna yang tanpa disadari oleh gadis itu, saat ini Andri sedang mengelap keringatnya dan bersiap membersihkan diri.
Denga sabar Aluna dan Nadia menunggu di kursi penonton, sebenarnya Aluna heran mau maunya Nadia menemani Aluna disini padahal kan Nadia tau kalau Andri dan Aluna pulang pakai motor, yang dengan jelas tidak bisa mengantarnya pulang.
"Gak papa kan masih ada mang ojol." Dan selalu itu jawaban Nadia dengan enteng.
"Ayo balik." Tiba tiba datang tanpa mengucapkan maaf atau apapun itu untuk sekedar basa basi, Andri langsung saja menarik Aluna agar berdiri dan mengajaknya pulang.
"Iya ishh.. sakit tau." Aluna meringis lalu menepis tangan Andri yang sempat menggenggam nya, Aluna menarik Nadia lalu berjalan keluar gedung itu berjalan mendahului Andri.
"Ayo buruan katanya mau balik." Ucap Aluna yang masih terus berjalan tanpa melihat kebelakang, Andri hanya tersenyum melihat kelakuan Aluna, lalu dia pun mengikuti langkah kedua gadis di depannya.
Aluna melambaikan tangannya pada Nadia yang kini sudah naik di motor mang ojok yang mulai melaju, kemudian Aluna juga kini menaiki motor besar Andri yang sedikit dibantunya.
"Ck, makanya tinggiin lagi tubuh Lo biar gak nyusahin."Enak banget sih itu ngomong dia pikir ninggiin badan kaya narik tanah liat apa.
"Awss! Berani Lo ya." Andri mengusap bahu nya yang habis di cubit kecil namun matil oleh Aluna.
"Nyebelin deh bilangin loh sama Mama." Dengan merengek dengan nada khas manjanya Luna udah gak kuat kalau Andri ngerjainnya keterlaluan, rasanya pengen nagis aja.
Andri selalu seperti ini, puas menjahili Aluna hingga hampir nangis, "Iya.. Iya sorry! jelek banget tuh muka Lo kalau mau nangis." Sekali lagi Andri mendapatkan cubitan yang kini merasa sakit di area pinggang nya.
"Aww.. Udah ah nanti jatoh tau rasa Lo, kita pulang." Aluna tidak menjawab, gadis itu hanya bisa cemberut sepanjang jalan meski Andri mengajaknya bicara. Sebenarnya Andri tau saat ini Aluna tengah kesal padanya, namun tak kehabisan cara bagi Andi untuk terus menggoda Aluna dan terbukti sekarang Aluna malah tertawa terbahak.
Hingga mereka pun tiba di rumah seolah tidak terjadi apapun, Aluna bersikap biasa saja, iya Aluna tidak terlalu suka untuk mengungkit kejadian kejadian seperti itu, karena dia tau itu keisengan Andri.
"Assalamualaikum.!" Ucap mereka berdua barengan saat membuka pintu rumah.
"Walaikumsalam Non, Aden." Jawab pembantu yang bernama Bi Siti, Ya di rumah tante Anita ada beberapa pekerja rumah tangga untuk membantu tante mengurus rumah, karena tante sering sibuk di butik, contohnya seperti sekarang.
"Loh bi, Mama mana?" Tanya Kak Andri pada Bi Siti.
"Nyonya di butik. Aden, tadi titip pesen katanya pulang larut karena banyak PO." Jelas Bi Siti pada kedua majikan mudanya.
Andri menganggukan kepalanya lalu berjalan lebih masuk kedalam rumah, "Iya udah gak papa Bi." Jawabnya, Andri tidak pernah marah atau kesal jika tante Anita bekerja melainkan Andri mendukung nya karena supaya tante Anita tidak terpuruk akan kepergian suaminya, Papanya Kak Andri.
Aluna dan Andri pergi masuk kekamar mereka masing masing untuk berganti dan memberikan tubuh mereka.
Satu fakta yang mereka tidak ketahui, sedari tadi di sekolah ada seseorang yang terus memperhatikan interaksi antara Aluna dan Andri, iya dia Aldan.
Aldan terus memperhatikan mereka berdua sedari di lapangan futsal sampai tempat parkir sekolah, Aldan hanya diam dengan wajah datarnya tanpa ekspresi, entah apa spekulasi yang ada di pikiran Aldan terhadap Aluna dan Andri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next...
Like... ❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!