NovelToon NovelToon

Alika Bidadari Surgaku

Prolog

Namanya Alika Khumairoh gadis berjilbab nan ceria serta selalu bersemangat dalam bekerja. Namun, keceriaan itu tatkala lenyap ketika mendengar kabar bahwa adik laki-laki serta keluarga satu-satunya mengalami kecelakaan.

Dari kecelakaan tersebut senyum Alika tiba-tiba hilang bagai tertelan bumi. Kecelakaan yang terjadi untuk yang kedua kalinya bagi Abizar Kurniawan yakni adik Alika membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Kecelakaan pertama terjadi waktu Abizar berumur enam belas tahun. Berada dalam satu mobil bersama orang tua mereka yang tiba-tiba mobil oleng karena jalanan licin. Kecelakaan tersebut merenggut nyawa ayah dan ibu Alika. Beruntung nyawa Abizar dapat di selamatkan walaupun dia baru sadar dalam waktu empat hari.

Kejadian kali ini mengingatkan Alika saat kecelakaan Abizar dulu. Alika sudah berjanji dan bersumpah untuk selalu membahagiakan Abizar bagaimanapun caranya.

Kali ini Abizar merupakan korban tabrak lari yang belum diketahui siapa pelakunya. Kecelakaan yang mengakibatkan dia koma. Kecelakaan yang membuat Alika menjadi manusia paling bersalah di dunia ini karena tidak sanggup menjaga adik satu-satunya.

Dengan mahalnya biaya rumah sakit, Alika bahkan tidak tau harus berbuat apa. Yang di pikirannya hanya bekerja, bekerja dan bekerja.

Bahkan untuk sehari semalam biayanya mencapai jutaan rupiah. Tidak heran karena kondisi Abizar yang membutuhkan perawatan ekstra dan untuk membayar perawat yang sudah menjaga Abizar ketika Alika pergi bekerja. Tidak ada saudara maupun keluarga lainnya yang menjaga Abizar karena memang Alika dan Abizar mengikuti orang tua mereka hidup di perantauan hingga saat ini.

Di satu sisi dia harus bertemu dengan orang paling menyebalkan di dunia ini. Ya, dia Farel Adiputra Wijaya putra dari pemilik perusahaan Wijaya Group dimana saat ini Alika bekerja.

Farel merupakan manusia paling menyebalkan menurut Alika. Dimana dia harus bekerjasama demi kelangsungan perusahaan Wijaya Group yang saat ini ada di ambang kehancuran.

Kerjasama yang akan dia jalani dengan iming-iming bonus gaji tiga kali lipat. Karena sulitnya membiayai perawatan sang adik, Alika menerima penawaran tersebut. Keadaan yang memaksa agar dirinya terjun dalam dunia Farel Adiputra Wijaya.

Perusahaan Wijaya Group sendiri merupakan perusahaan yang memproduksi sepatu. Katakanlah Wijaya Group sudah memiliki nama sampai di luar negeri karena usaha kerja keras pimpinan Wijaya Group dan para karyawannya.

Perusahaan yang berdiri tegak dengan jerih payah Herlambang Wijaya yakni ayah dari Farel Adiputra Wijaya. Namun, perusahaan yang susah payah dia bangun harus turun dengan drastis karena adanya penghianatan orang di dalam perusahaan.

Penghianatan yang di lakukan oleh adik dari Herlambang Wijaya yakni Hendra Wijaya. Penghianatan yang dari dulu belum ada bukti jelas sampai sekarang. Penghianatan yang mengarah pada Herlambang Wijaya bahwa Direktur perusahaan Wijaya Group melakukan korupsi besar-besaran yang mengakibatkan Wijaya Group berada di ujung tanduk.

Kerjasama yang harus di jalankan oleh dua manusia yang berbeda karakter. Kerjasama yang membutuhkan akal, pikiran serta kesabaran ekstra bagi Alika untuk mengimbangi sifat Farel yang seenaknya sendiri agar semuanya lancar seperti yang di inginkan. Agar hasil jerih payahnya dapat membantu biaya pengobatan adiknya.

Dapatkah Alika mengatasi sifat Farel yang benar-benar menyebalkan menurut Alika?

Dapatkah perusahaan dapat kembali normal seperti biasanya?

Akankah ada hikmah di balik semua ini?

*

*

*

Kisah akan di mulai...

Kecelakaan

Suara sirine polisi maupun ambulan memecah keheningan malam yang saat ini tengah di guyur hujan. Saat ini bahkan waktu masih terlalu sore bagi seseorang yang ingin menarik selimut menuju kelembutan malam.

Disana, di tengah jalan raya tergeletak seorang laki-laki berlumuran darah. Laki-laki yang di ketahui adalah seorang korban tabrak lari. Darah mengalir terus mengimbangi guyuran air hujan yang saat ini sudah mulai agak gerimis.

Beberapa perawat turun dari mobil ambulan dan segera mengevakuasi korban dan membawanya di tandu lalu memasukkan korban ke mobil ambulan.

Salah satu polisi terlihat menemukan tas korban dan mencari apa yang dia butuhkan untuk mengidentifikasi korban kecelakaan tersebut.

***

Sedangkan di toko kue Alika berdiri bersama kedua temannya yakni Desi wanita berparas cantik namun berperilaku tomboi. Berbeda dengan Nadia salah satu teman Alika ini dia sangat kalem namun jika di ajak bicara dia selalu meminta penjelasan lebih.

" Saya mau ambil pesanan kue saya kemarin mbak." Kata Alika seraya menyodorkan nota pembayaran pesanan kuenya.

" Baik mbak, mohon tunggu sebentar." Kata karyawan toko tersebut sambil melihat nota pembayaran kemudian berlalu meninggalkan Alika dan teman-temannya yang masih setia menatap aneka macam kue yang ada di etalase kaca toko tersebut.

" Wahh.. sepertinya aku harus membatalkan rencana diet ku kali ini." Nadia berkata tanpa memalingkan matanya dari kue-kue yang ada di toko tersebut.

" Hahaha gue sih gak heran ya, kenapa lu selalu gagal diet selama ini." Desi berkata sambil tersenyum mengejek.

" Yeee emangnya kenapa sih, sirik aja kamu." jawab Nadia sambil memanyunkan bibirnya.

" Bukannya gue sirik ya, tapi saran gue jangan pernah bilang mau diet kalau lu masih gelap mata jika ngeliat makanan" berbicara sambil menunjuk beberapa kue di etalase.

" Iihhhhh..." Nadia dengan nada gak sukanya sambil menghentakkan kaki di lantai.

" Udah ahh, kenapa sih kalian selalu ribut?" Alika ikut menengahi pembicaraan kedua temannya itu.

" Desi nih cari gara-gara " ucap Nadia sambil menuding Desi dan berlari di belakang punggung Alika, berharap Alika akan membelanya.

" Yee kok gue sih!" Desi berkata sambil agak tersulut emosi.

" Desi Nadia udah dong, kenapa sih kalian berdua selalu ribut?" Alika mencoba menengahi permasalahan yang sering terjadi di antara kedua temannya itu.

Disaat bersamaan muncullah karyawan toko kue yang membawa pesanan kue Alika lebih tepatnya kue tart yang dipesan khusus oleh Alika untuk adik tercintanya yakni Abizar.

" Ini pesanan mbaknya" ucap karyawan toko kue tersebut sambil menyerahkan kue yang sudah di bungkus rapi oleh pihak toko.

" Terimakasih" ucap Alika seraya menerima kotak kue tart tersebut.

" Sama-sama mbak" ucap karyawan toko kue itu.

Lalu Alika, Desi dan Nadia keluar dari toko kue tersebut dan berdiri di teras toko kue. Masih dalam keadaan hujan mereka berjalan mendekati mobil milik Desi. Sesaat Alika menghentikan langkahnya ketika ponselnya berbunyi dan mengambil ponsel tersebut dari saku celananya. Sebelum menggeser icon berwarna hijau Alika tersenyum ketika tau bahwa adiknya yang menelepon.

" Siapa?" tanya Desi ketika dia sudah di ambang pintu mobil miliknya.

" Abizar" kata Alika seraya tersenyum bahagia "Ssttt, jangan rame-rame kalau aku beliin dia kue ulang tahun" sambil memberi isyarat satu jari menutupi mulutnya.

" Iya-iya, ayo jawab pasti dia udah gak sabar pengen kejutan dari kamu" Nadia berkata tak kalah antusias dari Alika.

Segera Alika menggeser icon berwarna hijau " Assalamualikum Abizar.." memulai pembicaraan dengan nada antusias.

" Wa'alaikumsalam" jawab suara di seberang sana yang memang bukan pemilik ponsel tersebut.

Alika mengernyit heran dengan asal suara, " Abizar...?" tanya Alika heran.

" Saya bukan Abizar, saya dari kepolisian setempat."

Kali ini jantung Alika seperti berdetak lebih keras mendengar kalimat polisi. Dia bahkan tak langsung menjawab panggilan polisi yang berkali-kali memanggilnya. Dengan nada sedikit bergetar Alika memberanikan bertanya pada polisi tersebut. " Iya pak polisi, ada apa? bukannya ini ponsel adik saya." lanjut Alika dengan nada terputus-putus.

Sedangkan di depannya Desi dan Nadia saling menatap heran mendengar Alika menyebut pak polisi.

"Kami hanya ingin memberitahukan bahwa saudara Abizar Kurniawan telah mengalami kecelakaan dan saat ini sedang menuju ke rumah sakit terdekat. Kami harap anda segera menuju rumah sakit XX untuk mengurus segala perlengkapannya." Kata polisi tersebut tanpa jeda sekalipun.

Tatkala Alika merasa seluruh tubuhnya lemas, kue yang berada di tangannya pun jatuh seketika air matanya lolos begitu saja. Kedua temannya pun ikut terlonjak kaget melihat ekspresi Alika.

Segera Desi meraih ponsel yang masih berada di tangan Alika " Halo siapa ini?" tanya Desi berapi-api ketika melihat sahabatnya menangis. Dan seketika pula wajah Desi ikut pias saat mendengar apa yang di sampaikan oleh polisi tersebut. "Ayo kita masuk mobil" perintah Desi yang langsung mendorong Alika dan Nadia memasuki mobil kemudian Desi menancap gas menuju rumah sakit yang di sebutkan oleh polisi tadi.

Bersambung

Rumah sakit

Alika terus menangis dalam dekapan Nadia saat Desi masih fokus menyetir. Nadia yang tidak tau duduk permasalahannya bingung karena tangis Alika yang semakin pecah.

"Sebenarnya ada apa ini?" akhirnya Nadia bertanya karena disini dia seperti di abaikan.

"Abizar kecelakaan Nad" jawab Desi tanpa mengalihkan pandangannya ke depan.

"Apa?" Nadia pun tersentak kaget mendengar jawaban dari Desi sahabat karibnya itu.

"Udah sekarang lu tenangin Alika dulu" jawab Desi sambil sekilas menghadap kebelakang.

Selang beberapa waktu kemudian sampailah Alika dan teman-temannya di rumah sakit yang tadi di sampaikan oleh polisi yang menghubunginya. Buru-buru Alika keluar dari mobil dan langsung berlari menuju rumah sakit.

"Suster dimana adik saya?" tanya Alika dengan airmata yang masih membanjiri pipi mulusnya.

"Maaf...?" jawab perawat bingung saat berdiri di balik meja pendaftaran pasien.

"Maaf suster maksud teman saya, apa ada korban kecelakaan yang di evakuasi di rumah sakit ini?" tanya Desi sambil mengusap lengan Alika supaya berusaha untuk tenang.

"Oh apa maksud anda korban tabrak lari yang bernama Abizar Kurniawan?" tanya suster sambil mengecek daftar pasien.

"Benar dia adik saya" jawab Alika dengan nada antusias.

"Mohon untuk tunggu sebentar, dokter sedang menangani pasien. Silahkan anda menunggu disana" perawat berkata sambil menunjuk kursi tunggu di ruang UGD.

"Baik terimakasih suster" Desi dan Nadia akhirnya beriringan menggandeng Alika menuju kursi tunggu UGD.

"Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk dengan Abizar?" Alika berbicara dengan sedikit terbata mengingat adik satu-satunya yang saat ini bahkan masih belum bisa ia temui.

"Alika kamu yang sabar ya, pasti Abizar bakal baik-baik saja." Nadia berkata mencoba menenangkan hati sahabatnya itu.

"Apa anda saudara Abizar Kurniawan?" suara laki-laki yang berdiri di depan Alika mengalihkan perhatiannya.

"Iya benar saya Alika pak, bapak...?" Alika berdiri melihat polisi di depannya lalu di ikuti kedua temannya yang ikut berdiri juga.

"Saya yang tadi menghubungi anda, saat kami berpatroli kami menemukan korban kecelakaan yakni adik anda yang sudah tergeletak di tengah jalan raya. Lalu kami menelfon ambulan terdekat untuk mengevakuasi korban. Sepertinya saudara Abizar adalah korban tabrak lari." Jelas polisi tersebut tanpa jeda sedikitpun.

Wajah Alika sudah tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata lagi, deraian airmata tiada henti mengalir di pipi mulusnya. Sedangkan kedua temannya berusaha untuk menenangkan hati sahabatnya itu.

"Pak tolong usut kasus ini, saya...saya..." Alika bahkan tidak bisa melanjutkan kata-katanya mengingat adik semata wayangnya yang saat ini masih di tangani oleh dokter.

"Kami akan mengurus kasusnya, tapi sepertinya akan sedikit sulit karena kondisi di waktu kejadian tadi hujan. Tapi kami akan berusaha," tandas polisi tersebut.

"Baik pak terimakasih," Desi berkata mewakili Alika yang tiada henti menangis.

"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, ini tadi saya menemukan tas korban" polisi berkata seraya memberikan tas Abizar yang ada bekas darah. Alika menerimanya dan polisi pun berlalu meninggalkan ketiga orang tersebut.

Melihat tas Abizar yang berlumuran darah tangis Alika semakin pecah " Abizar..." berkata sambil memeluk tas Abizar.

"Sabar Alika, Abizar pasti baik-baik saja," sekali lagi Nadia berusaha menenangkan Alika.

"Saudara Abizar Kurniawan?" seorang perawat yang tadi berbicara di meja pendaftaran mendekati Alika.

"Iya saya suster" jawab Alika

"Dokter ingin menemui anda, mari ikut saya" kemudian berjalan menuju ruangan dokter yang di ikuti Alika di belakangnya. Tak butuh waktu lama mereka akhirnya sampai di ruangan dokter yang menangani Abizar. Setelah masuk dan duduk di hadapan dokter, perawat yang tadi membawa Alika kemudian keluar.

"Anda saudara dari Abizar Kurniawan?" tanya Dokter Ihsan yang diketahui dengan nametag yang melekat di baju kebesarannya.

"Benar saya Alika kakaknya Abizar," jawab Alika singkat. "Bagaimana keadaan adik saya dokter?" tanya Alika ingin segera tau keadaan adik semata wayangnya itu.

Dokter Ihsan terlihat menarik nafas panjang "Pasien mengalami luka yang cukup parah di bagian kepala, dan saat ini pasien...," menjeda kalimatnya dan berusaha memilih kalimat yang tepat untuk memberi tau Alika tentang kondisi Abizar yang sebenarnya.

"Pasien mengalami koma," jelas Dokter Ihsan.

Sudah tidak bisa dikatakan bagaimana lagi tentang raut wajah Alika saat ini antara kaget dan sedih, jantungnya pun sudah tidak berdetak dengan normal. "Mak-maksud dokter..?" dengan nada terbata-bata Alika berusaha menguatkan dirinya.

"Apa pasien pernah mengalami kecelakaan sebelum ini?" tanya Dokter Ihsan.

"Benar, enam tahun yang lalu waktu adik saya berumur enam belas tahun dia mengalami kecelakaan mobil bersama orang tua saya. Kedua orang tua saya meninggal dan Abizar baru sadar setelah empat hari," jelas Alika.

Terlihat dokter Ihsan menarik nafas. "Itulah kenapa saat ini pasien mengalami koma, kecelakaan dulu yang dia alami sepertinya terdapat luka yang sama di bagian kepala," tandas Dokter Ihsan.

"Maafkan saya saudari Alika, bahkan kami para dokter telah berusaha dengan keras." Dokter Ihsan mengakhiri penjelasannya.

"Tidak dokter..tolong selamatkan adik saya...saya mohon..," ucap Alika dengan mengatupkan kedua tangan di dada.

"Ini hanya rumah sakit swasta saudari Alika, jika anda berkenan anda bisa memindahkannya di rumah sakit yang lebih bagus" ucap Dokter Ihsan memberi saran.

"Tapi bagaimana dengan biayanya?" Ya benar Alika memang bukan dari keluarga yang kaya, dia bahkan hanya memiliki sedikit tabungan.

"Sekali lagi saya mohon maaf saudari Alika, itu hanya rekomendasi dari saya."

*

Dengan langkah gontai Alika keluar dari ruangan Dokter Ihsan, dia juga sudah menanyakan perihal biaya rumah sakit ini. Untuk sehari semalam saja dia harus membayar hampir dua juta karena memang Abizar butuh perawatan ekstra.

Perlahan Alika memasuki ruang perawatan Abizar, terlihat Abizar tengah tidur di bangkar dengan selang menempel di beberapa bagian tubuh adik kesayangannya itu.

Terlihat kedua sahabatnya yang tengah duduk di sofa menghampiri Alika. "Bagaimana keadaan Abizar kata dokter?" Nadia bertanya dengan perasaan sedih.

"Kata dokter, Abizar koma." Jawab Alika dengan mata yang kembali berkaca-kaca.

"Sebaiknya kalian pulang, ini bahkan sudah malam. Bukankah besok kalian harus bekerja? nanti orang tua kalian cemas," suruh Alika panjang lebar.

"Kenapa kami harus pulang, kami akan disini bersamamu." Desi berkata sambil memegang pundak Alika.

"Desi...aku mohon..."

Setelah bujuk rayu Alika akhirnya kedua sahabatnya pulang, tapi dengan ancaman Desi jika terjadi sesuatu segera hubungi kami kata Desi ketika akan melangkah pulang.

Perlahan Alika berjalan mendekati bangkar Abizar, dia memegang tangannya.

"Selamat ulang tahun Bi.."

Lalu mendekat ke telinga Abizar "Kakak menyayangimu, kakak mohon sadarlah jangan tinggalkan kakak sendiri," dengan isak tangis yang memenuhi ruangan Alika memeluk tubuh Abizar.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!