NovelToon NovelToon

My Cold Husband 2

Dijodohin?

...Jangan lupa pencet tombol like setelah membaca. Dan jangan lupa vote jika berkenan. Terimakasih banyak. Happy Reading dan semoga suka💙...

"Apa? Dijodohin?" Ucap Anin kaget saat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh El yang saat ini sedang duduk di hadapannya. Anin yang sedari tadi sibuk menyeruput Juice yang ada di meja terpelongo tidak percaya saat El mengatakan bahwa dirinya akan di jodohkan.

Anin, Stevan, El, dan Barra saat ini sedang berada di sebuah Caffe yang ada di pusat kota, mereka saat ini tengah menikmati akhir pekan bersama. Dan tentu saja ini bukan untuk yang pertama kalinya.

Karena semenjak masalah Anin dan Stevan sudah selesai lebih kurang tiga tahun yang lalu, mereka berempat memang sudah menjadi sahabat.

Berkumpul dan menghabiskan waktu bersama ketika sama-ama ada waktu luang dan tidak sedang bekerja itu sudah menjadi suatu kewajiban bagi mereka.

Dan selama itulah, El dan Barra masih seperti Tom and Jerry yang sulit sekali untuk di satukan. Karena bagi mereka, tiada hari tanpa bertengkar, tiada hari tanpa berdebat, dan tiada hari tanpa memaki satu sama lain meskipun El dulu sempat terpesona akan ketampanan Barra.

El mengangguk membenarkan dengan raut wajah cemberut.

"Iya. Lo kan tau sendiri Nin, usia gue udah 23 tahun. Tapi sampe sekarang gue masih aja belum punya pacar alias jomblo karatan. Apalagi gue anak tunggal, nyari pasangan sendiri juga kaga bisa. Makanya Mama sama Papa ngotot banget buat jodohin gue biar cepat-cepat nikah karena mereka pengen banget cepat-cepat punya cucu katanya"

El berbicara dengan raut wajah yang sama sekali tidak bersemangat. Sejujurnya El juga tidak ingin menuruti keinginan orang tuanya. El tidak ingin dijodohkan. Dia ingin mencari pendamping hidupnya sendiri.

Tapi apa boleh buat, El juga sama sekali tidak pandai dalam hubungan asmara, apalagi mencari pasangan. Hingga membuat El pasrah dengan apapun keputusan yang diambil oleh Mama dan Papanya. Toh itu semua juga demi kebaikan El bukan?

Singkat cerita, El bahkan tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun, dia tidak pernah PDKT dan semacamnya. Entahlah, El rasanya lebih merasa nyaman sendiri tanpa ribet memikirkan urusan percintaan. Tanpa dia sadari, bahwa memang waktu akan terus berjalan dan mau tidak mau El memang harus segera menikah dan berkeluarga.

"Makannya, jadi orang jangan songong, jutek, kasar, idup lagi. Jelas aja nggak ada yang mau sama lo" Itu suara Barra yang yang nyerocos saja tanpa diminta.

Pletakkkk

"Bisa diem nggak sih lo. Orang lagi serius juga" Kesal El menjitak kepala Barra.

"Santai aja dong nggak usah pake di jitak segala. Emak bapak gue susah payah bikin gue biar bisa sesempurna mungkin. Lo malah seenaknya aja ngejitak gue. Ntar pala gue peyot marah lo ibu negara di rumah" Barra mengusap kepalanya dan berbicara teramat sangat lebay.

"Lagian juga serius maemunah. Emang faktanya lo kan kaya begitu? makanya jadi cewek pinter dikit. Kalo ngomong sama cowok itu pake perasaan. Contohnya aja sama gue, nggak ada sopan santunnya lo kalo ngomong." Sambung Barra memutar bola matanya malas. Pria itu benar benar tidak pernah mau kalah.

"Dasar lo ya memang tutup panci. Tiap hari bikin gue kesal mulu kerjaan lo. Lo fikir lo siapa ha? sampai-sampai gue harus ngomong sopan santun dulu sama lo?presiden? bukan juga kan!"

"Eleh dibilangin ngegas." Sewot Barra.

"Serah lo ah. Gue lagi males debat" Pasarah El memutar bola matanya jengah dengan ocehan-ocehan Barra yang baginya sama sekali tidak jelas.

"Itu tadi lo udah debat. Ngegas lagi"

"Sekali lagi lo ngomong gue sumpel tu mulut pake ini tisyu" Kesal El melotot tajam ke arah Barra.

Anin dan Stevan menatap satu sama lain. Setiap mereka berkumpul, hanya adu mulut Barra dan El yang selalu mereka dengar dan saksikan.

Beberapa saat kemudian, Anin teringat akan sesuatu.

"El" Panggil Anin.

"Hm." Sahut El sembari meneguk Coffe yang ada di hadapannya.

Anin menatap El seksama. Menunggu apa yang akan diucapkan Anin.

"Calon laki lo bukan om-om kan El?" Tanya Anin penasaran yang sontak saja membuat mata El melotot.

"What? no no no. Gile kali sama om-om. Ya enggak lah Anin zeyeng. Kata Mama sama Papa sih dia seumuran sama gue."

Anin berfikir sejenak. "Hm. Kalo seumuran sih nggak Papa. Gass kuyy siapa tau ganteng" Ucap Anin polos.

"Terus kalo ganteng kenapa?" Timpal Stevan yang duduk di samping Anin dingin.

"Hehe nggak Papa sayang" Jawab Anin cengengesan sembari menggandeng tangan Stevan yang sedang duduk di samping dirinya. Itu salah satu cara membujuk Stevan.

Karena Stevan memang menjadi sok dingin ketika bersama El dan Barra. Tapi lain lagi jika dia sudah berdua dengan Anin. Sikap manjanya pasti bakal keluar.

"Gue yakin banget, orang yang dijodohin sama lo nggak bakal betah tinggal sama lo Elang." Ucap Barra kembali membuka suara.

"Nah ini nih yang bikin gue takut banget nikah. Apalagi kalo di jodoh-jodohin kaya gini nih. Amit-amit banget kalo sikap laki gue kaya dia" El menatap Barra jijik dan tidak suka.

"Yaelah. Lo fikir gue juga mau sama lo? Kan udah gue bilang, pacar gue lebih cantik keles dari pada lo. Lembut, baik lagi. Nggak kaya lo judes.!"

"Apaan sih gue tampol juga mulut lo nanti baru tau rasa" El benar benar terlihat marah. Pasalnya, gadis itu saat ini benar-benar sedang tidak mood untuk berdebat dengan Barra yang selalu saja mencari masalah.

"Udah udah. Bisa nggak, sekali aja kalian nggak berantem kenapa?" Lerai Anin.

"Barra. Untuk saat ini dimohon diam. Jangan memulai pertengkaran."

"Dan El, terus lo mau apa sekarang? mau nerima perjodohan itu apa gimana?" Tanya Anin serius.

"Hm. Ya mau gimana lagi Anin. Kata Mama sama Papa, kalo gue nggak mau di jodohin ya dalam seminggu gue harus bisa dapat calon sendiri. Lo pikir nyari laki semudah itu Apalagi cuma dalam waktu seminggu."

"Loh terus? mau lo?"

"Ya. Terpaksa gue terima lah perjodohannya!"

"Terus permasalahan sekarang apa?" Tanya Anin.

El terdiam. "Sebenarnya nggak ada permasalahan apaan sih. Gue cuma mau bilang gitu doang sama kalian"

Anin menghembuskan nafas kasar diiringi dengan helaan nafas pasrah.

"Sabar sayang sabar" Ucap Stevan mengusap usap punggung Anin sembarri menahan tawa saat melihat istrinya itu terlihat kesal.

"Dasar lo ya El. Gue pikir lo ngomong serius mau ngerencanain sesuatu gitu buat gagalin perjodohan lo apa gimana. Tapi... Ah udahlah, capek gue sama kalian berdua"

"Wkwk ya maap. Lagian juga percuma kalo gue coba batalin perjodohan itu. Karena mau pake cara apapun juga gue nggak bakal bisa gagalin apa yang udah disepakati Mama sama Papa. Kecuali gue punya calon sendiri"

"Terus lo udah ketemu sama calon suami lo itu? Hm" Tanya Anin.

"Belum sih. Besok malam, kata Mama kita ketemu" Jawab El.

"Emangnya lo mau dijodohin sama siapa sih El sama Papa Mama lo?" Tanya Anin masih belum puas. "Apa sama anak rekan bisnis Mama Papa lo? kaya di Novel Novel gitu?" sambung Anin kemudian.

El menaikkan bahunya. "May be" Jawab El menaikkan bahunya santai.

...Bantu Vote ya jika suka cerita ini. Makasih :)...

Ternyata Lo!

Malam ini adalah malam dimana El akan bertemu dengan calon suaminya. Gadis itu sekarang tengah duduk melamun menatap wajahnya dari pantulan kaca dari meja rias yang ada di kamarnya.

Entah apa yang El fikirkan. Apakah dia berubah fikiran dan tidak mau menikah? entahlah.

"El" Panggil seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah Mama Gita, Mama El yang baru saja datang dari arah pintu kamar.

El menoleh, dia memperhatikan Gita yang kini sudah rapi berjalan ke arahnya. Gita berdiri di belakang El. Wanita yang tidak lagi muda itu menatap El dari pantulan kaca. Gita mengelus rambut El lembut.

"Udah siap sayang?" Tanya Gita.

El tersenyum ke arah Gita dari pantulan kaca diiringi dengan anggukan yang membuat Gita mengerti.

"Yaudah. Kalo gitu kita ke bawah. Papa udah nunggu" ajak Gita.

El menurut. Kemudian mereka berjalan menuju ruang tamu. Dimana Dheo-- Papa El sudah menunggu kedua wanita kesayangannya itu di bawah sana.

"Aduh anak Papa cantik banget sih" Puji Dheo saat melihat penampilan El dengan Sheat dress berwarna putih yang membuat El semakin terlihat cantik, feminim, dan anggun tersebut.

"Aa Papa bisa aja. El jadi malu" Rengek El layaknya anak kecil. Hm. Menjadi anak tunggal memang membuat El selalu dimanjakan di rumahnya.

"Udah siap? ketemu calon mantu Papa?" Rayu Dheo tersenyum genit.

"Papa jangan digodai terus ih" Rengek El malu. Membuat tawa Dheo dan Gita memecah melihat tingkah putri satu satunya itu.

***

El, Gita, dan Dheo saat ini sudah berada di sebuah hotel mewah yang menjadi tempat pertemuan antara dua keluarga tersebut.

Entah mengapa, jantung El saat ini jadi berdetak tidak karuan. Tangannya terlihat dingin. El tidak menyangka bahwa sebentar lagi dia akan segera menikah dengan orang yang sama sekali belum El kenal.

"Hai Tuan Dheo" Sapa seorang yang berusia sekitar 49 tahun tersebut pada Dheo.

Dheo menoleh ke belakang. Senyumnya merekah saat mendapati seorang laki-laki yang seusianya itu. "Hai Tuan Bagas" Sapa Dheo kembali sopan.

"Apa anda sudah lama menunggu saya?" Tanya pria yang diketahui bernama Bagas tersebut pada Dheo. Lebih tepatnya tepatnya calon mertua El.

Kening El tertaut bingung. Dia tampak memikirkan sesuatu.

"Bagas..." Guman El dalam hati.

"Bagas..." Bibir El berucap lirih. Dia merasa sangat familyar dengan nama Bagas tersebut. El meras pernah mendengarnya. Tapi dimana?

"Aishhh siapa sih Bagas" Decak El kesal sendiri.

"Ayok Tuan. Anak-anak dan istri saya sudah menunggu" Ucap Bagas pada Dheo ramah.

"Oh. Iya.." Sahut Dheo tak kalah Ramah. "Ayok sayang" Ajak Dheo sembari memeluk pinggang dua wanita kesayanganya.

Kini, keluarga kecil yang berjumlah tiga orang itu berjalan mengikuti langkah Bagas dengan style jas hitam mewah yang membut Dheo terlihat berwibawa dari belakang.

Dari kejauahan, El melihat seorang wanita yang ia rasa memiliki usia yang tidak berbeda jauh dari Mamanya sedang duduk di sebuah meja yang sudah terdapat banyaknya makanan di atas meja. Dan El tentu saja bisa memastikan bahwa wanita tersebut adalah calon mertuanya.

Di samping wanita itu El juga melihat seorang gadis perempuan yang sangat cantik dan imut yang berusia kisaran tujuh belas tahun. Dan El juga meyakini bahwa dia pasti adik dari calon suaminya alias adik ipar El nantinya.

Dan, di depan kedua wanita tersebut. El melihat seorang pria tengah duduk membelakangi dirinya dengan jas senada dengan Bagas. Dia tampak berwibawa sekali.

Namun, otak El sekarang tampak mulai berfikir keras. Dia merasa tidak asing dengan lekuk tubuh dan gaya rambut pria itu. El merasa pernah bertemu dia. Tapi dimana?

"Selamat malam Nyonya Gita. Selamat datang" Sapa wanita bernama Vania tersebut pada Gita, Mama El.

"Hello tante. Selamat malam." Sapa Bunga, gadis yang ada di samping Vania pada Gita ramah.

"Selamat malam Nyonya Vania, Bunga" Sapa Gita tak kalah ramah. Gita memang sudah pernah beberapa kali bertemu dengan Bunga di kantor Bagas. Itulah sebabnya Gita mengenal Bunga.

"Silahkan duduk" Ucap Vania pada Gita. Ibu satu anak itu tersenyum mengangguk kemudian dia duduk di kursi kosong yang ada di hadapan calon suami El.

"Hai sayang. Ini anak kamu? cantik banget deh" Puji Vania sembari cipika cipiki dengan El.

"Hehe makasih tante" Jawab El malu.

Setelah bertegur sapa dengan Vania dan Bunga, El tidak berani lagi menegakkan pandangannya. Dia hanya menunduk, duduk di depan seorang yang akan menjadi calon suaminya tersebut.

Tangan El dingin, dia gemetaran. El benar benar takut. Pasalnya, El sama sekali belum mengenalnya. Apakah dia bisa menjadi suami yang baik untuk El? dan menerima segala kekurangan El? sekarang fikiran El dipenuhi dengan tanda tanya seperti itu.

"Barra, di sapa dong calon istrinya." Ucap Vania yang sontak saja membuat El kaget. Jantungnya berdetak tidak karuan kala mendengar nama Barra.

"Barra?" Lirih El dalam hati.

El memberanikan diri untuk menegakkan pandangannya. Alhasil, gadis itu benar-benar dibuat kaget dan tidak pecaya saat mendapati pria yang sangat rapi dengan jas hitam di depannya ini adalah Barra. Sahabat sekaligus lawan adu mulutnya.

"Lo?" Ucap El tidak percaya.

Lain hal dengan El, Barra justru tampak tidak terkejut sama sekali. Barra terlihat santai-santai saja. Namun kening Barra hanya tertaut bingung sembari menatap El dingin seperti sedang berfikir sesuatu.

"Kenapa dunia se sempit ini?" Itulah kata yang diucapkan oleh Barra dalam hati.

"Lho, kalian saling kenal?" Tanya Vania sembari mempehatikan Barra dan El bergantian.

"Di-dia" Ucap El gugup.

Kening Vania tertaut bingung penasaran melihat kedua manusia yang ada di hadapannya ini. Kedua manusia yang saling menatap satu sama lain. Namun, Vania tidak bisa mengartikan apa maksud dari tatapan tajam mereka itu?

"I-iya tante. Barra teman El semasa kuliah" Jawab El gugup.

"Wah bagus dong. Berarti kalian udah dekat. Bener ya kalo jodoh itu nggak bakal kemana" Ucap Vania senang dan antusias. Sementara El hanya cengengesan. Detik kemudian dia kembali menatap Barra tajam.

"Tante, om. El bisa ngomong sebentar nggak sama Barra?" Pinta El ragu.

Namun, hal itu justru di salah pahami oleh kedua keluarga. Mereka fikir hubungan El dan Barra terjalin dengan baik. Membuat mereka semua tersenyum senang. Tapi semua tidaklah seperti ekspetasi keluarga El dan juga Barra.

"Boleh. Boleh banget" Sahut Gita antusias.

***

El menarik tangan Barra tergesa gesa menjauh dari keluarga mereka. Hingga kini mereka berada di sebuah taman yang ada di Hotel tersebut.

"Eh Batu Bara. Ini maksudnya apa apan sih? lo mau ngejebak gue?" Tanya El kesal sembari menghempaskan tangan Barra kasar.

"Yaelah elang kutilang. Siapa juga yang mau ngejebak lo?" Jawab Barra tidak terima.

"Terus ini maksudnya apa? kenapa gue bisa dijodohin sama lo? ha?" Tanya El masih kesal.

"Ya mana gue tau!." Jawab Barra santai.

"Dasar lo ya. Jadi selama ini lo boong sok-sok an bilang udah punya pacar? padahal mah jomblo karatan juga. Gayanya aja belagu, padahal juga kaga laku! pake ngejek gue segala kerjaan lo tiap hari!" Kesal El menatap Barra sinis dengan tangan yang ia lipat di dada.

Barra terlihat kesal mendengar ucapan El. "Eh lo kalo ngomong dijaga ya. Nggak usah asal ngomong!"

"Ya terus ini maksudnya apa? katanya lo udah punya pacar, cantik, lembut dan baik daripada gue? terus, ini maksunya apa?"

"Asal lo tau ya elang kutilang. Gue juga nggak ngerti kenapa dari jutaan bahkan milyaran manusia yang ada di dunia ini, gue juga nggak ngerti kenapa gue harus dijodohin sama lo! Jadi lo nggak usah kegeeran nuduh gue ngejebak lo segala! kaya kurang kerjaan aja!"

El tertawa menyeringai. "Dasar sok ganteng, sombong, belagu. Padahal mah nggak ada apa apanya juga"

"Gue memang udah punya pacar, dan jelas lebih cantik dari lo!" Ucap Barra kembali membuka suara.

"Gue ngelakuin ini semua cuma karena keluarga gue. Tapi sial, ternyata perempuannya itu adalah lo!"

...Jangan lupa like, komen, dan vote ya kalo suka. Makasih :)...

Belajar Mencintai

Drrtttt

Drttttt

Ponsel Barra bergetar. Barra merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih tersebut dari dalam sana. Jemari Barra kini dengan lihai mengotak atik layat ponsel.

Wajah Barra seketika berubah tak ramah kala mendapati sebuah pesan entah dari siapa dan entah berisikan apa.

"Kalo gitu yaudah. Kita bisa bilang ke orang tua kita tentang kita yang sebenarnya. Dan perjodohan ini nggak usah dilanjutkan!" El hendak berjalan meninggalkan Barra di sana sendirian. Namun, Barra dengan cepat kembali menarik tangan El.

"Jangan gila lo!" Ujar Barra menatap El dalam. Saat ini jarak mereka benar-benar begitu dekat. Membuat El sedikit gugup.

"Nggak usah bikin orang tua kita malu!" Sambung Barra kemudian. Detik kemudian Barra menghempaskan tangan El kasar.

El melirik Barra bingung. Dia tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh laki laki yang ada di hadapannya ini.

"Ya terus? mau lo kita harus gimana?" Tanya El ketus.

"Ikuti aja alurnya" Ucap Barra kemudian berlalu meninggalkan El disana sendirian.

El mengentakkan kakinya kesal. "Aishh dasar lo ya batu! tiap hari bikin gue kesel mulu!" Ucap El kemudian berjalan mengejar Barra yang sudah lebih dulu kembali ke tempat keluarga mereka.

***

Barra mendudukkan tubuhnya di kursi yang tadinya dia duduki.

"Lho, Barra kok sendiri? El nya mana?" Tanya Gita saat mendapati Barra hanya kembali ke sana seorang diri.

"Ada tante di belakang. Tadi El bilang dia mau ke ke toilet dulu" Ucap Barra sopan dan berbohong pastinya.

"Widihhh kayaknya kalian akur banget ya. Nggak nyangka loh tante ternyata kalian saling kenal. Cocok banget lagi. Yang satu cantik, yang satu ganteng" Ujar Gita antusias.

"Hehehe" Barra hanya cengengesan tanpa mengucapkan satu patah kata.

Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Vania melihat El tengah berjalan ke arah mereka seorang diri. Ibu dua anak itu sepertinya benar benar menyukai El mulai dari pertemuan pertama ini.

"Nah, ini El. Kamu kemana aja sih sayang?" Tanya Vania saat El sudah kembali ke tempat duduknya, tepat di hadapan Barra.

El melotot ke arah Barra. "Ngadem dulu tan. Nenangin diri di luar. Disini auranya panas banget" Sindir El yang jelas ditujukan pada Barra.

Barra tentu saja paham dengan maksud dari sindirian El. Namun dia lebih memilih tidak bodo amat seolah tidak tau apa-apa.

"Panas? perasaan disini nggak panas deh. Orang itu AC nya juga idup. Apa kamu demam?" Seru Vania sembari mengusap kening El.

"Tapi nggak panas kok" Jawab Vania sendiri.

"Cuacanya memang enggak panas tante. Tapi hati El yang panas"

"Uuuu pasti karena nggak ngangka calon suami kamu Barra ya? orang yang udah kamu suka? cie-cie. Memang begitu, jodoh itu memang nggak pernah di sangka-sangka El. Dulu tante sama om juga gitu." Ujar Vania yang sontak saja membuat El melotot.

Yang benar saja El senang karena mengetahui calon suaminya Barra? yang ada juga El kesal setengah mati kenapa dari sekian banyak manusia di dunia ini harus Barra yang dijodohkan dengan dirinya. Seperti tidak ada laki laki lain saja.

"Dasar ya anak muda jaman sekarang. Harus dulu nunggu dijodohin kaya gini. Apa salahnya selama ini inisiatif sendiri gitu" Itu suara Dheo yang mulai membuka suara.

"Tau tuh. Padahal juga udah saling kenal, udah saling sayang, udah saling suka, satu kampus lagi." Timpal Bagas.

"Ukhhukkk" El yang hendak meneguk minuman tersentak mendengar apa yang diucapkan oleh orang tuanya.

"Lah kenapa El?" Tanya Vania.

"Salting itu Ma. Salting" Timpal Bunga, adik Barra membuat semua yang ada di sana tertawa.

***

Acara makan malam dan pertemuan kedua keluarga itu kini sudah selesai. Mereka sudah bercerita tentang banyak hal termasuk acara pernikahan El dan juga Barra.

Saat ini, Bagas Family dan Dheo Family sudah berada di lobby hotel hendak pulang ke rumah masing-masing.

"Bang. Kamu pulang sama El aja ya?" Ucap Vania tiba tiba pada putranya.

El melotot tidak percaya. "Nggak usah tante. El pulang sama Mama Papa aja nggak papa" Tolak El sungkan.

"Jangan gitu dong sayang. Kan kalian udah kenal lama. Udah deket juga, jadi kamu pulang sama Barra aja ya. Biar nanti nggak malu malu lagi. Lagian Mama sama Papa juga mau pacaran dulu. Nggak mau di gangguin kamu" Timpal Gita.

"Tapi Maa.."

"Udah nggak usah pake tapi tapian. Mama tau kamu itu cuma malu. Yakan? nggak usah malu juga kali Mama juga pernah muda tau" Rayu Gita.

El menghembuskan nafas pasrah. Dia sama sekali tidak pernah membayangkan hal seperti ini akan terjadi.

***

El dan Barra kini sudah berada di perjalanan menuju rumah El. Sedari tadi, hanya keheningan yang tercipta di mobil Barra. Tidak ada suara dari El maupun Barra. Mereka hanya diam dan tidak ada satu patah katapun terdengar di dalam sana.

Barra sedari tadi hanya fokus akan kemudinya. Sementara El juga fokus menatap kosong ke arah depan, memperhatikan jalanan yang masih padat oleh kendaraan di pusat kota.

Namun, detik kemudian, tangan Barra terulur menyetel musik di dashboard mobilnya. Barra memutar lagu Location Unknow hingga membuat perhatian El teralih ke arahnya.

El memperhatikan wajah Barra dengan seksama. Barra sepertinya sangat meresapi lagu tersebut. El merasa Barra hari ini sungguh berbeda. Dia tidak seperti Barra yang selama ini El kenal.

Entahlah. Entah apa yang berbeda dari pria itu saat ini. El sama sekali tidak tau. El tidak bisa menjelaskan, tapi El bisa merasakan.

Berhubung Hotel tempat acara pertemuan keluarga El dan Barra memang teletak cukup jauh dari rumah El. Tanpa sadar El ternyata sudah tertidur di atas mobil.

Barra menghentikan mobilnya saat sudah sampai di depan pekarangan rumah El. Barra menoleh ke samping, memperhatikan El dengan seksama. Barra menatap wajah El sejenak lalu kembali memalingkan pandangannya ke depan.

"Bangun woi. Udah nyampe di rumah lo!" Ucap Barra dingin tanpa mengalihkan pandangannya pada El. Dan hal itu sontak membuat El tersadar.

"Astaga. Gue ketiduran" Gumam El. Karena sebelumnya, El tidak biasa tertidur begitu lelap di mobil orang lain. Bahkan di mobil Mama dan Papanya sendiri.

"Yaudah kalo gitu gue masuk" Pamit El pada Barra.

"Hm" Sahut Barra dingin tidak seperti biasanya. Barra memperhatikan El yang baru saja turun dari mobilnya. Lantas, dia kembali menoleh ke depan. Namun, tatapan Barra kali ini terfokus pada seorang gadis yang kini tengah berdiri di depan gerbang rumah El.

Dia menatap gadis yang seusia dengan dirinya itu lekat dari dalam mobil, sebelum Barra memutuskan untuk bergegas keluar dari mobil.

"El" Panggil Barra pada El yang sudah melangkah sedikit menjauh dari mobilnya.

El menoleh ke arah belakang. Dia mentap Barra bingung. "Apa?" sahutnya.

Barra menatap gadis yang diketahui bernama Clara tersebut. Begitupun sebaliknya. Mereka saat ini tampak saling melempar tatapan yang tidak dapat diartikan satu sama lain.

"Besok pagi gue jemput lo. Gue mau mencoba mencintai lo sebelum hari pernikahan kita" Ucap Barra tiba-tiba.

Kening El tertaut mendengar apa yang diucapkan oleh Barra. "Apa Barra sedang bermimpi? Kenapa dia tiba-tiba berubah fikiran?" Fikir El.

El memalingkan pandangannya ke arah Clara yang baru saja dia sadari keberadaannya. Satu sudut bibir El terangkat, dia menatap Clara tidak suka.

"Oke. Kayanya gue juga gitu" Ujar El kemudian berjalan mendahului Clara dengan raut wajah songongnya.

Semenrara Barra bergegas kembali memasuki mobilnya. Dia menatap Clara dengan tatapan yang tidak dapat diartikan dari dalam mobil. Sebelum Barra memutuskan untuk segera pergi dari sana.

...Jangan lupa like, komen, dan vote ya. Makasih :)...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!