NovelToon NovelToon

PENGASUH SANG TAIPAN

DEVAN

“ha?” aku tercengang dengan penjelasan pak fet, bagaimanapun aku harus menajamkan telinga untuk yang kedua kalinya agar hati dan pikiranku bisa menganggap ucapan pak fet barusan hanyalah khayalanku semata.

 

“nona tidak salah dengar, itu adalah informasi mendasar yang hanya bisa saya jelaskan sekarang, dan jika nona bisa lolos, maka kami akan menutup interviewnya dengan cepat dan tentu saja sesuai dengan perjanjian dan kontrak yang tertera dalam waktu satu minggu Anda akan mendapatkan upah 50 juta. Dan jika Anda berhasil membuat tuan terkesan dan senang maka Anda bisa mendapatkan bonus setiap hari, sesuai kesepakatan” aku masih dengan ekspresi bengong dan tidak bisa memproses pernyataan pak fet sedikit pun. Aku sudah membaca kontraknya dan tentu saja itu menggiurkan bagiku yang membutuhkan uang untuk bertahan hidup. Tapi ini adalah pekerjaan konyol dengan gaji tinggi.

 

“jadi saya hanya perlu mengasuh seorang laki laki yang usianya bahkan diatas saya?” tanyaku pada pak fet, kulihat ekspresinya dengan saksama, tapi wajah lelaki 60 tahun itu tak berubah sedikit pun, masih datar dan tak bisa terbaca. Pak fet serius dengan perkataannya, hanya itu yang bisa kusimpulkan, beliau tidak bercanda sama sekali.

 

“anda bisa mundur di awal jika tidak mau masuk dalam tahap percobaan,” ujar pak fet sembari mengangguk.

Aku menggigit bibirku, bingung bercampur putus asa tentunya. Jika aku bisa mendapatkan pekerjaan ini, aku tidak perlu pusing lagi memikirkan uang kuliah untuk Lea adikku. Dan juga sisa uangnya bisa kuinvestasikan untuk membuka sebuah Cafe. Tapi aku juga takut risiko yang bisa saja menghampiriku. Pak fet mengatakan jika bosnya itu berusia  32 tahun, beberapa hari yang lalu dia mengalami kecelakaan yang mengakibatkannya hilang ingatan. Dan tentu saja ingatannya itu berulang kembali ke masa di mana umurnya masih sekitar 8-9 tahun. Tapi bagaimana jika pak fet dan tuannya itu menipuku? Bagaimana jika aku dijadikan wanita penghiburnya saja?

 

Bahkan membayangkannya saja aku merasa ngeri. “anda tidak perlu khawatir jika kami menipu anda, ini adalah laporan dan juga informasi tentang tuan” aku berpikir apakah pak fet ini bisa membaca pikiranku? Tak mau berlarut larut dalam pemikiran negatifku, segera saja aku mengambil sebuah map kertas yang disodorkan oleh pak fet.

 

Setela membuka apa isinya, aku membaca beberapa lembar kertas yang menjadi isinya, aku sedikit terperangah dengan informasi profil yang tertera... ya tuhan.... jadi lelaki yang hilang ingatan itu adalah devan antonio? Pengusaha kaya, sang taipan yang dikabarkan  berwajah tampan dan pemilik kesempurnaan yang diidamkan semua perempuan itu? Aku tak menyembunyikan wajah terkejutku sekalipun ketika menatap pak fet. “jadi... dia...”

 

“begitulah nona, bos saya adalah tuan devan antonio, dan jika anda mau mencoba masuk tahap percobaan ini silakan, dan apabila anda gagal, anda masih bisa mendapatkan uang kompensasi tutup mulut agar merahasiakan kondisi tuan dari publik”

 

Aku membaca kembali beberapa kertas yang tersisa, ternyata itu adalah rekam medis devan dari pihak rumah sakit yang menyatakan jika devan mengalami hilang ingatan sementara, serta kondisi psikologis yang sangat aneh. Aku hanya bisa menyimpulkan itu, karena tidak banyak kata kata medis yang kumengerti dan bahkan bisa ku baca dengan mata telanjang.

 

“tapi... disini tertulis jika dia mengalami gangguan psikologis, bukankah dia seharusnya dibawa ke psikiater terbaik? Mungkin itu lebih membantu dari pada mencarikannya pengasuh” yah, pernyataanku itu seratus persen benar jika, devan mengalami kondisi psikologis seharusnya psikolog lah yang harus merawatnya bukan pengasuh.

 

“saya setuju dengan pendapat anda, tapi bukan berarti saya tidak pernah membawanya ke seorang psikiater sama sekali, saya sudah mengundang beberapa psikiater terbaik di negeri ini untuk menyembuhkan mental tuan, tapi semuanya tidak membuahkan hasil, bahkan ada di antara mereka yang berhenti karena terluka oleh tuan, hanya pilihan ini yang bisa saya lakukan untuk merawat tuan” pak fet menjelaskan itu dengan wajahnya yang kaku dan datar, tapi dari sorot matanya aku bisa melihat dengan jelas sorot kesedihan yang timbul, sepertinya dia terluka dengan kondisi tuannya tersebut.  Aku kembali berpikir, jika aku mencoba, mungkin saja aku tidak akan lolos, tapi seperti yang dikatakan pak fet. Aku akan menerima sejumlah uang tutup mulut, walau tidak banyak tapi itu akan cukup untuk masuk tabunganku.

 

“baiklah, saya akan mencobanya” aku menatap pak fet dengan pasti, pasti jika aku tidak akan lolos. Sedikit kulihat pak fet tersenyum dan segera berdiri, beliau menyuruhku mengikutinya menuju sebuah mobil yang terparkir, di depan cafe yang kami kunjungi. Pak fet menyuruhku duduk di kursi penumpang, dan dia segera memasuki pintu mobil satunya untuk ruang pengemudi setelah dirasa aku duduk dengan nyaman. Mobil ini melaju dengan kecepatan sedang, melewati jalan raya yang tidak ramai. Yah tentu saja, ini sudah pukul 9 pagi dan jalan jakarta tidak akan semacet  jam 7  pagi.

 

Aku masih tak habis pikir dengan yang terjadi, bahkan untuk pertemuanku dengan pak fet, kemarin ketika pulang dari bekerja, aku menemukan selebaran untuk menjadi pengasuh anak di atas 5 tahun dengan syarat belum menikah. Maksud ku itu aneh, bisa saja mereka tidak mencari pengasuh anak tapi. Mencari para gadis untuk dijual keluar negeri dan bekerja di rumah bordil, akan tetapi setelah mengetahui jika yang membuka lowongan pekerjaan ini adalah pihak perusahaan devan antonio, semuanya jadi terpercaya walaupun ini adalah lowongan pekerjaan yang tidak masuk dalam kategori bekerja di perusahaannya.

 

Dan aku berpikir tidak ada salahnya mencoba, setelah mengkonfirmasi melalui contact person yang tertera di brosur, aku langsung mengirimkan email data diri dan beberapa persyaratan yang lain. Dan itu cukup mudah. Sampai ketika pagi ini aku mendapat telpon dari pak fet, untuk di interview langsung di sebuah cafe. Awalnnya ini cukup membingungkan, tapi semua teka teki itu terjawab oleh kondisi devan antonio.

 

“nona karin, kita sudah sampai di kediaman tuan devan, “ aku tersadar dari lamunanku, ternyata menuju kediaman devan antonio tidak terlalu memakan waktu yang lama, aku memperhatikan bangunan megah nan wah yang ada di depanku. Ini adalah istana yang di sebut rumah, tak habis pikir, berapa tahun aku bisa menabung hingga bisa membeli bangunan seperti ini?

 

Mobil ini memasuki perkarangan rumah yang sangat menakjubkan, kiri kanannya adalah tanaman hias dan pohon yang daun dan dahannya di potong sesuai keinginan pemilik, ada yang berbentuk kuda dan ada juga yang berbentuk kelinci. “tuan sangat menyukai tanaman hias dari berbagai negara” pak fet mengatakan itu dengan nada suaranya sedikit naik, sepertinya dia memperhatikan wajah norak dan kampunganku barusan. Mukaku memerah karena malu dan berakhir menundukkan kepala. Oh ayolah ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di rumah devan antonio, dan tak ada salahnya untuk menikmati pemandangan rumah ini sebentar.

 

Ketika pak fet sudah memarkir mobil ini di garasi, hmm aku tidak tahu jika ini memang tempat garasi mobil atau bukan yang jelas tempat ini menakjubkan! Sangat luas dan bersih, bahkan jauh dari kondisi rumah reotku. Pak fet membukakan pintu mobil dan mempersilakan aku keluar, kemudian beliau membimbingku memasuki rumah megah ini, tak banyak yang bisa kukatakan mengenai kemewahan interiornya, mulai dari memasuki pintu utama ruang tamu sampai pada ruang utama, walaupun hanya melihatnya sekilas tapi tetap saja ini sangatlah wow!

 

Dan... ya tuhan... di rumah ini juga ada lift!!

“nona mari” ujar pak fet, aku tersenyum meminta pemakluman akan sikap norakku kembali pada pak fet. “tidak apa nona, mari ikuti saya ke lantai dua, tuan ada di sana,”

 

Aku memasuki lift yang sama dengan pak fet, dan sepertinya, rumah ini tidak terdiri dari 2 lantai saja, sebab aku bisa melihat di tombol lift ini jika ada satu tombol menuju ke bawah. mungkin saja ada ruang rahasia dari devan antonio yang berada di bawah tanah. Benar benar pria misterius....

 

Aku menarik dalam dalam rasa penasaranku untuk bertanya mengenai hal apa yang ada di bawah, tentu saja aku harus melakukannya karena ada batasan yang harus aku jaga. Bunyi dentingan lift memecahkan kesunyian antara aku dan pak fet, dia keluar duluan dan aku mengikutinya lagi dari belakang, wah.... ternyata di lantai dua ini juga menakjubkan, sepertinya di sini banyak kamar degan berbagai fungsi, dan lift ini berada di tegah, bahkan pintunya bisa dibuka dari berbagai arah! Yap aku baru mengetahui ini ketika aku dan pak fet memasuki lift dari pintu depan, kemudian pak fet berbalik membuka pintu yang ada di belakangku. Teknologi benar benar menakutkan...

 

Pak fet menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu kamar, dan kuyakin jika itu adalah kamarnya devan antonio. Pak fet membuka pintu itu, dan mengesampingkan tubuhnya membiarkanku melihat ke arah dalam, aku bahkan tidak melihat siapa pun di dalam sana. Aku melihat pak fet bingung. Sungguh di dalam sana hanya ada sekotak kardus besar yang di letakkan di tengah tegah ruangan, disana juga ada kasur berukuran besar yang bisa muat 10 orang, oke masalah kasur sepertinya aku berlebihan, maksimum untuk tidur di sana adalah 3 orang. Tapi tetap saja ini benar benar menakjubkan untuk tempat beristirahat satu orang. Hah ingat karin... ini adalah istana berkedok rumah!

 

“saya akan mengantar anda sampai sini, dan jika anda butuh sesuatu, anda bisa meghubungi saya segera” aku melihat pak fet mengangguk dan melangkah meninggalkanku... oh astaga, jadi.... jadi harus aku yang menyapa devan antonio itu? “ma...maaf pak fet, tapi,” aku berusaha megeluarkan suara sebelum pak fet melangka lebih jauh

 

“nona..” pak fet berbalik melihat ku, wajahya masih datar seperti sebelumnya, tapi kenapa dengan sorot mata itu? “maaf saya tidak bisa menemani anda lebih jauh dari ini, karena saya takut tuan akan mengamuk karena kehadiran saya. Saya mohon pamit” jleb, jadi itu penyebabnya! devan antonio akan mengamuk jika melihat pak fet? Aku tak tahu kenapa, tapi rasa takut itu mulai tumbuh, awalnya aku ingin mencoba ini karena pak fet menemaniku, tapi jika dia meninggalkanku di ujung seperti ini, matilah... ini sama saja dengan bunuh diri. Aku hanya bisa menelan ludah kasar meratapi kepergian pak fet.

 

“tenangkan dirimu karin... kamu pasti bisa, lagian jika dia mengamuk, maka kamu hanya perlu menelefon pak fet!” tegasku, tapi.... perkataanku tak sesuai dengan tubuhku yang sudah mulai gemetar. jantungku terpacu berkali kali lipat, seolah menghadapi sesuatu yang mengerikan. Ini benar benar gila! Aku mulai memberanikan diri masuk ke ruangan itu, mula mula aku membuka kardus besar itu, ternyata isinya hanya mainan anak anak kebanyakan, disana ada puzzle, mobil mobilan berbagai ukuran, kereta, boneka hewan, dan dinosaurus. Selain itu isinya juga mainan balok dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi. Jika dilihat dar merek dan kualitas tentu saja tidak bisa dibilang main main....

 

Melihat ini semua tentu saja membuatku sedikit tenang. Tapi dimana laki laki itu? aku mendengar suara pintu terbuka, dan itu ternya berasal dari sebuah pintu yang ada di belakangku. Ketika kulihat siapa yang membuka pintu itu, keadaanku yang tadi mulai tenang tiba tiba gusar kembali... tuhan selamatkan aku.

“siapa?”

 

“eh, hai.....”

***

Huft.... aku benar benar lelah hari ini. Aku menatap devan yang tertidur lelap dipangkuanku. Dia bergelung di atas kasur dan menjadikan pahaku sebagai bantalnya. Aku mengelus lembut rambut lebatnya yang hitam pekat. Siapa yang bisa menyangka jika beruang pemarah ini bisa jinak begitu saja olehku? Bahkan dari sini aku bisa melihat wajah tampan dan damainya, alis yang tebal dan juga hidung mancung, serta pelengkap wajah indonya adalah bibir tipis yang menawan itu, bahkan aku masih bisa melihat senyumannya tadi.

 

Seperti kata pak fet, pemikirannya balik ke usia 8-9 tahun, tapi tidak dengan pemarah dan kasar hingga melukai orang. Bagiku dia, Dia seperti anak yang baik dan penurut, tapi tentu saja kesan itu akan hilang jika aku melihat dari atas sampai bawah, memang pemikirannya saja yang seperti anak kecil, tapi jika dilihat dari postur tubuhnya dia adalah pria dewasa yang sangat menawan. Aku tak bisa mungkiri itu, karena pesonanya bisa menembus dinding kejombloan ku. Setelah kurasa Devan tidur dengan sangat lelap, aku mengambil bantal yang ada di sebelahku, meletakkannya di depan dan memindahkan kepala Devan yang beratnya... astaga.....

 

Aku berusaha sangat banyak untuk memindahkan kepala itu! dia benar benar beruang. Dan ketika semuanya sudah aman, aku menyelimuti devan hingga bahunya. Kutatap kembali wajah tampan itu, siaallll dia benar benar tampan... aku bahkan ingin sekali menim pipinya!!

Aku tidak tau apa ini anugerah atau tidak, melihat wajah tampan seorang devan antonio dengan begitu dekat seperti ini. Aku memberanikan diri untuk mencium dahinya sekilas, kemudian segera beranjak... ya tuhan... aku benar malu!!!!

 

Aku menutup pintu kamar devan dengan hati hati berusaha untuk tidak menimbulkan suara yang akan membangunkan devan. Ketika berhasil, aku membalikkan badanku, tapi entah dari mana aku tiba tiba saja terkejut dengan pak fet yang sudah ada di belakangku.

“huft!!! Ya ampun pak fet!” geramku tertahan.

“maafkan saya, nona silahkan ikuti saya” aku masih berusaha menormalkan laju jantungku. Pak fet benar benar hantu yang mengerikan, aku akhirnya mengikuti pak fet menuju ruangan sebelah kamar devan, yang artinya ruangan ini bersebelahan langsung dengan kamar devan. Pak fet mempersilakan aku untuk duduk di sebuah sofa yang ada di tengah tengah ruangan ini, beliau kemudian mengambil posisi duduk di seberangku.

 

“jadi Anda berhasil menarik perhatian dan menenangkan tuan nona, saya ucapkan selamat dan juga terima kasih, semoga dengan kehadiran anda dalam merawatnya bisa mendatangkan kemajuan bagi kondisi tuan” ujar pak fet sembari mendorong sebuah cangkir agar lebi dekat padaku. Aku menatap cangkir itu tanpa mau mengambilnya sama sekali. “apa mulai...mulai sekarang aku bekerja menjadi pengasuh devan antonio?”

 

“seperti yang sudah saya beritahu di awal, anda lulus dalam tahap percobaan, saya akan membawa kontrak aslinya besok dan anda bisa mendapatkan sejumlah bonus hari ini karena bisa membuat tuan tenang” pak fet menyesap minumannya tanpa mau melepas matanya dari menatapku..... apakah bisa kuartikan jika tatapan pak fet adalah tatapan bahagia kali ini?

“dan juga nona... bagaimana cara anda mendapatkan hati tuan?”

 

“ah... itu.... sebenarnya...”

 

DON'T WORRY

Beberapa jam yang lalu..

Tatapan tajam itu mengerikan, aku bisa merasakan aura kegelapan dan penuh dengan permusuhan yang keluar dari dalam diri Devan, rasa takut itu membebani jiwaku. Pertahanan dan rasa percaya diriku yang tadi runtuh seketika. Kakiku gemetar, aku mencoba mendominasi disini-menatap matanya-tapi ketika sekilas saja mata kami bertemu, tubuhku mendingin seketika. Sekarang aku mengerti kenapa banyak orang yang gagal menjinakkan beruang besar ini. Dia mengerikan seperti monster.

 

Aku mencoba melangkah mundur, ketika kulihat ke belakang, ternyata kotak besar itu sudah dua langka dari posisiku. Dan sialnya lagi, Devan Antonio-walaupun tak bergerak sedikit pun-dia hanya menatapku. Tapi tatapannya itu mampu mendorongku ke jurang tekanan dan penyiksaan yang dibuatnya sendiri. Aku mencoba melangkah mundur kembali, dan akhirnya melupakan apa yang ada di belakangku....

 

WAAAAA.....

 

“benar-benar menyebalkan!!! Aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan, dan berhenti menatapku seperti itu dasar bodoh! Aku tahu kau adalah orang yang memiliki banyak uang dan kekuasaan tapi setidaknya hargai aku sebagai manusia di sini, aku bahkan tidak melakukan kesalahan apa pun...” kata-kata itu terlontar begitu saja dar mulutku, itu sebenarnya terjadi spontan begitu saja. Dan aku merutuki kecerobohan dan kebiasaan mulutku yang lancang. Posisiku sekarang adalah terjatuh diatas kardus besar yang berisi mainan, bagiannya yang penyok karena ulah tubuhku seketika membuatnya tidak berbentuk lagi. Tapi tentu saja bukan hanya kardus itu yang kesakitan tapi punggungku harus kena imbasnya karena  tusukan tajam dari beberapa mainan balok kayu dan juga robot-robotnya.

 

Tidak itu tidak penting sekarang, aku harus.....

 

“kamu tidak apa-apa?” ya TUHANNNNNNNNNN!!!!!! Ekhem baiklah... aku akan mencoba menenangkan diri, walaupun tubuhku benar -benar terkejut dengan apa yang terjadi pada Devan Antonio. Yap dia sekarang menghampiriku dan berjongkok di depanku, dengan wajah, tatapan dan ekspresi yang berbeda. Jika awalnya tadi dia menatapku dengan tatapan yang mengerikan dan ekspresi wajah yang menakutkan, kali ini dia menatapku dengan tatapan bersalah dan dengan ekspresi kekhawatiran. Awalnya aku terkejut dengan perubahannya, takut-takut jika ini adalah salah satu tipuan dari Devan untuk mempermainkanku. Tapi aku kembali mengingat kata-kata pak fet....’tuan akan langsung mengamuk jika berhadapan dengan orang yang dianggap aneh dan jahat olehnya’

 

Dan sekarang aku mengerti kenapa itu terjadi denganmu pak fet.... tapi kenapa Devan langsung bersikap seperti ini, setela dia mengeluarkan tatapan permusuhan padaku beberapa menit lalu.

“apa kamu tidak apa-apa?” kali ini dia mencoba mengulurkan tangannya padaku karena aku hanya bingung dan masih membisu karena keterkejutanku barusan. Segera saja aku menepis tangannya yang hampir saja menyentuh wajahku. Aku kembali memperhatikan wajah Devan yang mulanya mengeluarkan ekspresi terkejut, berlanjut pada ekspresi yang kembali mengerikan. Ini berbahaya!

 

Alarm di otakku aktif seketika, aku mengambil inisiatif untuk bergerak dari posisiku yang tadi dan duduk di depan Devan.  Kali ini jarak kami sangat dekat, kuperhatikan wajahnya sudah sedikit lebih tenang, mungkin saja karena aku mendekat bukan menjauh seperti orang yang akan lari ketakutan setelah melihat seorang monster. “itu tadi benar-benar sakit...” aktingku dimulai dari sini, seharusnya jika Devan menunjukkan kepedulian diawal dan menanyakan keadaanku, maka aku sudah mendapatkan satu poin simpati darinya. Searusnya untuk menunjukkan ke tidak berdayaanku sekarang maka, akan mudah mendapat simpatinya nanti. “tapi sekarang itu tidak apa-apa, terima kasih sudah membantuku” dan selanjutnya aku harus melakukan kontak fisik agar Devan merasakan rasa terima kasihku. Aku akhirnya mengambil tangan besarnya yang kutepis tadi, dan menggenggamnya dengan erat, sembari tersenyum-

 

“kau adalah orang yang sangat baik....” ucapku mengakhiri, dan finalnya, aku harus memperhatikan perubahan dari Devan, seharusnya ini berhasil jika otaknya memang kembali pada masa usia anak-anak. Aku tidak bisa mengatakan sepatah kata pun mengenai Devan sekarang, dia membuatku terkejut dengan perlakuan yang tiba-tiba ini, dia....memelukku! Rasa sesak dan juga aneh bercampur begitu saja. Pelukan Devan memang sangat erat dan itu membuatku sesak nafas, tapi rasa aneh tersebut menyergap hatiku. Ini nyaman. “apa aku mau jadi temanku? apa kau mau bermain denganku? Apa kau akan tinggal di sini bersamaku?” pertanyaan bertubi tubi itu keluar dari mulut Devan. Aku bisa mendengar dengan jelas bahwa itu bukanlah sebuah pertanyaan.... tapi permintaan seorang anak kecil yang hidup dalam kesendirian. Intinya Devan Antonio, dia kesepian.

 

“aku tahu kamu anak yang baik... tapi ingat jangan perah menatapku seperti itu.. itu benar-benar menakutkan dan sangat tidak terpuji!” aku berusaha mengurai pelukan Devan dariku. Ketika Devan sudah melepaskan tubuhku, aku mengulurkan tanganku padanya, dia menyambutnya dengan senyum yang merekah. Oh tuhan senyum yang sangat menawan dan benar-benar indah, hingga bisa membuatku terpaku.

 

“aku Devan...”

“oh, ya.. aku Karin, salam kenal” dan akhirnya hubunganku dan Devan menjadi baik. Devan mengajakku bermain sepanjang hari, memperkenalkanku dengan dunianya yang penuh dengan permainan. Sama seperti dunia anak berumur 8 tahunan kebanyakan. Polos dan masih belum tahu apa-apa. Bahkan Devan adalah anak yang baik, dia tidak manja dan juga cengeng. Bisa dibilang dia sudah terbiasa dengan kesendiriannya. Dan untuk pak fet, aku tidak meliatnya sama sekali. Bahkan ketika waktu makan siang tiba, hanya ada makanan di meja makan. Tidak ada siapa pun di sana. Semuanya tersaji begitu saja seperti sihir.

 

Aku tahu ini adalah ulah pak fet, dan kadang aku jadi merasa kasihan padanya, tanpa pak fet bilang pun, aku tahu jika dia sangat menyayangi Devan sama seperti anaknya sendiri. Tapi karena tak mau Devan mengamuk, pak fet sengaja menghindar untuk sementara waktu, melindungi Devan dari jauh agar tidak terluka adalah pilihan yang bagus untuk sekarang.

...****************...

 

Hah, begitulah yang terjadi antara aku dan Devan, kami sekarang teman. Aku tahu ini benar-benar aneh untuk disebut sebuah hubungan pertemanan... tapi inilah kenyataannya. Setelah menceritakan pada pak fet apa yang terjadi, beliau tidak menanyakan apa pun lagi setelah itu. Apa dia percaya pada ucapanku? yeah tentu saja, itulah seharusnya yang masih bisa pak fet lakukan untuk Devan, yaitu percaya padaku, satu satunya orang yang diterima oleh Devan untuk dekat dengannya. Aku tidak bisa mengatakan jika aku bangga ataupun merasa bersalah karena mendapatkan kesempatan ini. yang jelas ini benar-benar menguntungkanku dalam artian finansial. Baiklah aku akan jujur, jika pak fet memberikan gaji minggu pertamaku, ditambah dengan bonus sekitar 10 juta rupiah.

 

Aku mendadak menjadi seorang jutawan dalam sehari, yang memalukannya adalah  taganku tiba-tiba bergetar ketika menerima cek dari pak fet. Ini lumrah dan lazim terjadi pada orang yang tak pernah melihat cek sebayak itu termasuk diriku sendiri. Tak heran aku bisa melihat sekilas pak fet tersenyum kearahku, hanya sekilas, sepertinya dia menertawakan kebodohanku....

 

“nona...kita sudah sampai di tempat tujuan yang anda sebutkan tadi” itu suara Sebastian, pria yang kutahu ditunjuk oleh pak fet agar mengantarkanku pulang dengan selamat. “terima kasih karena suda mengantarku” aku tersenyum padanya yang melihatku melalui kaca depa mobil.

 

“apa nona akan turun disini? Bukankah daerah ini adalah ujung pasar dan tidak ada rumah ataupun tempat kos disini?” tanya Sebastian padaku, yah dia memang benar, ini adalah ujung dari daerah pasr tradisional disini, dan jika dilihat memang tidak ada perumahan di sekitar sini sama sekali, ternyata pak fet menunjuk orang yang berbakat untuk menjagaku. Tapi tentu saja rumahku buka disini.

 

Setelah dari pasar ini aku akan menelepon jerry agar bisa mengantarku pulang ke rumah. Bagaimanapun jika aku pulang dengan tumpangan mobil mewah akan sangat mencurigakan bagi banyak orang nantinya, terutama..... dia.

 

“nona? Apa benar disini? Apa saya membuat kesalahan?” Sebastian kali ini mencondongkan tubuhnya ke belakang mengadapku. Aku hanya menggeleng memberikan jawaban. Kemudian tersenyum padanya. “tidak ini alamat yang benar. Aku ada urusan di sini jadi aku akan bertemu dengan temanku”

 

Tak kulihat lagi jika Sebastian curiga, dia akhirnya mengangguk menyetujui keputusanku, ”saya harap Anda bisa pulang dengan selamat” aku mengangguk dan mengucapkan terima kasih untuk kedua kalinya. Keputusanku untuk tidak diantar ke rumah oleh Sebastian adalah keputusan terbaik untuk saat ini. Ku pandangi kepergian Sebastian mengendarai mobil mewah itu, melihat bagaimana mobil itu menjauh, setiap detiknya semakin kecil dan menghilang dari pandanganku.

 

Yah ini sudah waktunya aku menunggu Jerry, ojek pribadi, sekaligus teman yang kukenal di dunia ini. Jerry juga merupakan salah satu orang yang selalu ada untukku, meski kesulitan dengan hidupku yag sekarang dia banyak menolong disaat susah. Contohnya saja ketika Lea hendak masuk ke SMA swasta yang banyak memakan biaya, memang adikku itu adalah orang yang mendapatkan beasiswa masuk sekolah bergengsi itu, tapi bayaran lain seperti uang makan dan uang komite satu tahun tidak dianggung pihak pemberi. Alhasil aku harus berhutang pada Jerry untuk biaya itu.

 

Dan nampaknya pria itu juga tidak keberatan, dari hasil pengamatanku sepertinya dia menyukai Lea-adik kecilku itu- sepenuh hatinya. Dan aku pun juga tidak bisa melarangnya untuk tidak menyukai Lea, jujur kuakui dia juga pria yang baik. Jadi jika dia bisa membuat Lea bahagia, maka aku tidak akan keberatan untuk menjadikannya adik iparku.

 

“Karin....jangan bilang jika kau melamun lagi kali ini?” aku menolehkan kepalaku pada sumber suara itu, ternyata itu adalah Jerry. Dengan pakaian santai dan celana jeans yang simpel membuat Jerry kelihatan menarik di antara gelapnya malam. Aku hanya menggelengkan kepalaku dengan kelakuan ABG nya, tentu saja dia sudah berumur 30 tahun ini dan masih bersikap seperti anak remaja kebanyakan. “hei kau ingin mengejekku memakai pakaian santai favoritku lagi? Ini hanya kaus yag dipakai para remaja kebanyakan sekarang. Aku hanya ingin menunjukkan bagaimana cara bersikap yang baik di depan mereka agar mereka bisa menerima semua saranku”

 

Kuakui jika penampilannya kali ini memanglah seperti bocah, tapi tidak menutup kemungkinan jika itu tidak cocok dengannya, malahan itu lebih menarik jika dipakai oleh seorang Jerry, tubuhnya yang tinggi dan wajah pria dewasanya itu seperti menggemaskan jika dia memakai pakaian para remaja-remaja itu.

 

Aku akhirnya aku mendekati Jerry dan memukul sedikit kepalanya, dia sedikit mengaduh dan akhirnya menangkap tanganku. “tidak bisakah kita pergi sekarang, aku harus mengembalikan motor ini pada majikanku, kau mengerti?” ucap Jerry menunjuk motor yang didudukinya.

 

“bukankah paman tidak akan meminjamkan motor ini padamu?”

 

“cih, jika aku memberikan alasan karena ingin menjeputmu, dia langsung mengizinkanku memakainya dan harus segera dipulangkan dengan selamat” aku hanya ber oria menanggapi perkataannya itu dan langsung duduk di belakang Jerry. Paman-ayah Jerry- sepertinya lebih menyayangiku dari pada dia.... tapi itu tidak masalah untukku, aku malah senang mendapatkan sosok ayah yang baik dari ayahnya temanku ini. “baiklah, kau tau kan harus mengantarku ke rumahkan?”

 

Entah kenapa ketika aku mengatakan itu Jerry langsung mematikan mesin motornya. Suasana senang dan damai yang kurasakan tadi tiba-tiba berubah menjadi mencekam. “tidak bisakah kau dan Lea tinggal bersamaku dan ayah? Maksudku...kita bisa melaporkan orang brengsek itu ke polisi...”

 

Aku menggenggam bahu Jerry pelan, menangkannya. "aku tidak mau hal itu terulang kembali, jika aku bisa menghasilkan uang lebih banyak sekarang dan menyetor dengan benar tiap bulanya, aku dan lea akan aman-aman saja”

 

“tapi... Lea sebentar lagi akan masuk kuliah, kau perlu menyiapkan uang untuk itu, kau taukan jika Lea adalah impian terbesarmu agar dia bisa menggapai cita-citanya ?” Jerry menggenggam tanganku yang berada dibahunya dengan erat. aku memang tidak bisa melihat ekspresinya sekarang tapi, aku bisa merasakan kekhawatirannya pada nasib kami.

 

"Lea akan mendapatkan pendidikan yang layak nanti, aku berjanji. Kau tidak perlu khawatir akan hal itu. “aku tersenyum di dalam hati, setidaknya mempunyai 1 atau 2 teman yang bisa mengerti kondisimu sekarang adalah sebuah anugerah yang tak tergantikan.

 

“bagaimana caranya? Apa kau kali ini mendapatkan pekerjaan yang bagus?” dan pertanyaan Jerry itu akhirnya aku abaikan. Aku tak menjawabnya dan langsung menyuruhnya untuk menstarter motornya agar membawaku pulang segera. Tentu saja aku tidak akan memberi tahu apa pekerjaan aneh bernilai tinggi yang akhirnya aku terima. dia pasti tidak akan setuju dan langsung memintaku untuk berhenti dari sana.

 

***

Aku masih bingung dengan apa yang akan kujawab pada Jerry ketika dia menanyakannya kembali. Aku adalah orang dengan tipe yang tidak bisa berbohong, apa lagi pada orang yang pernah membantuku. Itu sangat mustahil kulakukan. Bahkan dalam perjalanan ini Jerry tak cerewet seperti biasanya dia diam seribu bahasa, seolah olah memarahiku dengan kediamannya.

 

Ada baiknya jika Jerry tidak terlalu ikut campur dalam hidupku, ini lebih baik untuknya dan juga utukku dan Lea. Setidaknya ini yang terbaik bagi kami bertiga sekarang. Ada yang bisa diungkapkan dan ada juga yang tidak bisa dibicarakan begitu saja.

 

Ketika aku memperhatikan malam yang begitu sunyi dan mencekam, tiba-tiba saja ponselku berbunyi, ketika kulihat dilayar siapa yang menelepon, ternyata itu adalah pak fet. Aku segera mengangkatnya,

 

“nona....bi...bisa kah Anda datang ke kediaman tua Devan Antonio sekarang?” aku tidak mengerti apa yag terjadi... tapi kenapa suara pak fet putus-putus?

 

“memangnya ada apa pak fet?”

 

“tuan Devan,,, dia mengamuk-“

 

“Jerry!!!! Putar balik sekarang, aku ingin kau mengantarku ke suatu tempat!”

STAY WITH ME...PLEASE

“nona Anda harus cepat datang jemari, tuan mengamuk karena mencari nona Karin....”

Setidaknya itu adalah kata-kata pak fet sebelum sambungan telepon terputus begitu saja. Pikiranku menjadi bercabang dan sangat kalut, jika seandainya terjadi sesuatu di kediaman Devan Antonio. Memang benar aku tidak pernah melihat Devan mengamuk secara  langsung, tapi dari ungkapan pak fet yang tidak menyenangkan, aku yakin itu adalah sebuah hal yang mengerikan.

 

Dan tentang Jerry...dia masih mengendarai motor ini dengan kecepatan maksimum seperti yang kuminta, awalnya pak fet mengatakan dalam telepon jika dia akan menjemputku, tapi aku menyangkal akan datang secepat mungkin, karena aku bersama temanku. Dan untungnya Jerry tidak banyak bertanya mengenai hal yang kuminta sekarang. Dia awalnya kaget dan langsung mempertanyakan sikapku barusan, aku hanya menjawab jika ini hanya masalah pekerjaan dan sangat mendesak. Dan untungnya Jerry langsung mengerti, jika aku buru-buru dan tak mau di interogasi di dalam perjalanan.

 

Ketika aku sudah sampai di kediaman Devan Antonio, Jerry benar -benar tidak bisa mengontrol rasa penasarannya, jika kulihat dari wajahnya itu. Ekspresi kagum dan tak percaya jika itu adalah sebuah istana yang megah, dan cukup untuk membuatnya bisa bersenang-senang hingga tua nanti. Aku hanya menggeleng degan aksi bengongnya itu. Pintu gerbang yang tadinya tertutup tiba-tiba saja terbuka secara perlahan, menampilkan halaman yang luas itu, aku bahkan harus mengagetkan Jerry dulu-dengan menepuk bahunya sekilas- agar mau menjalankan motor yang mereka tumpangi untuk segera masuk.

 

Dan ketika aku sudah sampai di pintu utama rumah ini, aku turun dengan tergesa-gesa, pintu itu terbuka dari dalam, dan ternyata pak fet lah yang menyambutku duluan. Beliau terlihat benar-benar kacau dengan penampilan tenangnya yang selalu ia tunjukkan padaku seperti biasa, tapi apa sekarang? Dengan nafas yang sangat memburu dan juga dasi yang acak-acakan entah ke mana. Pak fet bisa dikatakan mendekati orang yang sedang stres berat.

 

“nona-“

 

“pak fet apa yang terjadi?” semburku langsung.

 

“ketika nona pergi beberapa menit yang lalu, ternyata tuan bangun. Dia menari nona hampir ke seluruh bagian rumah ini, tapi tidak mendapati nona dimanapun, kemudian...” pak fet seperti memberikan jalan padaku, untuk masuk ke dalam rumah. Dan betapa kagetnya aku ketika melihat rumah itu sudah tidak berbentuk. Ini kacau, vas yang tadi pagi masih kupandangi karena kemewahannya, dan terbuat dari keramik mahal, hancur berserakan diatas lantai. Kemudian beberapa barang seperti cap lampu dan juga beberapa barang elektronik seperti televisi, tergeletak tak bernyawa diatas lantai begitu saja. Kemudian barang seperti benda dapur untuk beberapa pisau juga berada di tegah tengah rumah ini. Dan seketika pikiran negatifku mengenai Devan terluka terlintas begitu saja. Aku menatap horor pada pak fet dan langsung segera berlari menuju lift. Menekan dengan cepat tombol lantai dua, dan tak lama kemudian tubuhku sudah mendarat di sana.

 

Aku memperhatikan kondisi sekitar yang hampir sama persis dengan yang di bawah. Dan kemudian mataku tertuju pada pintu kamar Devan, yang kuyakini, pria itu ada di dalam kamar ini. Seketika tanganku membuka pintu kamar itu.

 

Jantungku kembali berpacu, ketika mataku menangkap kegelapan yang tak terbendung di dalam kamar ini. Bulu kudukku berdiri tegak dan bisa merasakan jika aura mengerikan menguar dari dalam. Aku memberanikan diri untuk melangkah sedikit demi sedikit namun pasti, mencari tombol lampu di sekitar dinding dengan cara merabanya. Sungguh!! Ini benar-benar mengerikan dari pada menonton maraton film horor kesukaanku bersama Lea di Sabtu-minggu kami.

 

Ketika aku akhirnya menemukan tombol lampu itu, seperti disiram air dingin di sekujur badan, aku menekanya dan cahaya menusuk dari sinar lampu yang sangat terang memasuki mataku. Sepersekian detik aku mulai menyesuaikan diri dengan keadaan, dan akhirnya aku menemukan Devan Antonio, sedang berdiri dengan tubuh gagahnya di seberang ranjang-ouch...tidak lupa dengan keadaan kamarnya yang sebelas dua belas dengan keadaan di lantai pertama bahkan kedua-. Sekarang matanya sedang menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan, ketika matanya melebar menatapku, dia melangkahkan kakinya untuk segera ke tempat di mana aku berdiri. Sebuah keterkejutan memang, ketika akhirnya Devan memelukku dengan erat. Menyembunyikan kepalanya dalam-dalam di lekukkan leherku. Membuatku tersiksa akan lengan kokohnya itu yang tengah memerangkap tubuhku, seolah olah aku tidak boleh pergi dari sana se-incipun. Oh god....

 

Dia bahkan tak membiarkanku bergerak sedikit pun sekarang. Rasa sesak dan sangat menyakitkan tentu saja kurasakan sekarang. Aku bahkan sangat sulit untuk menggerakkan satu jari pun untuk saat ini.

 

“de-devan.....”see? bahkan untuk mengeluarkan suara pun sangat susah sepertinya. Aku merasakan sesuatu yang hangat mengalir, tidak itu seperti tumpahan-atau lebih tepatnya lelehan-air panas ngilu kuku yang mengenai leherku, dan bisakah kusimpulkan jika Devan menangis? But..... why?

 

“Devan Antonio..... bisa kah kamu melepaskanku? Ini benar benar sangat tidak nyaman sama sekali” ujarku sembari berusaha melepaskan diri dari kungkungannya, tapi naas, itu semua percuma ketika Devan menambah kekuatannya sedikit, agar aku tidak bisa bergerak lagi. Oke fine! Aku akan menuruti kemauannya. Dan akhirnya aku hanya bisa untuk pasrahkan tubuhku di belit oleh beruang besar ini.

 

Sudah beberapa menit, tidak ada jawaban dari Devan dan aku pun hanya diam. Kubiarkan Devan memelukku sesuka hatinya, membiarkannya meredakan amarah yang mungkin tadi sempat meluap. Bahkan lelahan air mata Devan di leherku tadi sepertinya sudah berhenti sekarang, aku juga merasakan jika Devan mulai melonggarkan pelukannya pada tubuhku sedikit demi sedikit. Ketika akhirnya dia mulai memberi jarak pada tubuh kami, tapi tetap saja masih sangat dekat untuk dikatakan jarak.

 

Kulihat Devan memalingkan wajahnya ke samping, pasti dia malu karena kedapatan menangis oleh seorang perempuan. Aku tersenyum dengan kenyataan itu, aku akhirnya meraih kepala Devan-agar menghadap padaku-, menangkup pipinya dengan kedua tanganku dan memberikan usapan halus didaerah tersebut. Kulihat Devan memejamkan matanya, seolah olah menikmati apa yang kulakukan pada wajahnya.

 

“kenapa kau nakal sekali huh?” ujarku beralih mencubit hidungnya. Dan reaksi Devan yang langsung menatapku dengan mata mengibanya membuatku gemas, dan berakhir mendusel-duselkan kedua telapak tanganku ke kedua pipinya. Aku menarik nafas lega akhirnya ini bisa berakhir dengan Devan tidak terluka sedikit pun. Untungnya kekhawatiranku mengenai Devan yang terluka atau melukai dirinya sendiri tidak terjadi.

 

“apa kau marah padaku?” ujarnya dengan pipinya yang masih kugembungkan....uhhh dia menggemaskan sekali!!!! Aku bahkan tidak sanggup untuk memarahinya jika seandainya dia menghancurkan satu negara pun. Tidak dengan wajah tampan dan imut ini.

 

Tapi untuk mengajarkan sesuatu pada Devan, aku mengangguk sebagai jawabannya. Dan Devan menekuk kepalanya ke bawah, kulihat sorot matanya penuh dengan rasa bersalah yang sangat mendalam, hanya itu yang bisa kulihat. Tapi entah kenapa, aku merasa rasa bersalah yang kurasakan dari diri Devan makin lama makin besar, bahkan sekarang aku melihat buliran air mata mulai jatuh ke pipinya dan mengenai tanganku.

 

“maaf kan aku...aku janji akan selalu bersikap baik dan tidak  membuatmu repot lagi, aku juga akan melakukan apa pun yang kau mau. Asalkan-“ aku menunggu Devan melanjutkan perkataannya, ketika dia menjeda untuk mengusap pipinya yang sudah basah oleh air mata.

 

“jangan tinggalkan aku sendiri, aku takut sendiri, jangan tinggalkan aku Karin” dia mengucapkan itu dengan perasaan yang mendalam dan sangat dipenuhi rasa bersalah, selesai itukah rasa takut Devan akan kesendirian? Tapi setakut-takutnya seseorang akan ditinggalkan pasti mereka masih berpikir rasional dan masih bisa mencari solusi alternatif lai untuk menghadapinya. Tapi kenapa Devan bisa bersikap seolah olah tidak ada jalan lain lagi dan memilih untuk memaksakan kehendaknya dan mengamuk begitu saja? Itu masih menjadi misteri yang belum terpecahkan olehku.

 

Dan mungkin aku bisa menanyakan pada pak fet nanti.

 

“baiklah aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi asalkan kamu bersikap baik dan bisa menjadi anak yang patuh okey?” ucapku sembari membantu Devan untuk menyeka sisa-sisa air matanya.

 

Aku bisa melihat perubahan drastis dari ekspresi Devan, yang kali ini bisa dibilang terlihat sangat senang. Bahkan ketika Devan kali ini memelukku lagi, aku menyambutnya dengan senang hati. Ya tuhan.... apa yang harus kulakukan sekarang jika menggerakkan kaki menjauhi rumah ini saja tidak bisa. Lalu bagaimana dengan Lea? Dan kali ii dia tidak akan leluasa seperti dulu lagi untuk merawat dan menjaga adiknya

 

***

Aku mengendap-endap keluar kamar Devan. Sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara sekecil apa pun. Ketika igi menutup pintu kamarnya, jantungku bahkan bisa dibilang terdengar dari radius satu kilometer. Huh.... tenangkan dirimu Karin!!!

 

Ketika akhirnya aku berhasil menutupnya, perasaan lega dan bebas akhirnya bisa kurasakan lagi. Devan benar-benar beruang besar yang sangat keras kepala. Bahkan ketika aku yakin dia sudah sepenuhnya tertidur pulas, dia masih tidak mengizinkanku bergerak sedikit pun ketika dia memelukku dalam tidurnya. Seolah olah dia benar-benar tidak ingin aku pergi dan menjauh. Tapi syukurnya, dengan cara kau memeluknya balik dengan tak kalah erat, tubuh Devan seolah merespon apa yang kulakukan, seperti meminta izin degan fisik saja, dia mulai melonggarkan pelukanku sedikit demi sedikit, hingga akhirnya dia bisa tenang dalam tidur bayinya itu.

 

Aku berinisiatif untuk menemui pak fet setelah ini, dan juga...aku melupakan Jerry! Seharusnya aku memintanya untuk langsung pulang saja tadi, dan ini sudah 2 jam semenjak aku menenangkan Devan, dan pastinya dia akan bosan menungguku kalau memang itu yang terjadi. Tapi apa yang lebih mengerikan adalah, bagaimana caranya aku menjelaskan keadaan dan juga pekerjaanku pada Jerry? Ini benar-benar membuat kepalaku bertambah sakit. Aku akhirnya memikirkan ini sambil jalan, mempersiapkan beberapa alasan yang mungkin bisa diterima akal sehat setiap orang termasuk dengan Jerry.

 

Aku menaiki lift ke lantai bawah. Ketika sampai, aku berjalan dengan hati-hati menghindari beberapa serpihan keramik vas dan juga beberapa serpihan kaca. Rumah bak istana ini harus berakhir seperti kapal pecah di tangan Devan Antonio. Benar-benar miris. Sekarang aku tengah mencari sosok pak fet tadi, untuk mengataka padanya jika Devan sudah tenang. Dan seketika itu pula aku menangkap sosok pak fet dan juga, errr Jerry tengah duduk di sofa ruang tamu di rumah ini. Mereka seperti memperbincangkan sesuatu yang sangat serius, hmmm kutebak pasti pak fet kini sekarang tengah menjelaskan situasi yang mendesak ii pada Jerry.

 

“pak fet” sapaku melangkah mendekat pada mereka dan bergabung duduk di salah satu sofa di sana.

“bagaimana keadaan tuan nona? Apa dia baik-baik saja?” tanya pak fet langsung memborongku, tapi kali ini aku memperhatikan Jerry yang tengah menatapku dengan perasaan tidak percaya, dan bisa kuartikan dia sedang marah sekarang?

 

“yah... Devan sudah baik-baik saja sekarang, dia sudah tertidur setelah pelampiasan emosinya yang luar biasa ini” aku memandang sekitar mengalihkan tatapanku pada Jerry yang mungkin saja akan membuat dadaku sesak akan rasa sakit.

 

“syukurlah, aku benar-benar berterima kasih atas usaha Anda menenangkan tuan Devan” kudengar kali ini suara pak fet sudah ada nada lega di dalamnya, dan aku pun bersyukur degan hal itu, pak fet tidak sepanik tadi.

 

“Karin, kau bekerja sebagai asisten pribadinya Devan Antonio? Apa kau tidak tahu risiko apa yang nantinya akan kamu terima? Aku benar-benar berharap kamu membatalkan kontrak dengan pihak Devan, dia pria yag berbahaya!” kali ini mataku menangkap sosok jerry yang sedari tadi berusaha kuhindari, sepertinya dia mencemaskanku dengan pilihan yang kuambil ini termasuk pilihan bunuh diri.

 

“maaf tuan Jerry, seperti yang sudah saya beritahukan tadi jika kontrak yang ditanda tagani oleh nona Karin sudah sah secara hukum dan tidak bisa dibatalkan begitu saja, jika ingin membatalkan sebuah kontrak seperti ini, maka nona Karin harus membayar sejumlah denda yang akan memberatkannya.” Ujar pak fet dengan begitu tenangnya, sepertinya beliau kembali pada mode profesionalitas tanpa ada embel-embel perasaan lagi.

 

Pak fet benar adanya, aku tidak bisa memutuskan kontrak ini begitu saja, karena akan ada sejumlah biaya dan juga urusan dengan hukum jika aku memaksa putus sepihak. Aku akhirnya memandang Jerry yang sedang memancarkan aura membunuhnya pada pak fet. Dan ini akan gawat jika berlanjut pada perkelahian.

 

Kutarik tangan Jerry dan berpamitan pada pak fet sebentar, meminta privasi, antara aku dan jerry untuk memutuskan masalah ini. Jerry tentu saja langsung menurutiku dari belakang. Ketika aku sudah sampai membawanya keluar rumah itu, aku langsung menjelaskan situasinya pada Jerry.

 

“seperti yang dijelaskan pak fet, aku tidak bisa membatalkan kontrak yang kutunda tagani sendiri Jerry, aku membutuhkan pekerjaan ini, kumohon mengertilah....” aku melepaskan genggaman tanganku padanya.

 

"masih banyak pekerjaan lain Karin!!! kau Bahkan bisa bekerja di bengkel ayahku jika perlu, kau bisa membantu kami bekerja di bengkel-“

 

“aku tidak akan mendapatkan banyak uang kalau terus bekerja di bengkel paman, aku perlu uang Jerry!!!” potongku, kuharap dengan ini Jerry akan mengerti situasi yang kuhadapi.

 

“kalau begitu aku akan meminjamkanmu uang, kau hanya perlu bekerja membawakan minuman di bengkel ayah dan jangan lakukan pekerjaan yang berbahaya, ini semua tidak sulit sampai Lea besar dan bisa membayar semua hutang-hutangmu pada ayah, ayah juga akan langsung mengerti dengan situasimu”

 

“aku tidak mau menambah beban paman lagi” ujarku sembari menggeleng-menolak permintaan dan tawarannya- “kalian suda terlalu banyak membantuku, dan nominal yang kuperlukan sekarang juga bukan dalam jangkauan kalian, aku senang selama ini ada kamu dan juga paman, kalian melolongku dan Lea ketika kami memerlukan uang untuk hidup, tapi sekarang aku harus bisa mencari alternatif baru agar aku tidak bergantung lagi dengan kalian-“

 

“berapa uang yang kau perlukan?” tiba-tiba saja Jerry memotong penjelasanku, dan aku menatapnya dengan tatapan iba, andaikan permasalahan hidupku tidak serumit ini, mungkin aku akan sangat berterima kasih jika dia membantuku seperti ini. Tapi ini jelas adalah hal yang tak bisa lagi dikatakan minta tolong....

 

“seratus lima puluh juta ditambah uang bunga dua puluh juta, jadi totalnya adalah seratus tujuh puluh juta” aku memperhatikan raut wajah Jerry yang berubah serius dan terkejut. Ya,,, itu bukanlah jumlah uang yang sedikit untuk kami, itu sudah terlampau banyak. Itu juga bukan uang seratus atau dua ratus ribu yang bisa kupinjam dengan mudah pada paman dan juga Jerry. Dan aku juga tau diri untuk tidak merepotkan keluarga mereka terlalu jauh lagi.

 

“tapi-kau akan menjadi-aku tau siapa Devan Antonio yang sebenarnya Karin, dia sekarang memang sedang hilang ingatan, tapi bagaimana jika nanti dia ingat akan asal usulnya dan berusaha-“

 

“jika seandainya itu terjadi padaku, aku ingin menitipkan Lea padamu, tolong jaga dia....”

 

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!