NovelToon NovelToon

Random Love

Awal terlibat dengannya

...Kisah ini hanyalah fiksi semata. Jika ada kesamaan nama tokoh ataupun tempat, itu hanya kebetulan dan bukan karena kesengajaan Author...

...Happy Reading...

...----------------...

Mentari mulai beranjak menjauh dari peraduannya. Dengan sedikit awan menyertainya dan pancaran sinarnya yang semakin gagah tentu mengintimidasi siapa pun yang berada di sekitarnya.

Bukanlah rutinitas yang baru bagi seorang gadis cantik yang selalu mengenakan jilbab itu dikejar-kejar waktu saat pagi hari. Apalagi jadwal mengajarnya sebagai dosen honor adalah jam pembuka di jadwal aktifitas akademik hari ini.

Rena Arista adalah seorang Dosen muda yang mengajar disalah satu Kampus Swasta di kota itu. Saat pertama kali diterima sebagai dosen, ia merupakan fresh graduate dengan predikat cumlaude dari Universitas ternama di negeri ini. Wajarlah jika tempat kelahirannya itu memberinya apresiasi sebagai tenaga pengajar meskipun hanya lulusan Strata Satu.

Setengah jam berlalu sejak Rena memaparkan satu demi satu materi yang disusunnya sejak semalam di depan mahasiswanya. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, seorang pria dengan postur tubuh di atas rata-rata dengan santainya masuk ke dalam ruangan dan duduk di kursi belakang yang terdekat dari pintu.

Hal seperti itu bukanlah sesuatu yang baru bagi mahasiswa lain begitu pun Rena sebagai dosen. Siapapun sudah hapal, Yori Nalendra Kumara, mahasiswa yang jarang ke kampus dan selalu terlambat masuk kuliah. Tapi kali ini entah bagaimana itu sangat mengusik Rena.

Bisa-bisanya tuh bocah cuek begitu. Sepertinya perlu diberi pelajaran nih anak supaya tahu sopan santun. Batin Rena mengomel karena kesalnya. Dia menarik napas dalam, meredakan amarahnya.

"Yang baru datang pindah ke depan!" Ia berkata dengan tegas dan tatapan tajam sambil menunjuk kursi yang ada di depannya. Semua mahasiswa menoleh ke belakang menatap Yori.

"Aku?" Yori menunjuk dirinya sendiri dengan wajah tak berdosa.

"Ya, kamu! Memangnya siapa lagi yang baru datang?" Suaranya mulai meninggi. Dengan malas Yori melangkah ke depan. Manik mata Rena terus memperhatikannya.

Cih ... Apa-apaan itu? Dia bahkan tidak membawa buku satupun. Sebenarnya dia niat kuliah apa tidak sih?

Rena terus mengumpat dalam hati. Dengan sedikit kesal akhirnya ia kembali menjelaskan materi mata kuliahnya. Sambil menjelaskan sesekali ia melontarkan pertanyaan pada mahasiswa. Kali ini ia sengaja menunjuk Yori. Dan seperti dugaannya Yori tidak sanggup menjawabnya.

"Masa tidak tahu, itu kan pelajaran anak SMP!" Rena sengaja mengejek Yori.

Mahasiswa yang lain tertawa pelan sambil berbisik.

Tanpa menjawab Yori menghembuskan nafas dengan kasar dan menatap Rena dengan netranya yang tajam. Sudah dipastikan dia sangat kesal. Tapi Rena malah tersenyum puas.

"Oke, kita akhiri saja sampai disini. Minggu depan saya akan adakan quis jadi kalian pelajari kembali materi yang saya jelaskan tadi."

Rena mengemasi berkas-berkasnya dan menuju kantor akademik. Sampai di mejanya ia mengambil tas dan segera beranjak pulang karena hari ini jam mengajarnya sudah selesai.

"Tumben langsung pulang Ren, memangnya nggak nunggu dulu?" Amanda, teman baiknya yang juga kerja di bagian administrasi menahan langkahnya.

"Nunggu apa?" Wajah Rena serius.

"Diusir! Hahahaha." Amanda menertawakan Rena sambil mencoba menghindar dari pukulan sahabatnya itu.

"Udah ah ... aku cabut dulu ya, Manda. Ingat ya! Jangan lupa jalan pulang!" Sambil melambaikan tangan Rena tersenyum.

Sepanjang koridor kampus beberapa mahasiswa menyapa Rena dengan hormat.

"Bu ... Ibu ... stoopp ... mundur dikit Bu!" teriak seorang mahasiswa menghentikan langkah Rena.

"Kenapa? Ada apa?" Rena mulai panik dan melangkah mundur.

"Cantiknya Ibu kelewatan." Semua mahasiswa yang berada di sana tertawa sambil bersorak.

Rena ikut terkekeh dan melanjutkan langkahnya. Begitulah ulah beberapa mahasiswa yang suka menggodanya, ia memakluminya karena baginya itu masih dalam batas kewajaran. Bahkan diantara mereka ada yang tidak percaya dosennya itu adalah lulusan Strata 1. Wajah dan penampilan Rena yang nampak seusia mereka, mendukung persepsi mereka.

Sampai di depan gerbang kampus, Rena hendak menyebrang jalan. Tiba-tiba seseorang menghadang jalannya.

"Hei baji****!" Sapa orang itu dengan kasar sambil tersenyum sinis, tubuhnya tinggi dengan gaya rambut yang diwarnai kecoklatan tampak acak-acakan tapi terlihat menarik, garis wajahnya yang tajam menambah kesan maskulin. Dialah Yori, si biang masalah.

Dasar anak gak punya sopan santun! Bisa-bisanya bicara kasar begitu! Dia belum tau berhadapan sama siapa! Sok atuh ... loe jual gue beli!

"Hai juga bre*****! Apa ada yang bisa dibunuh?" Rena pun menjawabnya dengan senyum yang tak kalah sinisnya.

Yori mendelikkan matanya kaget dengan ucapan dosennya itu. Dia tertawa sinis

"Kamu memang cari masalah ya sama aku ?" Yori menunduk sedikit mendekatkan wajahnya ke wajah Rena untuk mengintimidasinya. Rena tersenyum smirk.

"Aku nggak ada masalah, itu masalahmu!" jawabnya dengan sarkastik sambil berlalu meninggalkan Yori yang masih tidak percaya dengan kata-kata Rena.

***

Keesokan harinya dikampus yang sama.

"Rena, dipanggil Pak Riko tuh di ruangannya!" Amanda membuyarkan konsentrasi Rena yang sedang memeriksa lembaran tugas mahasiswa sambil menunjukkan wajahnya ke arah ruangan Pak Riko.

"Apa apa?"

"Entahlah ... udah sana ditungguin tuh!" Amanda beranjak kembali ke mejanya. Rena melangkah ke ruang Pak Riko yang berada tidak jauh dari mejanya.

Tok ... tok ... tok

"Masuk!" Terdengar suara berat dari dalam ruangan.

Rena membuka pintu. "Assalamu'alaikum, Pak!"

"Wa'alaikum salam, mari Bu Rena silahkan duduk!"

Pria setengah baya dengan rambut yg rapi nampak sedang menutup buku di belakang mejanya.

"Begini Bu Rena, berdasarkan hasil rapat minggu lalu, saya dan Bapak Dekan telah berdiskusi dan menunjuk beberapa Dosen untuk menangani mahasiswa yang mempunyai masalah akademik sebagai Penasehat Akademik (PA). Salah satunya adalah Ibu Rena, ini Bu silahkankah dibaca dulu!"

Pak Riko memberi beberapa lembar kertas. Rena menerimanya dan membaca sekilas.

"Kalau boleh tau apa alasannya Bapak menunjuk saya?" Rena mengambil jeda dan melanjutkan kembali, "Saya rasa disini banyak dosen lain yang lebih kompeten tentunya menangani masalah ini."

"Selama ini saya memperhatikan Bu Rena mudah akrab dengan mahasiswa dan mereka nyaman berinteraksi dengan Ibu meskipun di luar ruangan. Karenanya tugas ini akan lebih mudah jika Bu Rena yang menanganinya." Pak Riko menjelaskan dengan gamblang.

"Tapi saya bukan dosen tetap di sini, Pak." Rena terus berusaha mencari alasan menolak dengan halus.

"Itu tidak jadi masalah Bu Rena!" Pak Riko menjawab yakin sambil tersenyum sebagai pertanda kekalahan Rena. Tidak ada alasan lagi baginya untuk menolak lagi tugas itu.

"Baiklah, Pak, saya akan berusaha maksimal mengemban tugas ini. Kalau begitu saya permisi dulu Pak!"

"Baik, terima kasih Bu Rena. Selamat bekerja!" Dia pun menyalami Rena.

Sekembalinya dari ruangan Pak Riko, Rena membaca kembali Surat Keputusan itu. Di situ tertera dua nama mahasiswa

Nono Ardiansyah Putra

Yori Naledra kumara.

Mata Rena membulat sempurna. "Issshh ... kenapa harus dia sih?" Rena medengus kesal.

"Kenapa Ren, ada gosip apa nih?" Amanda mendekati mejanya karena mendengar gumaman Rena.

"Gosip apaan, kamu tuh gibahan mulu yang dicari." jawabnya malas. Ia terus menatap kertas itu berharap akan ada keajaiban, nama-nama di sana akan berubah.

"Hehe ... lah kirain kamu sama Pak Riko lagi gibah di dalam sana ... Eh, surat apaan tuh?" sigap Indah merampas kertas yang dipegang Rena.

"Wah ... selamat menikmati tugas yang indah ini yah Bu dosenku yang syantik!" ejek Amanda sambil berlalu ke mejanya. Rena memonyongkan bibirnya pada Amanda dan dibalas dengan tawa puas sahabatnya itu karena berhasil mengejeknya.

"Manda, aku butuh data-data siswa ini!" Suara Rena sedikit keras agar Amanda yg berada beberapa meja darinya bisa mendengarnya.

"Asiap Bu dosen syantik" Amanda segera mencari di PC nya dan mengeprint datanya.

"Nih ... di situ udah lengkap semuanya, dua orang aja kan?" Amanda memberi Rena beberapa lembar kertas. Rena mengangguk sambil membaca salinan data yang diberikan sahabatnya itu.

"Thanks ya sweety!" Rena mengedipkan matanya dan bibirnya membentuk kiss.

"Anytime, honey banny tingky wingky. " Amanda pun tak mau kalah genit membalasnya.

Dddrrtt... dddrrtt

Ponsel Rena berbunyi, sebuah panggilan video dengan nama "My love" tertera di layarnya. Ia menerimanya.

"Assalamu'alaikum sayang!" Tampak wajah seorang pria tampan tersenyum manis dengan pakaian formal di layar ponselnya.

"Wa'alaikum salam sayang!" Senyum Rena tak kalah manisnya menyambut kekasihnya. Seseorang yang jauh disana yang sangat dirindukannya. Kini ia hadir meski hanya dalam bentuk gambar bergerak. Seseorang yang selalu mendukungnya selama beberapa tahun ini, memberinya begitu banyak cinta dan kehangatan dalam hidupnya.

Bersambung.

...****************...

...Semoga kalian suka ceritanya. Mohon tinggalkan jejak dukungan bagi Author berupa like, komen, rate bintang 5 dan vote!...

...Terima kasih atas dukungan kalian....

...Love you all....

...❤️❤️❤️...

...****************...

Aldi Bramantyo

Tokyo, 08.10 PM

Seorang pria tampan dengan kulit bersih dan postur tubuh ideal memasuki sebuah apartemen. Dia melepaskan dasi dan membuka satu kancing kemejanya sambil menatap ponselnya.

"Di sana baru jam 6, pasti dia baru sholat magrib, lebih baik aku mandi dulu," gumamnya sambil melihat jam tangannya.

Ia beranjak menuju kamar mandi, membuka bajunya dan menatap cermin, mengingat secuil kenangan saat pertama kali bertemu dengan gadis pujaannya.

Flasback On

"Aldi, kenalin nih temen sekostku!" Yuli teman seangkatan Aldi di Fakultas Teknik Arsitektur, memaksa Aldi berkenalan dengan temannya.

"Apaan sih,Yul maksa-maksa, orangnya aja nggak mau." Rena berbisik sambil menyikut Yuli.

"Kapan lagi Ren, kesempatan ketemu cowok ganteng nih!" Yuli berbalik berbisik pada teman kostnya itu.

"Aldi Bramantyo." Cowok yang dimaksud Yuli akhirnya mengulurkan tangannya pada Rena.

"Rena Arista." Sambut Rena sambil tersenyum manis. Sesaat Aldi terhipnotis dengan senyuman gadis di depannya. Tanpa sadar tangannya terus menggenggam tangan Rena.

"Ehem ... ehem ... sudah woy ... ntar gosong tuh tangan!" Yuli membuyarkan lamunan Aldi dan kemudian melepas genggaman tangannya.

"Masakan kali gosong." Aldi mendengus kesal.

"Setrikaan Al, bukan masakan." Yuli nggak mau kalah.

"Terserah kamu dah!" Akhirnya Aldi mengalah daripada meladeni keusilan Yuli. Rena hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua. Aldi kembali terpesona melihatnya.

Sejak hari itu Aldi rajin berkunjung ke kost Yuli dengan berbagai alasan demi bisa menyaksikan senyum manis Rena. Dan tepat tiga bulan pendekatan akhirnya Aldi menyatakan perasaannya pada Rena disaat hari ulang tahun gadis itu.

"Rena, aku jatuh cinta pada senyumanmu sejak pertama bertemu, rasanya duniaku berputar di sekitarmu, aku membutuhkanmu seperti jantung membutuhkan detak. Maukah dirimu menjadi detak bagi jantungku, berada di sisiku dan menerima segala kekuranganku?" Dengan puitisnya Aldi menyatakan cintanya sambil menggenggam bunga di tangannya.

Rena tidak mampu berkata-kata, hatinya begitu berbunga-bunga mendapat pengakuan cinta dari Presiden Mahasiswa Teknik itu. Rena hanya bisa mengangguk dan tersenyum bahagia menerima cinta Aldi.

Sejak saat itu pula mereka membina hubungan yang sehat, saling mendukung, saling membantu dan menyemangati satu dengan yang lainnya dalam urusan kuliah juga masalah lain. Jarang sekali mereka bersitegang bahkan hampir tidak pernah mereka bertengkar meskipun mereka sering berbeda pendapat. Hingga akhirnya mereka bisa lulus bersama dengan waktu yang terbilang cepat. Namun kesedihan tak dapat dihindari ketika Aldi mendapat panggilan kerja di luar negeri.

"Sayang, kamu setuju kan kalau aku kerja di Tokyo?" tanya Aldi pada Rena meyakinkan dirinya bahwa keputusannya mendapat dukungan dari kekasihnya itu

"Tentu aja, Sayang, ini bukanlah kesempatan yang bisa didapatkan semua orang, aku yakin jarak bukanlah penghalang bagi hubungan kita," jawab gadis itu dengan mantap demi meyakinkan kekasihnya.

"Terima kasih, Sayang!" ucap Aldi kemudian. Dia sangat bersyukur memiliki kekasih yang selalu mendukungnya. Rena terus berusaha meyakinkan kekasihnya bahwa mereka akan saling percaya apapun yang terjadi, demi terjaganya hubungan mereka.

"Aku akan selalu berusaha menjaga cinta kita agar selalu kokoh apapun yg terjadi, Sayang!" janji Aldi pada gadis pujaannya itu.

"Aku percaya kamu bisa menjaga hatimu untukku , Aldiku Sayang," katanya kemudian. Itulah kata-kata terakhir Rena di bandara saat melepas kepergian Aldi sampai mereka menjalani Long Distance Relationship ini.

Flashback Off.

Aldi keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililit dipinggangnya. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil sambil memegang ponselnya. Sebuah panggilan video masuk. Dia menggeser ikon hijau.

"Assalamu'alaikum, Sayang!"

"Wa'alaikumsalam... aaakhh!" Spontan Rena menutup matanya. Kemudian dia melanjutkan lagi, "kenapa mesum gitu sih?" Omelan Rena pun tak terelakkan lagi.

"Siapa yang mesum sih, Sayang, aku kan baru selasai mandi, tiba-tiba kamu nelpon." Aldi menjawab sambil memakai kaos casual putih dan celana pendek.

"Iyya aku tau, maksud aku kenapa nggak pake baju dulu sih baru angkat telponnya." Sambil melanjutkan omelannya, Rena masih menutup matanya.

"Udah buka matanya dong, Sayang, aku udah nggak pake apa-apa nih!" Aldi semakin menggoda Rena.

"Iiihh, mending aku tutup aja deh telponnya," jawabnya merajuk

"Jangan dong, Sayangku, aku cuma main-main kok!" cegah Aldi merayu Rena.

Rena menurunkan tangannya dan membuka matanya. Ia pun tersenyum mendapati kekasihnya begitu tampan meski hanya dengan baju casual dan rambut basahnya yang acak acakan.

"I miss you so much, baby." Aldi menatap Rena penuh cinta.

"Me too." Mata Rena mulai berkaca-kaca.

"Udah jangan sedih gitu dong, Sayang, nanti aku gak bisa tidur kalau liat kamu nangis. Gimana kerjaanmu tadi, udah selesai?" Aldi berusaha mengalihkan kesedihan Rena.

"Alhamdulillah udah, Sayang, tapi ... baru aja mau nyantai eh tadi dapat tugas baru lagi dari Pak Riko."

"Apa itu, Sayang?"

"Diminta jadi PA tapi buat mahasiswa yang bermasalah." Rena mencurahkan kegalauannya.

"Oh ya ... bagus dong, Sayang. Itu artinya kamu dipercaya sama atasan kamu dan dianggap berkompeten dalam bidangmu." Sebisa mungkin Aldi berusaha menyemangati kekasihnya itu.

"Tapi ... aku ragu, Yang.! Apalagi salah satu mahasiswa yang kutangani itu bener-bener bocah nakal," keluh Rena. Saat mengingat salah satu mahasiswanya yang tidak punya tata krama itu.

"Apa sih yang gak mungkin, Sayang. Aku yakin kamu bisa menaklukkannya. Buktinya aku aja takluk sama kamu!" ujar Aldi sambil tertawa kecil meyakinkan kekasihnya itu. Wajah Rena bersemu.

"Gombal! Kamu sendiri bagaimana kerjaan di sana, Yang?"

"Alhamdulillah, lancar aja meskipun kadang ada sedikit masalah komunikasi. Aku belum terlalu fasih bahasa Jepang. Terkadang mereka pakai istilah-istilah yang nggak umum. Semacam bahasa gaul gitu loh sayang," jelas Aldi panjang lebar tentang kendala yang dihadapinya.

"Oh I see, kalau gitu sih kamu harus banyak nanya sama teman-temenmu yang orang Jepang, atau ... coba deh join di chat room mereka terutama yang anak-anak muda," ujar gadis itu mencoba memberi saran.

"Wow that's a good idea baby, you are the best sweety."

Aldi merasa senang mendapat masukan dari kekasihnya.

"Kalau begitu ... udah dulu ya, Sayang, aku ngantuk nih, mana belum sholat Isya," kata Rena sambil menguap.

"Oke, Sayangku, sholat dulu, see you soon honey, assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikum salam!" jawab Rena mengakhiri panggilannya.

Aldi menutup telponnya sambil tersenyum, ia memutar lagu dan membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya. Sayup-sayup terdengar lantunan lagu "Marry your daughter" dari Brian Mcknight

I'm gonna marry your daughter

And make her my wife

I want her to be the only girl

That I love for the rest of my life

And give her the best of me 'til the day that I die.

Bersambung.

...****************...

...Ayo dukung Author dengan memberi LIKE, COMENT, FAVORITE dan VOTE....

...Terima kasih atas dukungannya....

...Love you all....

...****************...

Saya Dosen kamu

Seorang mahasiswa sedang duduk di ruang tunggu. Melipat tangannya dan sesekali melihat kearah luar. Sepertinya ia sedang menunggu seseorang. Lalu seorang gadis berjilbab datang dan menuju ke ruangannya. Seketika mahasiswa itu berdiri sambil menundukkan kepalanya.

"Selamat pagi, Bu! " sapanya ramah.

"Pagi, kamu menunggu saya?" jawab Rena juga dengan hangat.

"Iya Bu, saya Nono Ardiansyah Putra." Dia memperkenalkan dirinya

"Oh iya, saya lupa, mari ke ruangan saya!" ajak Nono untuk mengikutinya. Dia adalah salah satu mahasiswa yang ditugaskan untuk dibimbingnya. Nono mengikuti dosennya masuk ke ruangan dan menuju mejanya. Ia mempersilahkan mahasiswanya itu untuk duduk. Ada semburat cemas tersirat di wajah Nono.

"Santai aja, saya di sini bukan ingin mengintrogasi kamu kok!" ucap Rena sambil tersenyum berusaha membuat mahasiswanya lebih relax. Nono akhirnya tersenyum. Ia mulai mendengarkan penjelasan dosen cantik itu dengan lebih santai.

"Oke begini Nono, ada beberapa masalah dalam Akademik kamu yaitu ada beberapa nilai yang dibawah standar. Ini nanti berpengaruh saat kamu mau menentukan berapa SKS yang akan kamu ambil di semester berikutnya. Semakin baik nilai kamu maka jumlah IPK kamu juga akan semakin bagus dan kamu bisa mengambil semua SKS di semester berikutnya. Apa kamu paham sampai disini?" jelas Rena secara detail. Nono menganggguk tanda mengerti.

"Kamu bisa menghubungi dosen yang bersangkutan. Saya akan membantu kamu, ini daftar nilai-nilai kamu yang kurang, kamu bisa meminta bantuan Bu Amanda di Bagian Administrasi untuk mendapatkan nomor kontak masing-masing dosennya." Rena memberikan selembar kertas pada Nono.

"Terima kasih Bu, kalau begitu saya permisi mau ke meja Bu Amanda" Nono berdiri hendak berlalu ke meja Amanda.

"Eh, jangan lupa hubungi saya bila ada kendala ya, jangan sungkan, kamu bisa hubungi saya kapan aja!"

Rena mengakhiri sambil tersenyum manis.

"Baik Bu!" Nono balas tersenyum dan beranjak pergi.

Setelah kepergian Nono, Rena mengambil ponselnya dan menekan nomor yang ada di dalam kertas. Panggilannya terhubung.

"Hallo," jawab suara serak di seberang sana terdengar seperti seorang yang baru bangun.

"Assalamu'alaikum." Rena memberi salam.

"Wa'alaikum salam, siapa ini?"

"Apa ini Yori?"

"Iya, kamu siapa?" tanyanya dengan nada dingin.

"Saya dosen kamu, lebih tepatnya Dosen Penasehat Akademik kamu!" jawab Rena tegas.

"Oh .. kamu! Ada apa?" tanyanya acuh.

Suara datar, cuek, nggak punya sopan santun. Fix dia mahasiswa nggak ada akhlak!

"Bukankah Bu Amanda sudah mengirimimu pesan untuk menemui saya," tanya Rena kesal, terdengar suaranya mulai meninggi.

"Oh itu ... saya lupa!" jawabnya cuek. Gadis itu menghela nafasnya, mencoba meredakan emosinya yang mulai menggerogoti kesabarannya.

"Jadi kapan kamu bisa menghadap saya?"

"Sekarang juga bisa, tunggu ya!" ujarnya santai.

"Oke, saya kasi waktu 30 menit, lewat dari itu saya tinggalkan!" tegas Rena, dia tidak mau lagi membuang-buang waktu menghadapi bocah itu.

"APA! Kenapa cepat betul, kamu nggak sabaran, ya? Ya udah aku ke sana sekarang!" protesnya dengan panik.

Tuutt tuutt tuutt

Huuft! Rena menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Mencoba menenangkan hatinya sambil mengelus dada. Baru saja dua kali menghadapi bocah itu rasanya tekanan darahnya sudah melonjak naik. Gimana nanti kelanjutannya saat ia terus berhadapan dengannya? Rena tidak bisa membayangkan. Sabar adalah jalan satu-satunya agar ia bisa melewati Yori dengan selamat. Ya, Yori benar-benar cobaan terberatnya kali ini.

"Hey ... ngelamunin apa?" tepukan Amanda mengagetkan Rena.

"Itu.. makhluk gaib dari kutub utara," jawabnya asal.

"Hah ... emang ada? Jangan ngomong gitu Ren! Bikin merinding aja kamu!" Amanda bergidik ngeri.

"Kalau aku bukan merinding tapi lapar."

"Hah kok bisa, kamu aneh deh," protes sahabatnya heran.

"Iya rasanya pengen makan orang!" Kalimat Rena malah semakin membuat Amanda semakin bingung. Kening Amanda berkerut, dan ia menjauh sedikit dari Rena.

"Woy.. bikin tambah merinding kamu, kesurupan kamu kah Ren?" Amanda makin panik.

"Ya ampun Manda kamu oon banget sih. Aku nih lagi bete sama itu mahasiswa yang namanya Yori, masa dia yang butuh dia yang mau ditungguin, seperti orang penting saja dia, mana bicaranya kasar tidak ada sopan-sopannya sedikitpun!" omel Rena panjang lebar menumpahkan kekesalannya.

"Oo ..Yori Nalendra itu .. kirain kenapa, ngobrol kek dari tadi." Akhirnya Amanda merasa lega.

"Iya, gara-gara dia aku jadi pengen makan orang!" kata Rena pelan. Amanda malah tertawa kecil sambil mencolek hidung mancung Rena. Dia tahu sahabatnya itu paling sulit untuk marah dengan seseorang.

"Tapi beruntung kamu Ren bisa ketemu terus nanti, dia itu Mahasiswa Populer di kampus ini. Kata mahasiswa di sini orangnya cakep pake banget loh Ren bikin penasaran, mana ortunya tajir melintir," jelas Amanda memulai gibahannya demi mengalihkan kekesalan Rena.

"Beruntung apaan yang ada malah buntung waktu aku sia-sia nungguin mahluk unfaedah gitu. Memangnya kamu tahu dari mana kalau orangtuanya tajir?" Akhirnya Rena penasaran juga.

Amanda lalu menjelaskan dengan gamblang semua tentang Yori yang ia dapat dari mahasiswa ataupun dari data yang ada di kampus. Mulai dari biaya kuliahnya yang dibayar lunas dari awal kuliah, outfit yang dipakai saat kekampus bernilai puluhan juta dan kenyataan bahwa Papanya adalah Donatur Utama kampus mereka. Amanda benar-benar detektif terbaik kalau soal informasi cogan.

"Akhirnya terjawab kenapa dia bisa songong begitu dan tidak punya tata krama." kata Rena menyimpulkan.

"Bukan songong tapi gayanya dia memang begitu Ren, kata mahasiswa yang lain sih, aku juga belum pernah ketemu. Memang kamu udah pernah ketemu?" tanya Amanda dengan polos.

"Lah iya dong Amanda Prisilia ... dia kan mahasiswaku memangnya dia artis!" jawabnya sambil mencubit pelan pipi sahabatnya itu.

"Hehe ... yah kan dia jarang ke kampus, siapa tahu saja dia tidak pernah masuk pas kamu mengajar."

"Malah dia masuk terus kalau aku ngajar tapi telatnya kebablasan," ujar Rena sambil membereskan berkas-berkasnya.

"Masa sih? Jadi tambah penasaran gimana sih orangnya." kata Amanda sambil mulai menghayal.

Tok tok tok!

Tiba-tiba pintu ruangan di ketuk dari luar. Sebelum mereka mempersilahkan masuk, pintu ruangan itu terbuka dan tampak seorang pemuda jangkung dengan pakaian casual dan celana jins sambil menenteng jaket hitam. Rambut acak-acakan agak kecoklatan dan kulit bersih merupakan perpaduan yang pas dengan wajahnya yang blasterannya. Matanya yang tajam dan garis wajahnya yang tegas membuatnya sangat terkesan cool. Siapapun yang melihatnya tidak menyangkal perihal ketampanan pemuda itu.

Amanda seketika terpana melihat kedatangan pemuda itu bahkan bibirnya terbuka lebar karena pesonanya.

Dia manusia atau malaikat sih.

Amanda bergumam dalam hatinya.

"Aku belum telat kan?" Suara pemuda itu memecah keheningan.

Bersambung.

...****************...

...Mohon tinggalkan jejak setelah membaca ya Readersku tercinta, LIKE, KOMEN, VOTE ATAU RATE 5!...

...Jangan matikan tombol favorite agar updatenya tidak terlewatkan....

...Terima kasih atas dukungannya....

...Love you all....

...❤️❤️❤️...

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!