Novel ini menggunakan tipe alur lambat.
Silahkan baca 10 episode awal, lalu jika bosan langsung skip ke episode 41 saat tokoh utama memulai perjalanan.
Benua Bulan Biru, daratan luas yang sejak sepuluh ribu tahun lalu terbagi menjadi tiga wilayah pemerintahan, yang disebut sebagai Tiga Negeri, yaitu Negeri Awan Biru, Negeri Tanah Merah, dan Negeri Hutan Hijau.
Setiap negeri dipimpin oleh seorang Kaisar yang diberi nama sesuai dengan negeri yang dipimpin, yaitu Kaisar Biru, Kaisar Merah, dan Kaisar Hijau.
Diantara ketiga wilayah ini, Negeri Hutan Hijau yang paling kecil wilayahnya dan paling lemah dari segi kekuatan militer, tetapi negeri ini masih sanggup bertahan dari 'tekanan' dua negeri lain dikarenakan keberadaan kultivator hebat yang tinggal di sana.
Kultivator, apa atau siapa itu? Kultivator adalah sebutan untuk orang yang menempuh jalan keabadian melalui praktik kultivasi, dengan cara menyerap energi alam semesta atau Qi ke dalam tubuh.
Tujuan utama praktik kultivasi adalah untuk hidup panjang, ratusan bahkan ribuan tahun, menjadi seorang abadi. Namun, ada pula yang menjalani praktik ini untuk memperoleh kekuatan, baik itu digunakan sebagai perlindungan diri atau menguasai dunia.
Meskipun wilayahnya yang paling kecil, ada cukup banyak kota yang berdiri di Negeri Hutan Hijau. Salah satunya bernama Kota Bukit Bunga. Kota ini merupakan sebuah kota kecil yang penduduknya tidak sampai seribu orang dan sekitar dua puluh persen di antaranya adalah kultivator.
Kota Bukit Bunga memang bukan kota besar atau kaya, tetapi penduduknya hidup dengan aman, tentram, damai, sentosa, dan sejahtera dalam kesederhanaan.
Diantara penduduk Kota Bukit Bunga yang tidak seberapa banyak itu, ada satu nama yang cukup terkenal, yaitu Yao Han. Dia adalah seorang anak laki-laki yang saat ini berusia 10 tahun. Dikenal sebagai anak yang cukup periang, cerdas, dan ringan tangan.
Sekilas tentang Yao Han, dia adalah seorang anak yatim piatu. Ayahnya meninggal saat dia masih berusia empat bulan dalam kandungan, sedangkan ibunya meninggal tidak lama setelah melahirkannya.
Beruntungnya ada seorang wanita lanjut usia bernama Nenek Yue, sekaligus ibu angkat dari mendiang ibu Yao Han, yang mengambil alih pengasuhan dan perawatan Yao Han.
Dibalik kemalangan Yao Han yang tidak sempat mengenal kedua orang tuanya, dia memiliki beberapa keberuntungan. Yao Han terlahir dengan fisik yang kuat dan tumbuh menjadi anak yang cerdas.
Dia juga tertarik untuk menjalani praktik kultivasi saat berumur tujuh tahun, meski sudah pernah mendengar tentang hal ini sejak berusia lima tahun.
Namun sayangnya, pemeriksaan oleh salah satu Tetua Kota menunjukkan Yao Han tidak bisa berlatih kultivasi karena tidak memiliki satu syarat utama dan penting dalam praktik kultivasi, yaitu akar roh.
Tidak peduli seberapa keras usaha yang dilakukan Yao Han, sampai kapanpun dia akan tetap menjadi manusia biasa karena tidak terlahir dengan akar roh dalam tubuhnya, kecuali ada sebuah keajaiban yang terjadi padanya.
Yao Han sempat merasa sedih, tetapi tidak lama karena Tetua Kota tersebut mengatakan Yao Han bisa mencoba hal lain, yaitu menjalani latihan untuk memperkuat fisiknya, yang menjadi salah satu kelebihan yang dia miliki.
Sejak saat itu, Yao Han bekerja keras menjalani latihan fisik yang dia buat sendiri dan masukan dari beberapa Tetua Kota yang cukup dekat dengannya. Dua tahun kemudian, Yao Han berhasil mendapatkan kekuatan fisik yang jauh melebihi usia aslinya.
Yao Han tidak lagi menjalani latihan fisik sejak meninggalnya Nenek Yue. Saat itu dia berusia sembilan tahun. Tidak banyak yang diwariskan Nenek Yue padanya, hanya rumah yang sangat sederhana dan beberapa harta yang tidak seberapa. Penduduk kota yang bersimpati terhadap Yao Han memberikan bantuan berupa makanan dan pakaian.
Tidak ingin larut dalam kesedihan karena ditinggal orang yang merawatnya, Yao Han kembali menjalani latihan. Berbeda dari sebelumnya, setelah mendapatkan kekuatan fisik yang cukup, dia mencoba latihan lain, yaitu latihan memperkuat pikiran dan jiwa melalui meditasi. Selama satu tahun terakhir, latihan inilah yang dijalani oleh Yao Han.
***
Disalah satu kawasan pinggiran Kota Bukit Bunga, ada hutan kecil yang biasa dijadikan tempat berburu. Dibalik hutan itu ada sebuah sungai kecil yang airnya jernih dan alirannya cukup deras. Terkadang beberapa orang mendatangi tempat ini untuk memancing atau melepas lelah setelah berburu.
Beberapa bulan terakhir, tempat itu memiliki pengunjung tetap, yaitu Yao Han. Bocah lelaki itu menjadikan pinggir sungai sebagai tempat meditasi kesukaannya sejak pertama kali mendatangi tempat tersebut.
Disalah satu sisi sungai, ada yang sebuah batu besar yang bagian atasnya nyaris rata. Yao Han selalu bermeditasi diatas batu ini menghadap ke sungai.
Biasanya Yao Han akan datang ke tempat ini satu jam setelah sarapan dan akan kembali ke rumah menjelang waktunya makan siang atau terkadang sore hari.
Saat ini, hari sedang cerah. Tidak terlihat awan di langit dan udara terasa sejuk. Yao Han tersenyum lebar menatap langit, mengetahui bahwa hari ini adalah salah satu hari terbaik untuk memulai meditasi panjang sampai sore hari.
"Baiklah, mari kita mulai..."
Yao Han memejamkan mata, beberapa kali menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Tidak lama kemudian, Yao Han larut dalam meditasi mendalamnya.
Satu jam berlalu. Sayangnya sesuatu diluar harapan atau perkiraan Yao Han. Alam seolah tidak berpihak padanya karena tiba-tiba langit berubah.
Awan-awan mulai berkumpul, perlahan putih menjadi kelabu dan semakin gelap. Awan-awan gelap ini menghalangi sinar matahari, membuat Kota Bukit Bunga dan sekitarnya seperti mengalami malam begitu cepat.
Suhu udara turun, kilat menggeliat di balik awan-awan gelap diikuti suara gemuruh yang semakin lama semakin keras. Sebuah fenomena yang biasanya merupakan tanda akan turunnya hujan lebat.
Merasa terganggu, Yao Han membuka mata perlahan dan mengerjap beberapa kali. Matanya melebar melihat sekitarnya.
"Eh? Kenapa cuaca tiba-tiba berubah?" gumam Yao Han yang terkejut melihat awan-awan gelap. Yao Han berdecak pelan karena meditasinya terganggu.
Tidak ingin terjebak hujan atau pulang dalam kondisi kehujanan, Yao Han segera beranjak dari tempat itu. Baru saja dia berdiri dan hendak berbalik, sesuatu turun begitu cepat ke arahnya.
BLAARRR!!!
Kilatan cahaya berwarna keemasan mengenai tubuh Yao Han dengan sangat telak, diikuti dengan suara menggelegar, menggetarkan bumi dan langit, menakuti penghuni hutan kecil disana dan penduduk Kota Bukit Bunga.
Yao Han bahkan tidak sempat berteriak, karena segera saja dia kehilangan kesadaran dan jatuh ke sungai, tubuh malangnya terseret arus entah kemana. Sementara batu besar yang menjadi pijakan terakhir Yao Han sudah menghilang menjadi serpihan debu.
Tidak lama, turun hujan gerimis selama tiga hari tiga malam. Setelah reda, barulah ada beberapa penduduk yang menyadari, salah satu anak muda di kota mereka menghilang secara misterius.
---
Mata Yao Han terbuka perlahan, beberapa kali mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang mengenai matanya. Dia kemudian menyadari berada dalam posisi berbaring dan hal yang dilihatnya adalah langit biru dengan beberapa awan kecil yang bergerak pelan. Uniknya awan itu berwarna emas.
Dahinya mengerut, lalu karena merasa ada yang aneh, dia mengubah posisi menjadi duduk. Mata Yao Han melebar dan napasnya sempat terhenti saat melihat tempat sekitarnya yang sangat asing dan tidak pernah dalam bayangannya sekalipun.
"Dimana aku? Tempat apa ini?"
Sejauh mata Yao Han memandang, hanya ada air yang luas. Yao Han sempat menjerit pelan menyadari dia sedang duduk diatas air yang sangat jernih.
"Aku bisa duduk diatas air? Ajaib..." gumam Yao Han.
Kesenangan Yao Han tidak lama karena jantungnya berdebar kencang, wajahnya cemas karena dia sama sekali tidak tahu tempat dia berada sekarang. Ingin berteriak minta tolong dan berharap ada seseorang, tetapi selain dirinya tidak ada orang atau sesuatu pun disana.
"Aduh... tempat apa ini? Bagaimana caranya aku kembali?" Yao Han menggaruk kepalanya frustasi dan ingin menangis.
"Tenanglah, anak muda."
Yao Han merasa jantungnya berhenti sejenak, dengan penuh waspada dia membalikkan badan untuk melihat si pemilik suara yang mengejutkannya.
Sekitar lima langkah darinya ada seorang pria serba putih. Mulai dari rambut, alis, kumis, janggut panjang, dan pakaiannya. Wajahnya terlihat seperti pria berusia tiga puluhan tahun, serta menampilkan wajah ramah dan senyuman hangat.
"Aku minta maaf jika mengejutkanmu. Mendekatlah, aku tidak akan menyakitimu."
Yao Han sedikit ragu, tetapi melihat pembawaan pria itu, dia mendekat. Pria serba putih itu duduk di kursi giok dan ada meja giok bundar didepannya.
Ketika Yao Han sudah satu langkah di depan meja giok, pria itu mengibaskan tangannya kemudian muncul sebuah kursi giok yang sama persis dengan kursi yang dia duduki.
'Woah, hebat! Paman ini pasti penyihir!'
"Tidak seperti yang kau pikirkan, aku bukanlah penyihir."
"Eh?" Yao Han menatap pria itu kagum, 'Paman ini ternyata juga bisa membaca pikiran... hebatnya.'
"Kenapa kau tidak duduk saja agar kita bisa berbincang lebih leluasa?"
Yao Han tersadar dan duduk. Lalu menangkupkan tangan dan sedikit membungkuk.
"Paman, namaku Yao Han. Maafkan sikap lancangku sebelumnya."
Sikap sopan Yao Han memang berkat ajaran dari Nenek Yue yang mengajari untuk selalu hormat pada orang yang lebih tua. Selain itu juga dikarenakan aura aneh yang terpancar dari pria itu yang membuatnya tampak berwibawa.
Pria itu tertawa kecil, "Aku tidak memikirkan hal kecil seperti itu. Tidak perlu memperkenalkan diri, aku sudah mengetahui namamu. Tepatnya aku tahu tentang dirimu sejak lahir sampai kita bertemu saat ini."
Yao Han menggaruk pipinya, menatap pria itu sedikit canggung, "Lalu... bolehkah aku mengetahui nama Paman?"
"Aku biasa dipanggil Bai Tian. Kau bisa memanggilku Paman Bai. Agar lebih akrab, aku akan memanggilmu Han'er."
'Langit putih? Nama yang cocok sekali dengan penampilan Paman,' batin Yao Han yang sejenak lupa jika pria bernama Bai Tian ini mampu membaca pikirannya, "Baiklah, Paman Bai."
Bai Tian mengangguk pelan, tidak berkomentar atas isi hati Yao Han terhadap namanya.
"Boleh aku tahu siapa Paman Bai sebenarnya?"
"Siapa aku tidak terlalu penting karena aku bukanlah tokoh utama dalam cerita ini."
"Maaf, Paman, aku tidak mengerti apa yang Paman katakan."
"Kita bertemu karena takdir langit yang kau miliki dan aku disini untuk memberikan sedikit bimbingan padamu."
Perkataan Bai Tian membuat Yao Han kebingungan.
"Paman, aku hanya anak berumur sepuluh tahun. Tolong sederhanakan kalimat yang Paman sampaikan."
Bai Tian tertawa pelan, "Baiklah, aku bicara terlalu tiba-tiba. Kau bingung karena berada ditempat yang sangat asing. Hal ini dikarenakan sebuah kejadian yang menimpamu, apa kau ingat?"
"Hm, seingatku sebelumnya aku berada di pinggir sungai, sedang bermeditasi."
Bai Tian mengangguk pelan, "Benar. Jadi kau tidak mengetahui kejadian setelahnya. Aku akan menunjukkan sesuatu, coba kau perhatikan."
Bai Tian mengayunkan tangan kanannya, dua meter dari arah samping keduanya sekumpulan air membentuk sesuatu. Sebuah cermin besar. Yao Han tidak kaget lagi dengan apa yang dilakukan Bai Tian, menganggap pria itu sebagai orang sakti.
Cermin itu menunjukkan sesuatu dengan sangat jelas. Yao Han terpana ketika melihat dirinya sendiri di cermin tersebut.
"Oh, itu aku-!" Yao Han berseru pelan.
"Ya, itu adalah dirimu yang sedang bermeditasi pada saat sebelum kejadian yang menimpamu dan membuatmu bertemu denganku. Perhatikan terus, aku harap kau tidak terkejut nantinya."
Yao Han penasaran dengan ucapan Bai Tian, jadi dia kembali memperhatikan cermin dalam diam.
Firasat Yao Han menjadi tidak enak semakin lama melihat dirinya dalam cermin. Benar saja, kejadian selanjutnya bahkan sangat mengejutkan. Dia melihat dirinya tersambar petir emas dan tubuhnya hanyut ke sungai. Batu yang selalu dia duduki saat bermeditasi di pinggir sungai menjadi debu.
Pikirannya mendadak kosong, wajahnya pucat, dan jantungnya berdetak kencang. Yao Han larut dalam kekosongan pikiran dan tidak menyadari cermin besar ajaib itu berubah menjadi air kembali.
Bai Tian diam memperhatikan Yao Han dan sengaja tidak menegurnya, menunggu Yao Han sadar dengan sendirinya.
"P-Paman, itu artinya... aku sudah... mati? Aku mati tersambar petir? Lalu tempat ini... inikah alam baka?" Yao Han bertanya lirih dan sedikit terbata. Pandangan matanya masih sedikit kosong dan wajahnya juga masih pucat.
"Kau salah tentang kau sudah mati. Kalau kau sudah mati, bukan tempat ini yang kau tuju."
"Lalu tempat apa ini?"
"Ini adalah alam peralihan, alam antara kehidupan dan kematian."
Yao Han diam sejenak untuk berpikir, kemudian dia mengambil sebuah kesimpulan.
"Berarti aku belum mati? Apa mungkin aku sedang sekarat atau semacamnya?"
"Sederhananya begitu. Kau yang saat ini didepanku adalah roh atau semacam sebuah kesadaran, sementara tubuh fisikmu sedang berada di suatu tempat di daratan kau tinggal."
Disatu sisi Yao Han merasa senang belum mati, disisi lain dia khawatir tentang tubuh fisiknya. Seberapa parahkah luka yang didapat tubuhnya akibat sambaran petir?
"Tidak perlu khawatir tentang tubuh fisikmu, ada seseorang yang menemukan, membawa, bahkan merawatnya."
Yao Han tidak meragukan ucapan Bai Tian, lalu dia menghembuskan napas lega. Dia harus berterimakasih pada siapapun orang baik tersebut.
"Kemunculan petir emas secara alami jarang terjadi dan membawa pertanda khusus. Dalam kasusmu, petir emas itu merupakan pertanda bagus."
"Apanya yang bagus dari tersambar petir, Paman?" Yao Han merasa ada yang salah dengan pikiran Bai Tian.
"Mungkin kau akan menganggapku gila atau semacamnya, tetapi petir emas itu adalah hadiah langit atas harapanmu."
Catatan:
Arti kata 'Yao' pada nama Yao Han berarti obat. Nama marga ini terinspirasi dari nama tokoh Yao Lao (Immortal Destiny) dan Yao Chen (Battle Through The Heaven).
Paman Ling yang nama lengkapnya Ling Tian di versi sebelumnya, saya ubah menjadi Bai Tian. 'Bai' artinya putih, 'Tian' artinya langit. Bai Tian berarti Langit Putih, merujuk pada penampilan uniknya yang serba putih.
Dahi Yao Han mengerut dalam, dia sungguh ingin mengatakan Bai Tian bukan hanya mungkin gila, tetapi benar-benar gila. Entah apa yang ada dalam pikiran Bai Tian, sampai dengan begitu mudahnya mengucapkan kalimat seperti itu.
Yao Han menarik napas dalam, mencoba menenangkan pikiran dan hatinya, "Aku tidak ingat pernah berharap sesuatu sampai langit mengirimiku petir emas."
"Bukankah kau ingin menjadi kultivator? Namun tidak bisa karena tidak memiliki akar roh."
Bai Tian tepat sasaran, membuat Yao Han diam cukup lama. Pria itu tersenyum tipis melihat wajah linglung Yao Han.
"Aku masih belum mengerti hubungan antara harapanku dengan petir emas..."
"Sederhananya, kejadian yang menimpamu, yaitu tersambar petir emas, membuatmu memiliki akar roh. Sekarang kau berkesempatan menjadi kultivator."
Mata Yao Han membulat besar, tubuhnya sedikit bergetar menahan antusias, "Benarkah, Paman?!"
"Tentu saja." Bai Tian mengeluarkan sebuah bola kristal bening seukuran telapak tangan, "Benda ini akan menunjukkan kepemilikan dan jenis akar roh seseorang. Letakkan tanganmu diatasnya."
Pemeriksaan di Kota Bukit Bunga berbeda dengan yang dilakukan Bai Tian, tetapi dia percaya dengan pria serba putih itu.
Tepat setelah Yao Han meletakkan tangan kanannya pada kristal bening, muncul lima cahaya kecil berbeda warna. Merah, hijau, biru, cokelat, dan abu-abu. Yao Han terpana dengan hal tersebut.
"Paman, apa maksudnya ini?"
"Seperti yang kukatakan sebelumnya, kau akhirnya memiliki akar roh. Jika kau tidak memilikinya tidak akan muncul bola cahaya kecil dalam bola kristal ini." Bai Tian bisa melihat Yao Han yang tersenyum lebar, "Sementara jumlah bola cahaya yang muncul menunjukkan jenis akar roh."
"Ada lima bola cahaya kecil... apakah itu artinya bagus?"
"Sayangnya tidak. Lima cahaya kecil ini mewakili lima unsur dasar. Jenis akar roh milikmu bernama akar roh semu lima unsur. Kualitas akar roh terburuk dalam dunia kultivator, karena mengandung lima unsur sekaligus."
Yao Han baru kali ini mengetahui tentang akar roh lebih jauh, membuatnya terkejut, "Terburuk, ya..."
"Jangan terlalu kecewa."
"Aku mengerti, Paman. Setidaknya memiliki akar roh lima unsur lebih baik daripada tidak memilikinya sama sekali."
Bai Tian tersenyum tipis, lalu menyimpan bola kristal, "Apa yang membuatmu ingin menjadi kultivator, Han'er?"
"Hm, tadinya aku hanya sekedar tertarik pada jalan keabadian, kurasa itu menyenangkan. Yang aku tahu menjadi kultivator mendapatkan banyak manfaat. Jika aku menjadi kultivator, maka makin banyak orang yang bisa kubantu dengan mudah."
"Menarik, kenapa kau ingin membantu orang lain?"
"Bukankah hidup saling membantu pada sesama, Paman? Itulah yang selalu diajarkan padaku dan dilakukan orang-orang di tempat asalku."
Bai Tian tertawa lepas, cukup puas dengan jawaban Yao Han, "Jawaban yang bagus dan menarik untuk anak polos sepertimu. Yah, meski kau masih harus melihat duni lebih luas lagi agar wawasanmu bertambah. Namun, semoga saja pola pikirmu tidak berubah dan menjadi lebih baik."
Yao Han tidak terlalu mengerti, tetapi dia berusaha mengingat pesan Bai Tian.
"Kau tahu bahwa kultivasi terdiri dari beberapa tingkatan praktik, kan?" Yao Han mengangguk pelan, "Manusia dengan kualitas akar roh sepertimu akan selalu menemui hambatan dalam praktik keabadian dan tidak akan mencapai tingkat praktik yang tinggi. Dengan aku ada disini bisa membantumu masalah terkait hal ini."
"Bagaimana caranya, Paman?"
Bai Tian menjelaskan bahwa dia memiliki sebuah teknik terlarang bernama Teknik Perubahan Nasib, yang memungkinkan diri sendiri maupun orang lain mengubah kualitas akar rohnya menjadi yang terbaik. Dalam dunia kultivator, akar roh yang mengandung satu unsur adalah yang terbaik.
"Diduniamu sangat berisiko menggunakan teknik ini karena sangat menyakitkan dan satu kesalahan kecil saja menyebabkan kematian tragis. Ditambah hanya bisa mengubah kualitas akar roh diri sendiri. Namun kau bisa tenang, karena aku bisa melakukannya terhadapmu sekaligus sama sekali tidak ada risiko."
Yao Han kurang mengerti dengan teknik yang dimaksud, tetapi dia sangat antusias, "Mohon bantuannya, Paman." Yao Han menarik napas dalam untuk bersiap-siap.
Bai Tian tersenyum hangat lalu melakukan gerakan pada tangannya. Yao Han mengetahui Bai Tian sedang membentuk segel tangan. Setelah selesai muncul cahaya keemasan pada tangan kanan Bai Tian.
Bai Tian menyentuh dahi Yao Han, kemudian cahaya keemasan itu menyelimuti tubuh Yao Han. Perlahan cahaya itu masuk ke dalam tubuh bocah itu. Yao Han merasakan sesuatu hancur dalam tubuhnya tidak lama cahaya itu masuk, tetapi tidak merasakan apa-apa. Kemudian sesuatu yang lain terbentuk kembali.
Proses tersebut berlangsung sekitar sepuluh menit sebelum Bai Tian melepaskan tangannya yang tidak lagi bercahaya. Yao Han pikir prosesnya akan berlangsung lama, ternyata cukup sebentar. Bai Tian mengeluarkan bola kristal bening lagi untuk memeriksa ulang akar roh Yao Han.
"Kau akan terkejut dengan pemeriksaan kedua ini." Bai Tian tersenyum misterius, bersamaan dengan Yao Han meletakkan tangannya pada bola kristal.
Dahi Yao Han mengerut dalam, muncul lima cahaya berbeda warna tetapi tidak berupa lima bola cahaya kecil. Melainkan lima cahaya yang lebih terang dan seolah membagi bola kristal ini menjadi lima bagian. Juga terdengar suara dengungan pelan.
Bai Tian memberikan jawaban sebelum Yao Han bertanya, "Sebelumnya kau memiliki akar roh lima unsur, sekarang kau memiliki lima akar roh yang masing-masing mengandung satu unsur dasar.
Bai Tian tersenyum hangat, berusaha untuk tidak tertawa melihat wajah kebingungan Yao Han. Sudah dia tebak bocah lelaki didepannya akan berpikir keras dengan ucapannya.
"Ng... apa itu... bagus?" tanya Yao Han sedikit ragu.
"Bagus? Tentu saja! Ah, tidak. Bahkan kata 'sangat bagus' masih kurang tepat untuk menggambarkan kondisimu ini. Tepatnya adalah sangat luar biasa!"
Yao Han masih terlihat linglung, tetapi kemudian merasa sangat senang.
"Aku tidak berniat mengubah kondisimu terlalu banyak, jadi aku hanya mengubahnya sedikit, dengan mengubah akar rohmu tanpa menghilangkan unsur alam yang ada."
"Paman, jujur aku tidak terlalu mengerti, tapi terima kasih banyak bantuan Paman."
Bai Tian tersenyum tipis, "Kau akan mengerti nantinya setelah roh mu kembali ke tubuh fisikmu. Namun masih ada beberapa hal yang perlu aku berikan dan sampaikan."
Bai Tian memunculkan sebuah buku bersampul biru dengan judul keemasan bertuliskan 'Bintang Surgawi' dan sebuah gelang giok berukiran unik berwarna keemasan.
Bai Tian menjelaskan bahwa kultivator membutuhkan manual praktik yang memuat petunjuk agar seseorang bisa berlatih praktik. Tanpa manual praktik pun tetap akan bisa berlatih tetapi hasil yang didapat sangat kecil.
Manual praktik bernama Kitab Bintang Surgawi itu memuat petunjuk yang 'disesuaikan' dengan kondisi Yao Han, juga memuat petunjuk praktik untuk beberapa kombinasi unsur dasar alam.
"Gelang giok ini bukan gelang biasa, termasuk pusaka yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan, disebut gelang ruang."
Catatan:
Adakah pembaca yang juga memainkan Immortal Taoist-Idle Game of Immortal Cultivation?
Btw, akun pertama saya sudah berusia hampir satu tahun di server no. 29 dengan tingkat praktik Golden Immortal level 6, sementara untuk kekuatan fisiknya mencapai Heavenly Bening level 3 (jarang maen jadi naiknya lambat).
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!