Pergantian musim kadang menjengkelkan. Dari musim gugur ke musim dingin, dari suhu sedang ke dingin sekali. Tetapi, kadang juga mengasyikkan. Dari musim dingin ke musim semi atau dari musim semi ke musim panas.
Bunga sakura yang bermekaran mengucapkan salam bahwa musim sudah berganti menjadi musim semi. Musim semi selalu datang secara perlahan menghangatkan tanah yang masih dingin, ini adalah musim dimana ada semacam perpisahan, pertemuan pertama dan awal yang baru.
Itulah musim semi, penuh berbagai kesedihan, kesenangan dan jatuh cinta.
Jatuhnya bunga sakura di telapak tanganku membuat garis senyum dari bibirku tertarik, pipiku memerah karena bahagia dengan ini. Mataku terus melihat jatuhnya bunga sakura dengan kecepatan 5cm per detik, bunga sakura yang bermekaran bersama dan daun bunga sakura yang melayang tertiup angin.
Namaku, Mitsuki Haruno. Gadis SMA dengan usia 17 tahun, semua orang terpesona dengan kecantikanku terkecuali Yamazaki Yuta.
Lelaki masa kecilku yang kuanggap sebagai Iblis.
Walaupun dari wajahnya terlihat dia adalah pria pendiam, dan tidak banyak bicara.
Tapi sebenarnya Yuta adalah Iblis tak berhati.
Tanganku melihat kearah jam yang sudah menunjukkan pukul 8:45 a.m, 15 menit lagi sebelum masuk sekolah dan aku masih menunggu di depan rumah Yuta. Perjalanan dari rumah ke sekolah tidak lah dekat, butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai.
Dan lelaki ini malah selalu berleha-leha tidak takut dimarahi oleh Kepala Sekolah.
Teng-
Pesan masuk dari ponselku dan segera membaca pesan dari Yuta. “ Kamu dimana? Belum sampai sekolah? “
Lihat? Aku sudah menunggunya lebih dari 30 menit, dan dia sudah sampai di sekolah terlebih dahulu tanpa menungguku.
Ah, menyebalkan.
“ Awas saja kamu Yuta! “ Aku menguncir rambutku menjadi kuncir kuda dan berlari menuju sekolah dengan perasaan emosi ingin menghajar Yuta.
Banyak orang yang berlalu lalang tapi aku tetap harus sampai di sekolah pukul 9 pas, karena jika tidak aku akan telat saat apel dimulai dan aku haru berdiri di atas panggung dengan wajah yang menjadi sorotan utama.
Academy Seiryn, High School.
Pada akhirnya, wajahku menjadi sorotan utama di atas panggung yang di lihat oleh berbagai murid baru, senior dan satu angkatan. Lebih memalukannya lagi hanya aku seorang perempuan yang terlambat.
Kepala Sekolah berbicara tentang pembukaan awal, dan ceramah persoalan anak yang tidak displin. “ Sial “ umpatku tidak suka diperhatikan banyak orang.
Lebih parahnya lagi, Yuta sedang menertawakan ku.
“ Oi! “ Seorang lelaki dengan tinggi 181 cm menyikut lenganku, aku menoleh kearahnya dengan wajah kebingungan tidak mengenal lelaki tersebut. “ Kau telat? “
“ Tidak bisa lihat? “ sinis ku karena mood yang sedang buruk.
“ Hahaha. “ tawanya dengan senyuman lebar.
Pembukaan kembali sekolah telah selesai, aku berlari menuju Yuta yang sedang berdiri di ujung gedung apel dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku.
“ Yuta!!! “ teriakku dan tidak sengaja menabrak lelaki bertubuh besar hingga terjatuh. “ Aw. “ ringisku memegang dahi, lelaki bertubuh besar itu hanya melewati ku dan Yuta memfoto ku dengan wajah yang sangat jelek.
“ Tunggu Yuta!! “ kejarku dan menggandeng tangan Yuta.
Banyak orang yang menyukai Yuta, walau kepribadiannya pendiam, dingin, tidak banyak bicara tapi sifat itulah yang menjadi daya tariknya sendiri.
Namun, tidak ada yang cocok dengan Yuta dan orang-orang tersebut tidak akan pernah menjadi pasangan Yuta.
Karena aku yang akan menjadi pasangan Yuta, kenapa? Karena kami adalah teman sejak kecil.
Lebih dari yang lain, aku selalu di sampingnya dan mengetahui dirinya lebih dari siapapun.
••
AKHIRNYA AKU BUAT CERITA LAGI HEHE, SEMOGA SUKA KARYA AKU YA! TERIMA KASIH.
HAPPY NEW YEAR!
Bunga sakura yang bermekaran di taman sekolah membuatku terus menatap tanpa henti, rasanya seperti aku jatuh cinta.
Iya, jatuh cinta kepada Yuta.
Perasaan ini tidak pernah aku ungkapkan, lebih baik aku menunggu dan jika waktunya sudah pas aku akan mengungkapkannya dengan kesan yang tidak akan terlupakan sedikit pun.
Jatuh cinta dengan sahabat sendiri wajar bukan? Sangat wajar.
Berawal dari pertemanan, terjebak dalam perasaan. Itu sudah sering, dan aku mengalami hal tersebut.
Tapi kepercayaan diriku meningkat bahwa Yuta memiliki perasaan yang sama denganku, karena selama ini tidak ada yang bisa mendekatinya dan Yuta selalu menolak perempuan dengan berbagai macam alasan.
Tunggu, aku tidak boleh terlalu percaya diri?
Tenang saja, Yuta memiliki perasaan yang sama denganku.
10 tahun yang lalu.
Sejak Ibu Yuta meninggalkannya dengan pria lain, Yuta selalu menjadi bahan ejekan di kelas dan aku selalu melihatnya walaupun dari jauh.
“ Apa benar Ibumu meninggalkanmu? “ ledek seorang bocah lelaki bertubuh gendut.
“ Iya, dengan pria tua lagi. “
“ Hahaha, seperti drama saja. “
Yuta hanya terdiam, menundukkan pandangannya tanpa bisa berbicara apa-apa. Entah kenapa aku merasa kesal dengan sosok Yuta yang diam tanpa bisa berkata-apa padahal biasanya ia selalu marah dan berkata kasar kepadaku.
“ Pria tua. “
“ Anak dibuang. “
“ Pria tua. “
Kesabaran Yuta sudah habis, ia beranjak dari kursi dengan tangan mengepal.
“ Kau marah? “
“ Kau marah, kan? “
“ Dia marah! “
Pada hari itu, aku memberanikan diri berjalan mendekati Yuta dan memarahi ketiga bocah lelaki tersebut. “ Hei, kalian apa tidak ada otak? “
“ Kenapa kau ikut-ikutan Haruno? “
“ Jangan ikut-ikutan! “
“ Pergi atau kupanggil guru! “ ancamku memegang lengan Yuta.
“ Panggil saja, kami tidak takut! “
Mereka menganggap ancamanku hanya sebuah candaan saja, Yuta yang tidak bisa menahan emosi memukul kepala salah satu bocah gendut dengan kepalanya dan ingin memukul mereka dengan bangku.
“ Yuta jangan! “
Ketiga bocah lelaki tersebut keluar dari kelas sambil berteriak. “ Panggil guru!! “
Melihatku berada di hadapan Yuta, ia mengurungkan niatnya untuk memukul mereka dan menaruh bangkunya di tempat semula. “ Biarkan saja mereka, mereka tidak pantas dilayani! “ kataku.
“ Yuta, dengarkan baik-baik. “ Aku bertolak pinggang dengan angkuh. “ Tak peduli apa pun, aku akan selalu berada di sampingmu. “
Mulut Yuta tertutup rapat-rapat, ia menundukkan pandangannya dan menghapus air matanya. Aku yang melihat kondisi Yuta tidak seperti biasanya, dan mengusap kepalanya agar menenangkan Yuta.
Waktu itu kami berdua hanya teman kelas biasa yang selalu bertengkar, tapi hari itu benih cinta mulai muncul.
Saat itu, aku selalu menginginkan seseorang yang melindungiku. Hal itu berubah menjadi perasaan ingin melindungi Yuta.
Dan seiring bertambahnya usia kami, aku sadar bahwa perasaan itu..
Berubah menjadi cinta.
Back-
“ Apa yang sedang kamu lamun kan? “ tegur perempuan bernama Nakajima Sayori, satu-satunya teman dekatku di SMA.
Lamunanku buyar, aku menggeleng-gelengkan kepala dan menjawab. “ Tentang perasaanku. “
“ Wah, kamu sebegitu sukanya dengan dia? Kenapa tak kau nyatakan saja perasaanmu? “
“ Tidak, tidak. Aku harus menunggu waktu yang pas, mengerti? Tunggu. “ Aku menoleh kearah Yuta yang duduk di kursinya sambil menggunakan headphone. “ Atau aku menunggu dia saja yang akan menyatakan cintanya kepadaku? “
“ Sampai kapan? Kalau dia tidak menyukaimu, kamu tua pun dia tidak akan menyatakan cinta. “ Sayori duduk di kursi depanku. “ Dan kamu akan menyesal karena dia akan diambil oleh orang lain. “
“ Oh? Serius? “ Aku tidak percaya dengan hal itu, karena seorang Yuta tidak mungkin jatuh cinta dengan perempuan manapun. “ Penasaran deh akuu.. “
TENG-NENG-TENG-NENG
Bel sekolah berbunyi, wali kelas dengan panggilan Jacob
memasuki kelas 2-3 yaitu kelasku. Kepalanya yang botak, tatapannya yang mengerikan tapi suaranya yang seperti seorang wanita. “ Saya wali kelas kalian. “
Tawa seisi kelas, tidak dengan Yuta.
Memang dia pelit untuk tersenyum, apalagi untuk tertawa.
“ Tapi tak apa-apa. “ gumamku menopang dagu di atas meja dan terus memperhatikan Yuta tanpa henti.
Sampai akhirnya, seluruh kelas memanggilku bersamaan. “ Haruno!! “
Lagi-lagi, aku terus melamun. Memang rasa cintaku kepada Yuta sama dengan bunga sakura yang begitu cantik, aku tidak bisa berhenti memperhatikan Yuta.
“ Ada apa? “ aku tidak mengerti karena teman kelas menatap tajam ke arahku.
Dari belakang, Sayori mendorong bangkuku dan berbisik. “ Perkenalkan diri kamu cepat!! “
Mataku melebar terkejut, mendengar perkataan Sayori aku langsung beranjak dari kursi. “ Namaku Mitsuki Haruno, salam kenal. “
“ Kau bukan siswa kelas 1 baru, kenapa sampai salam kenal segala? “ sinis dari Jacob membuat mulutku berkomat-kamit tanpa suara dan kembali duduk.
Setelah perkenalan lama kepada wali kelas baru, terakhir di bangku paling belakang dekat pintu adalah Yuta. Ia beranjak dari kursi dan memperkenalkan dirinya, “ Yamazaki Yuta. “
Seluruh siswi-siswi kelas mulai berbisik tentang kegantengan dari Yuta dan sikap cool yang terlihat dari Yuta, aku mendesah kesal. Hal ini terjadi sama persis dengan kelas 1, semua perempuan di kelas terus membicarakan Yuta tanpa henti.
Rasanya aku ingin merobek mulut para perempuan yang membicarakannya, kurobek dan makan agar mereka mengetahui darah di dalam tubuhku bergejolak ingin memaki.
Hari pertama masuk sekolah, berbagai club sekolah sudah melakukan promosi kepada siswa-siswi baru seperti club basket, volly, baseball, jurnalis, sains, dan banyak hal lain.
Aku? Sama dengan Yuta, club pulang.
Tidak melakukan kegiatan club sama sekali.
Perkenalan dari wali kelas hanya sebatas datang saja, selanjutnya terserah kelas ingin membuat perwakilan kelas seperti ketua kelas, bendahara dan sekretaris. Tapi Yuta sama sekali tidak ingin ikut, ia berjalan keluar yang diikuti olehku dari belakang.
“ Kenapa keluar? “ tanyaku.
“ Bosan. “ jawabnya memainkan game dalam ponselnya.
“ HARUNO!!! “ teriak salah satu senior dari sekolahku yang juga adalah ketua dari club model yaitu Reina Yamada, ia memegang bahuku dan memberikan kertas formulir club.” Apa ini? “ aku tidak mengerti.
“ Tolong masuklah Haruno, oke? Musim semi ini kami ada lomba dan tidak ada sekali yang cocok sebagai tema musim semi kecuali kamu. “ katanya berharap aku memasuki club model, sejak kelas 1 aku selalu ditawari menjadi anggota club model karena memang aku sangat terkenal dalam instagram atau bisa dibilang aku adalah seorang selebgram.
“ Kalau begitu bisakah kamu tawari murid-murid kelas 1 yang beramai-ramai di luar? “ pinta Reina.
“ Sebagai imbalannya? “ aku tidak ingin menerima tawaran dari Reina hanya cuma-cuma saja. Lagipula wajahku ini mahal untuk hanya dijadikan sebagai promosi kelas 1 masuk ke dalam club.
“ Oke, gimana makan siang aku bayari? “
“ Tidak, belum imbalan yang pas. “ aku melipat kedua tangan di atas perut.
“ Baik, aku belikan lipgloss keluaran terbaru dari MJ. “ katanya dengan terpaksa, karena jika tidak seperti itu tidak akan ada yang masuk club model apalagi wajah-wajah dari club model yang tidak sebanding dengan clubnya. “ Tambah makan ramen, deal? “ aku tidak bisa meminta lebih karena harga dari lipgloss MJ saja sudah sangat mahal.
“ Oke, deal. Cepat ke depan “ Reina mendorongku ke luar dari gedung sekolah tapi sebelum aku keluar, pertama aku pamit terlebih dahulu kepada Yuta yang tengah bersandar di dinding. “ Aku keluar dulu ya bye bye. “
Di depan gedung sekolah sudah terdapat 200 orang siswa-siswi baru yang sedang mencari club untuk mereka masuki, ada yang tertarik ada juga yang tidak.
Dengan senyum yang mengambang, aku mendekati siswa-siswi baru dengan senyuman kecil dan berbisik tepat di telinganya. “ Masuk ya. “
“ Wah cantik sekali, aku masuk. “ Siswa-siswa yang terpesona dengan kecantikanku.
Perlahan aku mendekati lelaki yang tengah berdiri dengan camera dan menatap beberapa orang, lelaki itu adalah orang yang tadi telat bersamaku. “ Hei, ternyata kau kelas 1 ya? “ aku menyikut lengannya dan memberikan kertas formulir sambil berbisik tepat di telinganya. “ Masuk ya. “
Senyum miring terlihat dari lelaki tersebut, aku berjalan kembali dan mencari murid kelas 1 lainnya.
Sekitar 1 jam aku sudah membagikan kertas formulir, kaki dan tanganku sangat pegal. “ Ah aku tidak ingin melakukannya lagi. “ keluhku bersandar di bangku kelas.
“ Kamu tidak menyukainya tapi kenapa mengikuti permintaan dari senpai tadi? “ Yuta mendekatiku dan memberikan susu dingin, aku segera meminumnya dengan perasaan bahagia bahwa Yuta peduli kepadaku. “ Tawarannya sangat bagus, apalagi lipgloss keluaran terbaru dari MJ itu berada di nomer 1. Dan uang aku menipis bulan ini, jadi aku tidak punya pilihan lain benar kan? “
“ HARUNO!! “ teriak suara yang sangat familiar di telingaku, iya dia Reina. Ia memasuki kelasku dan menarik lenganku, “ kenapa bukannya aku sudah selesai? “
“ Cepat ikuti aku. “ ujar Reina, Yuta juga mengikuti karena ia penasaran apa yang terjadi. Sampainya di ruang club, terdapat banyak siswa-siswa yang sudah mendaftar tapi mereka protes karena aku aslinya tidak memasuki club ini.
Satu-satunya orang yang harus dipertahankan dari club model adalah lelaki telat tadi, ia adalah bagian penting dari club model.
Iya, dia seorang photographer.
“ Dia ingin kamu masuk kesini, jika tidak dia tidak ingin menjadi photographer. Dia itu sangat penting Haruno, tolong ya? “ wajah Reina yang penuh harapan dan anggota club lainnya.
Sedangkan lelaki tadi hanya tersenyum dengan lesung pipi yang terlihat, rahang tajam dan berkata. “ Halo, Mitsuki Haruno. “
••••
Pandanganku terus menatap kearah lelaki tersebut, benar club model memang membutuhkan seorang photographer untuk para model agar lebih berkembang jauh lagi. Tapi aku bukan anggota club model, dan aku sama sekali tidak ingin.
“ Itu senpai, aku tidak bisa.. “ Aku merasa bersalah.
“ Kenapa? “ Reina tidak mengerti.
“ Lagipula senpai, masih banyak siswa lainnya benar kan? “
Aku mencoba keluar dari ruang club tetapi Reina menahan lenganku. “ Tidak, apa kau tidak tahu dia? Dia seangkatan denganku, dia photographer handal terlebih dia masuk ke dalam club hanya 1 semester saja dan aku ingin dia menjadi photographer mu saat lomba nanti. “
“ Senpai.. aku.. “ belum saja ucapan ku selesai, Yuta sudah menepis tangan Reina dari lenganku dan menarik keluar sambil berkata. “ Dia tidak ingin, jangan dipaksa! “
“ Kalau begitu, aku tidak masuk terimakasih. “ lelaki tersebut keluar dan berjalan menuju kelasnya.
Tanganku terus ditarik sampai ke lapangan. “ Lepaskan Yuta sakit. “ genggaman Yuta terlalu kuat sehingga membuat tanganku memerah, Yuta melepaskan tangannya “ Itu jadi permasalahannya kan? Memang selama ini Reina ingin menjadikanmu sebagai anggota club! Dan kamu hanya menjadi alasan lelaki-lelaki itu untuk masuk. “
“ Kenapa kamu marah-marah? “ aku tidak mengerti, Yuta tidak menjawab dan seketika otakku bekerja. Senyumku tertahan dan bertanya “ Apa kamu cemburu? “
“ Sudah masuk saja. “ Yuta memasuki gedung sekolah lagi, sedangkan pipiku memerah karena melihat sikap Yuta yang seakan-akan ia cemburu.
Yuta cemburu, Yuta cemburu.
Asik, asik. Batinku berjalan mengikuti Yuta.
Dan dalam beberapa hari kemudian, ponselku dipenuhi berbagai macam pesan, telepon yang masuk. Orang-orang tersebut adalah para siswa-siswa yang masuk dalam club model dengan alasan ingin mendapatkan nomerku, Reina menjadikan nomerku sebagai bahan masuknya anggota clubnya lagi.
Benar,benar sangat menyebalkan.
Tring-tring-tring
Telepon masuk dari ponselku, aku segera mengangkat dengan nada malas. “ Iya? “
Tidak ada jawaban dan dimatikan lagi panggilannya membuatku beranjak dari kursi dan berteriak tidak suka. “ Aaaaaaaa. “
Seluruh teman kelas mulai memperhatikan. “ Apa liat-liat? “ sinis ku menaruh kepala di atas meja lagi, Sayori duduk di bangku depanku. “ Ada apa lagi? “
“ Lihat. “ Aku memberikan ponselku yang isinya adalah pesan-pesan aneh dimulai dari, Hai, Hallo, Apa ini Mitsuki Haruno? Apa ini Haruno-senpai, Kamu cantik sekali.
“ Kenapa kamu tidak membloknya saja? “ Sayori ingin memakan rotinya tapi dengan cepat aku ambil dan ku lahap sambil menjawab. “ Sudah banyak kublokir, tapi mereka selalu memberi pesan lagi tanpa henti. “
“ Tidak mengganti nomor? “ Sayori mengambil rotinya dari mulutku.
“ Ibuku hanya memiliki nomer ini saja, nanti dia tidak bisa mengabariku lagi. “ aku terpaksa karena Ibuku tidak memiliki ponsel, ia selalu memakai telepon umum untuk meneleponku dari Hokkaido.
Katanya dia tidak bisa menggunakan ponsel biasa dan menurutnya sangat sulit sehingga ia hanya memakai telepon umum.
“ Hei, dia ini siapa? “ tanya Sayori yang melihat Instagramku, dia melihat komentar dengan akun @gokuku_ “ Dia selalu mengomentari fotomu. “
“ Tidak tahu. “ jawab singkat ku, Sayori melihat akun dari orang tersebut dan hanya terdapat foto-foto langit, tumbuhan, orang-orang, tidak ada sedikitpun foto dari orang tersebut. “ Biasanya orang yang menyembunyikan diri, dia yang tampan. “
“ Benar kan? Yuta saja media sosialnya tidak ada isi apapun. “ lanjut Sayori, benar memang orang yang tampan tidak pernah memamerkan dirinya sendiri dan aku bersyukur karena selalu melihat Yuta setiap hari.
TONG-TONG-TONG
Bel kebakaran berbunyi, seluruh siswa-siswi langsung berlari keluar dengan saling berdesak. “ HARAP TENANG, DAN MENGIKUTI PETUNJUK DARI WALI KELAS MASING-MASING. “ Suara speaker yang terdengar.
Bukannya tenang, murid-murid tidak berhenti berlari dengan teriakan dan keluar dari kelas. Aku yang ingin keluar terus berdesak-desak dengan yang lainnya membuatku risih, dan saat menuruni anak tangga untuk keluar gedung tidak sengaja seseorang mendorong tubuhku.
Aku menutup mata dan mengira bahwa aku terjatuh, tapi seorang lelaki menahan dengan memeluk tubuhku sehingga tidak terjatuh. “ Hati-hati kalau jalan. “ ucapnya.
Perlahan kubuka mata, dan melihat mata orang-orang yang tertuju kepadaku begitu juga dengan Yuta. Aku melepaskan pelukan dan melihat siapa orang yang menyelamatkanku, dan dia adalah lelaki photographer tersebut.
Jika diperhatikan dari dekat, wajah lelaki itu sangat tampan terlebih dengan lesung pipinya yang membuat senyumannya terlihat sangat manis.
Tidak, tidak. Pikirku menggelengkan kepala, aku tidak boleh memperhatikan pria lain selain Yuta, karena hanya dia satu-satunya orang yang selama ini harus aku lihat.
“ Terimakasih. “ kataku mendorong tubuhnya dan berjalan mendekati Yuta, “ kamu tidak apa-apa? “ tanyanya.
Senyum lelaki itu mengambang sekali lagi dengan perasaan tertarik.
Tidak lama kemudian, Kepala Sekolah datang dan menjelaskan bahwa itu hanyalah kejahilan dari anak wali kelas 2-3 yaitu Jacob.
“ Wah, sangat menyebalkan. “ gumam ku memasuki gedung sekolah lagi, lalu seorang anak kecil tidak sengaja menabrak tubuhku hingga ia terjatuh dan menangis. “ EHHH?? “
“ Jangan menangis. “ aku mencoba menenangkannya. Kemudian Jacob datang dan menghampiriku. “ Kamu kenapa? “ khawatir.
Ah dia, anak Jacob yang sudah menjahili satu sekolah.
“ Ayah, dia yang menyuruhku untuk menyalakan bel kebakaran karena katanya agar bisa berduaan dengan lelaki itu. “ Anak Jacob seenaknya berbicara agar tidak terkena marah dari Jacob.
“ APA... TI.. “ ucapan ku dipotong oleh seorang lelaki photographer. “ Bocah idiot!! Seenaknya kau berbicara seperti itu, apa kau tidak tahu tadi perempuan ini hampir saja terluka karena kejahilan kamu?! “
“ Jangan berbicara kasar kepada anak kecil! “ seru Jacob melindungi anaknya sendiri.
“ Ayah melindungi seorang anak? Wajar saja sih. “ Lelaki itu mengangguk-anggukan kepala dengan wajah datar nya, Jacob berdiri dan menatapku serta lelaki tersebut. “ Kalian berdua, ikuti Sensei! “
“ Yuta, tolong aku!!! “ pintaku menggenggam jemari tangan Yuta.
“ Sensei dia tidak salah, dari tadi dia berada di kelas dan tidak pernah bertemu dengan anakmu. “ bela Yuta.
“ KALIAN BERTIGA, IKUT SENSEI!! “
Ketiganya tidak punya pilihan selain mengikuti Jacob ke ruang guru, di sana mereka di interograsi tapi terbukti tidak salah. Jadi, ketiganya sudah boleh keluar untuk istirahat makan siang.
“ Sayoriii!!! “ teriakku dengan nada mengeluh menghampiri Sayori yang duduk sendirian dengan makanannya di Kantin, siswi-siswi di Kantin berteriak saat lelaki photographer tersebut datang.
Mereka mulai mengerumuni photographer itu dan menggodanya, aku mengerutkan alis tidak mengerti.
Siapa lelaki itu? Kenapa kelihatannya dia sangat terkenal?
Tanpa perduli apa-apa, aku mengambil sosis milik Sayori. “ Anaknya Jacob sudah gila, masa dia menuduhku yang menyuruh anaknya untuk menyalakan peringatan kebakaran, gila anak itu. “ jelas ku kepada Sayori.
“ Memang wajahmu itu pantas sebagai pelaku utama. “ ejek Sayori.
“ AAAA. “ teriak seorang perempuan dengan kacamata karena seorang lelaki bertubuh besar melemparkan makannya tepat di baju perempuan tersebut.
Perempuan itu adalah murid baru dari kelas 2-4 yaitu Yuki Sasagawa, murid baru yang selalu jadi bahan tindasan oleh siswa senior kelas 3.
Siswa-siswi yang sedang makan di kantin mulai memperhatikan kearahnya dengan senior-senior tersebut yang satu berambut botak dan satu lagi berambut cepak, sangat jadul dan tidak keren.
Tapi otot-otot dari tangannya terlihat sangat besar membuat siswa-siswi takut dengan keduanya.
“ Yuki-san, maaf ya. “ kata lelaki berambut botak.
“ Kami minta maaf, bisakah kau memberi kami uang? “ lelaki berambut cepak tanpa bersalah sedikitpun.
“ Sepertinya mereka ingin merokok, karena itu mereka menganggu Yuki. “ ujar Sayori. “ Tidak mungkin. “ Aku tidak percaya, di jaman sekarang masih saja ada yang menganggu orang lain.
“ Ayolah, kok diam? “ rambut botak menumpahkan air kotor di piringnya, wajah Yuki sudah terlihat sangat ketakutan, tubuhnya bergetar. “ Ayo Yuki makan, Ayo Yuki makan! “ serentak keduanya membuatku berdiri dan menatap tajam keduanya.
“ Kalian diam lah! “ Aku menepuk meja berjalan mendekati lelaki berambut botak dan cepak. “ Oh, ada si cantik Haruno! “ si botak itu ingin memegang wajahku tapi lelaki photographer menahannya dengan sangat kuat sehingga lelaki botak tersebut merasa kesakitan.
“ Jangan menyentuh wajahnya, tangan kalian kotor. “ sinis lelaki photographer.
“ Siapa kau? “ lelaki botak tidak tahu siapa orang yang memegang lengannya. “ Hei, dia itu, itu ketua dari geng imperal! “ cepak menyikut lengannya dan berlari sambil menundukkan pandangannya.
Mendengar nama geng imperal, lelaki botak langsung berlari saat lelaki photographer melepaskan tangannya.
“ Pergi kau sana, pergi! “ banggaku. “ Apa kau ti... “
“ Apa aku boleh duduk disini? “ Yuta duduk berhadapan dengan Yuki. “ Kau mau aku ambilkan lagi makanan? “
Bibirku terkatup rapat melihat perilaku Yuta yang sangat perhatiaan kepada Yuki, tapi tidak-tidak.
Dia memang selalu perhatian kepada perempuan yang ditindas, aku tidak boleh salah mengartikannya.
••
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!