NovelToon NovelToon

Cinta Berawal Dari Terpaksa

Episode 1

Sekilas tentang kehidupan Alyssa atau Lisa

Aroma tumisan bumbu merasuk dan menusuk rongga hidung. Siapapun yang menciumnya pasti akan merasakan terganggu akan aroma tumisan bumbu tersebut.

Alyssa atau lebih akrab dipanggil Lisa itu tengah asyik memasak di dapur, bahkan aroma bumbu yang menyengat itu sama sekali tidak terganggu akan hal tersebut. Wajar saja, setiap hari ia melakukan pekerjaan ini. Sampai aroma–aroma yang menganggu sudah enggan masuk ke hidung Lisa.

Alyssa

Bumbu tersebut aromanya sedikit menyengat dan menganggu hidung, membuat orang yang menciumnya

akan bersin–bersin.

“Hacin.. Hacin… Hacin..”

“Hacin…”

“Lisa !!”

Perempuan yang sedang menonton TV tersebut beranjak. Wajahnya sudah memerah karena geram, sementara hidungnya juga ikut memerah karena terlalu keras menguceknya.

Perempuan tersebut tidak tinggal diam, dia menghampiri Lisa yang sedang memasak. Ia sengaja menunjukkan wajah semurka mungkin agar Lisa takut padanya.

“Kamu sengaja ya bikin aku pusing,” perempuan tersebut langsung saja menuduh Lisa.

Lisa yang tadinya tengah asyik memasak langsung mematikan kompornya.  Tubuhnya menghadap ke arah

sumber suara, namun kepalanya menunduk. “M.. ma.. maksud ka.. kakak a.. ap.. pa??” Tanya Lisa gugup.

Ini adalah sesuatu yang sangat dibenci oleh Elga, perempuan tersebut sekaligus kakak dari Lisa. Elga tidak suka menatap wajah Lisa, matanya selalu memutar malas jika sedang berbicara dengan Lisa. Wajah Lisa yang cantik kebulean membuat Elga iri dan benci menatapnya.

Kakak Elga.

Lisa memang jauh lebih cantik daripada Elga. Rambutnya pirang dan hidungnya bangir mengikuti ibunya. Sedangkan bola matanya hitam seperti ayahnya. Ibu Lisa memang keturunan Jerman–Indo. Wajar saja kalau Lisa ikut kebulean seperti ibunya.

Sementara Elga sangat-sangat jauh dari Lisa, kulitnya memang lebih putih dan bersih daripada Lisa. Itu karena Elga sering melakukan perawatan sedangkan Lisa lebih sering terpapar sinar matahari. Namun tetap saja, Elga adalah Elga. Perempuan dengan kearifan lokal, namun dengan gayanya yang sok kebule–bulean.

Kedua tangan Elga tak lupa dilipat di atas perut untuk menunjukkan kekuasaannya. “Sudah ku bilang berkali–kali, jangan pernah ganggu aku dengan masakan receh kamu itu!!”

 Wajah Lisa tetap menunduk, “i.. iya kak.”

Elga nampaknya tidak tinggal diam. Dia tidak suka dengan sikap Lisa yang terkesan mengacuhkannya. Elga menarik rambut Lisa hingga wajahnya agak mendongak, “kamu ngak tau sopan santun ya??”

 Kedua bola mata Lisa sudah mengeluarkan cairan bening, “m.. ma.. maa.. maaf.. ka.. kak..”

Rambut yang ditarik langsung dihempaskan begitu saja oleh Elga. “Kalau punya mata, lihat siapa lawan bicaramu itu !!”

Salah satu kaki Elga dihentakkan ke lantai karena sudah geram akan tingkah Lisa. “Percuma ngomong sama kamu, perempuan bodoh.” Tak segan Elga sering mengumpat kepada Lisa.

Kesabaran Elga memang sudah benar – benar hilang, dia sudah terlalu kesal akan Lisa. Seakan malu dengan surya yang baru saja terbit, ia memilih meninggalkan Lisa.

Lisa masih menangis karena kesakitan akibat tarikan rambut yang kuat dari Elga. Sebenarnya tidak ada yang salah dari Lisa, tapi begitulah Elga selalu mencari–cari alasan agar Lisa tetap bersalah.

Lisa meneruskan masaknya yang tertunda tadi. Air mata turun ikut larut ke dalam masakan, mengingat nasibnya sekarang selalu disia–siakan oleh keluarganya.

“Aku rindu ibu,” rintih Lisa dalam hati.

Air mata belum sempat mengering, sudah ada suara langkah kaki yang mendekati dirinya kembali. Buru–buru Lisa mengusap wajahnya yang basah air mata dengan lengan kaos yang ia kenakan.

Pelan–pelan Lisa menolehkan wajahnya ke belakang. Tapi saat bersamaan itu juga perempuan paruh baya melemparkan sebuah pakaian ke wajah Lisa, hingga Lisa belum sempat melihat siapa yang datang menghampirinya karena seluruh wajahnya sudah gelap tertutup oleh pakaian.

Perempuan paruh baya tersebut adalah ibu tiri Lisa, Rossa. Rossa adalah selingkuhan Hendra dan hasil perselingkuhan Hendra ayah Lisa tersebut menghasilkan Elga.

Rossa sebenarnya jauh tidak lebih baik dari Caroline, ibu Lisa. Jelas – jelas Caroline adalah model cantik asli keturunan Inggris–Jerman yang sudah lama tinggal di Indonesia, namun Hendra memilih Rossa yang jauh daripada Caroline. Hendra saja yang tidak pernah bersyukur dan memilih selingkuh dengan Rossa.

Rossa memasang wajah marahnya, “kamu emang ngak pecus kerja ya??”

 “Gleg…”

Saliva Lisa terteguk dalam–dalam, pelan–pelan ia langsung membuka wajahnya yang tertutup oleh pakaian tersebut. Dia masih belum paham mengapa ibunya bisa semarah itu. “Ad.. Ada apa bu?” tanya Lisa dengan

ragu–ragu.

Rossa yang sudah di dekat Lisa menunjuk pelipis Lisa dengan jari telunjuknya dan mendorongnya. “Kalo kerja pake otak dong!!”

Pakaian yang sedang dipegang oleh Lisa diambilnya alih. Rosa membuka bagian dada dress putih tersebut dan menunjukkan kepada Lisa, “kamu lihat!!”

Jantung Lisa makin berdebar kencang melihat sebuah noda merah yang melekat pada dress putih milik Rossa. Kini Lisa tidak bisa menelan salivanya lagi, mulutnya mengunci sambil menatap Rossa.

“L… Li… Liss…” Lissa mencoba menjelaskannya namun gugup.

“Plakk…”

Tak segan–segan Rossa memberi hadiah tamparan kepada putri tirinya tersebut. “Dasar anak tidak berguna!!”

Pakaian yang dipegang oleh Rossa kembali dilemparkan ke wajah Lisa. “Ibu ngak mau tahu kamu harus segera mengganti!” Rossa langsung beranjak begitu saja meninggalkan Lisa.

“Kalau saja rumah ini bukan mengatasnamakan Lisa, pasti sudah ku usir anak tidak berguna tersebut.” Batin Rossa.

Rumah ini adalah rumah peninggalan Hendra satu–satunya yang tersisa. Karena Hendra sangat merasa bersalah dengan Caroline, rumah yang di tempati Lisa diberikan oleh Lisa.

Lisa tidak mengetahui sama sekali hal ini. Dengan ini Rosa bisa memanfaatkan Lisa dan selalu menghakimi Lisa bahwa dia hanya menumpang.

Hendra sengaja menitipkan sertifikat ini kepada saudaranya karena tahu Rossa dan anaknya tidak menyukai Lisa. Hendra hanya ini anaknya tetap mendapatkan tempat tinggal yang layak, meskipun rumah tersebut hanya sederhana.

Sementara di kejauhan sana Elga menatap mamanya yang sedang murka. Elga sangat puas melihat Lisa yang kena murka tersebut. Semua ini adalah ulah Elga, Elga sengaja mengotori pakaian Rosa agar Lisa kena marah.

Itu semua sudah hal yang biasa, Elga memang benar–benar tidak menyukai Lisa. Titik kepuasan Elga adalah dimana Lisa selalu salah dimata ibunya dan selalu kena murka oleh ibunya.

“Aku akan merebut semua kebahagian yang kamu miliki, Lisa.” Ucap Elga lirih, senyumnya sambil menaikan sudut bibirnya.

Meskipun begitu, Lisa tetap berusaha untuk tegar. Lisa segera mengusap air matanya dan melanjutkan memasak pagi ini. Jika dia terlambat membuat sarapan akan bertambah lagi masalah untuknya. Ibu tiri dan kakaknya akan sangat marah padanya.

Bersambung.

Episode 2

Usai membuatkan sarapan ibu tiri dan kakaknya, Lisa bergegas mempersiapkan diri. Ia harus segera mandi dan mencuci pakaian milik salah satu pelanggannya.

Lisa harus datang setiap dua hari sekali untuk mencuci pakaian dan menyetrikanya di beberapa rumah pelanggan. Sementara dua hari sekali juga ia berjualan nasi uduk.

Memang itu semua dilakukan karena pelanggannya tidak terlalu banyak. Bagaimana pun juga dia harus menghidupi Rossa dan Elga.

Matahari masih menghangatkan tubuh, Lisa harus menyusuri jalan kecil untuk sampai ke rumah salah seorang pelanggannya.

Hanya mengenakan sandal jepit dengan atasan kaos dan rok panjang tetap membuatnya terkesan manis. Rambutnya yang panjang ia ikat ke atas yang memperlihatkan leher jenjangnya.

Sungguh malang nasib Lisa, usianya baru menginjak dua puluh tahun tapi dia harus merasakan pengalaman hidup sepahit ini.

Setibanya di rumah majikannya, Lisa langsung membaur menggarap semua cucian yang menggunung. Ia mencuci semua pakaian tersebut dengan tangan kosong tanpa bantuan mesin.

Wajar saja, pakaian milik orang kaya tersebut harganya mahal-mahal dan harus dicuci dengan berhati-hati.

Hari sudah semakin siang, Lisa baru saja menyelesaikan cuciannya. Tapi dia belum tuntas menjemurnya.

Ia pergi ke sebuah dapur tersebut, untuk mengambil minuman. Lisa memang sudah terbiasa di tempat itu, jadi sang majikan tidak melarangnya kalau hanya sekedar mengambil air putih.

"Gleg... Gleg... Gleg..."

Tegukan demi tegukan mulai membasahi kerongkongan Lisa. Ia beristirahat sejenak, mengelap keringat di dahinya dengan punggung tangan.

Lisa mencuci kembali gelas yang ia kenakan tadi dan bersiap untuk kembali menuntaskan pekerjaannya.

Sementara itu dari arah yang berlawanan, seorang laki-laki tampan yang hanya mengenakan celana kolor mendekati Lisa.

Mereka bertabrakan karena Lisa baru saja memutar tubuhnya hendak pergi dari tempat itu. Namun nasih berkata lain, ulahnya menabrak seorang laki - laki.

"Bruk...."

"Cup...."

Tak sengaja bibir mereka saling bersentuhan. Mereka berdua sama-sama mematung sejenak.

Tubuh Lisa kala itu langsung melemah karena itu adalah pertama kalinya seorang laki-laki menyentuh bibirnya.

"Astaga apa ini," batin laki-laki tersebut menatap kedua bola mata Lisa.

Sama halnya dengan Lisa, laki - laki tersebut juga merasakan detak jantung yang tak beraturan lagi.

Laki - laki tersebut tidak tinggal diam, dia hanyut dan tak sengaja menyantap bibir Lisa.

Lisa juga saat itu hanyut sehingga tidak melakukan perlawanan. Kedua tangannya berada di dada bidang milik laki-laki tersebut.

Wajah Lisa sedikit digerakkan karena risih dengan bulu-bulu halus di sekitar wajah laki-laki tersebut. Padahal laki-laki tersebut baru hendak menjelajahi mulut Lisa dengan lidah tak bertulang nya.

Buru-buru laki-laki tersebut melepaskan bibir Lisa di tengah keasyikannya. "Maafkan aku, aku sungguh tidak sengaja."

Lisa langsung menundukkan kepalanya, bibirnya mengunci tidak tahu harus berkata apa lagi.

Perlahan Lisa membuka mulutnya, "a.. a...aaaa." Lisa gugup namun laki-laki tersebut mendongakkan dagu Lisa dengan lembut, "kau tidak apa-apa?"

Lisa tak sanggup lagi menatap mata laki-laki tersebut. Tanpa laki-laki tersebut duga, Lisa berlari meninggalkannya.

"Astaga apa yang sudah ku lakukan pada seorang pelayan ini," batin laki-laki tersebut menatap kepergian Lisa.

Matahari semakin terik, Lisa masih melanjutkan pekerjaannya yang hampir rampung itu.

Sementara laki-laki yang menabrak Lisa tadi adalah Kendra a Wilson Abraham atau Ken. Sedangkan majikan Lisa adalah Risa.

Risa dan Ken berdiri di ruang tengah. Risa menemani Ken yang tangah merapikan jasnya hendak beranjak dari tempat tersebut.

Risa

"Nanti asistenku akan memberikan imbalan untukmu hari ini," ujar Ken sambil mengancingkan kemejanya.

Risa hanyalah teman kencan Ken sehari saja. Usai Ken melakukan adegan panas dengan Risa, Ken membayarnya dan pergi untuk selamanya. Ken tidak ingin berurusan dengannya lagi, baginya hubungan mereka telah berakhir.

Risa tidak tinggal diam, dia mengusap pipi dan bahu Ken. "Aku sebenarnya tidak ingin uang sayang," Risa sedikit menggoda Ken.

Ken dengan siap menepis tangan Risa tersebut, "buang jauh-jauh tanganmu itu dariku!"

Ken

Risa tersenyum tipis, "aku cuma mau kamu sayang."

Ken geram akan tingkah Risa barusan. Wajahnya sudah penuh dengan murka. "Diam perempuan murahan! Aku tidak ingin mendengar omong kosong dari mulutmu itu. Semua telah berakhir, aku juga sudah membayar kau."

"Kalau aku murahan lalu apa sebutan yang pantas untukmu karena mau tidur dengan perempuan murahan sepertiku. Huh, dasar bajiingan!" Umpat Risa dalam hati.

Tanpa memeperhatikan Risa lagi, Ken berlalu. Bagi Ken hubungan sehari yang singkat ini telah berakhir.

Di kejauhan sana, Lisa tak sengaja mendengar percakapan Ken dan Risa. Lisa tadinya hendak masuk dari halaman belakang karena pekerjaanya telah usia. Namun langkahnya terhenti melihat mereka berdua.

Wajah polos Lisa yang kusam itu nampak kesal. Dia tidak menyangka Ken berbuat seperti itu. Padahal tadi di luar sana, Lisa sempat tersenyum sendiri mengingat kejadian indah di dapur tadi

"Dasar pria kurang ajar, casanova." Batin Lisa yang sudah geram.

Benar, Ken adalah seorang casanova. Dengan uangnya yang banyak ia bisa melakukan semua hal yang ia inginkan.

Tak ingin lama-lama di tempat yang menyebalkan ini. Lisa segera berpamitan dengan majikannya dan mengambil upahnya untuk hari ini.

Wajah Lisa ditundukkan ketika menghadap Risa yang masih berdiri di ruang tengah. Risa memang belum beranjak, dia menatap kepergian Ken sampai Ken benar-benar hilang dari pandangannya.

"Aku akan membuatmu jatuh ke pelukanmu Kendra," ucap Risa lirih.

"Permisi Nona," tegur Lisa lirih.

Risa segera menoleh ke arah Lisa. "Pekerjaan saya telah usia, saya mau pamit pulang!" Lisa masih menunduk sebagai rasa hormatnya sebagai majikan.

Risa mengambil uang dua lembar seratus ribuan dan diberikannya untuk Lisa. "Pergilah, ini upahmu untuk hari ini."

"Terimakasih Nona," Lisa membalasnya dengan senyuman.

Bagaimana tidak senang, akhirnya dia mendapatkan uang untuk di bawakan kepada ibunya. Dia tak akan mendapat ampun jika pulang tak membawa sepeserpun uang.

Lisa segera berlalu, karena masih ada satu majikannya lagi yang belum ia datangi.

Langkah kaki Lisa sedikit berat. Di samping karena telah membenci ulah Ken yang tadi ia juga kesal karena masih membayangkan hal yang tadi.

"Aku padahal sudah berusaha melupakannya," batin Lisa

Bersambung.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

**Jangan Lupa like, comment, vote dan tambahkan ke fav kalian ya. Karena author akan update setiap harinya. Terimakasih, i love u all

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️ ❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️**

Episode 3

Usia memuaskan diri dengan perempuan, Kendra kembali ke kantornya.

Ken harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda karena ulahnya sendiri.

Beberapa dokumen sudah melambai-lambai meminta diraih. Pekerjaannya memang sudah menumpuk di meja kerjanya.

Layar laptop sudah menyala dengan di sampingnya banyak dokumen yang harus dipelajari dan ditanda tangani.

Ken tersenyum-senyum sendiri sambil memikirkan gadis yang ia cium di rumah teman kencannya tadi. Rupanya Ken belum bisa melupakannya.

Ciuman itu terlalu membuatnya hanyut dan membuatnya merasakan detak jantung yang amat kencang.

Dokumen yang seharusnya ia pelajari hanya dibolak-balik, sementara pena yang dipegangnya hanya dipermainkan dengan tangan kanannya.

Ken benar-benar terbuai dengan bibir gadis tersebut. Membuatnya melamun senyum-senyum sendiri.

Sementara itu laki-laki tampan dengan kemeja lengkap dengan jas hitamnya masuk ke ruangan Ken.

Laki-laki tersebut hanya menggelengkan kepalanya melihat ulah dari Ken.

"Bruk....."

Dengan sengaja laki - laki tersebut mengebrak meja kerja Ken. Kendra Wilson Abraham CEO perusahaan Abm Group.

Ken hanya sedikit terkejut, pasalnya itu sudah biasa dilakukan oleh laki-laki tersebut.

Laki-laki tersebut adalah Zaenal atau Zae. Dia adalah sahabat baik Ken, sekaligus asisten pribadinya.

Ken dengan gayanya yang cool pelan-pelan menoleh ke arah Zae. Ken memasang wajahnya yang dingin, "bisakah kau masuk keruangan bos dengan mengetuk pintu dulu?"

Zae hanya terkekeh melihat Ken yang sedang kesal. "Lantas apa yang menguncang pikiran bosku hingga tak mendengar ketukan pintu dariku??" Sindir Zae.

Zae duduk di hadapan Ken dan langsung memeriksa dokumen yang dibawa oleh Ken. Zae sudah berulang membolak-balikkan dokumen tersebut, namun tidak ada satupun yang diinginkan.

Zae berdecak kesal pada Ken, "CK... CK.... CK.... CK... CK..." Zae hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Ken. "Masalah apa yang bisa sampai mengguncang pikiran sahabatku ini," sindir Zae.

"Tidak," jawab Ken singkat.

"Lantas mengapa dari tadi pekerjaanmu belum selesai??" Tanya Zae lagi.

Ken hanya mengangkat bahunya. Hal itu membuat Zae juga kesal. Ulah Ken, Zae harus menunggu berjam-jam dokumen tersebut ditanda tangani dan sekarang malah justru belum di sentuh sama sekali.

"Bagaimana perusahaan akan maju jika pemimpin hanya bermalas-malasan," sindir Zae.

Mendengar ucapan itu Ken langsung menatap tajam ke arah Zae. "Bungkam mulutmu itu Zae, kau tidak mengerti apa yang sedang ku pikirkan sekarang."

Seakan tidak mau kalah, Zae juga membalas Ken. "Aku tidak akan membungkam mulutku Ken?? Belum puas hampir setengah hari meninggalkan kantor hanya untuk bersenang-senang."

Zae menghela nafasnya panjang - panjang. "Mengertilah Ken, kau harus tetap bersikap professional."

"Memangnya aku harus mengatakan yang sejujurnya, sementara Zae saja kesal denganku." Batin Ken bimbang.

"Ayolah, ceritakan padaku. Apa masalahmu??" Bujuk Zae. "Aku tidak ingin kau buat pusing terus-terusan karena hal ini."

Ken menghela nafasnya panjang-panjang. Mempersiapkan diri untuk bercerita, "aku...."

Zae makin gemas dengan Ken yang memotong ucapannya sendiri. "Ayolah Ken," bujuk Zae.

"Aku sedang jatuh cinta," ucap Ken lirih.

Ucapan itu sontak langsung membuat Zae kaget. "Cukup Ken aku tidak mau basa-basi," dengan tegas Zae menolaknya. "Aku tidak mau mendengar kata - kata itu, aku sudah cukup hafal denganmu. Berulang kali kau katakan jatuh cinta dengan wanita penghibur itu."

Ken menggeleng, "tidak Zae." Ken menatap Zae sambil tersenyum, "kali ini aku memang benar-benar jatuh cinta."

Ken menghela nafasnya panjang-panjang. "Aku tahu, kau sering katakan itu saat bercinta, tapi cukup perempuan kencan kau saja yang kau bohongi. Aku jangan!"

Ken memijat pelipisnya setelah mendengar ucapan Zae tersebut. "Harus ku bilang berapa kali kalau aku benar-benar jatuh cinta Zae."

Melihat wajah Ken yang berubah murung karena Zae selalu menyangkalnya. Zae tidak tega.

"Memangnya kau jatuh cinta dengan siapa ???"

"Dari mana asal usulnya?"

"Apa pendidikannya?"

"Sekaya apa dia?"

Ken malah justru kesal karena diborong pertanyaan sebanyak itu oleh Zae. "Bisakah kau bertanya soal itu satu persatu, bahkan aku saja bingung untuk menjawabnya."

Zae sebenarnya sudah malas basa-basi dengan Ken. Dia kembali meletakkan berkas yang harus ditanda tangani oleh Ken di depannya.

Ken menyingkirkannya agak menjauh. "Cukup, biar aku saja yang menceritakannya."

"Aku mencintai seorang pelayan," ujar Ken.

Mendengar kata pelayan sontak membuat Zae terkejut. Dia hanya bisa memijat pelipisnya akan ulah sahabatnya tadi. "Aku tidak tahu apa yang sebenarnya kau mau," Zae sambil menggelengkan kepalanya

Ken memegang kedua tangan Zae. "Percayalah Zae, aku benar-benar mencintai pelayan itu. Dia sungguh menguncang pikiranku. Setiap hari aku selalu dihantui dengan bayang-bayangnya. Oh Tuhan, sungguh aku sangat ingin mendapatkannya"

Zae hanya bisa menatap jijik dengan ulah Ken. Pasalnya baru kali ini kedua tangan Zae dipegang seperti itu oleh Ken.

"Lepaskan aku!" Zae menyingkirkan tangan Ken darinya.

Zae kemudian mengangguk. "Iya aku percaya." Berkas yang disingkirkan oleh Ken tadi di didekatkan lagi kepada Ken. "Sekarang lebih baik kau selesaikan ini," pena juga diletakkan diatas tumpukan map tersebut.

"Baiklah," ungkap Ken pasrah.

"Aku malah justru takut jika kau jatuh cinta padaku, pasalnya aku juga hanya seorang pesuruh." Batin Zae sambil menatap Ken jijik.

"Memangnya siapa namanya, kapan kalian bertemu?" Tanya Zae basa basi.

Ken masih fokus melanjutkan pekerjaannya. "Tadi siang di tempat teman kencanku."

"Huffftttt....."

Zae bernafas lega mendengar akan hal itu. "Lalu siapa namanya, bagaimana kau bisa duka dengannya?"

Ken kembali tidak fokus. Kedua tangannya menyangga dagunya. Dia tersenyum menatap kosong di depannya sambil memikirkan Lisa.

"Yang pasti aku belum tahu namanya, tapi sentuhannya dan bibirnya membuatku terbuai. Aku belum pernah merasakan getaran jantung sedasyat itu."

"Sepertinya aku ingin dia menjadi milikku seutuhnya Zae."

Zae sebenarnya tidak telalu memperhatikan apa yang dibicarakan oleh Ken. Fokusnya hanya kepada berkas yang dipegang oleh Ken. Dia ingin segera pulang karena itu adalah pekerjaan akhirnya.

"Dasar gila," batin Zae bergidik ngeri.

Zae menepuk-nepuk tumpukan map di depan Ken tersebut. "Sudahlah Ken, kerjakan kembali. Jangan buang-buang waktu, aku ingin segera pulang."

"Besok aku janji akan membantumu mencari gadis itu," hibur Zae.

Rupanya hal tersebut cukup membuat Ken senang. Ken menjadi bersemangat mengerjakan pekerjaannya kembali. Padahal Zae hanya bercanda dan tidak benar-benar ingin membantu Ken.

Bersambung.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

**Jangan lupa like, komen, vote dan tambah ke fav kalian. Karena author akan update setiap harinya. i love u all.

❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️**

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!