*Semoga kalian suka dengan ceritanya, Author berharap kalian mendukung cerita ini dengan like, komen n vote *
Selamat membaca semoga kalian suka
dengan ceritanya😘😘
***
Teman Sekantor Sinara yang berdiri di ambang pintu melihatnya belum juga berkemas.
"lembur,..!?" Tanyanya.
Sinara yang masih duduk di kursi kerjanya bersandar sejenak untuk meluruskan urat-uratnya yang menegang.
"Iya, kamu sudah mau pulang.,??"
Nana menganggukkan kepalanya. "Jangan terlalu malam pulangnya, aku duluan ya,,,!?"
Sinara pun mengangkatkan jempolnya,
tanda ok.
Hari memang sudah menunjukkan pukul
sembilan malam, tapi Sinara belum juga beranjak dari tempatnya. Pekerjaannya memang menuntutnya agar tepat waktu, di tambah lagi besok pergantian direktur baru di kantornya. Semua pekerjaannya harus ia selesaikan malam ini juga, jika kalo tidak apa pendapat direktur baru itu tentangnya.
-
-
Tring, g, g. g, .
bunyi alarm di atas meja samping tempat tidurnya sudah bergema bisa-bisa memekak kan telinga seseorang yang berada di dekat situ.
Perempuan yang masih terbaring lemah itu terbangun dari tidurnya, , . Bunyi alarm yang membuat ia cepat-cepat membukakan matanya itu, sesegera mungkin ia buang entah kemana. Pasalnya ia baru tidur pukul satu dini hari, sepulangnya dari kantor.
Ia mengucek-ngucek matanya yang masih suram itu, seketika ia ingat.
"Aaaa sial hari ini kan pengantian direktur baru. "
Mau tidak mau, ia bangun setelah nyawa-nyawanya terkumpul semua,dengan sigap ia mengambil handuk untuk cepat-cepat masuk ke toilet.
Bunyi handponenya sudah bergema, tanda seseorang menelpon. Samar-samar ia mendengar, dengan cepat-cepat juga ia hendak keluar.
"Ahh sial gw kan belum selesai mandi, kenapa juga mau keluar!!"
Sinara menyelesaikan mandinya. Lalu setelah itu dengan sigap ia mengenakkan baju, handponenya masih melekat di kuping dan bersangga di bahunya.
"Iya iya bu, , aku jaga makanan ku, pastinya dengat tepat waktu aku makan. ya udah aku matikan ya,. daa ibu, , ,?!"
"Aaa, , , di mana sepatu ku, ahh ini dia."
Sinara pun turun dari apertemennya, dan melaju dengan mobilnya.
Sesampainya ke pintu masuk kantor,ia pun melihat, orang-orang yang berkerumunan itu sudah bubar.
"Hahh, gw cepat-cepat datang ke sini, tau-taunya."
Ia melirik jam di tangannya, hari memang suduh menunjukan pukul delapan tigapuluh menit.
"Ini kan rumayan pagi, .cepat juga direktur baru itu datang. ahh biarlah, nanti juga ketemu." Pikir Sinara.
Dengan sempoyongan, Sinara masuk ke dalam ruangannya dan menghenyakkan bokongnya ke kursi kerjanya.
Seketika bunyi pintu ruangannya terdengar ketukan pintu.
"Masuk. "
Nana yang mengetuk pintu itu pun menarikan kenop pintu dan secepat kilat ia masuk. pandangannya tertuju pada wanita yang duduk memegang kepalanya itu.
"Kamu terlambat datang , . .!?" Dari tadi aku tidak ada melihat kamu, , saat direktur baru itu memperkenalkan dirinya.!"
Sinara hanya menganggukkan kepalanya.
"Seandainya cepat tadi kamu datang, betapa terkejutnya kamu,."
"Jelek.!?" Tanya Sinara sepontan.
"Kebalikannya, , , TAMPAN, tapi sayang, sudah beristri, hehh" Jawabnya lemah.
"Ooohhh, baguslah." Jawabnya santai, karena yang ia pikirkan saat ini hanyalah kerjaan dan uang.
"Sin,, "
"Emmmhh, ."
"Coba saja Pak Erik belum beristri, pasti gw yang ngembat." Ia menjawab dengan bibirnya melengkung ke atas sambil membayangkannya.
Ia yang awalnya berdiri kini duduk di kursi depan Sinara. Sinara yang masih memperhatikan berkas-berkasnya itu, diam.
"Ooh namanya Erik," Sinara mengangguk-
anggukkan kepala, tampa menoleh.
"Emangnya Pak Eriknya mau sama kamu..!?" pertanyaan datar Sinara membuat Nana sebal sendiri.
"Huhhh, ,nggak tau sih. Akukan hanya berharap. Ngomong-ngomong, kerjaan kamu udah clar. .??"
Sinara menganggukkan kepalanya, tanpa menoleh.
"Ya udahlah, gw balik dulu.!"
"Jadi lu ke sini cuman mau bilang itu,!?"
"Iya, , emangnya apa lagi selain menggosip, heee" Nana cengegesen tangan kanannya membuka pintu untuk keluar.
Sinara cuman geleng-geleng kepala melihat tingkah temannya itu.
Like😘😘
*Vote, like n komen nya jangan lupa ya
Sayang😘😘
***
"Triingg, , tringg, , ." Terdengar bunyi telepon di ruangannya.
"Ya,,oh baiklah, saya segera ke sana."
Sinara yang di telpon skretaris bosnya
itu, , sesegera mungkin beranjak dari tempat duduknya.
"Uhh hahh, ," Sinara sesekali menarik ulurkan napasnya, agar menetralkan exspresi wajahnya yang sedikit menegang itu. Ia membetulkan dan mengebas-ngebaskan pakaian yang ia kenakkan agar terlihat rapi.
Sinara mengenakkan kemeja dan rok span di atas lutut, agak sedikit sexi, apa lagi
kancing baju atasnya terbuka dua kancing. jika ia tertunduk maka dua gudukan yang mengelembung itu sedikit terlihat. Pakaian Sinara memang terlihat modis, sexi. Bukan karna ia keganjenan, tapi itu sudah seleranya yang melekat dari dulu. ia tak peduli tentang orang lain menilainya seperti apa.
Asal orang lain tahu saja ia masih p***wan, walau pun terlihat sexi. Karena ibunyalah yang selalu mengingatkannya dan menasihatinya, jika nanti ada laki-laki sudah menyentuhnya itu lah laki-laki yang akan menjadi suaminya seumur hidup. Terlihat kuno memang, tapi itulah kenyataannya. Sinara sangat mendengar, dengan petuah ibunya.
Di zaman modern saat ini, jarang sekali ada perempuan dewasa seperti Sinara yang masih p***wan, apa lagi Sinara yang sudah berumur 24 tahun itu. Bukan munafik, ia juga pernah ingin melakukannya dengan mantan-mantannya, tapi ia selalu teringat akan nasehat ibunya.
"Tok tok tok, , , "
Dari dalam ruangan yang sudah Sinara ketukkan pintunya terdengar menyuruh masuk
"Masuk."
Ia pun sesegera mungkin membukakan pintunya.
Terlihat, pandangan pertamanya setelah masuk ke dalam ruangan bosnya itu
Lelaki itu tengah memandang ke luar jendela, tempat lalu lalang orang berkendara.
"Maaf pak, ada apa bapak memanggil saya, .??"
Erik pun memutar kursi kebesarannya. Pandangannya langsung tertuju ke arah Sinara yang masih berdiri di depannya. Tangan kanan dan tangan kirinya menopang dagunya.
"Duduk " Ia mempersilahkan Sinara untuk duduk. Sinara pun mengikutinya. Erik mengambilkan kertas yang menggambarkan siapa yang berada di depannya ini.
"Sinara, , !?" Tanyanya.
"Iya pak!? "
"Saya tidak melihat kamu tadi pagi??" Matanya sesekali melihat Sinara.
"Iya pak, saya saya sedikit terlambat tadi."
Erik tidak mengubris ucapan Sinara. Ia masih pokus ke kertas yang ia pegang.
"Kamu ya yang bekerja sebagai menejer pemasaran di perusahaan ini,!? "
"Iya pak," Sinara mengangguk.
"Lalu, bagaimana perkembangan syuting produknya, ,!?"
"Berjalan dengan lancar, sesuai jadwal. Siang ini akan di serahkan ke pihak stasiun televisi."
"Sudah kamu lihat dengan benar.?? Apa boleh saya mempercayainya??!"
"Sudah pak, bo, boleh, boleh pak,." Kepalanya mengangguk dengan sangat yakin, agar bisa di percayai bosnya.
"Ohhh bagus. Ya sudah kerjakan dengan benar. Skarang kamu boleh keluar."
"Baik pak. , saya permisi." Sinara mengangguk tanda hormat, lalu Sinara pun keluar.
"Hahhh, , " Mata Sinara membulat, ketika keluar dari ruangan bosnya itu.
Baru pertama kali ini degup jantungnya terasa mau perang. Lelaki yang baru ia lihat tadi sungguh megguncang perasaannya yang teramat mendalam. Bagaimana tidak, selama ini baru pertama kali ini Sinara melihat lelaki dewasa setampan Erik, melebihi rata-rata laki-laki di luaran sana yang pernah ia temui.
Walupun Sinara banyak di dekati laki-laki
tampan, tapi tidak dengan yang ini.
"Mungkin di saat tuhan menciptakan
Pak Erik, di saat bahagia kali ya. Hampir sempurna, alisnya yang tebal, hidung mancung, maniknya yang indah,
rahangnya yang tajam, menggambarkan sekali bahwa dia adalah lelaki yang tegas. Apa lagi tubuhnya yang berotot. Aku yakin bentuk tubuh kotak-kotaknya sedang bersembunyi di dalam jas hitamnya itu, terlihat jelas. Apa lagi yang bersarang di bawahnya, Ooohhh tuhann." Hatinya menari-nari mengigatkan benda tumpul itu.
"Aaa, , ada apa dengan ku ini,." Sinara menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan pikirannya sendiri. Menjijikkan, ia tak menyangka di dalam celana dalamnya sudah berdenyut, dengan dia membayangkan saja, apa lagi melihatnya langsung.
"Aaa mikirin apa aku ini."
Walau Sinara memang menginginkan Erik sebenarnya, tapi ia sadar, lelaki yang ia sukai suami orang.
Sinara berlari menuju toilet, untuk membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran yang bersarang di otak dan celana dalamannya. Miris memang.
Like😘😘
Jangan lupa vote, like n komennya
sayang 😘😘
Terimakasih🙏
***
"Aaahhhh sial, , , ada apa dengan ku
ini, Pak Erik Pak Erik Pak Erik. Dari tadi
sudah memenuhi otak ku. Apa jangan-jangan aku di guna-guna.,!?? Ahhh, , tapi tidak mungkin, , ,sedangkan kami baru kenal tadi. Ingat Sinara dia sudah beristri, dia bos mu, dan tidak mungkin juga dia menyukai mu. Tak mungkin tak mungkin" Pekik Sinara prustasi.
Sinara geleng-geleng kepalanya tidak
percaya dengan pemikirannya sendiri tentang Pak Erik, dan menyukai suami orang.
Tak pernah sedikit pun terlintas untuk menyukai, apa lagi merusak hubungan orang. Tidak ada dalam kamusnya.
Tapi kenapa, , dengan lelaki ini membuatnya ingin melakukannya. Menjadi tanda tanya besar untuknya. ???
Sinara yang sedari tadi duduk di ruangannya sudah di penuhi dengan pikirannya yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Tidak terasa hari pun berganti malam.
"Tring tring, ,"
"Aaahh hahh, , ," Sinara memegang dadanya. "Sialan bikin gw kaget saja, siapa yang menelpon?!" Pikir Sinara.
"Dewi . .''
"Ya hallo, kenapa dew, , !?"
"Apa, , ,Lo di mana sekarang!? "
"Ohh ya udah gw nyusul, iya gw cepat."
"Ahh ada-ada aja ni Dewi, laki-laki nggak tau diri begitu di pertahanin, mending gw sendiri, suka-suka gw mau ngapain aja, mau ini itu tak ada yang ngelarang, single itu happy, walau kadang nggak enak juga sih hmmm. "
Sinara pun keluar dari kantor menuju mobilnya, ia ingin menemui temannya Dewi.
Dewi memang teman dekat Sinara waktu jamannya sekolah dulu, mereka berteman sudah terbilang lama, hampir belasan tahun, susah senag mereka bersama-sama, apa lagi temannya ini sering patah hati, jadi Sinaralah yang selalu menjadi pendengar terbaiknya.
-
-
Di sebuah klub malam yang terkenal di kotanya tersebut, Sinara mulai masuk dan pandangannya menyusuri kesemua sudut.
Dewi yang duduk mengarahkan ke
bar minuman tersebut membuat Sinara geleng-geleng kepala, bagai mana tidak Dewi meminta minuman terus menerus membuat bartender di sana mau tidak mau memberikannya.
"Apa-apaan kamu ini, ,!?" Sianara hendak merampas minuman Dewi, tapi di tatap nanar oleh empunya.
"Aku sudah melarangnya, dia tidak mau berhenti. " Kata bartender tersebut.
Sinara dan dewi melirik sekilas bartender itu, mereka memang sering ke sini, bartender tersebut kenal baik dengan mereka berdua.
"Kau pikir dengan meminum ini kau bisa menyelesaikan masalah haa,.!?"
"Paling tidak aku berhenti sejenak untuk memikirkan cowok berengsek itu. "
Dewi hendak menunggakkan minumannya ke mulutnya.
"Cukupp dew, gw tau lo sakit hati lo kesal tapi bukan begini caranya."
"Tapi Sin, gw nggak tahan dengan perlakuannya ke gw." Sambil menunggakkan minuman ke mulutnya. "Tapi gw masih cinta sama dia Sin.!" dengan wajah sedih Dewi mengungkapkan perasaannya.
"Gi mana dong Sin..??"
Dewi dengan mimik mukanya yang sangat sedih membuat Sinara merasa iba dengan sahabatnya itu.
"Tapi dia salah, ,dia nggak pantas buat lo.,lo berhak dapat yang lebih baik dari dia,lo cantik, cerdas,dan tak mungkin laki-laki di luara sana nggak naksir lo., Tio itu secuil ujung kuku lo,.laki-laki kayak dia yang nggak punya urat malu dan nggak punya hati seperti dia pantas lo tinggalin."
Tio yang Dewi cintai adalah lelaki yang
sangat brengsek.,bayangin saja, dia kadang kesusahan uang mintanya ke Dewi, pas senang dan punya uang dia deketin perempuan lain.
"Gw lihat dia sama perempuan lain jalan ke Mall Sin, , ,terus gw samperin dia, dia malah santai aja lihatin gw, seolah olah gw bukan siapa-siapanya dia,.Dan gw bilang apa maksudnya semua ini..Lo tau jawabannya,.!? kita nggak kenal. Sakit hati gw Sinn,.dia susah mintanya ke gw, giliran senang sama perempuan lain."
Dewi menagis tak peduli dengan orang-
orang sekitar. Sinara memeluk dewi dengan perasaan iba.
Di ujung sana sepasang mata memperhati kan mereka berdua.
Like😘😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!