Dinda Khoirunisa seorang gadis yatim piatu yang mempunyai kepribadian rendah hati mengasihi anak-anak yang senasib dengannya. Dirinya besar di Panti Asuhan dan telah menjadi bagian terpenting didalam panti asuhan. Dirinya diberikan tanggungjawab untuk mengajukan berbagai proposal untuk menunjang kebutuhan panti dan anak-anak yatim piatu.
Dinda juga telah bekerja sebagai tenaga Administrasi disebuah Bengkel Mobil terkenal dikotanya. Dinda juga sebagai seorang aktivis sosial yang sangat aktif.
Pagi ini Dinda bangun pagi untuk membantu ibu panti menyiapkan sarapan untuk anak-anak. Dengan telaten Dinda mengerjakannya bersama ibu panti dan teman yang lainnya.
Selesai menyiapkan sarapannya. Dinda masuk ke kamarnya untuk mandi dan bersiap berangkat bekerja. Setelah selesai bersiap Dinda menuju meja makan disana telah banyak anak-anak yang telah memulai sarapannya. Dinda menghampiri Ibu Panti.
" Ibu... Ayo makan bersama Dinda..." ucap Dinda lembut.
" Kamu saja Nak yang makan... Ibu masih kenyang..." ucap Bu Panti seraya menatap kearah yang lain.
" Ibu... Tolong jangan seperti itu... Dinda nggak mau Ibu sakit... Ayo makan sama Dinda... Biar Dinda ambilkan ya..." ucap Dinda seraya menuntun Ibu agar duduk.
" Baiklah Nak..." ucap Ibu pasrah.
Kini Dinda mengambilkan makanan untuk Ibu Ning dan dirinya. Dan meletakkannya dimeja.
" Ibu ayok dimakan dulu... Jangan memikirkan masalah itu lagi... Insya Allah Dinda akan mendapatkannya..." ucap Dinda seraya mengelus punggung tangan Ibu Ning.
" Iya Nak... Terimakasih kamu selalu tahu apa yang sedang Ibu pikirkan... Semua anak-anak disini tergantung padamu..." ucap Ibu Ning sendu.
" Iya Ibu... Dinda akan mengajukan proposal diberbagai instansi baik negeri atau swasta... Dan Ibu jangan khawatir apabila semua usaha Dinda belum ada hasilnya.. Ibu bisa menggunakan uang hasil kerja Dinda untuk keperluan anak-anak... " ucap Dinda panjang lebar.
" Terimakasih Nak... Hatimu sungguh sangat mulia... Semoga Allah membukakan pintu rejeki untukmu..." ucap Ibu Ning seraya mengusap rambut Dinda lembut.
" Aamiin Ibu... Terimakasih atas doanya... Dan sekarang kita makan dulu... Sebentar lagi Dinda akan berangkat bekerja..." ucap Dinda tersenyum.
" Iya Nak... " ucap Ibu Ning tersenyum.
Kini mereka makan dengan nyaman. Selesai sarapan Dinda membereskan piring-piring yang kotor dan segera mencucinya. Selesai mencuci piring. Dinda langsung pamit pada Ibu Ning.
" Ibu... Dinda berangkat bekerja dulu ya...? Doakan Dinda agar semuanya berjalan dengan lancar..." ucap Dinda seraya mencium tangan Ibu Ning.
" Hati-hati dijalan ya Nak... Doa Ibu selalu untukmu... " ucap Ibu Ning seraya mengelus rambut Dinda.
" Terimakasih Ibu.... Anak-anak Kakak tinggal bekerja dulu ya... Mainnya yang sholeh jangan menyusahkan Ibu... Dan jaga Ibu... Oke...?" ucap Dinda berpesan pada anak-anak.
" Oke Kakak.... " ucap anak-anak serempak.
" Yaudah Dinda berangkat Ibu... Assalamualaikum.." ucap Dinda seraya melambaikan tangannya.
" Waalaikumsalam Kakak..."ucap mereka bersama seraya membalas lambaian tangan Dinda.
Dinda segera melajukan kendaraannya menuju tempat pekerjaannya. Sesampainya ditempat kerjanya Dinda segera membersihkan ruang kerjanya. Selesai bebersih Dinda segera menyalakan komputernya dan memeriksa orderan-orderan dari rekannya.
Selang setengah jam temannya datang. Dan menyapa Dinda.
" Hai... Cantik... udah sibuk aja nich...?" ucap Om Rio.
" Iya Om... Mumpung masih pagi pikiran masih fresh biar hasilnya perfect gitu... Biar nggak revisi Om..." ucap Dinda tersenyum manis.
" Siip.. Yaudah Om keruagan kerja dulu ya... Semangat Din... " ucap Om Rio seraya berjalan menuju meja kerjanya.
" Siap Om... Selalu..." ucap Dinda tersenyum.
Kini Dinda sudah mulai disibukkan dengan pekerjaannya. Sebelum makan siang Dinda harus segera menyerahkan laporannya keruang atasannya.
Setelah selesai semua Dinda bergegas keruang atasannya. Dinda menaiki tangga. Sesampainya didepan ruang atasan. Dinda langsung mengetuknya.
Tok...tok...tokkkk....
Terdengar jawaban dari dalam. Dinda langsung membuka pintu dan masuk.
" Selamat siang Pak Galuh... Ini laporan yang akan Bapak periksa... Semuanya sudah saya selesaikan..." ucap Dinda seraya memberikan laporannya dimeja Pak Galuh.
" Oke.. Terimakasih Din... " ucap Pak Galuh tersenyum.
" Ada lagi pekerjaan yang harus Dinda kerjakan Pak..." ucap Dinda ramah.
" Sementara ini nggak ada Din... Kembalilah bekerja..." ucap Pak Galuh tegas.
" Eengg... Baiklah Pak... Permisi..." ucap Dinda gugup.
" Din... Kamu kenapa...? Apa ada yang ingin kamu sampaikan ke saya...? Kalo ada duduklah..." perintah Pak Galuh pada Dinda.
" Baik Pak... Sebelumnya saya minta maaf... Apabila perkataan saya nanti menyinggung perasaan Bapak.... " ucap Dinda seraya meremas ujung bajunya.
" Bicaralah Din... Nggak papa... Ada apa...?" tanya Pak Galuh lembut.
" Maaf Pak Galuh... Bolehkah saya mengajukan proposal kesini...?" ucap Dinda menunduk.
" Proposal apa Din... Katakan yang jelas... Saya nggak paham..." ucap Pak Galuh seraya menatap Dinda intens.
" Begini Pak... Saya ingin mengajukan proposal untuk meminta bantuan untuk Panti Asuhan Ningsih karena disana banyak anak yatim piatu... Dan kami sangat membutuhkan bantuan untuk menyukupi kebutuhan anak-anak dan kebutuhan pokok... Apakah Bapak bisa membantu kami...?" ucap Dinda lembut.
" Apakah itu Panti Asuhan yang kamu tempati Din...?" ucap Pak Galuh meyakinkan.
" Iya Pak... Disana kebutuhan pangan untuk anak-anak sudah menipis belum kebutuhan yang lainnya... Saya yang diberikan tanggungjawab untuk itu Pak... Bisakah saya mengajukannya kesini...?" tanya Dinda pelan.
" Baiklah... Boleh... Nggak perlu pakai proposal... Saya percaya kamu Din... Nanti sepulang kerja kamu keruangan saya.. Saya akan memberikan sedikit rejeki untuk Panti Asuhan Ningsih..." ucap Pak Galuh tersenyum.
" Aduh... Alhamdulilah... Terimakasih Pak Galuh.. Anda sangat baik... Semoga Anda selalu diberikan rejeki yang berlimpah, sehat dan berkah..." ucap Dinda berbinar.
" Aamiin terimakasih Din... Sekarang silahkan kamu lanjutkan bekerja... Nanti pulang kerja langsung keruanganku... Saya tunggu..." ucap Pak Galuh tersenyum.
" Baik Pak... Terimakasih... Saya permisi dulu... Mari Pak..." ucap Dinda seraya berjalan keluar dari ruangan atasannya.
" Iya Din.. " ucap Pak Galuh tersenyum.
Dinda segera keluar dari ruangan atasannya menuju meja kerjanya. Dinda segera duduk dikursinya kembali bekerja hingga jam istirahat datang. Dinda turun ke kantin untuk membeli makan siang.
" Bu... tolong bikinin mie rebus pakai telur... Minumnya teh panas saja..." ucap Dinda pada Ibu Mira.
" Ok Non Dinda..." ucap Ibu Mira tersenyum.
" Panggil Dinda saja Bu... Nggak usah pakai Non... Oke..." ucap Dinda mengerlingkan matanya.
" Siiapp Nak Dinda..." ucap Bu Mira tersenyum lebar.
Dinda pun segera mencari tempat duduk yang masih kosong. Tapi sayangnya kantinnya penuh. Terpaksa Dinda kembali ke tempat Ibu Mira dan berdiri didepan pintu. Hingga seseorang memanggilnya.
" Dinda... Ngapain kamu disitu... Duduklah disini... " teriak Om Rio diujung sana.
" Ohhh... Baiklah Om..." Dinda berjalan menuju tempat duduk Om Rio.
" Duduklah disebelah sini Din..." ucap Om Rio seraya mengeser duduknya.
" Terimakasih Om... Maaf ya jadi empet-empetan.." ucap Dinda nggak enak hati.
" Nggak papa Din... Maklum pas jam istirahat jadi kantin penuh ..." ucap Om Rio memakluminya.
" Iya Om... " ucap Dinda tersenyum.
" Oya Din... Didepan Om ini namanya Pak Dimas dia Kepala Desa daerahmu... Masih saudara kalo sama Om... Dia masih lajang lho Din...." ucap Om Rio berbisik ditelinga Dinda.
" Iya Om.. Tapi maaf Dinda tidak kenal dan tidak tahu siapa Kades didesa Dinda... Kan Om tahu sendiri Dinda nggak pernah keluyuran..." ucap Dinda berbisik.
" Iya Om tahu Din..." Ucap Om Rio tersenyum kearah Dimas.
Mereka pun kembali hening. Hingga pesenan Dinda datang.
" Ini Nak Dinda pesenannya sudah jadi... Silahkan dinikmati ya Nak..." ucap Bu Mira seraya meletakkan pesanan Dinda dimejanya.
" Aduuuhhh.. Terimakasih Ibu..." ucap Dinda tersenyum ramah.
" Kamu jangan terlalu banyak makan mie instan kayak gitu Din... Nggak baik buat pencernaanmu..." ucap Om Rio seraya menatap makanan Dinda.
" Sekali-kali lah Om... Lagian Dinda juga nggak sering makan di kantin kan...?" ucap Dinda seraya mengaduk makanannya.
" Iya juga.. Tapi setiap kamu makan dikantin mesti makan mie... Ntar keriting tuch pencernaanmu" ucap Om Rio lagi.
" Nggak papa Om... Yang penting rambut Dinda nggak keriting... Hehehe... Ayok Om makan..." ucap Dinda seraya menyendok makanannya ke mulutnya.
" Silahkan dinikmati Din..." ucap Om Rio tersenyum.
Dinda pun dengan percaya diri makan makanannya. Tanpa menyadari kalau Dimas sedang memperhatikan Dinda makan.
" Dasar wanita aneh... Makan aja nggak ada feminimnya sama sekali... Nggak ada malu-malunya... Dia pikir kantin ini nggak ada orang apa... Dengan santai makan seperti itu..." batin Dimas seraya mengeleng-gelengkan kepalanya.
" Kenapa kamu Dim... Kok geleng-geleng kepala seperti itu..." tanya Om Rio yang dari tadi memperhatikan tingkah Dimas.
" Mungkin saudara Om Rio ini kepalanya lagi pusing... Atau malah cengngeng orang jawa bilang urat dilehernya sakit mungkin..." ucap Dinda santai seraya memasukkan makannya kedalam mulutnya.
" Mungkin bisa begitu ya Din..." ucap Om Rio menimpali perkataan Dinda.
" Apa sich Om... Dimas nggak sakit kepala dan nggak apa itu tadi... " ucap Dimas mengantungkan ucapannya.
" Ceng-ngeng Pak...." jawab Dinda cepat.
" Iya itu... Dimas hanya reflek aja menggelengkan kepala... Emangnya nggak boleh..." tanya Dimas sewot.
" Lhoh kan nggak ada yang ngelarang Pak... Anda mau geleng-geleng... Angguk-angguk atau mau koprol sekalian kita nggak nglarang kok... Iya kan Om Rio..." ucap Dinda tersenyum manis.
" Iya Dim... Nggak ada yang larang kok... Bener tuch kata Dinda..." ucap Om Rio tersenyum melihat wajah Dimas yang menahan kesal.
" Sudahlah Om... Dimas pulang saja... Ntar mobilnya Om yang bawa anter kerumah.. Dimas udah nggak mood untuk nunggu disini lagi..." ucap Dimas seraya berdiri dan meninggalkan meja makannya.
" Lhoh... Itu saudara Om kenapa marah... Apa perkataan Dinda tadi salah ya...?" ucap Dinda tak enak hati.
" Sudah biasa Dimas memang selalu begitu mudah tersinggung... Biarin aja... Ntar baik sendiri kok... Dan kamu tenang aja Din... Kata-katamu nggak ada yang salah kok..." ucap Om Rio tersenyum kearah Dinda.
" Yasudah Om... Kalo kata-kata Dinda tadi ada yang salah tolong dimaafkan ya Om..." ucap Dinda serius.
" Iya Din... Yaudah.. Om balik keruangan dulu... Kamu lanjutin makannya... Dah hampir habis jam istirahatnya Din..." ucap Om Rio menginggatkan.
" Siapp Om... Terimakasih sudah diingatkan..." ucap Dinda tersenyum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!