Hari pertama masuk kampus setelah liburan semester pertama, dengan penampilan yang sangat keren dan mobil mewah Samuel Kelt masuk ke Universitas Indonesia, ia bahkan sudah menempati parkir khusus untuknya. Sesampainya di kampus, ia disambut oleh kedua sahabatnya yang masuk di universitas yang sama yaitu Jerry dan Given.
Samuel membuka pintu mobilnya, dengan kacamata hitamnya ia terlihat semakin tampan bak artis Korea Selatan. Penampilannya yang mencolok menjadi sorotan seisi kampus, dan tentu saja membuat para wanita disana terbelalak seperti biasanya.
"Ya Tuhan, ya Allah, Oh My God...tampan sekali."
kira kira seperti itulah ucapan para wanita disana. Bahkan saat kacamatanya dilepaskan membuat wanita wanita itu teriak histeris.
"Hei bro..." sapa Jerry dan Given seraya melakukan tos ala gaya mereka.
"Hei bro..." jawab Samuel.
"Kau sudah membuat kekacauan lagi, lihatlah." ujar Given.
Samuel mengikuti pandangan sahabatnya lalu tertawa. "Ini hari pertama setelah liburan, kalian akan lihat seminggu ke depan. Seperti biasanya kalian akan kenyang dengan makanan dan minuman yang mereka kirimkan kepadaku."
"Percaya diri itu bagus, tapi jangan berlebihan Sam." sahut Jerry.
Ketiganya tertawa lalu meninggalkan tempat parkiran. Ketiga pria itu melangkah masuk kampus seolah memasuki tempat kerajaan. Angin menerpa rambut ketiganya, dengan sikap yang keren mereka merapikan rambut mereka bersamaan. Wajah para wanita disana seperti telah di hipnotis. Hampir mulut mereka menganga.
Disaat Samuel menikmati suasana tersebut dengan bangga, tiba tiba seorang wanita berkacamata dan berambut panjang berkepang melewati mereka dengan terburu-buru. Penampilan yang sangat norak dan culun itu menjadi perhatian tersendiri bagi mereka.
"Hei kau..." teriak Samuel pada wanita itu.
Alih-alih berhenti, wanita itu justru semakin berlari meninggalkan mereka. Sontak saja Samuel mengumpat.
"Berani sekali wanita tadi mengabaikanku." bentak Samuel.
Jerry dan Given tertawa melihat sahabatnya yang kesal.
"Sabar bro, sepertinya ia sedang terburu buru dan tidak memperhatikanmu." kata Jerry.
"Ciiiih, sejak kapan seorang Samuel luput dari perhatian wanita. Sepertinya wanita tadi sedang mengejekmu." sahut Given membuat panas telinga Samuel.
Seketika Jerry menendang kaki Given membuat pria itu berteriak kesakitan.
"Sialan, wanita culun dan jelek tadi harus diberi pelajaran. Jerry, Given cari tahu siapa wanita itu dan segera bawa ke hadapanku." perintah Samuel.
"Siap bos." jawab Jerry dan Given bersamaan.
Ketiganya melanjutkan perjalanan lagi untuk masuk ke kelas. Tak sampai menunggu satu minggu seperti yang dikatakan Samuel, di tempat duduk pria itu sudah menumpuk makanan, minuman, bunga dan surat dari wanita wanita kampus.
Samuel terkejut lalu tertawa. "Harusnya aku bilang beberapa menit lagi bukan seminggu kemudian. Lihatlah tempat dudukku, ya Tuhan aku bisa buka toserba di kampus."
Tawa Jerry dan Given ikut meledak lagi, mereka segera membersihkan tempat duduk Samuel dari semua yang mengganggunya. Seperti biasanya mereka sudah menyiapkan kantong plastik untuk membereskan kekacauan itu. Setelah sahabatnya selesai membersihkannya, Samuel pun duduk disana.
"Sam... Kau sudah datang." teriak seorang wanita seraya memeluk Samuel.
Wanita itu bisa dibilang bunga kampus karena memang ia cantik, namanya adalah Celia. Ia adalah wanita yang tak kalah kaya karena keluarganya memiliki salah satu mall terbesar di Indonesia.
Samuel melepaskan pelukan wanita itu. "Kau tak berubah Cel, kau langsung memeluk pria yang bukan milikmu."
"Bagaimana mungkin kau mengatakan itu, kita sudah..."
"Itu karena kita sama sama mabuk." potong Samuel. "Aku sudah mengatakannya berulang kali padamu." sambungnya.
Celia menekuk wajahnya. "Aku tak perduli ucapanmu, kau sudah menjadi milikku Sam."
"Milikmu?" tanya Samuel seraya tertawa. "Jerry, Given...siapa pemilikku?"
"Semua wanita kampus." jawab keduanya.
Samuel tertawa lagi. "Keluarlah, kau membuatku pusing saja."
"Aku merindukanmu." ujar Celia.
"Tapi aku tidak nona." jawab Samuel.
"Kau menyebalkan." kata Celia seraya meninggalkan pria itu bersama ketiga pengikutnya.
"Kau terlalu kejam Sam." ujar Jerry.
"Aku merasa terganggu, sialan...minuman itu membuatku tak bisa tenang. Untung saja aku memakai pengaman, jika tidak aku harus bertanggung jawab atas kehamilan wanita itu. Memikirkannya pun membuatku sangat merinding." kata Samuel.
"Celia cukup cantik untuk menjadi pendampingmu Sam, ia adalah wanita tercantik di kampus kita ini." sahut Given.
"Aku tak mau wanita bekas orang lain, aku pikir malam itu ia masih perawan ternyata ia sangat berpengalaman."
"Tahun berapa kau masih berharap ada wanita yang masih perawan Sam, kau tak masuk akal." jawab Jerry.
"Setidaknya harus tipeku, wanita itu tidak termasuk." kata Samuel.
Pria itu menatap jendela kampus dan memperhatikan sekitaran lapangan disana, dan lagi lagi wanita culun dan jelek itu menjadi pusat perhatian. Entah kenapa, ia merasa sangat terganggu dengan wanita yang mengabaikan keberadaannya.
"Lakukan apa yang aku minta tadi, sepertinya ia junior yang baru masuk kesini." perintah Samuel.
"Siapa maksudmu?" tanya Jerry seraya mengikuti pandangan Samuel.
Begitu juga dengan Given, mereka melihat seorang wanita yang sedang duduk di dekat taman lapangan sambil membuka bukunya sendirian.
"Ternyata ia kutu buku." kata Given.
"Bawa wanita itu saat pulang kampus ke basecamp." pinta Samuel.
"Basecamp? Kau yakin? Tempat kita tak pernah diinjak wanita manapun Sam. Kau yang membuat peraturan itu." kata Jerry.
"Tidak berlaku bagi wanita jelek itu." jawab Samuel. "Bisakah kalian tidak banyak tanya, lakukan saja apa yang aku perintahkan."
"Siap bos." jawab Jerry dan Given lagi bersamaan.
Bel berbunyi, waktunya anak anak kampus dan dosen masuk untuk belajar. Walaupun Samuel memiliki sikap buruk, tapi ia tak pernah bolos kuliah. Ia memiliki kecerdasan, ia hanya perlu menyimak sebentar pelajaran tersebut lalu dengan mudah dicernanya.
"Bisakah kalian berhenti menatap ke belakang." ujar pak Handoko, dosen kampus kepada para wanita disana.
Mereka seketika berbalik ke depan.
"Sam, kau seharusnya duduk di depan. Kau membuat kepala mereka berputar ke belakang. Aku takut, mahasiswi disini akan sakit leher karenamu." ejek pak Handoko.
Semuanya tertawa mendengarnya.
"Diamlah, kita lanjutkan pelajaran. Jika kalian masih melakukan keributan lebih baik keluar dari kelas." bentak pak Handoko.
"Baik prof..." jawab semuanya.
Akhirnya mereka mulai tenang untuk mengikuti pelajaran hukum yang pak Handoko ajarkan. Setelah satu jam, bel berbunyi lagi menandakan pelajaran selesai.
"Oke cukup sekian hari ini, aku berharap tugas berkelompok yang aku berikan bisa kalian selesaikan dengan baik. Sam, carilah teman wanita dalam kelompokmu." ujar pak Handoko.
"Baik pak." jawab Samuel.
Setelah dosen keluar, para wanita disana mulai heboh di depan Samuel. Mereka mendaftarkan diri ingin satu kelompok dengan Samuel.
"Maaf nona nona cantik, kami tak membutuhkan kalian." ujar Jerry.
"Tapi pak Handoko bilang, kalian harus mencari wanita untuk belajar berkelompok." ujar salah satu dari mereka.
"Aku butuh wanita yang bisa membuatku senang, apa salah satu diantara kalian bersedia menemaniku malam ini?" tanya Samuel.
"Aku bersedia..."
"Aku juga bersedia..."
"Aku yang duluan, aku lah yang lebih pantas."
"Bagaimana kau bisa berkata seperti itu, biarkan pangeran Sam yang menjawabnya."
"Benar benar mengganggu. Jerry, Given tangani mereka." perintah Samuel seraya meninggalkan ruang kelas.
Jerry dan Given menghela nafasnya, lagi lagi kekacauan Samuel harus mereka yang membereskannya.
*****
Semoga kali ini kalian juga menyukai karyaku. Terima kasih dukungannya🙏🙏🙏
Happy Reading All...😘😘😘
Ilustrasi Samuel Kelt 👇👇👇
Clara bangun kesiangan, ini pertama kalinya ia harus masuk kuliah setelah kembali dari Jepang. Ia tak meneruskan kuliah disana karena ayahnya yang sering sakit-sakitan. Dan universitas terbaik pilihan ayahnya adalah universitas Indonesia. Ia sangat cantik, tapi ia tak ingin menjadi pusat perhatian di kampus barunya seperti halnya di kampus Jepang.
Clara mengubah dirinya sedemikian jeleknya, ia mengepang rambut panjangnya, menggunakan kacamata tebal dan memakai pakaian yang sangat culun. Ia segera turun dari kamar mewahnya yang berada di lantai tiga. Sontak penampilan culunnya membuat pelayan dan ayahnya terkejut.
"Ya Tuhan, siapa ini?" tanya Johannes Loman.
"Aku tentu putri papi satu satunya." jawab Clara.
"Sayang, apa yang kau lakukan pada penampilanmu? Jika mami tahu, papi akan dicabik-cabik."
Clara tertawa. "Untung saja mami sedang ke luar kota. Bagaimana penampilanku hari ini pi?"
"Jangan bertanya, tentu saja menakutkan." jawab Johannes.
"Keren, artinya aku berhasil. Dengan begini, tak ada yang berani mendekatiku. Bu Lani, bagaimana pendapat ibu?" tanya Clara pada pembantunya.
"Kenapa non Clara menutupi kecantikan non, seharusnya non membuat seisi kampus berdecak kagum." jawab bu Lani.
"Itulah tujuan utamaku bu, aku tak ingin menjadi pusat perhatian. Aku sudah terlambat, aku akan berangkat sekarang." kata Clara seraya berdiri dan mencium pipi ayahnya.
Johannes menggelengkan kepalanya, putri kesayangannya mulai melakukan hal hal yang aneh. Johannes segera menyelesaikan sarapannya, lalu bersiap siap untuk berangkat ke perusahaan. Ia keluar dari rumah dan melihat mobil mewah putrinya masih terparkir cantik di garasi.
"Lalu Clara berangkat ke kampus dengan apa?" gumam Johannes. "Pak Syukur..." teriaknya.
"Iya tuan." jawab pak Syukur.
"Apa kau melihat non Clara berangkat? Dengan apa ia ke kampus?" tanya Johannes.
Pak Syukur mengangguk. "Sepertinya non Clara memesan taksi tuan." jawabnya.
"Ya ampun, anak itu. Apa yang sedang ia lakukan sih, mengapa meninggalkan semua miliknya dan memilih naik kendaraan umum."
"Non Clara merubah penampilannya juga, sepertinya ia tak ingin menunjukkan siapa ia sebenarnya, menurut pak Syukur sih lebih baik begitu tuan. Non Clara terlalu cantik, jika penampilannya seperti biasa pasti ia merasa terganggu dengan pria pria kampus tuan."
Johannes Loman mengangguk anggukkan kepalanya. "Tapi jika nyonya tahu, maka akulah yang terkena omelannya."
Pak Syukur hanya tertawa, ia membukakan pintu mobil untuk Johannes. Lalu keduanya berangkat menuju perusahaan Sungai Budi.
*****
Berkali kali Clara membetulkan kaca mata jengkolnya di dalam taksi. Ia benar benar terburu buru sekarang, ia terus menatap jam tangan mahalnya.
"Pak supir, bisa lebih cepat pak." pinta Clara.
"Baik non." jawab supir taksi.
Universitas Indonesia sudah terlihat dengan jelas, gedung kampus itu lumayan megah. Clara menghela nafasnya, ia belum memiliki teman disana karena ini pertama kalinya ia masuk kampus, bisa dibilang ia adalah mahasiswi pindahan semester kedua. Ia harus menemui Dekan kampus untuk memberikan berkas tentangnya.
"Pak berhenti disini saja." ujar Clara.
Ia turun dari taksi itu lalu menatap jam tangannya lagi.
"Waduh, aku benar benar terlambat." ujarnya seraya berlari masuk kampus.
Clara menghentikan langkahnya saat menatap sekitaran gedung kampus, mobil mobil mewah berjejer di parkiran dan kali ini suara teriakan wanita wanita kampus memekakkan telinganya.
"Apa kampus di Indonesia berisik seperti ini?" gumamnya. "Masa bodoh, aku harus ke ruang Dekan." sambungnya lagi seraya berlari lagi.
Clara merasakan aura buruk setelah melewati tiga orang pria yang berjalan santai disana, tapi ia tak memperdulikannya, ia hanya fokus untuk ke ruang Dekan.
"Hei kau..."
Samar samar Clara mendengar seorang pria berteriak seperti itu, tapi ia tak menghiraukannya. Karena "Hei kau..." bukanlah namanya yang dipanggil. Clara terus menambah kecepatan larinya dan meninggalkan kebisingan di sekitaran kampus itu.
Keringatnya mengucur deras karena kelelahan, akhirnya ia sampai juga di depan pintu ruang Dekan. Clara mengambil nafas panjang, ia mengaturnya sedemikian rupa agar lebih tenang. Ia pun mengetuk pintu ruang Dekan itu.
"Masuk..." suara bariton seorang pria terdengar dari dalam.
Clara membuka pintunya dan melihat pria yang cukup berumur disana. "Permisi pak, aku mahasiswi pindahan dari Jepang, namaku Clara Aldrey Loman."
"Duduklah Clara, ayahmu sudah memberitahu kami tentang kepindahanmu." ujar pak Julius.
"Terima kasih pak, apa anda mengenal ayahku?" tanya Clara.
"Siapa yang tak mengenal pimpinan Sungai Budi Clara, apalagi pak Johannes adalah sahabat pemilik kampus ini. Tapi foto yang diberikan ayahmu sangat berbeda dengan penampilanmu sekarang."
"Maaf jika tidak sopan, aku lebih nyaman dengan penampilan yang sekarang. Pak Julius, ini berkas yang anda inginkan." jawab Clara.
"Aku mengerti, kau memang mahasiswi cerdas. Aku paham mengapa kau berpenampilan seperti ini. Selamat datang di universitas Indonesia Clara, semoga kau segera mendapatkan teman disini. Jika kau butuh bantuan apapun, segeralah mencariku. Ruang kelas bisnis dan manajemen ada di sebelah utara berseberangan dengan fakultas hukum. Apa perlu aku antarkan?" tanya pak Julius.
Clara menggelengkan kepalanya. "Aku bisa mencarinya sendiri pak, terima kasih. Kalau begitu, aku permisi ya pak."
"Baiklah." jawab pak Julius sambil mengangguk.
Clara keluar dari ruang Dekan, ia akhirnya bisa lega karena tak terlambat menemui pak Julius, ia tak ingin memberi kesan yang buruk di hari pertamanya. Ia menuju fakultas bisnis dan manajemen, setelah bertanya berkali kali dan tak sedikit dari mereka menatapnya seolah ngeri, akhirnya ia pun menemukan ruang kelasnya. Tak ada satupun mahasiswa mahasiswi di ruangan kelas.
Clara menatap jam tangannya lagi.
"Sepertinya ini masih pagi, aku akan membaca buku terlebih dahulu." gumamnya sendiri lalu turun lagi dari gedung.
Clara mencari cari tempat yang nyaman, dan akhirnya menemukan kursi kosong di dekat taman lapangan. Ia duduk dan mulai membaca bukunya. Ia tak tahu sebenarnya ada 3 pasang mata yang sedang memperhatikannya dari kelas hukum.
Suara bel masuk berbunyi, Clara menutup bukunya dan segera menuju ruang kelasnya sendiri. Ia mencari tempat duduk kosong, dan menemukannya di baris ketiga. Semua tatapan mata tertuju padanya membuat Clara canggung.
"Berani sekali wanita culun dan jelek itu duduk disana, apa ia tidak tahu itu tempat duduk princess kampus." bisik mereka.
Clara tak mendengar apapun, ia hanya duduk santai dan pada akhirnya ia terkejut saat seorang wanita menggebrak mejanya.
"Hei kau wanita jelek, apa kau tak tahu ini tempat duduk siapa?" bentak Irma.
Clara menggeleng. "Aku hanya tahu ini kosong."
"Berani sekali kau menjawabku." teriak Irma lagi.
"Bukankah kau bertanya, tentu saja aku menjawab."
Semuanya tertawa mendengar ucapan polos Clara.
"Sudah hentikan." ujar Celia. "Nona jelek, ini tempat dudukku. Bisakah kau bangun sekarang." sambungnya mengejek.
"Apakah tempat duduk ini tertulis namamu?" tanya Clara.
"Kau tidak tahu siapa nona Celia, berani sekali kau bertanya seperti itu." bentak Ully.
Clara ingin sekali membalasnya lagi, tapi ia tak ingin membuat keributan di hari pertamanya masuk kuliah.
"Kita sepertinya tak pernah melihat wanita jelek ini di kampus, apa ia mahasiswi pindahan." ejek Tamara.
Keempatnya menatap Clara dari atas sampai bawah.
"Apa kau baru disini?" tanya Irma.
Clara mengangguk. "Perkenalkan namaku..."
"Kau tak selevel dengan kami, cepat bangun sebelum kami melemparmu keluar." ancam Ully.
Suara gebrakan meja membuat mereka berpaling kesana. Itu berasal dari mahasiswi tomboi yang disegani mereka.
"Berhentilah membuat keributan anak anak manja, kalian mengganggu telingaku. Hei nona baru, kemarilah. Disana bukan tempatmu." teriak Violin.
Clara menatap wanita yang lebih mirip pria itu. Lalu kembali menatap keempat gangster kampus.
"Jangan menjadi pusat perhatian Clara, mengalah lebih baik." pikir Clara sendiri.
Clara pun membereskan bukunya dan segera menuju tempat Violin berada.
Celia dan antek-anteknya tersenyum penuh kemenangan.
*****
Happy Reading All...😘😘😘
Ilustrasi Clara Aldrey Loman👇👇👇
Clara sangat ragu mendekati wanita tomboi itu, ia hanya berdiri di sampingnya.
"Permisi, dimana aku duduk?" tanya Clara.
"Tentu saja disampingku, aku tak ingin memangkumu." jawab Violin datar.
Clara duduk di samping wanita itu. "Hai, namaku Clara. Terima kasih kau membantuku." ujarnya seraya mengulurkan tangannya dengan ragu.
"Aku Violin, aku tak membantumu tapi aku tak suka ada yang berisik." jawab Violin.
Clara menarik tangannya lagi karena tak disambut oleh wanita tomboi itu. "Bagaimanapun terima kasih Vio." katanya.
Dosen memasuki ruang kelas, mereka semua mulai belajar dengan tenang. Setelah satu jam bel berbunyi tanda selesai. Clara terus sibuk dengan bukunya, Violin hanya bisa menatapnya.
"Apa kau tidak lapar?" tanya Violin.
Clara menggeleng. "Aku sudah sarapan."
"Ini sudah siang, bukan waktunya sarapan lagi. Ikutlah denganku ke kantin." ajak Violin.
"Terima kasih Vio, aku disini saja." tolak Clara.
Violin kesal mendapat penolakan, ia menatap geng sok cantik itu sedang menatap mereka. Ia yakin keempatnya tak akan berhenti mengganggu wanita culun di sebelahnya.
"Ikutlah denganku Clara, aku tak suka ditolak." kata Violin seraya menarik tangan Clara.
"Tapi..."
Ucapan Clara tak di dengar oleh Violin, ia terus menyeret tangan Clara keluar dari ruangan kelas. Sesampainya di kantin, Clara menatap semua yang ada disana. Kantin itu memang cukup bersih, tapi ia takut salah makan dan membuat alergi tubuhnya kambuh.
"Apa yang ingin kau makan?" tanya Violin.
"Aku minum saja, aku benar benar masih kenyang." jawab Clara.
"Tunggu disini, aku akan mengambil makanan dengan cepat."
Clara mengangguk, ia duduk dan menunggu Violin kembali. Tak lama wanita itu kembali dengan makanan dan minuman di tangannya.
"Kau pindah dari kampus mana?" tanya Violin.
"Aku dari universitas Tokyo, Jepang." jawab Clara.
"Jepang? Lalu kenapa pindah? Bukankah pendidikan disana lebih baik."
"Ayahku sering sakit, aku tak ingin meninggalkan ibu sendirian disini."
"Anak yang berbakti, apa kau memiliki alergi makanan? Sepertinya kau menghindari makanan dari luar." tanya Violin.
"Kau seperti paranormal." jawab Clara.
Violin tertawa. "Aku lebih peka dari siapapun. Tapi sayang tak ada yang mau berteman denganku."
"Apa aku boleh menjadi temanmu?" tanya Clara.
"Aku tak yakin kau akan bertahan lebih dari satu hari denganku. Tapi aku menerimamu." jawab Violin seraya mengulurkan tangannya. "Aku minta maaf tak menyambut uluran tanganmu, perkenalkan namaku Violin Arahap." sambungnya.
Clara menyambut uluran tangannya. "Aku Clara Aldrey, senang berkenalan denganmu."
"Aku juga." ujar Violin. "Jadi kau alergi apa Clara?" tanyanya.
"Aku tak bisa memakan mecin maksudku penyedap rasa." jawab Clara.
"Kau beruntung nona, kau lihat di sebelah kirimu. Nah paling ujung itu semua makanan no MSG." kata Violin.
"Benarkah? Ada hal semacam itu di kampus ini."
Violin mengangguk. "Percayalah padaku, apa perlu aku antar kesana?"
Clara menggeleng. "Aku bisa sendiri, terima kasih Vio." ujarnya seraya meninggalkan Violin menuju food court itu.
Tak banyak mahasiswa mahasiswi yang memilih makanan itu, mereka semua menyukai penyedap rasa. Violin hanya tersenyum melihat teman barunya itu, ini pertama kalinya ia melihat wanita yang berpura pura jelek di kampus. Dari kulit tubuhnya, wajahnya yang cantik yang ditutupinya sampai barang mewah yang dimilikinya, Violin tahu Clara hanya menutupi identitasnya.
Mata tajam Violin dan juga perasaannya tak pernah meleset akan hal itu. Tapi bukan berarti ia memanfaatkan Clara, ia juga terlahir dari keluarga yang kaya. Keluarganya memiliki real estate di berbagai daerah di Indonesia. Entah kenapa ia sangat nyaman berteman dengan Clara. Ini pertama kalinya, ia memiliki teman setelah satu semester kuliah di universitas Indonesia.
Clara kembali dengan makanannya. "Aku bertanya pada penjaga food court, ternyata memang no MSG."
"Kau tak percaya padaku ya, kau pikir aku akan membuatmu celaka."
"Bukan begitu Vio, hanya lebih memastikan saja." jawab Clara serius.
Violin tertawa. "Aku hanya bercanda, mengapa kau sangat serius dan takut Clara. Makanlah, sebentar lagi jam kuliah kedua dimulai."
Clara menyeringai seraya mengangguk, ia menikmati makan siang yang terlalu dini itu.
"Clara, apa penampilanmu yang sebenarnya seperti ini?" tanya Violin tiba tiba.
Clara tersedak, ia terbatuk-batuk dan segera minum air putih. "Aku, aku tentu saja."
Violin tertawa lagi. "Aku hanya bercanda lagi."
"Mungkin terlalu dini aku mengetahui kebenarannya, mungkin ia belum sepenuhnya percaya padaku." pikir Violin.
"Cepat selesaikan makananmu, aku merasa ada sesuatu buruk yang akan datang." ujar Violin.
"Apa maksudmu?" tanya Clara.
"Sudah jangan banyak tanya, kau akan tahu sebentar lagi." jawab Violin.
Benar saja suara keributan dan histeris terdengar di kantin. Clara mencari tahu dan menemukan 3 orang pria masuk ke kantin. Alisnya terpaut heran.
"Apa yang mereka ributkan?" tanya Clara.
Violin tertawa. "Kau terlalu polos atau pura pura saja Clara, lihat ketiga pria itu. Mereka adalah pria tertampan di kampus dan tentu saja playboy. Ayo kita kembali ke kelas." ajaknya.
Clara mengangguk lalu mengikuti Violin keluar kantin, tapi karena ia penasaran, ia pun menoleh ke pria pria itu. Dan tatapannya langsung bertemu dengan Samuel. Tapi tarikan tangan Violin menyadarkannya. Mereka berhasil keluar dengan selamat dari sana.
*****
Mata tajam Samuel terpaku pada sosok wanita yang membuatnya penasaran, wanita itu keluar dari kantin seperti sedang dipaksa oleh temannya.
"Apa yang kau lihat bro?" tanya Jerry.
Jerry dan Given mengikuti pandangan Samuel.
"Apa kalian tak melihatnya?" tanya Samuel.
"Siapa?" tanya Given.
"Sudahlah, mungkin aku salah lihat." jawab Samuel.
Mereka duduk di tempat duduk seperti biasanya.
"Sam, maukah kau berfoto denganku?" tanya seorang wanita.
Samuel mengangkat alisnya. "Tentu saja, asal kau mau menciumku." jawabnya.
Wanita itu berteriak histeris, ia segera mengambil ponselnya lalu mencium pipi Samuel. Wanita yang lain ikut mengantri, tapi Samuel melambaikan tangannya.
"Cukup, aku ingin makan." ujar Samuel.
Dengan rasa kecewa mereka mundur.
"Kau memang Samuel yang aku kenal." ujar Jerry.
"Dasar wanita wanita bodoh, bagaimana mereka mau mencium seorang pria hanya demi sebuah foto." kata Samuel.
"Dan kau sangat menikmatinya, kau terlalu bermain main dengan mereka." sahut Given.
"Aku bermain karena mereka pantas dimainkan." bisik Samuel.
Suara tawa mereka meledak. Jerry dan Given meninggalkan tempat duduknya untuk mengambil makanan. Seperti biasanya, Samuel selalu dilayani mereka.
"Sam, kau makan juga, kebetulan sekali." ujar Celia.
Samuel mengumpat dalam hati, lagi lagi wanita itu mengganggunya. Dengan senyum terpaksa ia menanggapi wanita itu.
"Aku boleh kan duduk disini, aku sendirian sekarang. Teman temanku tidak ikut."
"Aku sama sekali tidak bertanya." pikir Samuel.
"Kau mau makan apa, aku akan mengambilnya untukmu."
"Kau terlalu berisik Celia, makanlah dengan tenang." jawab Samuel.
"Baiklah." jawab Celia sambil tersenyum.
Tak lama Jerry dan Given datang.
"Wah ada tamu tak diundang." goda Jerry.
"Apa aku mengganggu kalian?" tanya Celia.
Mereka menggeleng, Given memberikan makanan untuk Samuel.
"Kami beruntung kau mau bergabung disini." jawab Given.
"Kalian bisa diam dan makan, aku tak suka keributan saat makan." bentak Samuel.
"Siap bos." jawab mereka lalu menikmati makanannya.
"Oh ya, soal wanita itu, kami sudah mencari tahu. Ia bukan mahasiswi junior. Ia mahasiswi pindahan dari Jepang. Dan kebetulan ada Celia disini, Celia apa kau sekelas dengan wanita yang berpenampilan culun berkacamata besar dan rambut berkepang?" tanya Jerry.
Celia terkejut. "Mengapa mereka menanyakan wanita jelek itu?" pikirnya.
Ia pun mengangguk. "Ia baru masuk dan sudah mencari gara gara denganku. Mengapa kalian bertanya soal wanita jelek itu?"
"Wanita itu telah membuat kesal bos Samuel, tapi kau kenapa kesal?" tanya Given.
"Wanita jelek itu mengambil tempat dudukku, jika saja si tomboi itu tak membelanya mungkin sudah aku cabik cabik wajahnya." jawab Celia.
"Jadi yang aku lihat tadi tidak salah, wanita itu benar benar ada di kantin dan lagi lagi mengabaikan keberadaanku." pikir Samuel.
"Apa aku tak menarik lagi?" tanya Samuel tiba tiba.
Mereka semua menatapnya.
"Maksudku, aku ingin kalian membawa wanita itu dihadapanku setelah kampus berakhir." sambung Samuel.
"Mampus kau wanita jelek, Samuel sepertinya sangat membencimu. Musuhnya adalah musuhku, aku akan membuatmu menyesal telah melawanku." pikir Celia.
Samuel berdiri. "Aku sudah selesai." ucapnya seraya meninggalkan mereka.
Jerry dan Given belum selesai, tapi mereka tak ingin membuat Samuel marah.
"Tunggu kami Sam." teriak Jerry.
"Celia, maafkan kami." ujar Given pada wanita itu.
Mereka semua meninggalkan Celia begitu saja membuat wanita itu kesal.
"Ini semua gara gara wanita jelek itu, hingga membuat Sam ku marah. Tunggu saja wanita jelek." gumam Celia.
Celia pun meninggalkan kantin dengan perasaan yang sangat kesal.
*****
Happy Reading All...😘😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!