Assalamualaikum teman-teman. Ini novel pertama saya. Masih belajar dan mungkin ada banyak kesalahan di dalamnya. Saya memiliki kesibukan tersendiri yang tidak bisa merombak habis 277 episode. Mungkin akan ada banyak kesalahan tanda baca dan kata. mohon maaf bila tidak nyaman dengan tulisan saya dan Terima kasih.
Mafia' Series
Mafia's in love
Moving On (Zeroun/Lukas)
Biao's Lovers (Biao)
Lady of Mafia (Generasi penerus Mafia's in love)
Serena Wang
Wanita cantik yang mandiri berusia 25 tahun. Serena tinggal di Hongkong. Ibunya telah lama meninggal dunia. Serena adalah anak tunggal dari pria paruh baya, bernama Wang. Tuan Wang sangat menyayangi Serena.
Bagi Tuan Wang, Serena adalah obat untuk sakitnya dan jawaban atas pertanyaannya. Serena segalanya bagi Tuan Wang. Meskipun terlahir dari keluarga yang sangat kaya. Serena lebih memilih hidup tanpa bantuan sang Ayah. Kemandirian yang dimiliki oleh Serena membuat Tuan Wang menjadi khawatir. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, dia mulai memikirkan nasib putri semata wayangnya.
Di suatu malam. Tuan Wang dikejutkan dengan kabar buruk. Kabar bahwa Serena mengalami kecelakaan. Mobil Serena terperosok ke dasar jurang. Dengan uang yang di miliki Tuan Wang, Serena cepat ditemukan.
Namun, Serena tidak lagi mengingat masa lalunya. Serena mengalami amnesia. Tuan Wang memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat Serena menjauhi kehidupannya. Kehidupan gelap yang selama ini ia jalani. Tuan Wang membuat berita palsu kepada publik. Kalau Serena telah meninggal, dalam kecelakaan tersebut.
Tidak hanya itu, Tuan Wang juga membawa Serena pergi jauh. Hal itu untuk membuat Serena melupakan semua masa lalunya. Tuan Wang merubah kehidupan Serena yang dulu, menjadi kehidupan yang baru. Dengan rumah sederhana, tanpa mobil dan pengawal pribadi. Tuan Wang telah berhasil mengelabuhi Serena. Hidup di rumah sederhana, tanpa memiliki banyak benda berharga.
Tuan Wang sangat menikmati kehidupannya, bersama Serena. Berada di sisi Serena setiap saat, membuat Tuan Wang menjadi bahagia. Hari-hari mereka lewati dengan penuh canda tawa. Tanpa beban dan tuntutan. Hanya Serena yang dimiliki oleh Tuan Wang, dan hanya Tuan Wang yang dimiliki Serena. Selalu bersama, kemanapun dan dimanapun.
Hilangnya keluarga Wang dari Hongkong. Membuat sebagian orang berpendapat, bahwa setelah kematian sang putri tercinta, Tuan Wang bunuh diri. Kematiannya di rahasiakan dari publik. Hingga cerita tentang kejayaan Tuan Wang hilang tanpa jejak sedikitpun.
Daniel Edritz Chen
Pria muda memiliki tinggi yang ideal, dengan paras yang hampir sempurna. Ia juga merupakan satu-satunya pewaris kekayaan dari sang Ayah, Tuan Edritz Chen. Sang ibu sudah sangat ingin memiliki cucu. Ia terus memaksa Daniel, untuk menikahi wanita yang telah ia pilih. Sifat dingin yang dimiliki Daniel, membuat dirinya tidak mudah untuk didekati. Wanita manapun tidak pernah berhasil memenangkan hatinya. Rasa sayangnya kepada sang Ibu, membuat Daniel akhirnya menuruti permintaan sang ibu.
Daniel selalu didampingi oleh dua orang yang ia percayai, Biao dan Tama. Semua keperluan yang di butuhkan Daniel, selalu disiapkan oleh Biao dan Tama. Pekerjaan menjadi prioritas utama dalam hidupnya. Daniel tidak pernah memikirkan tentang pernikahan. Karena semua yang ia butuhkan selalu dipenuhi oleh Biao dan Tama.
Daniel sangat bertanggung jawab atas perusahaan yang ia pimpin dan tidak ingin mengecewakan sang Ayah. Menjadi anak tunggal di keluarga Edritz, membuat Daniel tidak bisa menolak. Ia telah memikul tanggung jawab, atas perusahaan yang diserahkan sang Ayah kepadanya. Setelah menyelesaikan pendidikannya, Daniel langsung menjadi CEO di S.G. Group.
S.G. Group adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang makanan ringan. Perusahaan itu memiliki banyak anak perusahaan, di hampir seluruh kota yang ada di Jepang bahkan di negara lain. Meskipun wajahnya terlihat dingin, namun Daniel sosok yang bersahabat. Ia selalu memenangkan proyek-proyek besar, yang membuat perusahannya menjadi cepat berkembang pesat.
Di usianya yang masih menginjak 28 Tahun. Daniel sudah bisa di bilang seorang pengusaha muda yang sukses. Meskipun semua itu tidak luput dari pantauan sang Ayah. Tidak sedikit perusahaan lainnya, yang ingin menjatuhkan Daniel. Namun usaha mereka hanya sia-sia. Karena Daniel memiliki banyak orang kepercayaan, yang bisa memantau pergerakan musuh dari perusahaannya.
**
Visual ada di Instagram Author. Klik aja Sisca Nasty. Atau ada juga di novel Moving On part akhir.
Sebelum lanjut baca, jadikan Favorit dan Kasih bintang 5 ya kakak...
Selamat membaca.... tinggalkan like dan komen di setiap bab ya...
Terima kasih**.
Kota Sapporo, Jepang.
Di salah satu hotel mewah kota Sapporo. Sedang di gelar sebuah pesta pernikahan mewah nan megah. Janji suci sepasang pengantin sudah diikrarkan. Suasana sekeliling berubah menjadi suka-cita.
Aula berukuran luas telah di hias dengan begitu indah. Bunga mawar putih menjadi pelengkap indahnya suasana.
Tamu undangan yang berasal dari kelas atas, juga sudah mulai memenuhi isi ruangan. Terdapat canda tawa di mana-mana.
Makanan dan minuman yang tersedia, telah tersusun rapi. Dengan jumlah yang lama-kelamaan, semakin berkurang.
Terdapat kebahagiaan di wajah setiap orang, saat menghadiri pesta pernikahan. Milik Keluarga ternama, Edritz Chen itu.
Serena. Wanita yang menjadi ratu di malam hari ini, terlihat tersenyum bahagia. Serena menyambut semua tamu undangan yang telah hadir. Gaun berwarna putih yang menyeret di lantai dan satu buah kalung berlian yang melingkar di leher jenjangnya, membuat penampilannya cukup sempurna.
Satu mahkota kecil yang mewah, terlihat menghiasi rambut ikalnya yang berwarna kecoklatan. Tangannya melingkari lengan seorang pria, yang kini telah sah menjadi suaminya beberapa jam yang lalu.
Daniel, yang berperan sebagai sosok pangeran. Mendampingi Serena, di atas pelaminan malam itu. Sekilas, Daniel terlihat bahagia. Dengan mengenakan setelan jas berwarna putih, sapu tangan berwarna emas terselip di saku jas miliknya.
Daniel terlihat serasi dengan Serena. Pasangan yang sempurna, yang terlihat bahagia di malam ini.
Namun, hal itu tidak sama dengan perasaan yang terukir di dalam hati keduanya. Hati yang penuh tanya dan kebimbangan yang begitu rumit.
Senyum kebohongan yang terukir indah, telah berhasil mereka ciptakan, untuk membodohi siapa saja yang memandang mereka. Hati penuh luka dan rasa terpaksa. Perasaan itu memenuhi isi kepala keduanya. Sebelum maupun sesudah mereka berdiri di atas pelaminan itu.
Masih di lokasi pesta yang sama. Seorang wanita cantik dan modern, mengenakan long dres berwarna hitam. Gaun itu di balut dengan beberapa mutiara di bagian dadanya. Penampilannya yang seksi, membuat siapa saja kagum dan terpesona melihatnya. Penampilan dirinya menjadi sorot semua tamu undangan, setelah Serena. Namun, matanya yang tajam terlihat menatap dengan tatapan ingin membunuh.
Rasa cinta yang begitu besar dan tulus di dalam hatinya, hanya untuk sosok pengantin pria yang ada di pesta besar itu. Namun, perasaan itu tidak sama dengan pria yang ia cintai. Sonia sangat mencintai Daniel. Kabar pernikahan antara Daniel dan Serena telah membuat dadanya sakit dan tidak lagi terobati.
Harapannya untuk hidup bersama Daniel, telah kandas detik ini juga. Sonia hanya bisa menahan rasa sakit dan air mata yang akan segera jatuh di pipi indahnya saat ini. Pemandangan yang ada di hadapannya, membuat Sonia berubah. Menjadi seorang wanita yang penuh dendam dan amarah. Tidak ada lagi senyum ramah dan tulus yang terpancar. Semua hilang seketika, dari bibir manisnya.
Kau tidak akan pernah bahagia Daniel, akulah wanita yang pantas berada di sampingmu malam ini! bukan wanita murahan itu.
Umpatnya dalam hati. Sonia menggenggam satu gelas kristal yang berisi minuman. Matanya terus memandang ke arah sepasang pengantin, yang kini masih menyambut para tamu undangan.
Tatapan matanya tidak teralihkan sedetikpun. Sonia terus memandang Daniel, yang kini tersenyum lebar saat menyandang status sebagai suami Serena.
Awas saja kau!
Ancamnya lagi dalam hati.
Seorang pria mengenakan pakaian formal, berjalan mendekat ke arah pelaminan. Dengan satu senyuman bahagia, pria itu menghampiri Daniel dan Serena.
“Selamat, Daniel. Aku tidak pernah menyangka kau telah menikah!” ucap Aldi yang merupakan salah satu tamu yang turut hadir dalam pesta pernikahan itu.
Bukan hanya tamu, tapi Aldi adalah sahabat Daniel sejak lama. Kedekatan yang tidak di sengaja menimbulkan status persahabatan di antara keduanya.
“Terima kasih, Aldi!” jawab Daniel dengan senyum yang penuh arti.
“Dan ... Nona Serena. Selamat! kau terlihat sempurna malam hari ini. Kau wanita yang hebat. Karena berhasil membuat sahabat terbaikku ini manikahimu!” Aldi mengulurkan tangannya di depan Serena.
Serena hanya tersenyum melihat Aldi. Namun hatinya kembali sedih, tiap kali ia mendengar orang lain mengucapkan selamat.
Serena sibuk mengalihkan pandangannya dari Aldi, ke segala penjuru aula. Ia tidak ingin, Aldi menyadari kesedihannya saat ini. Ucapan selamat yang terucap dari bibir para tamu, berubah menjadi kata selamat atas mimpi buruk yang saat ini ia jalani.
“Aldi, aku harap kau menikmati pesta malam ini. Bersenang-senanglah,” ucap Daniel yang memecah keheningan saat itu.
“Baiklah! aku rasa, kehadiranku sedikit mengganggu di sini.” Aldi berjalan pergi meninggalkan Daniel dan Serena yang masih berdiri di sana.
“Apa dia temanmu, Daniel?” tanya Serena pelan.
Seperti berat untuk berkata dan menjawab pertanyaan Serena. Daniel hanya mengangguk pelan, tanpa ingin memandang wajah Serena.
Apa Kau sangat membenciku Daniel, Kau tidak ingin memandang wajahku sejak tadi.
Pikirnya dalam hati. Serena menahan buliran air mata yang hampir terbentuk dan ingin menetes ke pipinya.
Aku sangat membencimu Serena! Kenapa Kau harus hadir di dalam keluargaku. Aku harus menikah secepat ini, sebelum aku sempat mengenal wanita, yang akan menjadi istriku. Bahkan Akuu tidak di tawarkan pilihan kedua sama sekali.
Daniel tidak ingin memandang Serena. Hatinya benar-benar benci kepada Serena.
Aldi melangkahkan kakinya, menuju ke arah Sonia. Sejak tadi, Sonia terlihat menahan tangis. Langkahnya semakin ia percepat, saat ia melihat raut wajah sedih itu.
"Kau baik-baik saja, Sonia?" tanya Aldi sambil menyodorkan selembar tisu kepada Sonia.
"Aku baik-baik saja, Aldi!" ketus Sonia bohong, sambil menerima tisu yang baru saja di berikan Aldi.
“Aku rasa air matamu bisa menjawab, kalau kau sedang berbohong Sonia. Apa kau mau aku antar pulang?" tawar Aldi dengan senyuman. Ia terus melihat wajah Sonia, yang diam membisu dan menahan tangis.
“Kau tidak perlu bersikap peduli seperti itu padaku Aldi! Aku sama sekali tidak terhibur dengan rasa simpatimu saat ini!” seru Sonia sambil menatap Aldi dengan raut wajah kebencian.
“Ayolah ... ini sudah sangat malam, Sonia. Aku akan mengantarkanmu pulang.” Menarik paksa tangan Sonia, menuju ke arah parkiran.
Aldi terus menarik Sonia untuk menjauh dari lokasi pesta dan berniat untuk mengantarnya pulang. Aldi adalah satu-satunya orang, yang mengerti perasaan kecewa, yang kini di rasakan oleh Sonia.
“Aku tidak ingin pulang!” teriak Sonia dengan suara serak bercampur air mata. Sonia melepaskan genggaman tangan Aldi, dari pergelangan tangannya.
“Apa kau bisa tersenyum bahagia ketika ada di dalam Sonia?” tanya Aldi masih menatap Sonia dengan wajah serius dan menahan marah.
Tanpa banyak kata, Sonia kembali mengikuti langkah Aldi. Tubuhnya terasa lelah, pernikahan Daniel membuat Sonia menjadi wanita yang paling menyedihkan di malam itu. Cinta bertepuk sebelah tangan, merupakan gambaran yang sangat pas untuk perasaan Sonia malam ini.
Tidak lagi ada senyum riang, yang biasa terpancar dari bibir manisnya. Senyum riang itu sudah terganti dengan satu senyuman licik, untuk merebut apa yang ia inginkan.
“Apa Kau lelah?” Daniel melirik sebentar ke arah Serena, yang kini ada di samping tubuhnya.
Masih berkecambuk dengan perasaan marah dan kesal. Dengan kekuatan penuh, Daniel menyembunyikan semua itu. Ia tidak ingin, amarahnya naik ke permukaan.
Pesta baru saja selesai, ia tidak ingin memulai perang dengan Serena saat ini. Meskipun ia berpikir, kalau semua masalah ini murni 100% karena Serena.
Serena, Kau adalah orang yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi.
Namun Daniel masih memiliki belas kasih. Pria itu tidak ingin membahas masalah itu di sini.
“Tidak!” jawab Serena singkat. Ia melepaskan genggaman tangannya dari Daniel.
Melihat tamu undangan yang sudah mulai sunyi, Serena memperoleh kebebasannya lagi. Ia tidak perlu lagi, bersusah payah menahan senyum agar tetap melingkar manis di bibirnya. Sikapnya yang seakan-akan bahagia berada di samping Daniel dan harus terus menggandeng tangannya, kini menjadi satu tindakan yang bisa ia tinggalkan.
“Aku rasa pesta ini akan segera berakhir dan Kau bisa pulang ke rumah lebih dulu. Tama yang akan mengantarkanmu pulang ke rumah.”
Daniel menatap ke arah dua pria, yang sudah berdiri tegap di belakang. Kedua pria itu menunduk hormat, saat menerima perintah singkat Daniel.
“Baiklah, Aku juga ingin istirahat. Dan ....” ucapan Serena terhenti saat melihat wanita paruh baya muncul. Wanita itu berjalan perlahan untuk menghampirinya.
“Serena, Mama sangat senang. Akhirnya Kau dan Daniel sudah resmi menjadi suami istri. Mama harap, kalian akan segera memberikan mama seorang cucu,” ucap Ny. Edritz santai dengan wajah yang sangat bahagia.
Impian besar yang selama ini memenuhi isi kepalanya, akan segera terkabul. Sosok cucu yang ia impikan, akan segera hadir di antara keluarga besar yang kini ia miliki. Senyum bahagia yang tulus itu, memang sudah sejak tadi ada di wajah Ny. Edritz. Sosok wanita paruh baya itu kini menyandang status sebagai mertua Serena.
“Ma! Kami baru saja sah menjadi suami istri, beberapa jam yang lalu. Bagaimana bisa Mama berpikir soal anak!” bantah Daniel dengan wajah kesal.
“Ya, mungkin tidak sekarang! tapi akan. Bukankah begitu, Serena?” balas Ny. Edritz kembali melirik ke arah Serena, yang hanya terdiam membisu.
“I-iya, Ma," jawab Serena terbata-bata. Wajahnya terlihat sangat gugup. Serena menunduk bingung.
“Serena sama sekali tidak keberatan. Memberikan Mama cucu, Daniel!” seru Ny. Edritz membela diri.
“Kemarilah Serena,” sambung Ny. Edritz lagi. Membuka kedua tangannya untuk memeluk Serena.
“Serena, sekarang kau adalah menantu Mama, istri dari putra tunggal keluarga Edritz Chen. Mama harap, kau bisa bahagia menikah dengan Daniel,” pinta Ny. Edritz dengan nada lirih.
Ny. Edritz terlihat meneteskan buliran air mata murni dari mata indahnya. Menghapusnya secara perlahan. Ia juga terlihat mengusap pelan punggung Serena.
“Serena sayang sama Mama ....” ucap Serena lirih, yang juga ikut meneteskan buliran air mata.
Suasana berubah haru seketika, saat keduanya sedang asik berpelukan untuk memahami keadaan masing-masing. Daniel justru memandang dengan tatapan kesal, dan memecah suasana haru itu.
“Ma! Serena akan segera pulang. Dia akan istirahat di rumah. Dia terlihat sangat lelah,” ucap Daniel pelan.
Daniel memasukkan tangan kanannya ke dalam saku celana. Membuang napasnya kasar.
“Benarkah? baiklah. Mama akan pulang bersama Serena.” Ny. Edritz melepas pelukannya dari Serena. Memandang ke arah Daniel.
“Daniel, Papa kamu sudah berkumpul dengan yang lainnya. Sebaiknya kau segera ke sana,” sambung Ny. Edritz.
Tanpa ingin membalas perkataan Ny. Edritz lagi, Daniel pergi meninggalkan kedua wanita itu. Langkahnya tertuju pada satu pintu besar salah satu ruangan yang terletak di ujung aula. Diikuti dengan dua pengawal pribadinya, Daniel melangkah dengan cepat dan pasti. Pria itu tidak lagi ingin, membalikkan tubuhnya ke belakang.
Meskipun pesta pernikahan telah berakhir. Namun Daniel tetap harus menemui beberapa orang penting. Membicarakan kerja sama perusahaan Daniel, dengan perusahaan besar lainnya.
Sementara itu, Ny. Edritz dan Serena melangkah pelan menuju ke arah mobil. Mobil itu sudah disiapkan, untuk pergi pulang ke rumah utama keluarga Ny. Edritz Chen.
Ny. Edritz melarang Daniel, untuk membeli rumah baru. Ny. Edritz mengerti, kalau saat ini Daniel belum menerima kehadiran Serena.
Pernikahan Daniel dan Serena, terjadi bukan karena Daniel dan Serena saling jatuh cinta. Pernikahan keduanya terjalin, karena rencana yang telah di atur oleh Tuan Edritz dan istri. Mereka sangat menyukai Serena, Serena adalah putri tunggal dari keluarga Wang. Putri dari teman sekelas, Tuan Edritz Chen di masa lalu.
Pernikahan besar dan megah itu, kini hanya sebuah cerita. Cerita yang baru saja terjadi, beberapa jam yang lalu. Tidak ada keinginan untuk merasakan bahagia dan menyambut kebahagiaan datang.
Rencana kedua orang tua Daniel, bukan satu keputusan tepat yang mereka ambil untuk hidup Daniel. Keputusan mereka berdua, justru membuat undangan. Satu undangan, agar masalah baru segera tiba di dalam keluarga Edritz Chen.
Besar harapan untuk melihat Serena dan Daniel hidup dengan bahagia. Namun itu hanya harapan kosong, yang tidak akan pernah tahu kapan bisa terkabul.
Keterpaksaan yang dirasakan Daniel dan Serena, memang membuat keduanya hidup dalam penderitaan.
“Apa kau bahagia, Serena?” tanya Ny. Edritz memecah suasana. Saat ini, keduanya sudah ada di dalam mobil.
“Kenapa Mama menanyakan hal itu? tentu aku bahagia. Meskipun aku dan Daniel belum saling mengenal. Tetapi aku yakin, kami berdua sangat bahagia atas pernikahan ini,” jawab Serena penuh kebohongan.
Serena masih menolak, untuk menceritakan keadaan yang sebenarnya pada Ny. Edritz. Serena memalingkan pandangannya ke luar jendela mobil. Ia ingin menutupi raut wajah sedih yang terpancar dari wajahnya. Bagaimanapun, ini hal yang sangat berat untuk ia hadapi sendirian.
“Serena, Mama harap kamu dan Daniel tidak marah dengan kami. Karena kami sudah menjodohkan kalian dan memaksa kalian untuk melakukan pernikahan ini.” Mata Ny. Edritz terlihat berkaca-kaca. wanita paruh baya itu memegang tangan Serena.
Serena hanya tersenyum, lalu memeluk wanita berstatus mertuanya itu. Saat ini, Ny. Edritz telah menjadi ibunya. Sosok ibu yang sudah menggantikan ibunya yang telah lama tiada. Serena sangat menyayangi Ny. Edritz, sejak pertama kali mereka bertemu. Kehadiran Ny. Edritz, membuat Serena merasa disayangi oleh seorang ibu.
“Daniel adalah putra kami satu-satunya Serena. Kami sangat menyayanginya. Mama harap, kamu bisa menyayangi Daniel seperti kamu menyayangi dirimu sendiri, Serena. Maukah kau berjanji, Serena?" pinta Ny. Edritz.
“Janji apa, Ma?” tanya Serena dengan raut wajah bingung.
“Jangan pernah tinggalkan Daniel, apapun yang terjadi. Belajarlah untuk mencintainya, Serena!" pinta Ny. Edritz pada Serena.
“Serena janji. Serena tidak akan pernah mengecewakan, Mama,” jawab Serena dengan penuh keyakinan meskipun ia tidak tahu, bisa atau tidak mengabulkan permintaan Ny. Edritz. Namun yang terpenting saat ini, ia tidak membuat Ny. Edritz menjadi khawatir.
Aku bahkan tidak tahu, perasaan apa yang kini ada di dalam hatiku, Ma.
Serena memandang Ny. Edritz dengan satu senyuman. Meskipun saat ini, hatinya ingin teriak kuat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!