NovelToon NovelToon

Aura Story

Perhatian

Hai Assalmu'alaikum Wr. wb

Akhirnya kembali lagi bersama aku Afrialusiana di karya ketiga. Yeee tepuk tangan dulu dong. Wkwk garing banget sih aku.

Oke gapapa deh. Jadi, kali ini aku kembali dengan cerita Aura yaitu sequel dari cerita Sabilla yang berjudul MY POOR WIFE Ada yang nungguin nggak nih? Hehe.

Nah, bagi kalian yang baru nemu cerita ini, aku saranin mending kalian baca dulu kisah Sabilla agar ceritanya lebih nyambung. Supaya nanti nggak ada yang bertanya-tanya "ini siapa, itu siapa. Kenapa bisa begini, kenapa bisa begitu" karena mungkin jawabannya akan kalian temukan di cerita Sabilla yang berjudul MY POOR WIFE.

Oiya, sekalian mau promo wkwk. Berhubung ini story ketiga aku, dan MY POOR WIFE story kedua, berarti ada story pertama dong. Nah, bagi kalian yang minat baca story pertama aku juga boleh banget. Kalian bisa klik profil aku, disana judulnya TERNYATA DIA JODOHKU. Atau kalian bisa cari di pencarian dengan judul tersebut juga bisa.

Cerita ini melanjutkan kisah Aura, Kevin dan juga Farris. Mengisahkan tentang Aura yang terjebak di antara dua pria yaiti Faris dan Kevin. Nah, penasaran nggak sih kira-kira di cerita ini Aura akan berakhir sama siapa? Jangan lupa ikutin terus ya.

Seperti biasa, kalau kalian suka cerita ini, jangan lupa dukung aku dengan cara like, komen, love dan vote ya. Nggak maksa kok, seikhlasnya aja. Tapi jujur itu semua sangat berarti bagi aku.

Dan yang mau ngasih saran atau merasa ada yang janggal di Novel ini nantinya juga boleh. Kalian bisa sebutin di kolom komentar. Tapi asalkan saran yang kalian berikan saran yang membangun ya, bukan hujatan. Karena saran dan hujatan itu sangat jauh berbeda lo 😊

Oiya satu lagi, aku cuma mau bilang. Bagi kalian dimanapun kalian membaca karya, baik karya aku ataupun karya orang lain, seandainya kalian udah nggak suka sama karya / novel itu. Misalkan kalian nggak mau baca karya itu lagi, sebaiknya pergi aja, jangan sampai ninggalin komen-komen jahat.

Aku nggak bermaksud menggurui, tapi nggak semua Author kuat dengan hujatan itu. Kalau kritik dan saran yang bersangkutan dengan cerita itu udah beda lagi ya sama hujatan yang misalnya sampe ngata-ngatain Authornya *****, bodoh, dan segala macam, itu bisa bikin si Author down loh. Jadi kalo nggak suka sama ceritanya mending pergi aja, daripada nyakitin orang lain ya kan.

Karena se jelak-jeleknya karya Author yang kalian baca, pasti dibalik semua itu mereka udah usaha untuk memberikan yang terbaik, tapi ya mungkin memang sampai di situ bisanya dia. So, jangan dibiasakan menghujat orang ya, kalau nggak suka tinggalin aja. Dan sekali lagi aku nggak bermaksud menggurui sama sekali, apalagi barangkali ada yang lebih tua dari aku yang sedang baca ini, aku mohon maaf kalau ada salah kata🙏🙏

Happy Reading. Jangan lupa share juga ke teman-teman kalian. Terimakasih😘😘😘

Tidak Akan Datang

...Sebelum baca kasih tau aku dulu dong kalian tau cerita ini dari mana. Jangan lupa komen ya. Makasih. Happy Reading💙...

Di depan Auditorium Universitas Trisakti, terlihat segerombolan manusia tengah berdiri mengelilingi dua orang gadis yang saat ini baru saja selesai melaksanakan upacara wisudanya. Kedua gadis itu tidak lain dan tidak bukan adalah Aura Ashariloveni dan juga Sabilla Natasya Arsi.

Benar, hari ini adalah hari dimana Aura dan Sabilla telah menyelesaikan studynya di Universitas Trisakti. Dan hari ini, kedua gadis itu sudah sah menyandang gelar Sarjana Tekniknya. Sama seperti Farrel, satu tahun yang lalu, pria itu juga telah menyelesaikan studynya di Universitas Trisakti.

Beberapa orang tampak menghampiri dua orang gadis yang saat ini terlihat stylish dengan kebaya biru muda panjang dengan model segitiga di bagian bawah dan depan. Serta bagian lengan, dan kerah juga terdapat payet yang membuat penampilan mereka saat ini tampak berkilau.

Beberapa orang tersebut menghampiri Sabilla dan juga Aura hanya untuk sekedar memberikan kata selamat. Namun, ada juga yang memberikan buket bunga nan indah hingga Sabilla dan Aura mulai kesulitan untuk memegang semuanya saking banyak mendapatkan buket sedari tadi.

Aura dan Sabilla berada disana tentu saja tidak berdiri berdua saja, melainkan bersama keluarga mereka. Terutama Sabilla sudah pasti didampingi oleh suami tercinta. Siapa lagi jika bukan Farrel Ananda Putra.

Di tengah berbincang-bincang diantara kedua keluarga, pandangan mereka semua teralih tatkala melihat sebuah mobil mewah baru saja berhenti tak jauh dari gedung Auditorium.

Beberapa pasang mata juga tertuju ke arah mobil tersebut. Hingga tak berselang lama, sosok pria tampan dengan jas hitam kerjanya tampak baru saja turun dari mobil tersebut.

Pria itu tidak lain dan tidak bukan adalah Faris Ananda Putra. Kakak kandung dari Farrel Ananda Putra suami Sabilla.

Faris turun dari mobil dengan gagahnya sembari melangkah mendekat ke arah segerombolan orang yang tengah berkumpul di depan Auditorium. Pria itu berjalan tentu tidak dengan tangan kosong. Saat ini, Farris membawa satu buket bunga mawar berwarna merah dicampur merah muda di dalamnya dengan design bunga tersebut berbentuk love  di tangannya.

Sepasang sepatu Oxford baru saja berhenti tepat di hadapan Aura. Netra Aura begitu terkesiap saat melihat pria yang saat ini berdiri di depan dirinya.

Faris membuka kacamata hitam yang semula melekat di wajahnya. Hingga perhatian orang yang ada di sana saat ini hanya tertuju pada pria yang masih dengan style jas kerja tersebut . Tidak terkecuali dengan Yasmin, Asep, Farrel, Sabilla, dan juga keluarga Aura yang juga berada di sana.

"Happy Graduation Ra"

Tangan Faris terulur memberikan sebuah buket bunga mawar tersebut pada Aura dengan senyum merekah sempurna dari raut wajahnya.

Aura menatap Faris dengan raut wajah datar. Sedetik kemudian, tangan gadis itu ikut terulur meraih buket bunga yang diberikan oleh Faris. Namun, Aura masih tak membalas senyuman pria itu.

"Makasih kak Faris" Sahut Aura singkat.

"Bukannya tadi kamu ada meeting kak?" Tanya Asep pada putra pertamanya itu. Pasalnya, tadi pagi sebelum berangkat ke kampus, Faris mengatakan bahwa dirinya tidak bisa menghadiri acara wisuda Aura dan juga Sabilla karena hari ini ia ada meeting di kantor.

Entah apa yang merasuki Faris hingga saat ini  ia bisa berada di sana. Di kampus yang dulunya juga tempat Faris menuntut ilmu.

"Udah Papa tenang aja, udah beres semuanya Pa" Sahut Faris dengan penuh percaya diri.

"Yaiyalah di cepat-cepatin demi yang tersayang" Suara itu terlontar dari bibir mungil gadis yang saat ini tengah berdiri di samping Yasmin. Bisa di tebak siapa dia jika bukan Tasya sepupu Faris dan juga Farel.

"Eleh, sa ae lu bocah" Sahut Farrel mengacak-acak rambut Tasya.

"Bocah-bocah gini juga satu tahun lagi gue wisuda juga bambang" Sahut Tasya sombong. Gadis itu menaik turunkan alisnya menatap genit pada Farrel.

"Iya kalo skripsi lo cepat kelar, kalo enggak?" Ejek Farrel. Seperti biasa, kedua manusia itu mulai memperdebatkan hal yang tidak jelas.

"Dasar abang gaada akhlak lo. Do'ain adiknya yang baik kek" Gerutu Tasya menatap Farrel dengan tatapan tajam.

"Bodo" Sahut Farrel tidak peduli dan merasa menang dari Tasya.

***

Acara sudah selesai sedari tadi, dua keluarga besar itu memutuskan untuk segera pulang dan pergi meninggalkan kampus.

Namun, Aura masih terdiam, berdiri, dengan raut wajah datar. Sedari tadi, saat semua keluarga Aura dan keluarga Sabilla sibuk bersenda gurau, namun tidak sama sekali dengan Aura. Di hari yang membahagiakan ini, Aura justru tampak murung dan tidak bersemangat. Hal itu jelas saja terlihat dari raut wajahnya.

Manik mata gadis itu masih melirik ke arah sekitar. Raut wajahnya memancarkan sebuah kekecewaan.

Aura terlihat seolah mencari sesuatu. Hingga Anita, Mami Aura yang menyadari akan sikap putrinya itu, memejamkan mata sejenak bersamaan dengan helaan nafas pasrah sebelum mengajak Aura  beranjak dari sana.

Anita menggandeng tangan Aura. Wanita yang berusia 49 tahun itu melirik Aura dengan tatapan yang Aura sendiri sangat bisa untuk mengartikannya.

Anita mengangguk, memberi isyarat pada Aura. "Pulang sekarang ya sayang, dia nggak akan datang!" Ucap Anita lembut, tersenyum, meyakinkan Aura.

Aura melirik Anita dengan tatapan sendu. Manik mata itu seolah mengadu pada sang Mami tanpa repot-repot mengelurkan suara.

Anita sedikit menggerakkan tangan Aura, mengajak putrinya itu berjalan menuju mobil yang sudah menunggu di depan gedung Auditorium.

Aura menghembuskan nafas pasrah. Dengan sangat terpaksa, gadis itu mengikuti perintah Anita. Berjalan, berlalu masuk ke dalam mobil.

Sedari tadi, dari kejauhan, tatapan Faris tak sedikitpun teralih dari Aura. Pria itu jelas tahu apa yang Aura rasakan, dan juga jelas tahu apa yang saat ini Aura tunggu.

Tak berbeda dengan Farrel dan juga Sabilla. Pasangan suami istri itu melirik satu sama lain. Saling menatap dengan tatapan penuh arti serta raut wajah datarnya sebelum Farrel kembali merangkul Sabilla untuk segera berjalan menuju mobil.

"Selamat tinggal kampus, selamat tinggal kenangan, selamat tinggal kamu. Sampai kapanpun aku akan merindukan tempat ini. Tempat yang menjadi saksi pertemuan antara aku dan kamu. Selamat tinggal semuanya."

Aura membuka lebar kaca mobil. Memejamkan mata sesaat. Sejenak, gadis itu memandang setiap sudut tempat yang masih terlihat oleh jangkauan matanya. Terutama lapangan utama yang dulu menjadi saksi pertemuan antara Aura dengan Kevin. Lapangan tempat Aura pertama kali melakukan kegiatan ospek dan pertama kali melihat wajah Kevin.

Kevin, adalah pria yang sangat dicintai oleh Aura. Pria yang menghilang begitu saja sejak satu tahun yang lalu.

Tanpa Aura sadari, bulir bening itu telah lolos tanpa permisi dari kelopak matanya. Anita yang menyadari akan hal itu, memegang bahu Aura, memberikan tisyu pada putrinya itu.

Namun, Aura sama sekali tidak mau memalingkan pandangannya pada Anita. Gadis itu masih setia dengan posisinya menatap keluar kaca mobil.

.

.

.

.

.

Gimana? Lanjut nggak nih?

Jangan lupa like, komen, love dan votenya ya. Terimakasih banyak :)

Sulit Sekali

Mobil yang dikendarai oleh Hafis kakak kandung dari Aura itu mulai berjalan perlahan. Hingga mata Aura tak mampu lagi menjangkau pemandangan kampusnya.

Sedari tadi, di dalam mobil Aura hanya diam tanpa bersuara. Gadis itu sedari tadi hanya menatap jalanan dengan tatapan kosong dari balik kaca mobil. Satu detikpun Aura enggan untuk sekedar memalingkan pandangannya pada Anita.

Anita paham, wanita itu sangat paham dengan apa yang dirasakan oleh putrinya saat ini. Tapi Anita tidak mampu melakukan apa-apa selain menyaksikan kekecewaan yang saat ini Aura rasakan.

Benar, Anita memang mengetahui segalanya. Anita mengetahui segalanya tentang apa yang terjadi pada Aura. Karena selama ini, Aura adalah sosok gadis yang petakilan dan sangat banyak bicara. Tak sedikitpun ia lewatkan sendiri. Apapun yang Aura hadapi, gadis itu pasti menceritakan semuanya pada Anita.

Namun semua itu berubah setelah Aura merasakan kekecewaan terhadap Kevin lebih kurang tiga tahun yang lalu. Saat Aura mulai mencoba menjauhi Kevin, sikap gadis itu justru berubah drastis. Aura lebih sering melamun dan terkadang tampak tidak bersemangat. Seperti saat ini misalnya.

Tiga tahun lebih Aura mencoba biasa saja, menghilangkan Kevin dari fikirannya. Tapi Aura tetap saja tidak bisa. Semenarik apapun laki-laki diluar sana, entah mengapa Aura sangat sulit untuk melupakan laki-laki yang bahkan tidak meliriknya sama sekali.

Entahlah, jangankan Anita sang Mami. Aura sendiri tidak paham kenapa ia bisa seperti itu. Terkadang Aura juga merutuki dirinya sendiri. Mengapa ia terlalu bodoh, sulit melupakan laki-laki yang bahkan belum pernah ia dapatkan sama sekali.

Bahkan terakhir kali Aura bertemu Kevin ialah satu tahun yang lalu. Saat Kevin dan Farrel lulus dari Universitas Trisakti. Hingga setelah itu, sampai saat ini Aura tidak pernah lagi bertemu Kevin. Entah dimana pria itu saat ini Aura sama sekali tidak tahu.

Setiap hari, setiap detik Aura mencoba menghilangkan bayangan Kevin dari fikirannya. Tapi kenapa rasanya sulit sekali? Bahkan Aura sama sekali tidak pernah memiliki kenangan manis bersama Kevin.

Sejak satu tahun yang lalu. Aura hanya berharap, keajaiban datang membawa Kevin di hari wisudanya, memberika sebuah buket bunga sederhana bahkan jika itu untuk yang terakhir kalinya, Aura tidak mengapa. Aura hanya ingin melihat pria itu menyaksikan hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Tapi semua hanyalah angan belaka. Karena yang Aura dapati saat ini hanyalah kekecewaan semata.

Mungkin memang sudah seharusnya Aura membuang segalanya, mencoba menjalani hidup tanpa bayang-bayang Kevin yang sama sekali bukan siapa-siapa. Membuka hati untuk pria yang memang tulus padanya. Seperti Faris misalnya?

Rendy yang tidak lain adalah Papi Aura dan Hafis sang kakak sedari tadi tak berhenti memperhatikan Aura dari spion depan. Rendy sejenak memalingkan pandangan ke arah belakang, melirik Aura sejenak yang masih fokus menatap jalanan dengan tatapan kosong. Kemudian tatapan itu berpindah pada Anita yang saat ini duduk di samping Aura. Manik mata coklat itu menatap Anita memgisyaratkan tanda tanya di sana.

Anita tentu saja paham, wanita itu ikut memejamkan mata memberikan isyarat pada suaminya untuk tidak bertanya apa-apa dan membiarkan Aura seperti itu saja.

***

Aura menghempaskan tubuhnya kasar di atas kasur masih dengan kebaya wisudanya. Benar, gadis itu baru saja sampai di rumah. Rasanya Aura benar-benar merasa lelah, lelah fisik dan juga lelah hati bahkan perasaan.

Sejenak, gadis itu merentangkan tangan di atas kasur dengan kaki berjuntai di tepi ranjang. Aura menatap langit-langit kamar dengan fikiran yang tak menentu dan mungkin hanya dirinya sendiri yang tahu.

Mata Aura terpejam, tanpa ia sadari, bulir bening itu kembali berhasil lolos dari kelopak mata Aura. Hatinya terasa remuk. Kekecewaan itu benar-benar terasa dalam.

Karena sejujurnya, Aura memang tidak pernah lagi berharap bahwa Kevin akan membalas perasaannya. Namun gadis itu hanya menginginkan satu hal, bertemu dengan Kevin di acara yang membahagiakan seperti hari ini bahkan jika untuk yang terakhir kalinya.

Tak berselang lama, pintu kamar Aura sedikit terbuka. Gadis itu seketika tersadar dari lamunannya. Aura terlebih dahulu menyapu air mata yang semula menetes di pipinya sebelum gadis itu mendudukkan tubuhnya. Aura memalingkan pandangan ke samping, hingga sosok Anita ia dapati saat ini berdiri di ambang pintu.

Perlahan, wanita paruh baya itu mendekat, mendudukkan tubuhhnya di tepi ranjang tepat di samping Aura. Sejenak, Anita menatap lekat wajah Aura yang masih terlihat jelas raut kecewa.

Anita menyibakkan rambut Aura yang menutupi sebagian wajahnya. Wanita itu menggenggam tangan Aura yang sudah terlihat matanya berkaca-kaca.

"Mami tau apa yang saat ini kamu rasakan sayang. Mami tau gimana perasaan kamu. Tapi kamu nggak boleh seperti ini. Kamu harus buka mata kamu ya. Mungkin memang bukan dia yang terbaik buat kamu. Dan Mami percaya, diluar sana masih banyak laki-laki baik yang menginginkan kamu, mencintai kamu dengan tulus" Ucap Anita mencoba meyakinkan Aura.

"Mi, apa aku terlalu buruk? Apa aku nggak pantas dapetin perhatian sedikit saja dari dia? Aku nggak pernah maksa dia untuk membalas perasaan aku. Tapi aku cuma ingin lihat dia untuk yang terakhir kalinya saat terakhir kali juga aku menginjakkan kaki di kampus itu"

"Sayang, nggak ada yang nggak pantas. Semua orang pantas mendapatkan yang terbaik. Dan mungkin, mungkin bukan dia yang terbaik untuk kamu. Terkadang kehidupan memang nggak sesuai dengan kehendak kita. Tapi percayalah, Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik"

"Jadi mulai hari ini, Mami mohon sama kamu untuk lupakan segalanya. Perjalanan kamu masih panjang. Kamu nggak boleh seperti ini. Yang ada kamu hanya menyakiti diri kamu sendiri saat kamu sendiri tidak tau sekarang dia mikirin kamu juga apa enggak. Jangan buang-buang waktu kamu ya."

"Mana putri Mami yang selalu ceria? Mami ingin kamu kembali seperti dulu. Saat kamu belum mengenal dia. Dan Mami yakin, kamu pasti bisa sayang"

Aura menatap mata Anita lekat, sebelum gadis itu memeluk Anita erat. Bulir bening itu saat ini telah berhasil lolos di pipi Aura.

"Makasih ya Mi, Mami selalu ada untuk aku, Aura sayang Mami"

Anita mengusap penggung Aura lembut. "Mami juga sayang sama kamu sayang" Sahut Anita. "Sekarang kamu mandi, terus ganti baju ya. Faris ada di bawah nunggu kamu" Ucap Anita kemudian setelah pelukan mereka terlepas.

Anita menangkup pipi Aura dengan kedua tangannya. Wanita itu menyapu air mata yang saat ini sudah membasahi pipi putri cantiknya. Sementara Aura terdiam, gadis itu menatap Anita dengan raut wajah datar. "Kak Faris?" bibir Aura berucap pelan.

"Iya, Faris nunggu kamu di bawah"

"Ngapain kak Faris kesini?" Tanya Aura.

"Mami juga nggak tau sayang. Lebih baik kamu mandi, ganti baju, terus cepetan temuin Faris di bawah. Nggak baik mengabaikan tamu. Ya" Anita berucap lembut.

Aura mengangguk. "Iya Mi" Sahutnya masih dengan kening berkerut serta fikiran Aura dihujani tanda tanya. Ada keperluan apa Faris sampai menemui gadis itu di rumahnya?.

.

.

.

.

.

Jangan lupa like, komen, dan vote ya. Terimakasih :)

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!