NovelToon NovelToon

Kagutsuchi Nagato : The Dawn

Ch. 1 - Awal Semula

Ras yang berbeda, Bangsa yang bengis, Harta karun yang berlimpah, Harta karun tersembunyi, Kekuatan kuno yang bersemayam di dalam diri manusia, Kekuatan surgawi yang menggemparkan dunia, Kekuatan yang di luar nalar manusia. Lautan tempat bersemayan iblis. Tanah tak terjamah. Pulau yang tersembunyi. Di dunia ini semuanya menjadi satu. Hanya satu kata tidak

diketahui yang akan menjadi misteri yang belum terpecahkan, semua orang saling mencari kekuatan, kekuasaan dan menindas satu sama lain.

Di dunia ini terdapat sebuah organisasi besar. Tempat bernaung seluruh negera dan kerajaan diseluruh dunia. Nama organisasi tersebut adalah Aliansi Bangsa - Bangsa atau disingkat dengan ABB. Dalam ABB terdapat hak istimewa yang dimiliki oleh lima negara dan kerajaan pendiri ABB.

Aliansi Bangsa - Bangsa mempunyai dua pasukan militer khusus yang biasa disebut dengan Pasukan Penegak Perdamaian dan Pahlawan. Dua pasukan itu terbentuk karena banyaknya pemberontak, yang menyerang wilayah dari kelima negara pemilik hak istimewa di ABB.

Diseluruh belahan dunia terdapat kelompok penjahat yang membuat sebuah organisasi. Kebanyakan dari mereka adalah orang yang hidup di negeri jajahan. Namun seiring berjalannya waktu, kekuatan mereka semakin menggemparkan dunia karena mempunyai anggota yang setara dengan sebuah negara dan mereka dikenal dengan sebutan Lima Penguasa.

Di sebuah benua tak terjamah yang bernama Benua Raya. Di sana terdapat begitu banyak negeri. Sebuah negeri penuh dengan sumber daya alam yang melimpah. Dan membuat negeri itu menjadi kaya raya tetapi juga mendatangkan malapetaka. Karena kebaikan para penduduk lokal yang menyambut orang asing, membuat mereka dimanfaatkan oleh bangsa lain. Dan kini negeri tersebut telah dijajah Kekaisaran Bahamut. Salah satu dari lima negara pemilik hak istimewa di ABB. Dan penduduk Benua Raya telah dijajah selama 300 tahun karena kebaikan yang mereka lakukan.

Negeri Saba adalah salah satu dari negeri yang masih tersisa di Benua Raya. Selama 10 tahun terakhir banyak penduduk Benua Raya yang dibantai. Bahkan beberapa dijadikan kelinci percobaaan oleh kelompok organisasi yang bernama Disaster. Sebuah organisasi yang dipimpin oleh orang yang bernama Kazan.

Kazan adalah salah satu dari Lima Penguasa. Organisasi Disaster bekerja sama dengan Kekaisaran Bahamut, untuk menciptakan manusia yang kuat dan unggul, bahkan jika harus mengorbankan jutaan manusia mereka tetap melakukan uji coba tersebut.

Selama 10 tahun terakhir banyak kelompok yang memberontak melawan penjajah dan 15 tahun kemudian, muncul seorang pemuda yang akan memenggal kepala iblis berwujud manusia. Pemuda itu akan membebaskan Negeri Saba dan Benua Raya dari cengkeraman penjajah selama 300 tahun lamanya.

Setelah nama mereka terkenal di seluruh belahan dunia, kini kelompok penjahat yang dipimpin oleh seorang pemuda yang bernama Kagutsuchi Nagato sedang dalam perjalanan menuju Negeri Saba.

"Tunggu aku, Kazan!" ucap seorang pemuda yang bernama Kagutsuchi Nagato. Ia ditemani beberapa temannya yang menunggangi Singa Terbang. Mereka melewati lautan iblis yang penuh dengan ombak mengerikan. Kelompok yang akhir - akhir ini ramai dibicarakan di dunia karena melakukan perlawanan kepada Aliansi - Bangsa - Bangsa.

Walaupun yang mereka lakukan adalah membebaskan negeri yang dijajah oleh negara yang mempunyai Hak Istimewa di Aliansi Bangsa - Bangsa. Tetapi kelompok yang dipimpin oleh seorang pemuda bernama Nagato itun dianggap sebagai kelompok penjahat kriminal paling mengerikan di dunia. Bahkan Nagato mempunyai potensi untuk menjadi Lima Penguasa.

"Nagachin, yang kita lawan adalah salah satu penjahat terbesar didunia! Nama kita semakin terkenal jika berhasil membunuhnya!" ujar seorang pria yang memegang pedang terkutuk dipinggangnya. Pria tersebut tertawa menikmati perjalanan yang melewati gumpalan awan.

"Salah satu Lima Penguasa? Menarik sekali. Aku ingin melawan salah satu dari mereka!" seorang pria dengan penuh luka di seluruh badannya tersenyum tipis. Ia menatap lautan yang membentang luas dari atas langit.

"Nagato, setelah sampai disana bertarunglah denganku! Kita lihat siapa di antara kita yang akan menang!" tambah pria dengan penuh luka di tubuhnya menatap Nagato tajam. Tetapi Nagato hanya diam dan tidak peduli.

"Wow hebat ... jadi ini dunia luar, aku baru pertama kali melihatnya, apa disana ada banyak manusia?" sahut seorang perempuan berparas cantik dan manis. Perempuan tersebut memiliki telinga panjang runcing. Ia sedang melihat dataran tanah yang membentang luas di bawahnya. Gadis yang telah berumur 100 tahun lebih itu baru pertama kali berpetualang melihat dunia luar.

"Naniki, apa ada makanan yang enak di Negeri Saba ...? Nya mmmm?" perempuan dengan telinga berbentuk telinga kucing yang tak lain adalah manusia kucing. Ia mendekap tubuh Nagato sambil mengemut telinga Nagato.

"Nekoya! Jangan memeluk adikku seperti itu! Nagato sudah mempunyai seorang anak!" seorang penyihir berambut merah muda menegur manusia kucing itu, karena telah memeluk Nagato.

"Sial! Na-Nagato kau dikejar oleh Raido dan Ketua Tujuh Dosa Besar Mematikan! Saat ini nasib kita semakin tidak jelas! Aku ingin menjadi kutu beras ketika sampai di Negeri Saba ... " seorang pria yang sedang berbicara dari dalam botol, terlihat ketakutan hingga tubuhnya mencair.

"Seorang pria tidak boleh menjadi pengecut ... Tuan Nagato, bolehkah aku membuang manusia air ini?" tanya seorang gadis kuil yang mempunyai didikan ninja sejak dia kecil. Dia memiliki pedang yang tersarung dipinggangnya, dan gadis itu memiliki sifat yang begitu setia terhadap Nagato.

"Yuyuchin, apa kau tidak penasaran dengan perempuan dari Negeri Saba?" ucal seorang pria yang memiliki pedang terkutuk. Ia mengambil botol yang berisi manusia dari tangan gadis ninja.

"Kalian berdua diam! Lihat ... ini adalah salah satu dari tiga benua tak terjamah. Benua yang terisolasi selama ribuan tahun." penyihir wanita berambut merah muda berdiri. Dan ia menatap Negeri Saba dari atas langit.

"Dimulai dari sini, dunia akan kembali disinari cahaya matahari! Nyalakan api semangat kalian!" seru Nagato berdiri dan memberi semangat kepada teman - temannya.

Perjalanan mundur kemasa lalu, jauh sebelum cerita ini dimulai. Di sebuah hutan yang indah dipenuhi dengan energi sihir. Hutan itu bernama Hutan Suci, dan hutan tersebut merupakan hutan tersembunyi bagian dari Kerajaan Sihir Azbec.

Hutan yang asri itu dihuni oleh sepasang keluarga yang bernama Kagutsuchi Pandu dan Sarah Von Azbec. Mereka berdua mempunyai seorang anak laki - laki mereka yang bernama Kagutsuchi Nagato.

Pandu memiliki empat murid yang hidup bersamanya. Dan satu teman yang bekerja sebagai pengintai, untuk memata - matai Kerajaan Sihir Azbec maupun Kekaisaran Kai.

Mereka berlima dikenal dengan sebutan Lima Pelindung. Dengan anggota yang bernama Tatsugoro, Uzui, Azai, Kuina dan Serlin.

Pandu merupakan seorang anak Kaisar Kekaisaran Kai. Tetapi dirinya dianggap sebagai pengkhianat. Sehingga Pandu menetap di Hutan Suci bersama istrinya.

Kehidupan damai yang telah berlangsung selama puluhan tahun itu hilang dalam sekejap. Ketika tempat persembunyian Pandu ditemukan oleh Kazan bersama anggotanya.

Organisasi Disaster datang ke benua tak terjamah yang bernama Benua Ezzo. Kedatangan Kazan ke Benua Ezzo untuk menguasai benua tersebut. Tetapi ketika mereka sampai di sebuah samudra yang luas. Ratusan kapal yang mengangkut anggota Disaster tenggelam, karena ombak yang begitu mengerikan. Bahkan beberapa dari mereka ada yang menghilang. Tanpa disadari Pemimpin Disaster yang bernama Kazan dan Petinggi Disaster hanyut. Mereka terdampar di pantai Kerajaan Sihir Azbec. Salah satu kerajaan yang ada di Benua Ezzo.

Saat itu Kazan dan anggotanya bertemu dengan penyihir dari Guild Hitam di Kerajaan Sihir Azbec. Seorang Master dari guild tersebut berniat menguasai seluruh Azbec, nama orang tersebut adalah Master Black Madia.

Lima tahun kemudian Black Madia dan Kazan bekerja sama melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Sihir Azbec. Hanya dalam kurun waktu 2 hari saja, mereka berhasil menguasai seluruh Kerajaan Sihir Azbec. Sesuai perjanjian yang mereka berdua buat. Black Madia akan menjadi Raja Sihir Azbec, sedangkan Kazan yang tidak tertarik dengan kursi kepemimpinan Azbec. Hanya meminta pada Black Madia untuk melakukan uji coba pada penyihir menggunakan air suci buatan. Karena ambisi terbesar Kazan adalah menguasai seluruh dunia dengan kekuatan manusia yang unggul sebagai anak buahnya.

Dalam lima tahun kepemimpinan Black Madia, seluruh bangsawan dan keluarga kerajaan dibunuh secara massal. Sedangkan para penyihir yang mencoba melakukan perlawanan, mereka semua akan dipenjara dan dijadikan kelinci percobaan.

Walau banyak penduduk dari Azbec yang mengungsi ke Kekaisaran Kai. Black Madia hanya ingin membunuh seorang perempuan yang bernama Sarah von Azbec. Perempuan yang merupakan anak keturunan dari Raja Sihir Azbec sebelumnya. Ketika dirinya mendapatkan informasi bahwa Sarah tinggal di Hutan Suci. Black Madia menyuruh Kazan untuk melakukan penyerangan. Kebetulan Kazan memiliki masalah dengan Pandu, suami dari Sarah. Karena pria itu telah membebaskan banyak tahanan penyihir yang hendak dijadikan kelinci percobaan.

"Jadi inikah hutan suci tempat orang itu, bakar dan giring mereka ke tengah kota!" teriak Kazan memberi perintah kepada anggotanya.

Petinggi Disaster mengelilingi Hutan Suci. Dengan kekuatan air suci yang mereka punya, dengan mudah mereka membakar, membuat banjir, gempa bumi. Bahkan Kazan menggunakan jurus hujan meteor, hingga Hutan Suci terbakar oleh api. Karena magma yang panas jatuh dari atas langit.

Penduduk kota yang mengetahui bahwa Sarah masih hidup. Mereka memberontak dan melawan Kazan. Walau mereka sudah tahu, bahwa yang mereka lakukan hanyalah tindakan yang sia - sia.

Pandu yang ditemani Tatsugoro dan Uzui

"Tatsugoro, Uzui ..., apapun yang terjadi padaku. Tolong selamatkan anakku, Nagato!" Pandu menatap tajam kedua pengikutnya.

"Tetapi, Tuan Pandu ... " Tatsugoro juga sadar bahwa ada yang tidak beres disini, dirinya merasa ada pengkhianat diantara orang - orang yang dekat Pandu.

"Guru, biarkan ak-" belum selesai Uzui berbicara ia dibentak oleh Pandu.

"Ini perintahku sebagai Tuan kalian! Apapun yang terjadi selamatkan Nagato, dan katakan pada Sarah bahwa aku akan baik - baik saja!" teriak Pandu dengan suara yang keras lantang tetapi juga terdengar sendu.

"Maafkan ayahmu ini Nagato ..., ayah tidak memberikan kebahagiaan terhadapmu. Mungkin kau akan tumbuh menjadi orang yang hebat, jika ayahmu ini tidak menjadi orang yang terlalu baik." Pandu mengingat masa lalunya yang banyak penyesalan. Dan penyesalan terbesar dalam hidupnya adalah tidak mampu membahagiakan Sarah dan Nagato. Karena dirinya dianggap sebagai pengkhianat di Kekaisaran Kai.

"Seni Nafas Sirih."

"Garuda."

"Cakra."

Pandu mengolah tiga pernapasan murni dari Klan Kagutsuchi dalam satu tarikan napasnya.

"Tiga dunia dalam satu genggamanku, tidak ada satupun yang lepas dari pandanganku, dengan api abadi yang membakar tubuhku, bakarlah semua yang ada dihadapanku!"

Dalam sekejap muncul api membentuk matahari kecil dibelakang tubuh Pandu. Dengan pedang yang terbakar api, Pandu menghilang dalam pandangan Kazan dan Petinggi Disaster.

"Putaran Matahari!"

Matahari kecil dengan cepat membakar tubuh Kazan beserta Petinggi Disaster.

"Jelmaan Dewa Api? Menarik ..., tetapi aku memiliki kekuatan yang lebih kuat dari segalanya!" Kazan tersenyum sinis melihat serangan Pandu.

Ketika Kazan hendak menyerang Pandu. Tiba - tiba muncul seorang perempuan membawa anak laki - laki yang berumur lima tahun.

"Ayah?!" teriak Nagato cemas ketika melihat Pandu sedang bertarung.

"Sayang, kenapa kalian berlari kesini?!" mata Pandu melebar ketika melihat istri dan anak yang menjadi kebanggannya, justru datang di waktu yang tidak tepat.

"Ratusan orang datang menyerang, membakar rumah ..., kini Tatsugoro dan yang lain sedang melawan mereka!" Sarah terlihat panik melihat Hutan Suci tempat tinggalnya telah terbakar, dan dihadapannya sekarang ada seorang pria berbadan besar. Yang mengeluarkan magma dan lava dari tubuhnya.

"Ayah, siapa mereka? Kenapa mereka menyerang kita?" tanya Nagato dengan polosnya menatap ayahnya.

"Mereka adalah orang yang ingin mengajak ayahmu ini bertarung ... jadi, kamu jangan melihat. Dan kamu cukup memejamkan mata saja ... janji ya!" jawab Pandu tersenyum lembut pada Nagato. Tetapi anak muda tersebut mengetahui bahwa ada sesuatu yang salah di sini.

"Sayang, bawa anak kita pergi dan tunggu aku ... aku pasti akan segera menyusul!" ucap Pandu menatap wajah istri dan anaknya dengan cemas.

Sarah tidak menjawab perkataan Pandu. Ia hanya membawa anaknya pergi, dan melarikan diri dari kejaran anak buah Kazan.

"Apakah anak itu yang mempunyai Kutukan Kuno Dewa Kematian? Sepertinya ini akan menarik!" ucap Kazan menatap Nagato yang sedang dibawa lari oleh Sarah.

Pandu terkejut mendengar perkataan Kazan, karena tidak banyak orang yang mengetahui rahasia kutukan anaknya.

"Sedikit saja kau menyentuh anakku, aku akan membunuhmu!" teriak Pandu dengan tatapan dingin menatap Kazan.

"Keturunan Surgawi, mereka selalu mempunyai kekuatan hebat. Bahkan kekuatannya setara dengan air suci." ujar Kazan menatap Pandu dengan wajahnya yang tenang dan kelihatan garang.

"Dinding Neraka!"

Dinding api menjulang tinggi ke langit mengurung Pandu dan Kazan. Pandu sengaja menggunakan jurusnya, agar tidak ada yang mengganggu pertarungan mereka.

"Jurus yang hebat." puji Kazan takjub melihat teknik yang digunakan oleh Pandu.

"Tetapi aku akan bergerak sesuai rencana!" Kazan tersenyum sinis, kemudian ia melompat keluar dinding api. Dan tubuh magmanya meleleh ketika melewati dinding api tersebut.

"Kalian serang dia! Aku akan mengurus bocah itu!" seru Kazan pada anggotanya. Kemudian dia berlari mengejar Sarah dan Nagato.

Pandu terkejut melihat kekuatan miliknya tidak membuat Kazan terluka. Dengan tatapan dingin, Pandu berlari mengejar Kazan.

"Lawa-" belum selesai berbicara ratusan bawahan Kazan banyak yang mati. Mereka dibunuh Pandu dalam sekejap.

"Kazan!" teriak Pandu meledak emosinya melihat Kazan yang mengejar Sarah dan Nagato.

"Sesuai informasi yang diberikan orang itu, sekuat apapun Pandu. Dia akan cepat emosi, ketika ada orang yang berani menyakiti keluarganya." batin Kazan tersenyum sinis melihat Pandu yang mengejarnya. Tujuan Kazan yang sebenarnya adalah menggiring Pandu keluar hutan dan menuju kota. Karena dengan menjadikan penduduk kota menjadi sandera, Pandu tidak akan bisa bertarung dengan seluruh kekuatannya.

"Itulah kelemahan manusia yang bersikap baik ... hanya dengan melihatnya saja, membuatku ingin menyiksanya!" Kazan sampai di kota yang terdapat banyak mayat penduduk yang telah mati.

"Ada apa Pandu, apa kau takut? Benua tak terjamah isinya hanya orang - orang bodoh ... aku sudah keliling dunia, apa kau masih tak mengenal namaku, Kazan Pembawa Bencana!" ucap Kazan tersenyum sambil menginjak mayat penduduk dengan kakinya.

"Kazan! Aku sangat mengenalmu, kau adalah iblis berwujud manusia yang harus kupenggal dengan pedangku ini!" ucap Pandu sambil melepaskan aura tubuhnya yang berwarna emas. Dan dia memanipulasi auranya menjadi api berwarna jingga dan biru muda.

"Air Suci Tipe Langka : Air Mata Phoenix?" gumam Kazan mengerutkan dahinya melihat api biru muda yang membakar tubuh Pandu. Sedangkan api berwarna jingga mengelilingi tubuh Pandj dan membentuk lingkaran.

"Air suci? Ini kekuatan auraku untuk memanipulasi api!" ujar Pandu menatap Kazan dengan tajam.

"Sangat disayangkan, orang berbakat sepertimu hidup di benua seperti ini." ucap Kazan bersikap tenang dan memanipulasi tanah disekitarnya menjadi magma. Dalam sekejap tanah - tanah yang ada disekeliling Pandu terjadi letusan magma berbentuk bola kecil.

Pandu dapat menghindari magma yang meledak dari tanah yang dipijaknya. Dengan cepat dia menggunakan jurus teleportasinya dan menghilang dari pandangan Kazan.

"Teleportasi?" batin Kazan, dia mengerutkan dahinya melihat kecepatan Pandu. Kemudian Kazan mengeluarkan aura intimidasi dan Tenkai secara bersamaan. Pandu mengincar leher Kazan. Tetapi Kazan mampu menahan tebasan pedang Pandu dengan tangannya.

"Kazan, kau sudah melakukan dosa yang tidak bisa dimaafkan! Membunuh orang yang tak bersalah! Sebenarnya apa yang kau pikirkan!" teriak Pandu berusaha mendorong pedangnya yang dilapisi api, namun tangan Kazan terlihat sangat kuat. Walau tangannya terlihat tergores berdarah, tapi hanya magma dan lava yang mengalir keluar dari goresan tangannya.

Pertarungan Pandu melawan Kazan berlangsung sengit, tetapi semua itu menjadi berat sebelah. Ketika anggota Disaster datang menyandera penduduk kota, bahkan Sarah dan Nagato digiring ke tempat Pandu kembali.

"Tuan Pandu ... maafkan kami." ucap Tatsugoro, karena dia dan yang lainnya terkepung oleh beberapa Jendral Disaster. Karena mereka memiliki kekuatan Air Suci Tipe Bencana seperti banjir, kekeringan, longsor, badai tropis, dan gempa bumi. Kini Lima Pelindung berada ditengah kota bersama Pandu.

"Kazan, lepaskan istri, anak dan pengikutku ..., dengan jaminan aku sebagai ganti dari mereka." ucap Pandu sambil menggigit bibirnya. Dia mencoba bernegosiasi dengan Kazan.

"Pandu! Kau sedang berhadapan dengan penjahat di depanmu! Kau pikir, aku akan berkata, baiklah begitu saja!" jawab Kazan dengan murka, tangan Kazan keluar magma dan lava berceceran yang jatuh ke tanah.

"Magma Heat!"

Pukulan magma melesat ke arah Pandu, dengan gesit Pandu menangkis magma berbentuk kepalan tangan yang mengarah padanya.

"Kazan, dia menjadikan penduduk kota sebagai sandera, kupikir dia hanya ingin mengincarku saja!" batin Pandu sambil mencoba mencari celah untuk membunuh Kazan.

Pandu menghela napas panjang kemudian tersenyum tipis menatap Kazan dan seluruh Petinggi Disaster.

"Kalian semua lindungi Sarah dan Nagato dengan nyawa kalian sebagai taruhannya. Ini adalah perintah terakhirku kepada kalian ..., apapun yang terjadi, kalian harus tetap hidup dan menatap masa depan. Karena manusia tidak bisa dibilang hidup lagi ..., jika hatinya terjebak di masa lalu." ucap Pandu tersenyum kepada Sarah, Nagato dan Lima Pelindung yang menjadi pengikutnya. Tetapi mereka tahu bahwa senyuman itu, terlihat begitu menyedihkan dan menyayat hati.

"Aku sudah lama mati, karena bagian diriku berada dimasa lalu, hanya saja alasanku untuk tetap hidup sampai saat ini adalah kamu dan Nagato." Pandu berbicara kepada Sarah. Kemudian dia menggunakan jurus teleportasinya untuk membuat Sarah dan Nagato menghilang dari tengah kota.

"Kalian pergilah ketempat itu!" teriak Pandu kepada Lima Pelindung. Kemudian dia membuat penjara api yang membakar seluruh anggota Disaster yang menjadikan penduduk kota sebagai sandera.

"Aku tidak akan membiarkan orang tak bersalah mati tanpa alasan lebih dari ini!" Pandu maju menyerang ratusan anggota Disaster yang mengeroyoknya.

Tatsugoro dan yang lainnya juga mencoba menghabisi anggota Disaster sebisa mereka. Mereka membunuh banyak anggota Disaster. Melihat hal itu, tiiba - tiba Pandu terdiam setelah mendengar perkataan Kazan.

"Istri dan anakmu kau lempar ke lereng pegunungan Azbec. Dan kini kekuatanmu telah terkuras habis, ironis sekali, semua yang kau lakukan itu sia - sia!" ejek Kazan tertawa karena semua berjalan sesuai rencananya.

"Kenapa kau bisa mengetahui itu?!" mata Pandu melebar dan wajahnya pucat.

"Menurutmu pengkhianat itu siapa?" Kazan menyerang Pandu yang sedang lengah. Dengan cepat Kazan memukul tubuh Pandu.

"Argh!" teriak Pandu muntah darah, seluruh konsentrasinya menghilang karena Pandu merasa cemas dengan keselamatan istri dan anaknya.

"Guru!" teriak Uzui, Azai, Kuina dan Serlin secara bersamaan.

"Kazan!" Tatsugoro meledak emosinya ketika melihat Kazan menyiksa Pandu yang sedang goyah mentalnya.

"Tatsugoro! Cepat susul Sarah dan Nagato! Bukankah itu perintah terakhirku! Apa kau ingin menghina tekad seorang pendekar yang sudah siap untuk mati ini!" teriak Pandu menatap tajam Tatsugoro yang tenggelam dalam amarahnya.

Tatsugoro menggigit bibirnya kemudian mengajak Uzui dan yang lainnya segera pergi menyusul Sarah dan Nagato.

"Dengan kekuatanmu yang tersisa, apa yang bisa kau lakukan?" Kazan menatap dingin Pandu.

Pandu melirik pengikutnya yang sudah menjauh dari tengah kota tanpa hambatan. Dengan mudah dia menghabisi anggota Disaster yang menghadang pengikutnya. Kemudian setelah melihat salah satu Petinggi Disaster mencoba menyerang Tatsugoro dan yang lainnya. Pandu menggunakan jurus api terkuatnya yang membuat dinding api hitam di sekitar mereka. Sehingga Tatsugoro dan yang lainnya bisa pergi tanpa hambatan.

"Selama dua jam api hitam ini akan terus berkobar, bagaimana Kazan. Apa kau masih meremehkanku!" Pandu menghabisi bawahan Kazan tanpa hambatan.

"Kutukan Api."

Api hitam melapisi bilah pedangnya dan dengan sekali tebas. Pandu menghabisi ratusan anggota Disaster yang menghadangnya, kemudian dia mengincar badan Kazan yang dilapisi lava dan magma.

"Hidup Rasa Mati. Rasa Sakit 1000 Tahun." Pandu menebaskan pedangnya pada tubuh Kazan hingga membuat tubuh Kazan bersimbah darah.

Pandu berhasil melukai tubuh Kazan. Api hitam itu terus membakar tubuh Kazan bahkan membuatnya tergeletak di tanah. Kazan tidak menyangka, bahwa api bisa membakar tubuhnya. Mengingat dirinya telah meminum Air Suci Tipe Bencana : Gunung Meletus yang membuatnya menjadi orang paling ditakuti di dunia.

"Kalian bunuh semua penduduk itu!" Kazan berteriak menyuruh petingginya untuk membunuh penduduk kota yang hampir melarikan diri dengan menggunakan kekuatan air suci, tiba - tiba air muncul dari tanah seperti banjir kecil menerjang penduduk kota. Namun Pandu berhasil membelah air banjir tersebut menjadi dua.

"Sial! Aku sudah sampai batas!" umpat Pandu dalam hatinya. Dia tidak bisa menggerakan tubuhnya, dalam sekejap tangan kirinya hilang. Ketika petinggi Kazan menggunakan pukulan gempa bumi untuk membunuh Pandu.

Melihat tangan kirinya putus, Pandu tersenyum dan menatap tajam para Petinggi Disaster yang mengeroyoknya.

"Aku harus mengulur waktu." batin Pandu menangkis setiap pukulan dan serangan dari Petinggi Disaster. Ketika dirinya terdesak karena serangan bertubi - tubi yang mengarah padanya.

Kazan berdiri murka dia meledakkan tubuhnya menjadi gumpalan magma dan lava yang mengarah ke arah Pandu.

"Orang ini!" Pandu belum sempat bereaksi, perutnya sudah berlubang karena pukulan telak tangan Kazan.

"Mati! Brengsek!" Kazan memukul Pandu hingga terlempar menabrak bangunan kota.

Belum puas dengan perbuatannya. Kazan dan Petinggi Disaster terus mengeroyok Pandu, hingga pria itu memiliki lubang yang menganga dengan lebar. Pandu berusaha untuk tetap berdiri dan hidup, walau telah sampai pada batasnya. Tetapi karena penduduk kota masih belum berlari jauh dari tengah kota, dirinya terus memaksakan tubuhnya yang sudah tidak mampu menahan rasa sakit lebih lama lagi.

Beberapa penduduk kota terdiam melihat kekejaman Kazan, ketika merasa putus asa. Salah satu penduduk kota menangis melihat tindakan Pandu dan menyuruh mereka segera meninggalkan kota.

Pandu menangkis serangan Kazan dan Petinggi Disaster dengan pedangnya. Ketika dirinya sudah mencapai batas kemampuanya. Pandu menggunakan jurus teleportasi dan menghilang dari pandangan mereka.

"Menghilang? Tuan Kazan bagaimana ini?" tanya salah satu petingginya.

"Brengsek! Dia menebasku .. sial .. api ini tidak mau padam, jika bukan karena kekuatanku, mungkin aku sudah mati dari tadi!" Kazan meringis menahan rasa sakit.

Petinggi Disaster terkejut mendengar perkataan Kazan. Karena sangat jarang mereka melihat pemimpin organisasi mereka terluka parah seperti ini.

"Kalian gunakan kekuatan terkuat yang kalian punya! Aku akan menggunakan itu!" Kazan memegang badannya yang terasa sakit karena tebasan Pandu.

Petinggi Disaster berkeringat dingin mendengar perkataan Kazan. Kemudian mereka menggunakan jurus terkuat mereka. Dalam sekejap terjadi bencana yang melanda kota.

Banjir memenuhi kota diiringi kekeringan, dan tanah yang bergoyang, karena gempa bumi. Kemudian dalam sekejap tubuh Kazan membesar dan dipenuhi magma, lava dan awan panas. Mulai keluar dari tubuhnya yang terlihat seperti sebuah gunung berapi yang akan meletus.

Semua orang yang melihat langit kota Azbec, hanya bisa menatap pemandangan mengerikan itu tanpa berkedip sedikitpun.

Ch. 2 - Awal Semula II

Pada suatu sore Nagato tidak menyangka hutan tempat tinggalnya akan menjadi lautan api bahkan dirinya melihat magma dan lava seperti keluar dari letusan gunung berapi jatuh dari atas langit kebawah tempat tinggalnya.

Sesuatu yang datang secara tiba - tiba membuat Nagato yang berumur lima tahun itu tidak dapat mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi entah mengapa hatinya terasa teriris karena melihat wajah ibunya yaitu Sarah terlihat begitu cemas dan tidak lama Tatsugoro dan Uzui menyuruh mereka untuk segera keluar melarikan diri.

Kejaran dari manusia magma salah satu Petinggi Disaster yang bernama Magma membuat rumah mereka terbakar oleh serangan magma. Tatsugoro dan Uzui berusaha menahan serangan magma dengan tangkisan pedang mereka agar Sarah dan Nagato bisa melarikan diri.

"Bunuh anak itu!"

"Bunuh anak Pandu!"

Teriakan dari orang - orang yang membakar hutan tempat tinggalnya terus terngiang di telinga Nagato membuat dirinya memeluk tubuh ibunya dengan erat yang sedang menggendongnya.

Mereka digiring sampai ditengah kota oleh anggota Organisasi Disaster, disana Nagato melihat ayahnya yang sedang bertarung dan dipinggiran kota ada tiga orang yang dirinya kenal juga sedang bertarung melawan bawahan Kazan.

Dengan seribu pertanyaan yang ingin dirinya tanyakan pada ayahnya, tetapi Pandu menyuruh Sarah dan Nagato pergi dan tak lama mereka berdua dilempar oleh Pandu menggunakan jurus teleportasi ke lereng pegunungan Azbec tetapi disana sudah ada ratusan penyihir yang sudah menunggu kedatangan mereka berdua.

Sarah memeluk tubuh Nagato dengan erat dan setelah satu jam mereka dilempar oleh Pandu tiba - tiba tanah yang mereka pijak bergetar hingga terjadi retakan tanah yang berlubang.

"Gempa bumi?" Sarah mengerutkan dahinya kemudian membawa tubuh Nagato untuk menghindari setiap retakan tanah.

"Ibu, kenapa tanah itu terbelah?" Nagato mendekap tubuh Sarah dengan erat.

"Itu namanya gempa bumi, Nagato." Sarah berhasil menghindari retakan tanah gempa bumi yang dibuat oleh Petinggi Disaster bawahan Kazan.

Ketika mereka berdua sedang melihat tanah yang terbelah tiba - tiba serangan sihir bola api dari berbagai arah melesat kearah mereka.

"Ibu!" Nagato terkejut melihat bola api yang datang dari arah hutan.

Sarah menangkis semua serangan tersebut dengan sihir pelindungnya. Kemudian dia membawa Nagato pergi tetapi disekelilingnya sudah ada penyihir suruhan Black Madia yang telah mendapatkan perintah untuk membunuh Sarah dan anaknya. Bahkan diantara mereka ada anggota Disaster yang tersenyum sinis melihat Sarah dan Nagato yang terpojok.

Pemandangan letusan gunung berapi terlihat dari arah tengah kota, mata Nagato tidak berkedip sedikitpun tubuhnya serasa mati karena melihat pemandangan yang mengerikan.

Sarah terus berlari membawa Nagato untuk menjauh dari pembunuh suruhan Black Madia.

"Bunuh Sarah dan anaknya!"

"Tangkap dan jadikan bocah itu sebagai kelinci percobaan!"

Nagato ingin menangis ketika mereka berteriak ingin membunuh ibunya dan dirinya dengan mata yang polos Nagato menatap Sarah dan bertanya pada ibunya tersebut.

"Ibu, kenapa mereka mengejar kita? Mengapa mereka berteriak akan membunuh kita? Apa kita melakukan hal yang salah kepada mereka?" Nagato menutup kedua telingannya dengan kedua tangannya.

"Kita tidak melakukan hal yang membuat mereka membenci kita ... Nagato." suara ibunya terdengar lembut berusaha menenangkan Nagato.

"Nagato, ingat bahwa kamu tidak sendiri di dunia ini, suatu saat kamu pasti akan mempunyai teman yang mengerti dirimu, tidak apa jika kelak dirimu merasakan gundah menuntun bersama waktu, tapi kamu jangan biarkan perasaan gundah dan resah merasukimu, jika kau dikalahkan oleh perasaan itu, maka nyalakan api didalam hatimu, dan kamu harus ingat bahwa ibu akan mengawasimu dari dalam hatimu itu ... " Sarah melirik sihir yang digunakan penyihir yang mengejarnya kemudian dia menyalinnya menggunakan jurus sihir yang sama seperti mereka.

Nagato belum mengerti perkataan ibunya karena Nagato masih berharap bahwa hal yang dirinya takutkan tidak akan terjadi.

"Apa maksudmu ibu? Aku tidak mengerti, dan kenapa ayah juga diincar oleh mereka ..." Nagato memeluk tubuh ibunya yang terus berlari membawanya.

"Ayahmu adalah orang yang hebat, ingat kata ibu Nagato, walau sesakit apapun itu bagaimanapun juga kau harus tetap hidup, suatu saat kau akan hidup dipenuhi rintangan, tetapi sesulit dan sesakit apapun itu kau harus tetap berjalan ke depan Nagato ..." mata Sarah berkaca - kaca menatap Nagato.

"Suatu saat kau harus membebaskan negeri ini, Nagato ..."

"Ibu, ingin melihatmu tumbuh dewasa namun ..."

Tiba - tiba penyihir yang mengejar mereka terbunuh oleh lima orang yang mereka berdua sangat kenal.

Kelima pengikut Pandu meninggalkan tengah kota dan lari menuju lereng pegunungan Azbec. Ditengah jalan Tatsugoro menahan bawahan Kazan yang mengejar mereka kemudian dia menyuruh mereka berempat harus sampai di lereng pegunungan Azbec apapun yang terjadi. Penyihir dan pembunuh suruhan Black Madia sudah mengelilingi lereng pegunungan Azbec.

"Aku tidak akan memaafkanmu!" Uzui maju menyerang ratusan pembunuh didepannya diikuti oleh Azai dan yang lainnya dan tidak lama Tatsugoro menyusul mereka.

"Ibu ..." Nagato memegang baju ibunya dengan seluruh tubuhnya yang bergemetar hebat karena ketakutan.

"Nona Sarah! Tuan Muda Nagato!" Tatsugoro datang dengan yang lainnya untuk membawa kedua orang yang sangat berharga bagi Pandu agar melarikan diri ke Kekaisaran Kai.

"Tuan Muda Nagato, syukurlah kau baik- baik saja!" Tatsugoro cemas dengan mental anak yang baru berumur lima tahun itu.

"Maafkan kami Nona Sarah ..., kami meninggalkan Tuan Pandu!" Tatsugoro berusaha untuk tidak meneteskan air matanya dan keempat pengikutnya juga mencoba bersikap tegar karena tidak bisa berbuat banyak membantu Pandu.

"Ini bukan salah kalian, jadi berdirilah dan jangan menangis!" Sarah menurunkan Nagato yang digendongnya.

"Nona Sarah, kita harus cepat melarikan diri!" Tatsugoro melihat sekelilingnya yang dipenuhi mayat penyihir dan pembunuh suruhan Black Madia walaupun sudah aman tetapi bagaimanapun dirinya khawatir jika Kazan dan petingginya berhasil mengejar mereka.

"Aku akan menyusul Pandu!" Sarah menggenggam tangan Nagato.

"Nona Sarah, tetapi Tuan Pandu menyuruh kami untuk menyelamatkan kalian berdua!" Tatsugoro terkejut mendengar perkataan Sarah.

"Kalau begitu izinkan kami untuk tetap mengikuti Nona Sarah dan Tuan Pandu!" Uzui memohon kepada Sarah.

"Pergilah bersama anakku ini ... " Sarah menatap kelima pengikut Pandu.

"Kalian pasti sudah mengerti tentang penyakitku ini dan umurku sudah tidak lama lagi ... jadi aku ingin melalukan sesuatu yang sangat penting untuk terakhir kalinya!" suara Sarah yang lembut membuat mereka yang mendengarnya menjadi diam dan tenang tetapi Nagato menatap ibunya dengan perasaan cemas.

"Ibu ... " Nagato ingin menangis karena ibunya mengatakan hal yang tidak ingin dirinya dengar.

"Aku memiliki penyakit yang tidak bisa disembuhkan, aku tidak punya sesuatu yang berharga tetapi semenjak aku menikah dengan Pandu dan diberkahi malaikat kecil yang luar biasa ini, aku terus berjuang agar tetap hidup dengan keinginan melihat Nagato tumbuh menjadi anak yang seperti apa nantinya, dan kini akhirnya umurku yang sudah tidak lama lagi ini sudah tiba pada perjalanan terakhirku!" Sarah tersenyum menatap Nagato yang melihatnya dengan mata yang berkaca - kaca.

Tatsugoro dan yang lainnya menangis melihat Sarah yang sudah membulatkan tekad dan mereka tidak bisa menghentikan tindakan perempuan tersebut.

"Jika aku berumur panjang dan menggantikan Nona Sarah untuk menjaga Tuan Muda Nagato, aku akan membersihkan nama baik Tuan Pandu di Kai dan membunuh pengkhianat yang sebenarnya! Aku berjanji akan merebut Azbec dari tangan Kazan dan Black Madia!" Tatsugoro mengepalkan tangannya sambil menahan tangisannya.

Sarah hanya tersenyum melihat Nagato kemudian dengan air mata yang tertahan dirinya melepaskan tangan Nagato.

"Tolong jaga Nagato." Sarah melepaskan genggaman tangan Nagato.

"Ibu?" Nagato masih belum mengerti apa yang sebenarnya mereka bicarakan. Tetapi ketika melihat air mata jatuh membasahi wajah cantik ibunya. Nagato menangis dan tidak ingin berpisah dengan ibunya tersebut.

"Tidak bu! Nagato akan tinggal ditempat ini bersama ibu dan ayah!" Nagato memeluk tubuh ibunya dan menangis tidak ingin berpisah dengan ibunya.

"Ibu, kumohon jangan pergi bukankah ibu ingin melihat Nagato tumbuh dewasa?!" Nagato tidak ingin melepaskan tubuh ibunya tetapi dirinya pingsan karena sihir impian yang digunakan Sarah.

"Kalian pergilah dan bawa Nagato bersama kalian!" Sarah tersenyum dengan air mata yang membasahi wajahnya sebelum menghilang dari pandangan mereka.

"Nona Sarah? Dimana?" Serlin terkejut melihat Sarah yang menghilang.

Kemudian Tatsugoro membawa tubuh Nagato dan menyuruh mereka untuk segera melarikan diri ke Kekaisaran Kai.

Mereka terus berlari menjauh dari Hutan Suci menuju Kekaisaran Kai dengan harapan Kazan dan bawahannya tidak mengejar mereka yang membawa Nagato.

Uzui, Azai dan Kuina mengingat ketika mereka pertama kali bertemu dengan Pandu dengan menahan air mata mereka terus berlari menjauh dari lereng pegunungan Azbec.

Beberapa jam setelah Tatsugoro dan yang lainnya melarikan diri, hari sudah sudah gelap tetapi kobaran api yang membakar Hutan Suci membuat langit menjadi malam merah yang menyala.

Pemandangan ini terlihat begitu mengerikan bagi mereka berlima dengan kaki yang terus berlari menjauh dari hutan walau kaki mereka terasa begitu berat, mereka terus menjauh dengan harapan anak Pandu dan Sarah bisa selamat tidak peduli jika salah salah dari mereka mati.

Mereka memasuki hutan luas yang belum terbakar dan hutan itu merupakan bagian dari Kekaisaran Kai tetapi disana mereka dicegat oleh penyihir berbaju putih dengan wajahnya ditutupi kain putih.

"Aku bukan musuh kalian! Ini pedang milik Tuan Pandu!" Penyihir itu memberikan pedang Pandu kepada Kuina kemudian dia langsung pergi menghilang sebelum menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka berlima.

Tatsugoro dan yang lainnya mengerti maksud dari penyihir tersebut kemudian mereka terus berlari tetapi ada ratusan anggota Disaster yang tidak sengaja berpapasan dengan mereka.

Sesuatu yang ingin mereka hindari kini sudah berada didepan mereka. Tidak tinggal diam Tasugoro dan yang lain menyerang balik ratusan anggota Disaster yang melihat mereka.

Situasi menjadi semakin mencekam ketika Magma dan Kazan muncul membawa anggota Disaster dari arah Hutan Suci.

Magma adalah anak dari Kazan. Dirinya tidak menyangka jika ada orang yang mampu melukai tubuh ayahnya itu.

Tubuh Kazan terlihat dipenuhi magma dan lava yang jatuh berceceran ketanah bahkan asap yang keluar dari tubuhnya menyebabkan pepohonan disekitarnya mati. Sehingga Magma dan bawahannya memilih menjaga jarak darinya.

"Itu mereka! Tuan Kazan!" salah satu anggota Disaster menunjuk Tatsugoro yang membawa Nagato.

"Manusia sampah! Serahkan bocah itu padaku!" dengan emosi yang meluap Kazan menatap dingin Nagato yang sedang pingsan.

"Kuina! Bawalah Nagato!" Tatsugoro memberikan tubuh Nagato kepada Kuina.

Magma dan anggota Disaster mencoba mengejar Kuina tetapi mereka dihadang Tatsugoro yang menggunakan permainan pedangnya hingga mampu menciptakan pusaran angin yang menghempaskan tubuh mereka.

"Pusaran Angin Hitam!" Tatsugoro menghadang Magma dan bawahannya.

Kazan hanya menatap dingin Tatsugoro dengan wajah garangnya dia menggelengkan kepalanya hingga bunyi otot - ototnya terdengar begitu keras.

"Magma! Kejar mereka ... sepertinya orang ini sengaja mengulur waktu!" Kazan berjalan mendekati Tatsugoro. Ketika Magma dan anggota Disaster berlari mengejar Kuina, tebasan pedang Tatsugoro membunuh puluhan anggota Disaster dalam sekali tebasan mematikan.

"Aku tidak akan membiarkan kalian lewat lebih dari ini!" Tatsugoro menancapkan pedangnya ketanah hingga aura hitam pekat keluar dari tubuh dan pedang iblisnya.

Kazan hanya menyipitkan matanya menatap Tatsugoro kemudian dia mengeluarkan asap abu vulkanik dari tubuhnya membuat bawahannya yang berada didekatnya mati karena menghirup udaranya.

"Tidak pandang bulu kawan ataupun lawan! Dasar iblis berwujud manusia!" Tatsugoro mundur beberapa langkah menghindari asap abu vulkanik.

"Sirih." Tatsugoro mengolah pernafasan menghirup udara yang belum tercemar asap abu vulkanik dalam satu tarikan nafasnya.

"Pusaran Angin Hitam!" Tatsugoro kemudian maju mengayunkan pedangnya sambil memutarkan tubuhnya, perlahan pusaran angin muncul menghilangkan asap abu vulkanik disekelilingnya.

"Magma Heat!" Kazan hanya tersenyum tipis kemudian memukul tubuh Tatsugoro dengan pukulan magmanya namun serangannya dapat ditangkis dengan permainan pedang Tatsugoro.

Tataugoro mengerutkan dahinya ketika dirinya terpojok karena serangan pukulan magma yang dilancarkan oleh Kazan.

"Jurus Pedang Iblis Pertama : Tebasan Iblis!" pedang ditangan Tatsugoro megeluarkan aura hitam pekat dengan cepat Tatsugoro mengayunkan pedangnya menebas tangan Kazan. Tetapi tangan Kazan tidak meneteskan darah tetapi magma dan lava yang mengalir dari goresan lukanya.

Uzui yang sedang berlari bersama Kuina dan yang lainnya berhenti karena melihat Tatsugoro kewalahan menghadapi Kazan bahkan Magma dan bawahnnya hanya diam melihat pertarungan tersebut.

"Azai, Kuina, Serlin, kalian harus membawa Nagato pergi dari sini dengan selamat karena itu adalah perintah terakhir dari guru!" Uzui menatap mereka bertiga.

"Kakak! Kita harus pergi bersama - sama, Paman Tatsugoro berniat mengorbankan nyawanya demi kita! Jadi-" belum selesai Azai berbicara Uzui menepuk pundak adiknya.

"Aku melihat Guru Pandu dan Nona Sarah mengorbankan nyawanya demi kita! Aku hanya ingin membalas budi pada mereka hanya itu saja! Azai kamu harus mencari orang yang menuduh Guru Pandu dan itu adalah keinginan terakhir Paman Tatsugoro! Kamu harus mengingatnya!" Uzui menatap mata Azai yang berkaca - kaca.

"Guru adalah orang yang sangat baik walau tubuhnya berdarah - darah, dia membahayakan nyawanya demi kita dan penduduk kota, Guru Pandu adalah orang yang luar biasa!" Uzui berbalik kemudian mengeluarkan tombaknya.

"Azai, jika kau seorang pendekar maka sudah sewajarnya kau menjadi tameng bagi juniormu ..., kalian bertiga adalah tunas muda, kalian tidak boleh mati disini karena ada hal yang harus kalian bertiga selesaikan!" Uzui tersenyum tipis ketika melihat Magma dan anggota Disaster berlari kearahnya.

"Uzui ... biarkan aku membantumu, aku yakin sihirku akan berguna." Serlin mencoba membujuk Uzui yang telah membulatkan tekadnya.

"Kakak! Aku janji akan mewujudkan keinginan terkahir dari Paman Tatsugoro!" Azai menahan air matanya yang hampir tumpah membasahi wajahnya.

"Pergi!!" teriak Uzui ketika jarak Magma sudah semakin dekat dengan mereka.

Azai, Kuina dan Serlin menahan air mata mereka dan berlari meninggalkan Uzui.

Ch. 3 - Awal Semula III

Dengan berat hati Azai, Kuina dan Serlin mengikuti perintah Uzui dan pergi menuju Kekaisaran Kai.

"Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh Nagato sedikitpun!" Kuina menggendong anak semata wayang dari gurunya.

Uzui tersenyum melihat mereka bertiga telah pergi.

"Tidak peduli apapun yang dikatakan orang lain hiduplah dengan penuh kebanggan." Uzui berharap Kuina dan yang lainnya bisa kembali ke Kekaisaran Kai dengan selamat, mata Uzui hanya tertuju kepada Kazan tidak ada yang lain.

Ketika melihat mereka bertiga mulai menjauh, Uzui menghela nafas panjang dan mengalirkan tenaga dalamnya ke tombaknya dengan jumlah yang besar.

"Ledakan Api."

Uzui melemparkan tombaknya ke arah anggota Disaster dengan sekuat tenaganya, tombak itu menembus organ vital mereka, dan ketika tombak itu menembus organ vital atau mengenai tubuh mereka maka akan terjadi ledakan.

"Apa! Tombak itu kembali ...." anggota Disaster terlihat panik karena melihat tombak yang kembali ditarik oleh Uzui, Tombak Penghancur milik Uzui adalah salah satu Senjata Kuno Tipe Langka : Tombak Penghancur, tombak ini dihubungkan dengan tali yang terlihat seperti benang bahkan tombak ini terlihat mirip jarum, namun memiliki kekuatan daya hancur yang besar dan mampu menghancurkan pertahanan lawannya, dikombinasikan dengan kelincahan dan kecepatan si pengguna yang menggunakannya, senjata ini sangat efektif dalam serangan menembus barikade pertahanan musuh.

"Tunggu, ada satu orang yang membunuh banyak dari pihak kita!"

"Jangan panik, kita menang jumlah!"

Anggota Disaster berlari dan berniat menghabisi Uzui dengan jumlah mereka yang lebih banyak, tetapi Uzui berusaha untuk tetap tenang sambil memikirkan celah menghabisi Magma dan untuk mengulur waktu, Uzui memutarkan tombaknya.

"Lingkaran Darah." Uzui memutarkan tombaknya dan memegang benang tali diujung tombaknya dengan kecepatan tinggi sehingga menimbulkan lingkaran - lingkaran api lalu menyerang musuhnya.

"Dia sangat kuat, kita bukan tandingnnya!"

Ketika melihat bawahannya dihabisi satu per satu, Magma mulai tertarik untuk melawan Uzui.

"Biar aku yang akan melawanmu pengguna tombak!" Magma tersenyum mengejek Uzui.

Uzui menarik kembali tombaknya dan menatap tajam Magma.

Uzui menggenggam erat tombaknya dan mengalirkan tenaga dalamnya ke ujung tombkanya, ketika tombak miliknya mulai bercahaya Uzui melemparkan tombaknya ke atas langit, Magma terlihat panik namun setelah melihat keatas tidak ada tombak milik Uzui dan dirinya kembali tenang.

"Gertakan seper-" belum selesai Magma berbicara tiba - tiba ribuan tombak berbentuk burung api terlihat di langit dan mulai jatuh melesat kearahnya dengan kecepatan tinggi.

"Jurus Penghancur Kelima : Tombak 1000 Burung."

Magma mulai terlihat panik ketika ribuan burung api mengarah padanya, Magma mencoba menghindari setiap serangan namun ketika burung api itu menyentuh tanah atau tubuhnya maka akan terjadi ledakan.

Melihat ada kesempatan untuk menghabisi salah satu Petinggi Disaster, Uzui maju menyerang di tengah - tengah serangan miliknya sendiri, raut wajah Magma terlihat begitu marah ketika dirinya telah terpojok.

"Kau! Beraninya kau meremehkanku!" Magma mengeluarkan magma dari tangannya kemudian dia memukul ribuan burung api dengan pukulan magmanya.

Melihat Magma mulai terlihat serius, Uzui mundur beberapa langkah kebelakang untuk mencoba memperkirakan kekuatan yang dimiliki Magma.

"Tidak jadi menyerangku? Apa nyalimu menciut melihat kekuatanku!" Magma merendahkan Uzui dengan tatapam dingin dirinya tersenyum sinis melihat Uzui.

"Jurus Penghancur Keempat : Api Penghabisan."

Uzui memadatkan tenaga dalamnya dan mengalirkan ke tombaknya kemudian dia melempar tombaknya dengan sekuat tenaga hingga mengeluarkan api disekitar tombak tersebut, ketika api itu kian membesar dan melesat dengan kecepatan tinggi maka siapapun orang yang menahan serangannya atau menggenggam tombak itu akan terbakar, karena api besar yang ada di tombaknya berpindah ke tubuh lawan seluruhnya, jika tombak itu mengenai tubuh atau organ vital lawannya maka tubuh lawan akan terseret oleh tombak penghancur hingga api itu habis membakar tubuhnya.

Melihat tombak api melesat kearahnya, Magma tersenyum dan bersikap santai bahkan dia meremehkan Uzui yang bertarung dengan segenap kekuatannya.

"Dungu, Kau pikir api bisa membakarku!"

"Jurus Suci Pertama : Gelombang Magma."

Pukulan depan dari kedua tangan Magma membentuk gelombang pukulan dan membakar api dari jurus Uzui hingga tombak itu terjatuh ke tanah.

"Jurus Suci Kedua : Tinju Magma."

Magma melompat dan mengarahkan tinju magma nya ke arah Uzui, tinju magma milknya terlihat seperti pukulan roket.

"Sirih." Uzui mengolah pernafasannya.

Uzui menarik nafas menghirup udara di sekelilingnya dan menyalurkannya ke seluruh tubuhnya, tangannya mengepal kemudian kedua telapak tangannya terbuka dan menahan setiap jurus tinju magma dengan telapak tangannya.

"Dia! Menahan pukulan magmaku dengan tangan kosong!"

Magma mengerutkan dahinya melihat Uzui yang menahan pukulannya, dia tidak menyangka akan ada orang yang menangkis pukulan magmanya dengan tangan kosong.

"Aku akan mengulur waktu! Selama mungkin ..., kalian tidak akan bisa menyentuh Nagato sedikitpun." Uzui tersenyum tipis sengaja memprovokasi Magma, telapak tangannya melepuh namun dia memaksakan dirinya untuk melebihi batas kekuatannya.

Magma mundur kebelakang beberapa langkah sambil menatap dingin Uzui.

"Ini! Aku akan perlihatkan sedikit kekuatanku padamu orang Ezzo!" Magma melempar tombak penghancur milik Uzui, dengan penuh percaya diri Magma tersenyum sinis menatap Uzui.

Uzui menangkap tombak miliknya yang dilempar oleh Magma, baru pertama kali dalam seumur hidupnya Uzui melawan pengguna air suci.

"Kazan dan kalian semua telah melakukan sebuah kesalahan besar!"" Uzui tersenyum dingin menatap Magma.

"Apa maksudmu?" Magma mengerutkan dahinya mendengar perkataan Uzui.

"Nagato itu adalah tipe orang yang tidak akan memaafkan siapapun orang yang telah merenggut nyawa orang yang dia sayangi dan dia memiliki sifat tersembunyi yang berbeda dengan Guru Pandu!" Uzui kembali menatap dingin Magma.

"Aku tidak peduli dengan semua itu!" Magma hanya menatap Uzui yang terus mengoceh padanya.

"Kalian datang menginjakkan kaki di Ezzo adalah sebuah kesalahan terbesar yang akan menjadi penyesalan seumur hidup kalian! Dan kalian telah melakukan hal yang tidak bisa dimaafkan!" Uzui mencoba memberi peringatan kepada Magma tentang potensi kekuatan tersembunyi Nagato.

"Kalian mungkin telah berkeliling dunia dan dapat menguasai setiap negeri yang kalian kunjungi tetapi kali ini kalian telah salah melangkan kaki di Ezzo dan kalian telah menginjak ekor harimau yang tertidur sehingga kalian telah membangkitkan amarah sang naga!" Uzui tersenyum tipis kemudian memanipulasi kekuatan tombaknya menjadi api.

"Kalian telah membangkitkan makhluk yang telah lama tertidur dan kalian semua akan terus hidup dalam ketakutan karena diburu oleh sang dewa kematian dan aku yakin suatu saat Nagato akan membalaskan dendam kematian kedua orang tuanya!" Uzui maju menyerang Magma dengan ujung tombak apinya tetapi Magma dapat menangkisnya dengan mudah.

Magma membalas serangan Uzui dengan pukulan dan tendangan yang telah dilapisi Magma. Uzui mencoba menangkis dan menahan serangan Magma tetapi sekujur tubuhnya melepuh karena tetesan magma.

Magma menggunakan pukulan magma terkuatnya dan mengenai perut Uzui hingga tubuh Uzui terpental cukup jauh karena pukulan magma, dia juga mencoba menangkis setiap pukulan magma yang mengarah padanya tetapi kekuatannya jauh lebih dari yang dirinya perkirakan dan kesalahannya itu membuat dadanya terluka parah seperti luka bakar yang melepuh.

"Inikah batas kekuatanku!" Uzui kewalahan menghadapi serangan pukulan magma yang bertubi - tubi mengarah padanya, ketika Uzui berfokus menghindari serangan pukulan magma dia tidak memperhatikan Magma yang melompat ke arahnya dengan langkah cepatnya.

"Meteor Kecil."

Magma menggunakan kekuatan dari air sucinya dan membuat puluhan meteor kecil tepat di samping tubuhnya melesat jatuh kebawah, sambil menghindari serangan pukulan magma di depannya Uzui melompat ke belakang cukup jauh untuk menghindari serangan dari atas, tetapi itu adalah kesalahan terbesarnya dalam mengambil langkah sehingga dirinya yang tidak menyadari meteor kecil yang melesat jatuh kearahnya dan Uzui hanya bisa mencoba menghindar walau reaksinya cepat tetapi tubuhnya tidak dapat mengikuti reaksi tersebut.

"Mati kau! Brengsek!" Magma memukul Uzui dengan tangannya yang dilapisi magma, tangkisan tombak Uzui hanya dapat menahan pukulannya tidak dengan magma yang berceceran dari tangannya.

"Hentikan! Perbuatanmu yang sia - sia!" Magma berteriak suaranya terdengar oleh Tatsugoro dan Kazan yang sedang bertarung di kejauhan.

Tatsugoro menoleh ke arah Uzui yang sedang terdesak, dirinya berniat membantu Uzui tetapi Kazan menghadangnya.

"Masih sempat memikirkan nyawa orang lain, jangan terlalu naif yang kamu hadapi ini salah satu dari lima penguasa yang akan membunuhmu!" Kazan melempar batu yang berubah menjadi lava kearah Tatsugoro.

"Pertama aku mulai dari Kerajaan Sihir Azbec, dan secara perlahan aku akan menguasai seluruh benua ini ...." Kazan tersenyum dingin dan menatap Tatsugoro yang terlihat sedang mengerutkan dahinya.

"Kalian coba habisi orang itu, aku ingin melihat kekuatan pendekar pedang yang menjadi bawahan orang sialan itu!" Kazan memegang badannya yang masih terasa sakit karena tebasan api hitam Pandu.

"Jangan pernah, meremehkan seorang pendekar pedang!" Tatsugoro mencabut pedang yang tersarung dipinggangnya dan membunuh anggota Disaster hanya dengan satu tebasan.

"Hehe! Kau pikir bisa melawan kami semua seorang diri!"

"Orang ini terlalu percaya diri!"

Mereka mulai menyerang Tatsugoro dengan jumlah yang lebih banyak, tetapi mereka semua bukan tandingan Tatsugoro yang dapat membunuh mereka semua dengan tebasan pedang iblisnya.

"Teknik Pedang Iblis : Jurus Kilatan Hitam."

Tatsugoro mengayunkan pedangnya dengan cepat, darah berceceran ketika bawahan Kazan yang menyerang dirinya berada dalam jangkauan serangannya. Mereka mati karena satu tebasan pedang beraura hitam pekat.

"Jurus Pedang Iblis Kedua : Seribu Gagak Iblis."

Dengan mudah dia menghabisi puluhan bawahan Kazan dan kini Tatsugoro berlari mengayunkan pedangnya ke arah Kazan, cahaya berwarna hitam mulai keluar dari bilah pedangnya dan ketika dirinya menebaskan dengan cepat ke arah Kazan, aura hitam membentuk kepala dan sayap burung gagak melesat dengan cepat ke arah Kazan.

Kazan hanya memasang wajah tenangnya dan menahan serangan Tatsugoro dengan kekuatan magmanya, serangan Tatsugoro belum cukup untuk melukai Kazan, bahkan tidak menggores badannya sedikitpun.

"Kau pikir semudah itu melukai diriku, seharusnya kau sadar mengapa dunia ini memanggilku dengan sebutan Raja Pembawa Bencana!" asap vulkanik perlahan keluar dari tangan Kazan, kemudian dia memukulkan tangannya ke tanah, suaranya terdengar begitu keras.

"Letusan Magma!"

Pukulan Kazan ke tanah membuat semua yang berada di sekelilingnya terkena magma yang berbentuk bola - bola kecil yang keluar dari dalam tanah dengan jumlah yang besar, bahkan letusan magma - magma tersebut mengenai bawhannnya sendiri, Tatsugoro mencoba menghindari magma kecil yang keluar dari tanah dan mundur beberapa langkah kebelakang tetapi tanah yang di pijaknya mengeluarkan magma, bahkan serangan milik Kazan itu mengenai anaknya sendiri dan Uzui yang sedang bertarung.

"Jika dia mati maka dia tidak berhak mendapatkan posisi Jendral di Organisasiku!" Kazan membicarakan Magma dan melihat sekelilingnya yang di kelilingi asap akibat jurusnya itu.

"Tebasan Angin Hitam!"

Pusaran angin mulai menghilangkan asap secara perlahan, Kazan mengerutkan dahinya melihat Tatsugoro mampu bertahan dari seranganya dengan tubuh yang bersimbah darah.

"Aku ak .. an meng ... ulur waktu ... sela-" Tatsugoro terluka parah tubuhnya dipenuhi darah bahkan dia menggunakan pedang iblisnya itu sebagai pijakan untuk berdiri.

"Yang kau lakukan itu percuma!" Kazan tersenyum sinis menatap Tatsugoro dan mencoba mengingatkan pada Tatsugoro bahwa serangan ini telah direncanakan dan berjalan sesuai rencananya dari menemukan hutan tempat persembunyian Pandu dan membakar hutannya untuk menggiring Pandu dan istrinya lari ke arah Kerajaan Azbec, istri Pandu merupakan keturunan Raja Azbec, semua keluarga kerajaan telah dibunuh bersama seluruh keturunannya, ketika Kazan mendapatkan informasi bahwa Sarah merupakan anak dari Raja Azbec dia memulai rencana untuk menghabisi Sarah bersama Pandu, karena Pandu adalah orang yang mengganggu pasukannya untuk bergerak bebas di Benua Ezoo karena Pandu melindungi Kekaisaran Kai.

"Kau ... katakan padaku ... bagaimana kau tahu! Tempat persembunyian dari Tuan Pandu?"

Tatsugoro sudah mulai curiga pada orang yang membocorkan informasi tersebut tetapi dirinya tidak ingin percaya bahwa semua itu benar.

"Mungkin ada pengkhianat di antara tangan kanan Kaisar Hizen atau diantara kalian?! Apapun itu manusia hanya akan tunduk pada orang yang kuat!" Kazan dengan wajah garangnya menjawab pertanyaan Tatsugoro.

"Itu bohong, bukan!" Tatsugoro sedikit terkejut mendengar jawaban Kazan, dirinya berpikir bahwa itu adalah hal yang tidak mungkin, karena dia mengabdi pada Pandu dan dirinya selalu mengawasi situasi di dalam Kekaisaran Kai.

Tatsugoro berpikir sejenak kemudian muncul beberapa orang yang dia curigai didalam pikirannya.

"Jangan bilang, salah satu dari tangan kanan kaisar yang sekarang atau ..." Tatsugoro mencoba tidak percaya, karena Pandu selama puluhan tahun mengasingkan diri dari kekaisaran bahkan di cap sebagai pengkhianat namun alasan Pandu memilih pergi karena tidak ingin terjadi ada perebutan takhta kekaisaran dengan kakaknya sendiri yang bernama Hizen dia ingin kakaknya yang menjadi kaisar dan melindungi semua orang.

Sedangkan dirinya akan melindungi Kekaisaran Kai dari bayangan, justru dalam puluhan tahun terakhir jumlah Negara dan Kerajaan yang menyerang Kekaisaran Kai berkurang secara drastis tapi apakah ini balasannya, dan alasan mengapa Kazan tidak bisa menambah pasukannya di Azbec karena ada Pandu selama lima tahun belakangan ini yang membebaskan tahanan penjara dibeberapa tempat penjuru Azbec.

Tatsugoro bangkit berdiri matanya memancarkan cahaya kemarahan dan menatap dingin Kazan dengan seluruh amarahnya. Tangannya menggenggam erat pedang iblisnya dengan kedua tangannya dan menusuk ulu hatinya sendiri.

"Hmmm?!" Kazan terlihat bingung melihat Tatsugoro yang menusuk ulu hatinya sendiri kemudian dia menatap dingin Tatsugoro.

"Apa kau sudah gila!" Kazan tersenyum sinis melihat tindakan Tatsugoro.

Darah mengalir didadanya, pedang menembus jantungnya.

"Yaksa!"

Sekujur tubuh Tatsugoro mulai di sekelilingi aura hitam, Tatsugoro mengerang kesakitan dan perlahan di sekujur tubuhnya terlihat seperti sebuah segel hitam yang mengelilingi seluruh tubuhnya.

"Kazan .....!!!" Tatsugoro berteriak kemudian dia mengayunkan pedangnya dikombinasikan dengan kekuatan dan kecepatan yang meningkat pesat. Tatsugoro berhasil menebas tangan Kazan tetapi tetap masih belum bisa melukainya.

"Orang ini!" Kazan menahan serangan Tatsugoro namun dia tidak bisa mengimbangi kecepatan Tatsugoro yang meningkat cepat, dirinya yang besar susah mengimbangi Tatsugoro yang seperti dirasuki iblis itu, kemudian Kazan mengeluarkan sedikit kemampuannya.

"Sialan! ..." Kazan melebar matanya menatap Tatsugoro

"Tebasan Iblis Api!" Tatsugoro tersenyum sinis dengan darah yang mengalir dimulutnya dia memaksakan tubuhnya sampai batasnya.

Kazan terkena tebasan pedang Tatsugoro, anggotanya yang tersisa terlihat takut melihat penampilan Tatsugoro seperti dirasuki oleh iblis.

"Dia ... sangat kuat!"

"Jangan takut kita menang jumlah!"

"Tapi lihat ..."

Tatsugoro maju mengayunkan pedangnya menyerang Kazan, melihat dirinya akan di tebas oleh Tatsugoro, Kazan tersenyum dia mencekik leher bawahannya untuk dijadikan tameng hidup untuknya, tebasan pedang Tatsugoro membunuh bawahannya sendiri.

"Ini pertama kalinya .... aku melihat kekuatan Pedang Iblis!"

Kazan terkejut melihat kemampuan Tatsugoro yang meningkat pesat, dia tersenyum tipis dan mengepalkan kedua tangannya hingga magma dan lava berceceran jatuh ketanah dari kedua tangannya.

"Maju! Aku akan mencoba kekuatanmu itu!"

"Kazan!"

Tatsugoro maju dan menyerang Kazan secara membabi buta, Kazan mengeraskan kedua tangannya dan mampu menahan tebasan pedang Tatsugoro.

"Menarik! Tetapi serangan ini tidak mampu membuatku berkeringat dingin seperti saat itu!" Kazan dengan santai menepis tebasan Tatsugoro.

"Tebasan Yaksa!"

Tebasan iblis yaksa Tatsugoro melukai dada Kazan, perban yang mengelilingi dadanya robek, luka karena tebasan Pandu kembali terbuka bahkan sekarang luka itu lebih dalam hampir membuat organ vitalnya dalam bahaya, keduanya bertarung secara sengit, bahkan membuat bawahan Kazan hanya bisa terdiam.

"Arrrgghh!"

"Ouuah!"

Tebasan pedang Tatsugoro dan Pukulan magma dan lava milik Kazan mengenai bawahannya, orang yang di sekeliling mereka mati satu persatu.

"Hellhounds!"

Pukulan Kazan dari jauh mengeluarkan magma berkepala anjing yang mengerikan yang melesat cepat kearah Tatsugoro.

Tatsugoro maju ke arah gumpalan magma yang membentuk kepala anjing yang siap menerkam dirinya, ketika keduanya sudah berada dalam jarak yang dekat, Tatsugoro mengeluarkan seluruh kekuatannya dan menyerang nya.

"Melepas Segel : Amarah Kegelapan!"

Jurus Hellhound milik Kazan terbelah menjadi dua, namun Tatsugoro terlihat sudah mencapai batasnya, kesempatan ini tidak di sia - siakan oleh Kazan.

Kazan dengan cepat maju kearah Tatsugoro dan menyerangnya secara bertubi - tubi.

"Tinju Lava!"

"Tinju Magma!"

"Ledakan Vulkanik!"

Serangan bertubi - tubi yang dilancarkan oleh Kazan, membuat Tatsugoro terluka parah bahkan ketika dia menahan dengan pedangnya tangannya tak mampu lagi untuk menggenggam pedang iblisnya.

Pukulan Kazan cukup kuat hingga membuat pakaian milik Tatsugoro meleleh bahkan perut dan dada Tatsugoro berlubang karena terkena pukulan Kazan.

"Huh!" Kazan menghela nafas panjang sambil menatap dingin tubuh lawannya itu merasa belum puas dia memukul wajah Tatsugoro hingga merobek setengah wajahnya.

"Aku tidak menggunakan kekuatan penuhku, kau mudah sekali tumbang!" Kazan menatap Tatsugoro yang sudah mati dalam keadaan berdiri dengan tubuhnya yang benar - benar terlihat hancur, kemudian dia menoleh ke arah bawahannya namun mereka semua sudah mati akibat pertarungan tadi.

"Magma, bawa tubuh ini ke Azbec dan kita jadikan contoh untuk penduduk disana!" suara Kazan terdengar seperti sambaran petir ditelinga Magma.

Magma hanya mengangguk pelan, sementara Uzui begitu terkejut melihat tubuh Tatsugoro yang telah berlubang dibagian perut dan dadanya bahkan wajahnya terbakar.

"Keparat!" Uzui meledak emosinya melihat Tatsugoro yang sudah mati, Magma hanya tersenyum dingin dan bersiap menahan tombak Uzui dengan pukulannya.

"Tinju Meteor!"

Tangan kiri Magma menahan tombak Uzui sementara tangan kanannya memukul perutnya, membuat Uzui memuntahkan darah segar yang keluar dari mulutnya.

"Argh!"

Uzui hampir pingsan namun tangannya masih berusaha mencekik leher Magma, melihat musuhnya yang mulai sekarat Magma membanting tubuh Uzui dengan telak hingga Uzui pingsan tak sadarkan diri.

"Dia memang gila! Sampai akhir masih berniat membunuhku!" Magma membersihkan tangannya yang berlumuran darah.

"Ayah, apa kita perlu mengejar bocah pemilik kekuatan kuno itu!" Magma duduk dan menatap Kazan.

"Tidak perlu, saat ini posisi kita sedang tidak diuntungkan walau berhasil menaklukan Azbec, kita harus mengumpulkan pasukan dan kekuatan di Azbec terlebih dahulu!"

"Kita sudah menunda rencana itu selama lima tahun, kita akan mengumpulkan pasukan dengan pengguna air suci buatan dan menaklukan negeri - negeri kecil di benua ini, kudengar mereka memiliki sumber daya alam yang melimpah!" Kazan dengan wajah garangnya menatap Magma.

Tidak lama setelah mereka berbincang dari hutan keluar Petinggi Disaster dia adalah Jendral Banjir anggota Kazan dari Organisasi Disaster.

"Tuan Kazan, sepertinya kau berlebihan bertarung melawannya ...." Seseorang muncul sambil tersenyum tipis melihat tubuh Tatsugoro yang mengerikan dan berlubang dibagian perutnya.

"Dia pengguna pedang iblis! Baru kali ini aku melihat kekuatan iblis dari pedang itu!" Kazan menatap pedang yang masih digenggam Tatsugoro.

"Kita bisa mencari pengguna yang cocok untuk pedang ini dan kita bisa pakai sebagai bahan percobaan di Azbec, Tuan Kazan!" Seorang yang menjabat sebagai Jendral Banjir tertawa kecil sambil menatap pedang iblis yang digenggam Tatsugoro.

"Lakukan sesukamu!" Kazan pergi meninggalkan Jendral Banjir dan Magma

"Ayah, bagaimana dengan orang ini?" Magma menunjuk Uzui yang sedang pingsan tak sadarkan diri dalam keadaan sekarat, kemudian Kazan menatap tubuh pemuda yang dilawan anaknya, dia berpikir pemuda itu bisa bergabung dengan Organisasi Disaster namun ketika melihat wajah Uzui dirinya membalikan badan dan beranjak pergi.

"Kita eksekusi orang itu dan akan kita jadikan contoh bagi siapapun yang berani menentang kita, jika dia mau bergabung denganku maka akan kulepaskan namun wajahnya menunjukkan jika dia bbukan tipe orang yang akan tunduk pada orang lain begitu saja!" Kazan pergi meninggalkan mereka berdua.

"Bocah, kau bisa mengangkat tubuh pemuda itu sendiri, bukan?" Jendral Banjir mengeledek Magma yang sedang beristirahat sejenak.

"Tentu bisa, aku tidak perlu bantuanmu!" Magma membuang muka.

Semua berawal dari sini kejadian yang akan terus menerus menggemparkan dunia karena amarah seorang pemuda yang berusaha menggapai kembali hari - hari damainya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!