NovelToon NovelToon

Suami Bayaran Nona Bellinda

BERLEBIHAN

Ciiiiit!!!

Bellinda menginjak rem mobilnya dalam-dalam, sebelum kap depan mobilnya menyenggol seorang pemuda yang menyeberang jalan.

"Sial!" Nona direktur itu mengumpat kesal.

Bellinda membuka pintu mobil Ferrari-nya dan segera memeriksa kondisi pemuda tadi.

Apa Bellinda sudah menabrak pemuda itu?

Kenapa pemuda itu jatuh tersungkur di atas aspal?

"Hei, Nona! Berhati-hatilah saat menyetir!" Beberapa warga yang ada di sekitar tempat kejadian menegur Bellinda denga galak.

Bellinda mendekat ke arah pemuda yang kini sudah bangun tersebut.

"Bawa dia ke rumah sakit, Nona! Kau baru saja menabraknya," ujar seorang warga lain yag tadi membantu pemuda itu berdiri.

Bellinda memindai pemuda di hadapannya tersebut. Tida ada luka serius. Haruskah Bellinda membawanya ke rumah sakit?

"Apa aku baru saja menabrakmu? Aku merasa mobilku belum menyenggolmu," tanya Bellinda seraya bersedekap dan menatap tajam pada pemuda yang mengenakan kaus berwarna hitam serta celana jins tersebut.

"Entahlah, yang jelas, saya tadi merasa kaget, Nona. Makanya saya jatuh," jelas pemuda itu.

Bellinda memutar bola matanya.

"Kau tidak terluka, kan? Apa aku perlu membawamu ke UGD sekarang?" Tanya Bellinda dengan nada ketus.

"Saya rasa tidak perlu," jawab pemuda itu melirik sebentar ke arah plat mobil Bellinda sebelum akhirnya tersenyum pada nona direktur tersebut.

"Saya permisi," pamit pemuda tersebut seraya berlalu meninggalkan Bellinda.

"Hei!" Panggil Bellinda pada pemuda tadi.

Bellinda merasa sedikit janggal saat pemuda berkaus hitam itu melirik plat nomor mobil Bellinda. Jangan-jangan pemuda itu akan melaporkan Bellinda ke kantor polisi.

Pemuda itu menghentikan langkahnya, namun tidak menoleh ke arah Bellinda.

"Hei, kau!" Panggil Bellinda sekali lagi.

"Saya punya nama, Nona. Dan nama saya bukan hei," ujar pemuda itu masih tidak menoleh ke arah Bellinda.

"Baiklah. Siapa namamu, Pemuda asing?" Tanya Bellinda seraya berdecak malas.

"Devan," jawab pemuda itu.

Kali ini dia menoleh dan tersenyum ke arah Bellinda.

"Ikutlah denganku, Devan!" Perintah Bellinda tegas.

"Saya baik-baik saja, Nona. Dan rumah saya tidak jauh dari sini jadi saya akan berjalan kaki saja," tolak Devan halus.

"Ikut saja!" Perintah Bellinda sekali lagi dengan lebih tegas dan nada yang lebih tinggi tentu saja.

Devan yang tidak mau ribut, akhirnya memilih untuk menurut dan masuk ke mobil mewah Nona Bellinda.

"Kau pura-pura mengatakan baik-baik saja, tapi kau melirik nomor plat mobilku. Apa kau ingin melaporkanku ke kantor polisi atas kasus tabrak lari?" Tuduh Bellinda sesaat setelah mobil sport mewahnya melaju membelah jalanan kota.

"Apa? Apa anda baru saja menuduh saya?" Cecar Devan dengan raut wajah tak percaya.

"Tak perlu menyangkal atau berpura-pura sok polos!" Gertak Bellinda galak.

"Aku akan membawamu ke rumah sakit sekarang. Agar luka lecetmu itu bisa diobati dan kau tidak bisa lagi menuntutku!" Sergah Berlinda yang hanya menoleh sejenak pada Devan sebelum kembali fokus ke jalanan di depannya.

Mobil Ferrari Bellinda masuk ke kawasan parkir sebuah rumah sakit. Tanpa sepatah katapun, Bellinda langsung memaksa dan menggiring Devan masuk ke ruang UGD yang ada di bagian depan rumah sakit.

"Ada yang bisa kami bantu, Nona?" Sapa seorang perawat yang berjaga.

"Ya. Dia baru saja aku tabrak dan sekarang dia mengalami beberapa luka." Bellinda menunjuk ke arah Devan yang masih berdiri di dekat pintu masuk.

"Bisakah kalian mengobatinya agar luka-luka itu tidak infeksi atau membusuk?" Imbuh Bellinda lagi berlebihan dan terdengar nada ketus.

Para perawat serempak melihat ke arah Devan. Mereka langsung mengernyitkan dahi karena bingung.

Pemuda itu bahkan terlihat sehat dan tidak terlihat ada luka serius.

Kenapa nona ini berlebihan sekali?

"Nona, luka saya tidak serius. Saya rasa tidak perlu diobati disini," Devan akhirnya buka suara.

"Jangan mengajariku!" Bellinda menuding ke arah Devan

"Aku tahu rencana busukmu. Jadi jangan pura-pura polos di hadapanku!" Ujar Bellinda lagi dengan nada galak.

"Perawat!" Bellinda berteriak kesal.

Salah satu perawat yang ada di ruangan tersebut segera membimbing Devan untuk duduk dan mulai mencari luka yang perlu diobati.

Sejuta pertanyaan tentu saja bercokol di benak mereka.

Luka-luka di kaki dan tangan Devan sebenarnya hanya luka ringan yang sangat bisa diobati di rumah. Tapi sepertinya nona direktur ini khawatir sekali.

Setelah sekitar tiga puluh menit, perawat akhirnya selesai mengobati luka-luka Devan. Bellinda segera mengurus administrasi sebelum mengantar pemuda itu pulang ke rumahnya.

"Ini sungguh berlebihan, Nona," keluh Devan yang sudah duduk di dalam mobil mewah Bellinda.

"Pakai sabuk pengamanmu!" Perintah Bellinda galak.

Devan hanya mendengus dan segera memakai sabuk pengaman.

Bellinda baru saja akan menginjak pedal gas saat tiba-tiba ponselnya berbunyi.

"Halo, Theo! Ada apa?"

"Kau dimana, Bell? Aku ada di depan apartemenmu sekarang. Bisakah kau membukakan pintu? Aku sudah memencet bel berulangkali."

"Tentu saja akan kubuka pintunya saat aku sudah tiba disana. Mengobrollah dulu dengan security di bawah, karena aku masih ada urusan bodoh di tempat bodoh ini," gerutu Bellinda merasa kesal.

"Kau dimana memangnya? Kau belum sampai di apartmen sejak tadi?"

"Kalau aku sudah sampai pasti aku akan membukakan pintu untukmu. Dasar bodoh!"

"Baiklah, baik! Berhentilah marah-marah! Aku akan menungu di bawah dan mengobrol dengan security sesuai saranmu."

Bellinda langsung mematikan sambungan telepon.

"Dimana rumahmu?" Tanya Bellinda pada Devan yang hanya duduk melongo.

"Di jalan Mutiara, tak jauh dari tempat anda menabrak saya tadi, Nona," jawab Devan menjelaskan.

"Hmm," gumam Bellinda malas sebelum gadis itu melajukan mobilnya meninggalkan kawasan rumah sakit.

.

.

.

Ada yang kangen Nona Mia?

Karakter Nona Bellinda bakalan sebelas duabelas dengan karakter Nona Mia 😄

Tapi kalian gak bakalan nemu karakter Bian di sini 😂 karena Bian hanyalah milik Nona Mia 😂.

Yang tanya visual, mohon maaf, othor paling gak bisa cari visual. Jadi cerita ini gak bakal ada visualnya sampai end. Yang mau nyumbang ide buat visual dipersilahkan masuk GC trus kirim tu foto visual yang menurut kalian cocok 😅. Pokoknya othor tahunya nulis cerita aja, silahkan reader nyari visual sendiri 🙏

Terima kasih yang sudah mampir.

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini 👠

PROYEK BESAR

Di sebuah gedung kantor di pusat kota metropolitan,

"Aku dengar Mr. Josh mengundang satu orang lagi untuk ditawari proyek besar ini," tanya Bellinda seraya memainkan pena di tangannya.

"Ya. Mr. Josh juga mengundang Nickholas Kyler, salah satu pemilik bisnis properti yang menjadi pesaing Halley Development," jelas Theo panjang lebar.

Theo Rainer adalah sepupu sekaligus asisten dari Bellinda.

"Aku tahu perusahaan itu. Tapi Nickholas Kyler? Apa dia pemimpin baru?" Tanya Bellinda lagi menerka-nerka.

"Tepat!"

"Dan dia yang akan datang ke pertemuan siang ini." Ujar Theo memberikan informasi.

"Kita akan membawa apa untuk merayu Mr. Josh?" Tanya Theo lagi seraya kedua telunjuknya membentuk tanda kutip.

"Tidak perlu membawa apapun. Aku yakin aku akan bisa mendapatkan proyek itu dengan mudah," ujar Bellinda penuh percaya diri.

Bellinda Halley, adalah wanita lajang berusia 27 tahun yang saat ini menjabat sebagai nona direktur dari PT Halley Development. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang properti.

Bellinda dikenal sebagai wanita ambisius yang kadang rela menempuh berbagai cara untuk memuluskan ambisinya dalam pekerjaan.

"Kita berangkat sekarang!" Ajak Bellinda yang sudah bangkit beranjak dari duduknya.

Theo hanya mengangguk dan segera mengikuti langkah nona direktur tersebut.

****

"Low profile sekali. Kenapa kau tidak becus mencari informasi tentang Nickholas Kyler?" keluh Bellinda yang masih men-scroll layar I-Pad di tangannya.

Bellinda dan Theo sedang dalam perjalanan menuju resto tempat diadakannya pertemuan bisnis dengan Mr. Josh Elliot.

"Bukan aku yang tidak becus, Nona Bellinda. Tapi pria itu memang low profile dan jarang tampil ke media," sahut Theo dengan nada ketus.

Bellinda hanya memutar bola matanya.

Mobil sudah masuk ke halaman parkir sebuah hotel.

Resto tempat diadakannya pertemuan memang berada di dalam sebuah hotel berbintang.

Bellinda dan Theo bergegas masuk ke dalam resto. Di sebuah meja panjang yang ada di dalam resto tersebut, Mr. Josh Elliot sudah duduk bersama dua orang pria. bellinda langsung bisa mengenali salah saru dari pria yang duduk bersama pak Josh.

Ya, dialah Nickholas Kyler. Pria berparas blasteran dengan rahang tegas, alis tebal dan cambang tipis yang menghiasi dagunya. Pria yang di sampingnya kemungkinan adalah asisten Nick Kyler.

"Selamat siang, Mr. Josh!" Bellinda menyapa Mr. Josh dengan hangat.

"Selamat siang, Bellinda. Senang kau bisa datang," jawab Mr. Josh tak kalah hangat.

Bellinda ganti menyapa Nick Kyler dan hanya disambut dengan anggukan serta senyuman tipis.

Hmmm. Pria yang dingin sepertinya.

Setelah basa-basi berakhir. Mr. Josh mulai menjelaskan tentang proyek yang akan ia tawarkan pada Nick dan Bellinda.

"Mungkin pertanyaan saya ini sedikit menyangkut hal pribadi. Tapi apa ada di antara kalian berdua yang akan menikah dalam waktu dekat? Karena saya rencananya ingin mencari partner yang sudah berkeluarga." Ucapan Mr. Josh kali ini lumayan membuat Bellinda menghela nafas berulang kali.

Menikah?

Bellinda bahkan belum ada rencana untuk menikah dalam waktu dekat.

Tapi proyek ini begitu menggiurkan, dan Bellinda sangat yakin jika perusahaannya berhasil mengambil proyek ini, maka nama Halley Development akan semakin berkibar di dunia bisnis properti.

Bellinda melirik sejenak ke arah Nick yang hanya menampilkan raut wajah datar. Mungkinkah pria itu sudah punya pasangan dan siap menikah? Jika hal itu benar, bukankah ini sesuatu yang mengancam.

Tapi jika mengingat profil tentang Nick yang diberikan oleh Theo, pria itu statusnya juga masih lajang dan tidak sedang berpacaran apalagi bertunangan baru-baru ini. Dan di profil yang Bellinda baca, Nick Kyler sepertinya tidak pernah berpacaran ataupun dekat dengan seorang wanita. Aneh sekali mengingat Nick adalah pria yang tampan dan mapan.

"Bagaimana, Nick? Bellinda?" Tanya Mr. Josh sekali lagi karena belum ada yang menjawab pertanyaannya sedari tadi.

"Mungkin saya akan mundur saja, Sir. Saya tidak ada rencana menikah dalam waktu dekat." Jawab Nick masih dengan raut wajah datar.

"Ah yess!!"

Bellinda bersorak dalam hati.

"Kalau memang Nick memutuskan untuk mundur, izinkan Halley Development yang mengerjakan proyek ini, Sir," sahut Bellinda dengan nada sedikit merayu.

"Boleh saja, Bellinda. Jika kau ada rencana menikah dalam waktu dekat, aku akan langsung memberikan proyek ini pada Halley Development," jawab Mr. Josh seraya tersenyum.

Apa?

Syarat macam apa ini?

"Seperti yang kalian ketahui, aku seorang family man. Aku lebih suka bekerja sama dengan partner yang sudah berkeluarga. Namun dari semua perusahaan properti yang ada di kota ini, hanya perusahaan milik kalian berdua yang aku yakin akan mampu menangani proyek ini."

"Sayangnya, kalian masih sama-sama lajang. Bagaimana kalau kalian berdua menikah saja, dan mengambil proyek ini berdua," ujar Mr. Josh lagi mencetuskan sebuah ide sambil sedikit terkekeh

Nick terbatuk-batuk saat Mr. Josh menyebut kata menikah.

Berbeda dengan Bellinda yang mendadak mendapat ide di kepalanya. Nona direktur itu beranjak dari duduknya dan segera meraih tangan Nick, atau lebih tepatnya memaksa pria itu untuk ikut dengannya ke sudut restoran.

"Lepaskan tanganku, Nona Bellinda!" Gertak Nick seraya menyentak tangan Bellinda dengan kasar.

"Hei, aku punya ide, Nick-" Bellinda belum menyelesaikan kalimatnya.

"Mundur dan jaga jarak!" Nick memberi kode pada Bellinda agar gadis itu mundur.

Bellinda mundur satu langkah.

"Mundur lagi!" Nick mengibaskan tangannya.

Bellinda kembali mundur dua langkah.

"Baiklah sudah cukup. Jadi, kau ingin bicara apa?" Tanya Nick seraya mensedekapkan tangannya di depan dada.

Bellinda mengernyitkan kedua alisnya, merasa sedikit aneh dengan sikap Nick tersebut.

"Apa kau alergi pada wanita atau semacamnya?" Tanya Bellinda memasang senyuman mengejek.

Nick masih bersedekap dan memasang wajah dingin.

"Terima kasih, jika kau memahaminya," sahut Nick dingin dan ketus.

Bellinda terperangah tak percaya.

Apa katanya barusan?

Seorang Nick Kyler alergi pada seorang wanita?

Apa pria ini sedang bersandiwara atau mengada-ada?

"Halo, Nona Bellinda!" Tegur Nick karena Bellinda masih diam melamun.

Bellinda sedikit terkejut. Namun dengan cepat nona direktur itu menyembunyikan rasa terkejutnya.

"Ayo kita menikah dan mengambil proyek Mr. Josh!" Ajak Bellinda dengan nada enteng.

"Apa?!"

"Tidak! Maaf aku tidak tertarik. Silahkan kau ambil proyek itu!" Jawab Nick malas masih sambil bersedekap.

"Aku tidak akan bisa mengambil proyek itu kalau aku tidak menikah denganmu."

"Kita buat pernikahan pura-pura saja atau sejenis pernikahan kontrak. Proyek selesai kita bisa langsung berpisah," tutur Bellinda mengungkapkan ide di kepalanya.

Nick tertawa renyah.

"Ternyata kau benar-benar wanita yang ambusius dalam pekerjaan, Nona Bellinda."

"Tapi maaf, aku tidak tertarik dengan penawaranmu barusan. Cari saja pria lain yang mau kau ajak menikah kontrak demi memuluskan ambisi besarmu itu," pungkas Nick seraya berlalu dari hadapan Bellinda.

Masih bisa Bellinda dengar decakan berulang kali dari Nickholas.

Bellinda mendengus kesal dan hendak mengikuti langkah Nick untuk kembali ke meja pertemuan. Namun saat netra Bellinda menyapu ke arah luar restoran, tak sengaja Bellinda melihat wajah familiar itu sedang duduk di kursi yang ada di depan resto.

"Bukankah itu Devan?"

Mendadak sebuah ide terbersit di kepala Bellinda.

Baiklah!

Bellinda harus mendapatkan proyek ini apapun caranya.

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini 👠.

KAMI AKAN MENIKAH

Devan yang baru selesai mengantar pesanan untuk salah satu tamu hotel, terpaksa duduk di lobi hotel karena di luar sedang turun hujan deras. Namun pemuda itu merasa terkejut, saat tiba-tiba nona kaya yang tempo hari menabraknya datang menghampiri dirinya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Bellinda sedikit ketus.

"Aku sedang menunggu hujan," jawab Devan seraya mengendikkan dagunya ke arah luar hotel yang sedang diguyur hujan lebat.

"Lepaskan topi bodohmu ini, dan ayo ikut aku!" Belinda memaksa Devan untuk bangkit berdiri dan melempar sembarangan topi yang tadi dikenakan Devan.

"Kau harus membantuku kali ini. Aku akan membayarmu dengan mahal," ujar Bellinda sambil terus menyeret Devan masuk ke dalam resto yang ada di hotel tersebut.

"Tunggu! Apa maksud anda, Nona?" Tanya Devan bingung.

"Bellinda! Panggil aku Bellinda dan kau harus berpura-pura menjadi pacarku," ucap Bellinda sekali lagi dengan nada tegas.

Terang saja, hal ini membuat Devan semakin bingung.

"Tapi-" Devan tidak jadi menyelesaikan kalimatnya, karena Bellinda sudah memaksanya untuk duduk di sebuah kursi.

Ada Bellinda dan dua pria lain di sekeliling Devan sekarang.

Nickholas Kyler dan asistennya memang langsung pamit setelah sempat berdebat dengan Bellinda tadi.

"Siapa dia, Bellinda?" Tanya Mr. Josh to the point.

"Oh, perkenalkan dia adalah pacar saya, Sir," jawab Bellinda seraya tersenyum.

Theo yang duduk di samping Bellinda dan sedang menyesap kopinya sontak tersedak.

Sejak kapan Bellinda punya pacar?

"Pacar?" Mr. Josh mengernyitkan kedua alisnya.

"Ya sebenarnya kami sedang merencanakan sebuah pernikahan. Mungkin dua minggu lagi kami akan menikah," jelas Bellinda mulai mengarang indah.

Devan yang masih duduk di kursinya hanya melongo dan berharap dirinya sedang bermimpi.

Yang benar saja, Devan bahkan tidak kenal dengan nona kaya ini. Lalu kenapa tiba-tiba nona ini mengatakan kalau Devan adalah pacarnya dan mereka akan menikah?

"Surprize!" Mr. Josh tertawa antusias.

"Siapa nama kamu?" Mr. Josh bertanya pada Devan yang masih terlihat kebingungan.

"Devan Anggara, Sir," jawab Devan tergagap.

"Dan profesi kamu?" Mr. Josh bertanya sekali lagi.

"Saya seorang-"

"Dia seorang pemilik kafe, Sir," sela Bellinda cepat sebelum Devan mengatakan yang sebenarnya tentang pekerjaannya.

"Seorang wirausaha. Aku tidak menyangka jika kau memilih calon suami dari kalangan biasa, Bellinda. Kau nona direktur yang merakyat ternyata," puji Mr. Josh tersenyum ke arah Bellinda.

"Baiklah. Sudah jelas sekarang. Aku akan menunggu undangan pernikahan kalian berdua. Lalu kita akan membahas tentang proyek ini," pungkas Mr. Josh seraya beranjak dari duduknya.

Setelah berpamitan seperlunya, pria tersebut segera meninggalkan resto diikuti oleh beberapa orang berpakaian serba hitam.

"Apa ini, Bell? Siapa pria asing ini?" Cecar Theo yang langsung menginterogasi Bellinda.

"Dia Devan. Calon suamiku," sahut Bellinda enteng.

"Jangan berbohong!" Sergah Theo yang masih merasa tidak percaya.

"Maaf menyela. Tapi apa maksud anda tadi dengan mengaku-ngaku sebagai pacar saya dan mengatakan kalau kita akan menikah?" Devan menyela perdebatan antara Bellinda dan Theo.

"Lihat! Dia saja merasa bingung. Jangan mengarang cerita, Bell!" Sergah Theo yang kini menunjuk ke arah Devan.

"Dengar! Aku harus mendapatkan proyek ini."

"Jadi aku akan menikah dengan Devan sampai proyek ini selesai, lalu kami akan berpisah setelahnya," jelas Bellinda panjang lebar.

"Apa?" Sergah Devan dan Theo serempak.

"Tidak, Nona! Saya tidak mengenal anda kenapa saya harus menikah dengan anda?" Protes Devan merasa keberatan.

"Oh, ayolah! Ini hanya pernikahan pura-pura. Sejenis pernikahan sementara." Bellinda tampak berpikir sejenak.

"Pernikahan kontrak?" Theo menyela

"Iya maksudku itu."

"Kau hanya perlu bersandiwara menjadi suamiku di depan klien bisnis. Selebihnya kita hanya berteman dan tidak perlu melakukan kewajiban sebagai suami istri. Aku tidak akan melarangmu berhubungan dengan gadis lain asal kau melakukannya diam-diam." Jelas Bellinda panjang lebar.

"Dan aku siap membayarmu dengan mahal." Imbuh Bellinda lagi dengan raut wajah serius.

"Papa akan marah jika tahu kau melakukan sandiwara konyol ini demi sebuah proyek, Bell!" Theo memperingatkan.

"Paman Owen tidak akan tahu. Kau hanya perlu tutup mulut!" Bellinda menuding ke arah Theo seraya memasang wajah mengancam.

"Aku akan membawa Devan ke rumah paman. Mengenalkannya sebagai pacarku dan calon suamiku. Kami akan menikah secara resmi, tapi kami akan berpisah setelah proyek selesai." Ulang Bellinda sekali lagi memaparkan semua rencananya.

"Kau gila, Bell!" Sergah Theo dengan raut wajah tak percaya.

"Maaf, Nona. Apa saya boleh menolak?" Tanya Devan merasa keberatan.

Bellinda memasang senyuman licik,

"Silahkan menolak! Lalu aku akan mencari semua informasi tentang dirimu dan membuatmu dipecat dari pekerjaanmu sekarang. Dan setelahnya kau tidak akan bisa bekerja dimanapun," jawab Bellinda mengancam dan mendelik ke arah Devan.

Devan mengkerut.

Kenapa nona kaya ini begitu licik?

Sangat tidak sesuai dengan parasnya yang cantik dan menawan.

"Jadi, apa sebenarnya pekerjaanmu?" Tanya Theo pada Devan yang terlihat melongo.

"Saya...saya seorang kurir makanan." Devan tergagap.

"Sebenarnya ini hanya pekerjaan lepas. Saya menggantikan kurir yang tidak masuk dan kadang saya membantu apapun di resto cepat saji," ujar Devan sekali lagi menjelaskan tentang pekerjaannya.

"Astaga, Bellinda! Tidak bisakah kau mencari calon suami bayaran yang lebih berkelas?" Sergah Theo dengan nada tidak percaya.

"Maaf, Pak! Saya memang hanya orang miskin dan rendahan. Tapi jangan menghina saya secara terang-terangan seperti itu!" Protes Devan yang tidak terima dengan kalimat Theo sebelumnya.

"Yang lebih berkelas bagaimana maksudmu? Pria berkelas tidak akan mau menjadi suami bayaran, Theo!"

"Nick saja menolak ajakanku mentah-mentah. Padahal ini proyek yang sangat menggiurkan," sahut Bellinda seraya bersedekap kesal.

"Saya memang bukan pria berkelas, Nona. Tapi saya juga tidak mau menjadi calon suami bayaran atau kontrak atau apalah. Saya punya harga diri," sela Devan memasang raut marah karena sedari tadi dua orang di depannya itu terus saja membahas tentang strata sosial.

"Berapa harga dirimu? Aku akan membeli dan membayarnya," sahut Bellinda seraya mendelik pada Devan. Tatapan nona direktur itu antara meremehkan dan ingin memakan Devan hidup-hidup.

"Tak ternilai! Meskipun anda kaya dan punya segalanya, anda tidak akan bisa membeli harga diri saya. Permisi!" Pungkas Devan seraya berlalu keluar dari resto tersebut.

Demi apapun, baru kali ini Devan bertemu seorang wanita sombong yang begitu merendahkannya.

"Kau mau apa sekarang, Bellinda?" Tanya Theo dengan nada mengejek.

"Kau cari info sedetail-detailnya tentang pria miskin itu! Karena aku harus mendapatkan proyek ini bagaimanapun caranya," titah Bellinda penuh ambisi.

"Tidak! Aku tidak mau menuruti perintah konyolmu itu!" Tolak Theo cepat seraya bersedekap dan membuang wajahnya.

Bellinda tersenyum licik.

"Baiklah kalau kau tidak mau. Aku akan menunjukkan video dirimu yang membawa pulang tiga gadis ke apartemenmu itu pada paman Owen. Dan jangan lupa tentang koleksi majalah porno di bawah ranjangmu yang mungkin bisa aku bawa sebagai bukti tambahan." Ancam Bellinda masih tersenyum licik.

"Baiklah! Baiklah! Kau menang sekarang!" Theo terlihat kesal.

"Kau selalu saja mengancamku." Ujar pemuda itu lagi seraya menghentak-hentakkan kakinya ke lantai karena kesal.

Theo Rainer adalah pemuda berusia 23 tahun yang merupakan anak dari paman Bellinda, yaitu Owen Rainer. Sejak baru lulus kuliah, Theo langsung bekerja sebagai asisten Bellinda karena keduanya memang dekat dan akrab.

Orang tua Bellinda sudah meninggal saat Bellinda masih berusia 15 tahun. Saat itu kedua orang tua Bellinda meninggalkan sebuah perusahaan properti yang akhirnya di kelola oleh paman Owen sambil menunggu Bellinda siap menjalankan perusahaan tersebut.

Paman Owen yang merupakan adik dari ayah Bellinda, sebenarnya adalah seorang pengusaha restorant. Dan hingga saat ini, paman Owen adalah orang tua pengganti untuk Bellinda.

.

.

.

Terima kasih yang sudah mampir.

Dukung othor dengan like dan komen di bab ini 👠.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!