Aku menyesal telah membuatmu terluka. Aku akan menebusnya dengan apapun untuk membuatmu kembali. Dimanakah kau sekarang, sayang? Bagaimana bayi kita? Berapa usianya? Apakah saat kau hamil, ia pernah menendang perutmu? Apakah kau baik-baik saja sayang? Siapa yang mengantarmu pergi ke dokter kandungan ketika melahirkan? Vitamin apa yang kau makan? Apakah saat kau hamil, setiap pagi merasa mual? Dan apakah kau mengingatku? Seorang pria brengsek yang sudah membuatmu sakit. Aku menyesal, aku menyesal, benar-benar menyesal.
Dean menatap hamparan kota dari atas bukit. Matanya sesekali basah karena kesedihan yang begitu dalam. Ia telah kehilangan istri dan calon bayinya saat itu. Bukan karena meninggal, tapi karena ialah penyebab kepergian istrinya. Tanpa sengaja, ia telah mengusir istrinya. Bukan hanya dari rumahnya, tapi dari kehidupannya.
Dean tidak menyangka kehilangan Jessy menjadi sesuatu yang sangat pahit yang pernah ia alami. Hampir tiga tahun Jessy pergi dari kehidupannya. Beberapa agen FBI telah disewanya untuk mencari keberadaan nya, tapi hasilnya nihil. Jessy seperti hilang ditelan bumi. Tidak ada yang dapat menemukannya. Ia tidak ada di negara ini.
Aku pergi. Jangan pernah cari aku lagi.
Itulah kalimat yang terakhir dikatakan olehnya ketika pergi. Dalam surat itu ia mengatakan jika dirinya tidak akan pernah menemukannya sampai kapanpun. Ia kecewa ketika mendengar ibunya yang membacakan surat itu.
Dean membawa mobilnya menuju hotel tempatnya menginap. Kebetulan ia sedang melakukan scene terakhir pembuatan filmnya di Turki. Filmnya kali ini mengenai komedi romantis. Bukan khasnya. Tapi karena ia sangat merindukan Jessy, ia melakukannya. Aktor dan aktris yang ia pilih kebetulan pasangan favorit Jessy kala itu. Jessy sering memintanya untuk membuat sebuah film romantis tapi sering ia tolak. Karena ia bukan seseorang yang romantis. Ia tidak mau
film yang ia buat tidak sempurna jika ia tidak terlibat langsung. Ketika ia memutuskan membuat film ini, banyak yang terkejut. Bukan saja editor, tapi beberapa pakar perfilman sempat menghubunginya untuk bertanya secara langsung padanya. Ini nyata. Ia membuat film yang melenceng dari keahliannya.
Ketika berada didepan sebuah tempat perbelanjaan, mobilnya berhenti. Ia melihat beberapa orang petugas sedang memasangkan sebuah billboard yang belum terlihat jelas itu. Entah mengapa ia merasa kegiatan itu begitu menarik. Ia memegang stir mobilnya sambil melihat pegawai itu menaikkan billboard. Ia keluar dari mobil dan berdiri didepan nya. Ia duduk di atas mobil. Jam sudah bergerak malam. Ia semakin penasaran dengan gambar itu. Ia dapat melihat banyak warga yang antusias. Ia pikir itu adalah aktris baru yang saat ini sedang digemari di Turki. Ia mendengar beberapa orang tengah membicarakannya. Ia tidak mengerti bahasa mereka tapi ia hanya mendengar orang-orang itu mengucapkan nama seseorang yang baru ia dengar. Brittany Jonas. Itu nama model yang saat ini sedang ia dengarkan namanya. Ia melihat Billboard itu telah terpasang dengan sempurna. Tepuk tangan warga yang antusias terdengar meriah. Iapun kembali masuk ke dalam mobil tanpa melihat lampu yang sudah menerangi Billboard itu.
Ketika ia menjalankan mobilnya, matanya menatap billboard yang terpasang sangat besar itu. Ia terkejut luar biasa. Bukan karena besarnya billboard itu, tapi karena model yang ditampilkan.
JESSY!!!!! teriaknya.
Mobil dihentikan dengan tiba-tiba sehingga para pejalan kaki menatapnya karena rem mendadak . Ia keluar dari mobil dan menatap billboard didepannya dengan tatapan tidak percaya.
Jessy Julian adalah seorang gadis cantik yang berasal dari negara bagian Amerika serikat, Nevada. Ia datang ke New York untuk mencari keberuntungan. Namun nyatanya ia malah bekerja disebuah tempat laundry. Dandanannya biasa, ia menggunakan kacamata besar dan dengan rambut blonde panjang yang ia gulung keatas dan sedikit acak-acakan. Kecantikannya tertutup oleh penampilannya. Ia tidak memiliki siapapun di dunia ini. Orangtuanya sudah meninggal ketika ia masih bayi. Tidak ada yang mengurusnya selain panti asuhan. Itu menurut ibu panti yang memberitahunya.
Hari sudah malam tapi kesibukan kota New York benar-benar membuatnya tak berdaya. Ia harus menaiki bis untuk mencapai apartemen mininya dipinggiran kota New York. Dan itu membutuhkan waktu 30 menit perjalanan menggunakan bis. Jika menggunakan mobil pribadi bisa lebih cepat sampai.
Jalanan masih ramai dihampir semua jalan. Tampak Billboard di kota itu menayangkan iklan dari aktris yang baru saja bermain dalam film Death. Film horror yang sedang naik daun saat ini. Dimana pun ia berada, orang-orang pasti membicarakannya. Ia teringat bagaimana orang-orang membicarakannya selama di tempat laundry. Mereka mengelu- elukan aktor dan aktrisnya. Jessy pernah melihatnya di koran yang dijual pedagang. Mereka memang tampan dan cantik. Wajar saja jika mereka jadi bahan pembicaraan. Sedangkan ia, ia tidak terlalu menyukai film horror. Siapapun pemeran film itu, baginya sama saja.
Selama perjalanan, ia menyandarkan kepalanya kesamping kaca karena ia benar-benar lelah. Terkadang ia berfikir, kehidupannya sangat tidak menyenangkan. Hidup tanpa orangtua dan harus bekerja keras untuk mendapatkan uang seperti sekarang. Tapi ia tidak ingin melalui dengan sulit.
Ketika bis menurunkannya di halte dekat apartemen, ia melihat pasangan tua yang ia tahu adalah tetangganya. Dengan berlari ia menghampiri pasangan itu hanya untuk menyapanya.
"Kakek, nenek, apa yang kalian lakukan diluar pada malam hari? "
"Kami baru saja pergi makan. Kami merayakan ulangtahun pernikahan kami yang ke 50."jawab salah seorang dari mereka.
"Aku sangat bahagia mendengarnya. Aku ingin seperti kalian." Ucap Jessy sambil memeluk mereka berdua. Yang ia tahu mereka berdua memiliki seorang anak. Anak mereka berada di Michigan beserta suami dan anak-anaknya. Mereka biasa mengunjungi orangtua mereka sebulan sekali. Para orangtua itu mengajak Jessy untuk mampir ke apartemen mereka. Sayangnya, Jessy harus menolaknya karena ia benar-benar kelelahan. Dan sebenarnya ada yang paling dibutuhkan olehnya saat ini. MANDI.
Beberapa saat kemudian, Jessy sudah berada didalam kamarnya. Tubuhnya ambruk sesaat setelah ia melihat ranjang di kamarnya. Tubuhnya sangat lelah. Tapi ia masih bisa berfikir.
Aku ingin seperti mereka. Hidup selama itu menjadi pasangan yang saling mencintai. Bagaimana dengan orangtuaku? Apakah ketika hidup kalian saling mencintai?
Jessy mendesah. Rasanya ia belum pernah jatuh cinta pada siapapun. Menginjak usianya yang ke 20 tahun, sangat aneh baginya karena ia belum pernah memiliki pacar. Ia terlalu sibuk bekerja. Sampai-sampai ia tidak sempat mencari pasangan. Jessy memandang apartemennya. Semuanya dilakukan dalam satu ruangan. Hanya kamar mandi yang memiliki tembok sendiri. Tidak ada sofa, yang ada hanya kursi kuno. Itupun pemberian dari pemilik apartemennya. Dapur berada disamping sebelah kanan. Hanya ada lemari es mini, kompor kecil dan perabotan seadanya.
Ia bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Yang paling ia sukai hanya ranjang dan kamar mandi. Sehingga ia hanya menyayangi keduanya karena ia rela mengeluarkan uang lebih bagi keduanya. Konyol memang, tapi sejak ia tinggal di panti asuhan tidak pernah sekalipun ia memiliki kamar mandi. Anak-anak panti biasa mandi di sungai yang mengalir dibelakang rumah.
Jessy memutar kran air hangat dan mengeluarkan cairan sabun dan essence untuk merelax kan tubuhnya. Jessy menatap cermin dihadapannya. Ia perlahan menatap dirinya. Kacamata tebalnya dibuka dan disimpan di rak kaca depan cermin. Rambutnya yang digulung keatas ia uraikan. Rambut berwarna kuning keemasan langsung terurai.
Setelah melepas pakaiannya, ia masuk kedalam bath tub dan menyandarkan tubuhnya disana. Perasaan relax langsung terasa. Bath tub itu bukan baru. Ia mendapatkannya dari tetangga yang membutuhkan uang. Begitu pula dengan pemanas air. Jika membeli yang asli, uangnya dari pekerjaan sebagai laundry tidak akan cukup.
Ia hanya berharap suatu saat nanti ia akan bisa keluar dari ketidaknyamanan itu. Iapun mulai bernyanyi..
I walked through the door with you
The air was cold
But something about it felt like home somehow
And I left my scarf there at your sister's house
And you've still got it in your drawer even now
Oh, your sweet disposition
And my wide-eyed gaze
We're singing in the car, getting lost upstate
Autumn leaves falling down like pieces into place
And I can picture it after all these days
And I know it's long gone and that magic's not here no more
And I might be okay but I'm not fine at all
'Cause there we are again on that little town street
You almost ran the red 'cause you were lookin' over at me
Wind in my hair, I was there
I remember it all too well
^^^Taylor Swift^^^
"Dean, sayang.. ayolah ikut aku ke apartemenku. Lagipula sudah larut malam dan aku tidak mau kembali kerumah sendirian." Rengek seorang wanita yang diketahui sebagai aktris terkenal yang telah membintangi film buatan Dean. Ia menghampiri pria itu sambil membawa anggur di tangannya. Pakaiannya begitu menggoda. Tatapannya terlihat sangat sensual. Ia menginginkan pria didepannya dengan cara apapun.
Dean menatap Cindy sambil berpangku tangan.
"Aku ingin berpesta menikmati kesuksesanku. Bukan untuk tidur denganmu! Jadi jangan salah sangka dengan kebaikanku!" Dean menjawab dengan angkuh.
Ia berjalan meninggalkan Cindy yang masih terkejut atas penolakan Dean. Selama ini Dean tidak pernah menolaknya. Apakah Dean telah memiliki kekasih baru? Cindy geram.
Dean berjalan tanpa menoleh kembali ke belakang. Ia benci dengan artis yang menggunakan berbagai cara untuk menjaga kesuksesannya. Ia berjalan menuju meja dimana beberapa pemain pendukung dan kru berada. Dan ada satu lagi. Aktor utamanya. Jika aktor utamanya tidak sepintar Mctyre, tidak ada yang bisa memerankan peran pria itu dengan pantas. Hanya saja, ia terganggu dengan Cindy yang terus mendekatinya sejak syuting berlangsung. Baginya profesional tetap nomor satu.
Suara musik terus menggema di ballroom hotel paling mewah di New York. Mereka saat ini tengah merayakan kesuksesan film Death. Film itu meraup keuntungan sebesar 300 miliar di minggu pertama pemutarannya di seluruh dunia. Film horror itu membuat Dean semakin dikenal. Banyak yang takjub pada karyanya. Terlebih lagi karena Dean adalah sutradara termuda. Ia baru saja menginjak usia ke 28 tahun. Banyak sekali majalah dan televisi mengundangnya tapi ia menolak. Ia lebih menyukai di interview lewat telepon. Promosi yang dilakukan oleh manajemennya sudah cukup untuknya diketahui oleh banyak orang.
Dean mulai terjun ke dunia film karena kecintaannya pada kamera video sejak kecil. Ia mulai membuat cerita-cerita melalui video itu. Kedua orangtuanya yang mengetahui bakat terpendam anaknya langsung menyekolahkannya di sekolah film saat itu.
"Selamat, Dean.." ujar salah satu pemain utamanya.
Dean tersenyum pada pria tua itu "Kau percaya padaku sekarang bukan? Aku pernah mengatakannya kalau filmku yang ini akan sukses besar."
"Ya, aku sekarang mengakuinya. Luar biasa, Dean. Aku yakin kedua orangtuamu akan bangga padamu."
"Pasti"
"Dimana mereka sekarang? Sudah lama sekali aku tidak bertemu mereka."
"Kau seperti tidak mengenal orangtuaku. Jangan tanyakan mereka dimana. Sudah pasti mereka sedang bersenang-senang keliling dunia.."
Pria itu tertawa. "Begitulah orangtuamu. Aku sudah mengenal mereka puluhan tahun. Tidak mungkin mereka akan diam diri ketika masih banyak waktu kosong."
Dean mengangkat kedua bahunya sambil tertawa.
Jam menunjukkan pukul 2 dini hari ketika ia baru saja pulang ke apartemennya. Ia langsung berjalan menuju kamarnya dan berbaring.
Ia memang sudah dapat memperkirakan kesuksesan film Death. Ketika sahabatnya memberikan ide cerita itu, Dean sudah tahu jika film ini akan sukses. Terlebih ketika ia membaca naskahnya. Keyakinannya bertambah besar. Ia bangga bisa bekerja sama dengan orang-orang hebat.
Dering telepon sedikit mengejutkannya. Dean langsung menyimpannya kembali ketika ia lihat siapa yang menelponnya.
"Jangan sebut kalian aktris jika kalian menjual tubuh kalian untuk mencapai kesuksesan!" Umpatnya kesal. Tidak ada yang mendengarkan kekesalannya selain lukisan dan televisi yang berada didepannya.
Dean kembali berbaring dan tertidur. Ia terlalu banyak meminum alkohol malam ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!