NovelToon NovelToon

Cintaku Dipalak Preman Pasar Soleh

perkenalan

Ini bukan cerita, bagaimana seorang mafia kejam jatuh cinta. Ini juga bukan kisah, seorang bandel yg masuk pesantren, terus jatuh cinta sama anak pimpinan ponpes.

Author : (wahhh cerita gue yg sebelah dong itu mah).

Ataupun kisah glamour, personel personel boyband Korea.

Ini adalah kisahku, dia, dan mereka.

Mereka temen temen gue tentunya, cerita yg berawal dari kepindahan ku, cerita yg terjadi di keseharian kita semua, cerita yg mengisahkan kehidupan anak komplek dan anak perkampungan. Yang justru lebih seru menurutku, warning guys ! siapkan semua pasokan tissu, kalau kalau kalian ngences, ataupun kalian butuh buat diuyel uyel, trus lempar ke mukanya author, karena garingnya kaya kerupuk.

Hari itu, menjadi awal perpisahan ku dengan teman teman sekolahku yg tercinta, walaupun menurutku, sekolah lamaku aga sedikit membosankan, normal seperti sekolah pada umumnya. Belajar, pulang, main, jadilah pelajar cemerlang. Begitu menurut kepala sekolahku, aku bukan dari golongan keluarga yg teramat kaya, sampai sampai tinggalnya di sebuah mansion. Aku hanya tinggal di sebuah perumahan tenang dan damai. Namun, sekarang aku sekeluarga harus pindah ke Bandung, mengikuti kedua orangtuaku yg membuka usaha di Bandung, begitupun ibu ku yg seorang supervisor di satu pusat perbelanjaan, dipindah tugaskan di Bandung. Ayahku memiliki restoran di Bandung dan juga konveksi, ga nyambung sih ! sambung sambungkan saja lah.

Kami pamit pada para tetangga, yang gue hitung, mereka keluar hanya pada hari weekend saja, terkecuali ibu ibu yg menggandrungi idolanya tiap pagi hari, kang sayur......hehehehe.

Aku anak kedua, dari dua bersaudara atau orang orang bilang bungsu. Kaka ku bernama Akhsan, lumayan menyebalkan. Oh ya sedikit narsis sih, kata teman teman laki laki ku, aku cantik. Namun menurutku, aku hanya perpaduan ayah dan ibuku.

"Gue kamar atas ahhh !" pekik bang Akhsan, sambil berlari.

"Ihhh gue bang !" pekikku, menarik tangan abangku yg jangkung dan tegap, karena ia seorang atlit basket. Aku yg menarik, malah aku yg terbawa oleh tarikan kakakku.

Aku melepaskan tanganku, lalu berlari. Namun, belum aku sampai ke kamar yg diperebutkan, kakaku menarikku dan masuk mendahului. Aku memanyunkan bibirku.

"Hahaha ! siapa cepat dia dapat, makanya kalau lari langkahnya yg gede dong ! oh iya gue lupa, kaki loe kan pendek, badan loe mungil sih, boncel !" ledeknya. Aku hendak masuk ke kamar. Namun, ia menahan kepalaku, hingga aku lari di tempat.

"Ihhh lepasin ! oke...gue ngalah, dasar badak bercula !! biarin aja boncel, daripada loe tembok raksasa China !" aku melipat kedua tanganku di dada.

"Hahahaha ! pantesan, kurcaci snow white cuman 7 ga 8, abis yg satu nyangkut disini !" kekehnya, yang langsung menutup pintu.

"Mamah !! papah !! bang Akhsan nya ni, ga mau ngalah sama adek sendiri ! "pekik ku,.yg lari ke lantai bawah lagi. Menuju mamah dan papah.

Mereka geleng geleng kepala, melihat kelakuan kami, "ya sudah, di atas kan ada kamar 2. Pake aja sama kamu, biar mamah sama papah di bawah," jawab mamah.

"Beneran mah, pah???" aku mendongak pada keduanya.

"Makasihhhh...." senyumku.

Aku berlari, menuju lantai atas dan masuk kamar yg berhadapan dengan kamar kaka yg menyebalkan. Aku mulai menata rapi barang barangku, dan menempelkan sebuah stiker di pintuku.

"Selesai !" aku berkacak pinggang dan tersenyum.

" *K**amar cewek imut sedunia, yg tidak berkepentingan dilarang masuk* !"

"Hahahahaha, apaan ini ? harusnya bacaannya tuh gini nih, wanted kamar cewek boncel dan galak dilarang masuk!!!" ledeknya, aku membalas mencubit pinggang nya sekencang kencangnya.

"Adududuhhhh, sakit Ra !" dia kabur, masuk kembali ke kamarnya.

Yah !! namaku "Narasheila Caramelia Yudhistira"

hari pertama yg buruk

Happy reading all 😍

.

.

.

.

.

.

.

Hari ini, hari pertama ku disekolah yg baru. Sebenarnya lumayan malas bagiku, harus mengulang dari awal lagi dan beradaptasi lagi. Aku masuk ke salah satu sekolah negeri di tanah Pasundan ini, begitupun bang Akhsan yg kuliah di salah satu kampus favorit juga di daerah Setiabudhi. Setelah sarapan aku keluar menuju mobil, kami hanya memiliki satu mobil dan itu sering dipakai oleh papah, aku paling diantar jemput. Sedangkan bang Akhsan, memakai motornya sendiri. Adapun motor matic sering dipakai mamah pulang pergi kerja.

"Mah, Nara berangkat dulu. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam," ucap mamah.

"Akhsan juga berangkat mah, assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Hari ini aku diantar bang Akhsan karena papah sedang ada urusan.

"Cepetan naik !"perintah bang Akhsan.

"Iya sabar ke, aku pake helm dulu," aku tengah memakai helm, kulihat beberapa tetangga ku pun hendak berangkat ke sekolah. Mereka berempat, 2 perempuan dan 2 laki laki. Mereka terlihat akrab, karena berboncengan sepertinya mereka satu sekolah. Mereka melihatku dan tersenyum, sebagai tetangga yg baik aku pun membalas senyuman mereka, siapa tau nanti aku bisa berteman dengan mereka. Secara kan satu komplek.

"Suuttt Wil ! tetangga baru tuh, cantik ! anak mana sih?" tanya Gibran.

"Huuu !! sama cewe cantik aja cepet loe," jawab Dea, yg naik di belakang motor gede milik Gibran.

"Kayanya satu frekuensi sama kita, anak anak tajir nan kece, boleh tuh ajak gabung ! sumpah itu kakanya ya cakep abis," sahut Inggrid.

"Sama aja loe, giliran yg cakep aja matanya dibuka selebar dunia !" toyor Willy.

"Ntar lah, pulang sekolah kita kenalan, ya udah, yu cabut telat nih !" ajak Willy.

Mereka berangkat, akupun sama.. berangkat bersama bang Akhsan.

Aku turun dari motor, lalu salim pada abangku, "ati ati, sekolah yg bener ! ntar pulangnya abang jemput," ucap bang Akhsan.

"Iya bang," jawabku.

Bang Akhsan pun pergi meninggalkan ku.

Aku merasa gugup, karena sendirian disini. Di lingkungan yg asing buatku.

"Oke Nara, stay cool keep calm," gumamku, menghembuskan nafas kasar. Saat langkahku baru beberapa saja tatapan para siswa seakan menelanjangiku, menelitiku dari atas sampai bawah. Tepukan di pundakku mengagetkanku.

" Hey loe tetangga baru itu kan?"

"I..iya..." jawabku.

"Kenalin gue Dea, ini Inggrid, Willy dan Gibran," mereka menyalami ku satu persatu.

"Gue Narasheila."

"Ternyata kita satu sekolah ya?" ucap Inggrid mensejajarkan langkahnya denganku.

"Semoga kita bisa satu kelas ya," sahut Willy.

"Iya semoga aja, biar aku ga terlalu sendirian. Seenggaknya, aku udah kenal kalian, tetangga pula."

"Oh tenang aja, kita geng populer ko di school ini, jadi loe ga usah khawatir," jawab Gibran bangga.

Aku mengangguk saja dengan ucapan mereka.

Tak lama, dari arah parkiran terdengar suara bising knalpot motor, seperti motor RX king memekakan telinga, aku sontak menutup kedua telingaku.

"Shitt ! selalu aja dasar geng anak anak kampung !" dengus Gibran.

"Iya malu maluin tau ga," kesal Inggrid.

"Maklum lah, mereka kan orang orang ga tau malu, ga beradab. Kismin !! " ucap Dea.

"Shuutt ! udah lah, mening kita masuk ke kelas aja, "jawab Willy.

"Oh iya, bisa anter gue ke ruang kepala sekolah ga ? soalnya gue disuruh ke sana dulu, "pintaku.

"Boleh boleh ! gue anter, kalian duluan ke kelas. Gue anter Sheila dulu, " sahut Willy.

"Oke !" jawab mereka serempak.

Jam pelajaran pertama, aku mengekor bu Fatima selaku kesiswaan, sekaligus guru bahasa Inggris, beliau bilang.. aku masuk ke kelas MIPA 3, aku berharap bisa sekelas dengan Willy dkk. Agar tidak perlu lagi berkenalan ulang dan punya teman.

Suasana yg kedengarannya bising dari luar mendadak sunyi, saat bu Fatima masuk.

"Assalamualaikum anak anak, selamat pagi ! sebelum kita belajar, ibu mau mengenalkan murid baru, dia pindahan dari Jakarta, Nara sini !" bu Fatima melambaikan tangan.

Deg....

Aku melangkah perlahan, dan masuk ke kelas yg ku hitung ada sekitar 26 murid disini.

Mereka salting, berbisik, tak tau apa kesan mereka melihatku.

"Nara perkenalkan namamu pada teman-teman," ucap ibu Fatima.

"Hallo temen temen namaku Narasheila Caramelia..." belum aku menyelesaikan kalimatku, seseorang memotong nya dari arah bangku belakang.

"Hah naros heula ?" (Hah, nanya dulu. dalam bahasa sunda) ucap nya seakan seperti ledekan untukku, yah dia laki laki. Membuat gelak tawa pecah di kelas.

"si@*lan ! "umpatku dalam hati, ini dia orang yg bakal bikin hari hari gue ancur untuk satu atau dua tahun ke depan, aku hafalkan mukamu boy.

"Ehh, Rama ! jangan begitu atuh, sama temennya ! " jawab bu Fatima, "ayo teruskan Nara."

"Namaku Narasheila Caramelia Yudhistira, kalian bisa panggil aku Nara ataupun Sheila," ucapku.

"Kalo sayang boleh ga ?" jawab laki laki itu lagi, dengan kekehan dan konyolnya, ia malah tos dengan ketiga teman laki-laki nya.

"Huuuuuu !!" sorakan dari yg lain.

"Ihh Rama ! jangan gitu sama murid baru, kebiasaan deh kalo cewek cantik pasti digodain," ucap si gadis dihadapannya.

"Ya sudah Nara, silahkan duduk di bangku yg kosong."

Tiba tiba saja, beberapa siswa mendorong dorong teman sebangkunya, untuk mengosongkan bangku nya, agar aku bisa duduk di sebelah mereka.

Namun, aku tak mau. Kulihat ada bangku kosong disebelah seorang gadis berkacamata, tapi sialnya itu ada di hadapan cowo ngeselin tadi, mau tak mau akhirnya aku duduk.

"Hay, nama gue Rama," bisiknya tepat di samping belakang, dekat sekali dengan telingaku, sampai sampai hembusan nafasnya mengenai rambutku. Aku sontak berbalik dan menjauhi mukanya.

Aku menatap gugup sekaligus kesal, "sumpah ga sopan banget ni cowo !!! tengil banget !!"

"Iya gue Narasheila, panggil aja gue Nara," ketusku.

" Udah kali Ram, sawan ntar yang ada dia," jawab dan dorong si gadis.

"Hay namaku Mita," dia tersenyum ramah dan menyodorkan tangannya padaku, aku menyambutnya.

Bel istirahat sudah berbunyi, aku mengajak Mita untuk menemaniku berkeliling sekolah.

"Hay neng geulis !" sapa siswa bernama Gilang.

"Nama gue Nara, bukan neng geulis," ucapku (neng cantik).

"Hehehehe..." kekeh Rama.

"Neng geulis itu cewe cantik..." jawab Gilang.

"Mita aku boleh minta tolong ?"ucapku, cepat cepat mengajak Mita

"Boleh, apa?"

"Aku pengen keliling sekolah dong ! pengen tau sudut sudut sekolah ini, bisa anterin kan ?" jawabku jujur, selain karena ingin tahu, aku juga malas sekali meladeni Rama beserta teman temannya yg terus memandangiku, seolah ingin menerkamku.

"Yuu gue temenin," ucap Rama, yg langsung menurunkan kakinya yg ia selonjorkan di bangku lain, dan menarik tanganku tanpa permisi, aku sontak menghempaskan nya.

"Gue ngajak Mita ya bukan loe !" ketusku.

"Ih si neng, cantik cantik tapi galak ! " ucap Bayu.

" Mita ayo !" aku buru-buru menarik Mita.

Aku keluar setengah menyeret Mita, Mita mengaduh, "ehh maaf ya, sakit ga?" tanyaku yg baru menyadari.

"Ga apa-apa ko," jawabnya, kini kami berjalan aga santai, "itu tadi teman teman sekaligus tetanggaku, mereka adalah Rama, Gilang, Bayu dan Ridwan. Maaf ya, kalau sikap mereka bikin kamu ga nyaman, tapi mereka baik ko !" ucap Mita, aku yg sudah kelewat kesal, hanya mengangguk saja namun tak peduli.

Aku berkeliling bersama Mita. Namun saat baru setengah gedung,

"Hey, baby ! ngapain kamu sama dia, kamu ga tau ya, dia tuh salah satu anggota geng kampungan itu. Kamu ga boleh deket deket sama dia bebs, ntar kamu ketularan kampungan," ucap sarkas Inggrid menarik tanganku menjauhi Mita.

"Tapi, dia temen sekelas ku, " jawabku.

"OMG honey !! jadi kamu masuk kelas MIPA 3, itu tuh kelas yg isinya sampah sampah masyarakat semua, preman pasar, orang kampung !" jawab Dea dan dibalas tatapan tajam Mita "apa loe bilang ? jaga ucapan loe ya, memangnya situ lebih baik....haaa ??!! jangan mentang-mentang loe tinggal di komplek, loe bisa seenak jidat loe ngerendahin derajat orang ! justru kalian kalian ini yg manja, yg sampah masyarakat. Hidup kalian ini, ga ada manfaatnya buat orang lain."

Tatapan dan senyum sinis terpancar dari teman teman plus tetangga ku itu pada Mita, yg hampir mendapat tamparan dari Gibran. Namun, belum juga mendarat, tangan Gibran sudah ditahan Rama. Lalu ia menepiskan kasar, "jaga tangan loe ya dia cewe, jangan sekali-kali loe main tangan ataupun nyakitin Mita ataupun siapa saja si sekolah ini, kalo ngga abis loe sama gue !" ucap dingin Rama yg kini menatap tajam pada Gibran.

Willy ikut maju, "ehhh santuy santuy bro, ini sekolah bukan ring tinju. Kata pak ustadz juga dosa kalo berantem di sekolah, nanti aja di luar gerbang, lagian kan sesama umat muslim semua bersaudara" lerai Bayu yang justru bukannya meredam.

"Heh kalo ngomong dijaga ya, gue bukan sodara nih preman pasar !" tunjuk Willy.

Rama hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum miris.

"Ini gue yg bod*h, atau memang mereka yg terlalu sibuk sih ! mereka tuh berantem gara gara apa, gue ga tau ! terus gue masih asyik gitu stand by nungguin mereka berantem ?" batinku. fix semalem kayanya aku mimpi poop deh, si@l banget hari ini, harus terjebak diantara dua kubu yg sedang bermusuhan. Aku memutuskan untuk balik ke kelas seorang diri.

bertemu tanpa janjian

Suka bingung ngasih judul buat episode gengs, kebanyakan kan ampir semua novel kata kata nya itu mulu, bosen mimin bacanya ! makanya kalau sedikit aneh tak apa ya, anggap saja mimin anak TK yg baru belajar nulis dan merangkai kata, cerita ini bukan bermaksud menyinggung siapapun jadi jangan terlalu dimasukin ke hati masukkin aja kantong terus buang hehehehehe.

Jangan author bosan ahh ! panggil saja mimin, biar mirip akun gosip. Tapi bukan berarti tiap hari mimin minum nutrisari oke...,oke seperti biasa sebelum baca or nulis mimin bakalan mengajak para pembaca sekalian untuk mengucap basmallah....

.

.

.

.

.

Bismillah....

.

.

.🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Aku menggeliat berguling guling didalam selimut bed coverku. Hari ini hari minggu, jadi waktunya sekolah libur. Sudah 5 hari sejak kepindahan ku ke Bandung, aku bersekolah.

"Tok...tok... tok...."

"Nara!!!!! ayo bangun, ini sudah siang. Masa anak gadis bangunnya siang, gimana kalau nanti punya suami !" pekik mamah dari luar kamarku.

"Iya, ini juga udah bangun ko. Ih mamah ! jangan bawa bawa nama suami dong mah, Nara masih kecil," jawabku.

"Hoaammmm..." aku turun dari kasur dengan muka bantal ku, lalu keluar kamar. Kebetulan kamar mandi tidak tersedia di kamar, jadi aku harus keluar kamar. Kamar mandi ada 2, satu di lantai atas dan satu di lantai bawah. Aku mengambil handuk dan alat mandi ku, di sebuah kotak berukuran sedang saat aku membuka kamar mandi.

"Ihh dikunci, ini pasti si tembok Berlin nih masih di kamar mandi !"gumamku.

"Bang ! cepetan dong mandinya, jangan kaya betina deh !" ketukku di pintu kamar mandi.

Tak ada jawaban, hanya gumaman seperti bersenandung dari dalam, "fix ini doi mandi sambil nyanyi nyanyi nih," aku menempelkan kupingku di pintu untuk mendengarkan apa yg diucapkan atau disenandungkan bang Akhsan.

"Bruuukkkk "

Aku terjatuh, karena pada saat bersamaan bang Akhsan membuka pintu kamar mandi.

"Hahahahaha, loe ngapain terciduk lu ! ngintipin gua mandi ya ?" bang Akhsan mengacak-acak rambutnya menggunakan handuk.

"Ihhhh ! abang kalo mau buka tuh ngomong dulu kek, sakit tau !" gerutu ku.

"Ya udah, sini gue bantuin. Lagian sih loe pake nguping, kalo gue lagi ena enu di dalem gimana ?"tanya nya menggodaku sambil membantuku bangun.

"Ihhh jijik ! udah awas ! lagian loe mandi lama banget bang, udah kaya calon manten aja pake nyanyi nyanyi segala lagi ! suara loe fals bang," jawabku.

"Enak aja loe !" jitaknya di jidatku. Aku mengaduh.

"Sakit be*go, ya udah awas, awas, ga kuat gue mau pipis, awas !!" usirku padanya.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

"Nara anter mamah ke pasar ya, mamah hari ini mau belanja mingguan," ucapnya sambil sarapan.

Mamahku memang biasa menyetok bahan bahan sayuran selama seminggu sekali.

Aku mengangguk, memang sudah biasa mamah dan aku pergi ke pasar.

"Ya sudah, papah sama Akhsan mau ngecek resto sama konveksi. Biar sekalian Akhsan belajar usaha," ucap papah.

Akhirnya, aku bersiap siap. Aku memakai baju yg simple saja, dress selutut berlengan pendek dengan rambut ku ikat satu, dengan tas selempang kecil dan sepatu flat shoes. Aku dan mamah memesan taksi online, sepanjang jalan kami mengobrol dengan supir taksi online sambil melihat lihat jalanan kota Bandung, sekalian tour guide gratis hihihi..

Kami sampai di pasar yg berada di kawasan xxxxxxx, pasarnya lumayan bersih, terurus, tidak terlalu kumuh dan becek, karena lantainya sudah memakai keramik. Kami menyusuri beberapa koridor tempat sayur, buah, ikan dan bumbu dapur, lalu yg terakhir mamah akan membeli daging.

"Mah, bentar deh ! kaki Nara pegel, " aku mengusap usap kakiku dan betisku.

"Ya udah, kita istirahat dulu ya," mamah membawaku ke sebuah kios pinggiran pasar yg ditutupi spanduk.

"Mang es jeruk dua nya !" mamah memesan.

"Boleh Bu, silahkan ditunggu ya !" jawab si mamang nya langsung memotong jeruk jeruk di depannya dan memerasnya.

Tak lama dua gelas es jeruk tersaji.

"Ra, itu kios daging. Mamah kesitu deh, kalau kamu masih mau istirahat, ya udah disini aja ya ! biar mamah ke situ sendirian, mamah titip dulu belanjaan," aku mengangguk menatap punggung mamah yg semakin menjauh.

"Srupuutt !!" aku menyedot es jeruk hingga tandas.

Aku mengedarkan pandangan nya ke sekeliling pasar, hingga mataku menangkap ke arah beberapa anak seusiaku bergerombol. Dari pakaiannya sepertinya mereka preman, ya preman pasar sini kayanya, macam beberapa film yg sering muncul di tv, aku berdecih.

"Cihhh ! kecil kecil sudah jadi tulang palak a.k.a preman, bagaimana nasib negara ini, kalau anak anak nya saja seperti ini kelakuan nya," gumamku si mamang tukang es hanya tersenyum mendengar penuturan ku, "ah si neng mah aya aya wae (ah si neng mah ada ada saja)....."sedikit banyaknya aku paham bahasa sunda, orang bilang aku dan bang Akhsan terlihat seperti orang Chinese. Padahal memang muka kita lah yg ke Chinese Chinese an, wajah papahku memang seperti orang china padahal asgar asli Garut. Kalo orang sunda bilang China Garut, entahlah ! aku pun tak mengerti, bagaimana ceritanya orang china nyungseb di Garut. Mamahku orang betawi negri batavia alias turunan si pitung.

Aku tak menanggapi ucapan si mamang, tak kusangka gerombolan anak anak preman itu mendekat ke kios tempatku berada. Ada sekitar 8 orang, wuihhh ! ini mau malak apa mau tawuran, aku jadi takut sendiri mana mamah masih di dalam lagi.

Nyaliku seketika ciut, hanya berharap perlindungan mamang es jeruk saja mungkin kurasa, aku segera berbalik badan membelakangi arah mereka datang.

"Assalamualaikum ! mang Iwan, gimana aman mang ?" tanya salah satu nya, masuk menyibakkan spanduk penutup roda es jeruk.

"Bentar, bentar gue ga salah ? nih preman ngucap salam, emang ada orang mau malak ngucap assalamualaikum preman macam apakah? "batinku.

"Aman dong Ram , orang yang jagainnya juga jawara..oh ya nih nitip buat si Abah sama ambu di rumah," si tukang es jeruk menyodorkan beberapa bungkus es jeruk pada si ketua preman.

"Eh,.apa ini mang ? jangan, ga usah ngerepotin," ucapnya, menolak bungkusan es jeruk yang sudah dengan sengaja dibungkuskan.

"Engga Ram, ga repot. Ini tuh sengaja mamang bikin buat Abah sama ambu di rumah," si mamang memaksa memberikan bungkusan es jeruk.

"Makasih kalau gitu, ikhlas kan diterima sama saya, Alhamdulillah....rezeki anak soleh..." ucapnya dengan kekehan pada teman-temannya

"Mang Iwan, cuma Rama doang nih yang dikasih ??" ucap Bayu

"Oh abay mau juga ?"

"Ngga deng mang, cuma becanda jangan dianggap serius !" kekeh Abay menjadi malu sendiri ,niatnya hanya bercanda saja.

Wait a minute, aku berasa kenal sama suara suara itu, aku mencoba berbalik badan dan...

Jeng...jeng...

"Kamu !"

"Loe !"

Tunjuk kami bersamaan.... jadi dia "preman pasar..."

"Uhuyyy ! pucuk dicinta ulam pun tiba," ucap Gilang.

Rama langsung duduk disebelahku, "eits ada bidadari jatuh dari surga ke kios es jeruk nih," gombalan recehnya.

"Najis tralala, gue sama preman pasar," batinku.

"Kamu lagi ngapain disini? belanja ya ? wahhhh calon istri idaman," ucap Rama, disoraki teman temannya, "pepet terus jangan kasih kendor..." sahut Ridwan.

"Idih uwek, kalian sendiri lagi ngapain disini ? kalian preman pasar sini ?" tanyaku ragu.

"Bukan preman, tapi pengurus keamanan pasar sini," ucap Ridwan.

"Bukannya sama aja ya," jawabku sinis.

Sayup sayup terdengar suara adzan Dzuhur.

"Suutt ! denger ga suara adzan? bubar bubar, siap siap ke masjid !" titah Rama sambil mendorong dorong teman temannya.

Aku merasa risih dengan kedatangan mereka, jelas lah ! hanya aku perempuan seorang disini, aku hanya takut saja, mereka macam macam. Perasaan ku mulai was was, ahhh lebih baik aku menyusul saja ke dalam daripada nanti aku diapa apain.

"Mang bisa minta tolong ga ?" pintaku pada mamang es jeruk.

"Mau minta tolong apa atuh ? sini biar aku aja," jawab Rama.

"Ekhhmm, akhiwww !" deheman teman teman nya.

"Ga perlu !" bentakku menolak, seakan tidak ingin memperdulikan Rama, aku kembali mengajak ngobrol mamang pedagang es jeruk, "mang saya mau nitip belanjaan ya, saya mau masuk dulu menyusul mamah saya ke dalam," ucapku pelan.

"Boleh neng," ucap si mamang es.

"Oh kamu mau ke dalem hayu atuh aku anter," jawab Rama.

"Wan, ajak yg lain duluan ke masjid. Nanti gue nyusul nganter dulu calon, takut kesasar kalo engga digondol kucing !" kekeh Rama, membuat yang lain tertawa.

"Ihhh apa sih ga perlu," sinisku lagi, namun belum aku melangkah Rama menarik tanganku paksa. Aku berontak terasa percuma, "gila kuat banget tenaganya makan apaan sih ni anak ?"

"Hahahaha, Rama jangan terlalu ngegas atuh, selow aja selow," pekik mereka, sedangkan Rama hanya menyeringai.

Aku pasrah saja, "lepasin gue..." aku menarik tanganku, namun percuma tanganku mendingin.

"Calon mertuaku, eh mamahmu mau beli apa?" ucapnya bertanya.

"Kios daging," cicitku "oh.."

Rama membawaku berbelok ke deretan kios daging, dan dari kejauhan aku melihat mamah yg tengah sibuk memilih milih daging ayam dan sapi. Aku menghempaskan tanganku dari cekalan Rama, karena Rama sudah mengendorkan pegangannya dan berlari, "mamah !"

Mamah menoleh, begitupun bapak paruh baya berpeci hitam yg berbordel emas yg sedang memotong motong daging, dengan sesekali bercanda dengan mamahku.

"Assalamualaikum, bah....ibu," salam nya pada si bapak itu.

"Wa'alaikumsalam,"

"Eh, ko nyusul ?" tanya mamah.

"Aduhhh ini anak ibu? wahhh ! cantik begini," ucap si bapak bapak, orang yg berlalu lalang memanggilnya abah haji. Sepertinya, dia sosok lama disini. Terlihat dari semua pedagang dan pembeli yang begitu menghormati nya.

"Tuh kalo itu bocah yang nganter si neng barusan, anak saya..namanya Ramadhan," ucap si Abah haji memperkenalkan Rama, Rama pun salim pada mamah.

"Whatt ?! jadi, bapaknya pedagang daging disini," batinku.

"A..tolong ambilkan stok daging dari rumah jagal, Wawan sudah abah hubungi, nanti tinggal bawa saja, " pinta Abah.

"Siap Abah, tapi Rama ke mushola dulu sebentar, belum Dzuhur ! " hormatnya yg langsung pergi.

"Eh aku duluan ya, udah ketemu kan sama mamahnya, assalamualaikum !" ucapnya berlalu.

"Sopannya, "ucap mamah memuji membuat, abah haji tertawa.

Selesai dari pasar, kami pun pamit dan naik taksi online lagi menuju rumah. Sepanjang perjalanan aku hanya bertanya tanya tentang Rama dan kawan-kawan nya seperti apa mereka? aku merasa tertarik dengan kehidupannya, tak sadar aku senyum senyum sendiri. Baru kali ini aku liat dan dengar preman bilang dulu assalamualaikum, terus ga ninggalin solat wajibnya.

Tak kusangka karena pikiran dan keingintahuan ku, menjadi sebuah awal dari kisah perjalanan cintaku bersama Rama dan kisah awal yg menceritakan perbedaan sebuah lingkungan.

Ramadhan Restu Al-kahfi

Itulah nama cowok tengil yang sudah membuatku penasaran.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!