👋Haayy Assalamualaikum teman-teman, selamat datang di Novel "****CINTA HAIDEE****", semoga menghibur dan bermanfaat bagi teman dan juga author.
🌹HAPPY READING🌹
Tampak seorang wanita cantik dengan jilbab instannya sedang berdiri di balkon kamar. Memandangi indahnya hamparan bunga di taman rumah mewah yang ia tempati dengan tatapan kosong. Air mata yang mengalir seakan mewakili segala kegundahan yang ada dihatinya. Ketakutan melanda hatinya seolah-olah esok ia akan pergi jauh. Setahun bertahan hidup dibalik jeruji besi memberikan ia banyak pelajaran. Seminggu yang lalu Dee keluar dari penjara dan kembali ke rumah untuk menemui suami dan anaknya. Tapi harapan tak selalu sesuai dengan keinginan. Sesuatu yang menyakitkan harus diterimanya. Kebencian dari sang suami dan ketakutan anak terhadap dirinya yang dicap sebagai orang jahat.
"Ya Allah mengapa rasanya sakit sekali," ucap gadis cantik sambil meremas jilbab bagian dadanya yang terasa sangat sesak bak dihimpit ribuan Batu.
"Dee tidak melakukan kesalahan apapun tapi mengapa Dee yang harus dibenci? mengapa Dee yang harus menanggung beban dosa orang lain? Dee sudah berusaha iklhas tapi mengapa masih sakit seperti ini?"
Ya, dia adalah Haidee Tsabina. Wanita yang mulanya sangat dicintai oleh suami dan anaknya, dipercaya oleh keluarga kini harus merasakan hidup bak orang asing di keluarganya sendiri.
Karena satu kesalahan yang tak pernah dilakukannya dan menimbulkan kesalahan pahaman, ia harus menerima semua kenyataan pahit. Dia tidak akan sehancur ini jika tidak dipercayai oleh kedua orang tuanya. Tapi suaminya? Ibrahim Rubino Hebi. dunianya seakan hancur menerima kenyataan bahwa suaminya sendiri tidak percaya dan hanyut dalam kesalahpahaman.
Anak? Dee memiliki seorang putra kecil yang sangat tampan, Albarra Gavino Hebi. Hidup terpisah dari anaknya selama satu tahun karena harus membayar kesalahan yang tidak pernah ia lakukan di balik jeruji besi membuat sang anak jauh dan menerima kasih sayang wanita lain yang ia ketahui adalah sahabat suaminya.
Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, Dee keluar dari kamar dan turun kebawah saat mendengar suara mobil terparkir didepan rumahnya.
Dari arah pintu rumah tampak seorang balita imut nan tampan berusia 4 tahun masuk kedalam rumah diikuti oleh seorang lelaki dewasa tampan dibelakangnya.
Haidee berjalan menghampiri mereka "Assalamualaikum anak Umi, bagaimana sekolahnya?" tanya Dee saat telah sampai didepan balita tampan itu dan mensejajarkan tinggi tubuhnya. Ya, dua orang yang memasuki rumah tadi adalah anak dan suaminya.
Senyum yang tadinya mengembang dibibir perlahan surut karena kedatangan Dee. Al memiringkan kepala kearah Abinya untuk meminta izin menjawab pertanyaan Dee. Setelah mendapat anggukan dari Ibrahim, Al kembali melihat kearah Dee.
"Mmm,,, sangat menyenangkan, Umi." Jawab Al pelan dengan kepala menunduk tidak berani melihat Uminya.
Melihat anaknya yang ketakutan membuat hati Dee yang sudah sakit menjadi lebih sakit. "Apa Al takut sama Umi? Umi bukan orang jahat." Lirih Dee dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Kalau bukan olang jahat kenapa Umi masuk penjala? bukankah penjala tempat olang jahat ?" balas Al polos dengan logat cadelnya, dan sayangnya ucapan itu mampu mencabik-cabik hati Dee.
Hati Ibu mana yang tidak sakit mendengar ucapan anak yang mengatakan ia seorang penjahat. Terlebih itu adalah anak yang ia lahirkan dari rahimnya sendiri. Tapi Dee hanya bisa tersenyum pilu sambil memandang wajah anaknya. Terlalu kecil bagi Al untuk mengetahui semuanya. Tidak ingin ketakutan anaknya bertambah, Dee langsung saja melepaskan pegangan tangannya pada Al dan membiarkan Al berlari menuju kamarnya.
Setelah Al pergi, Dee beralih menatap Ibra yang tampak membuang muka seakan jijik untuk melihatnya.
"Mas,," Panggil Dee pada Ibra sambil mengulurkan tangan untuk menyalami Ibra.
Muak rasanya Ibra mendengar suara seorang yang ia sayangi tapi tega mengkhianatinya. Andai Ibra tahu yang sebenarnya apa ia tidak akan menyesal?
Melihat tidak ada pergerakan dari Ibra, Dee kembali menarik tangannya sambil tersenyum.
"Mas mau makan siang di rumah atau kembali ke kantor? biar Dee sia-" belum selesai Dee berkata Ibra sudah lebih dulu memotong ucapannya.
"Jangan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Saat ini kau hanya sebagai Ibu dari anakku. Tidak usah pedulikan aku. Jijik rasanya jika aku harus menerima makan dari tangan kotor milikmu," ucap Ibra dan berlalu keluar rumah.
Melihat tubuh suaminya yang berjalan menjauh Dee hanya tersenyum getir "tenanglah Dee, mas Ibra hanya salah paham, saat semua jelas maka kau akan mendapat cinta yang lebih besar dari suamimu", ucap Dee berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Setelah melihat suaminya pergi, Dee berjalan menaiki tangga menuju kamar anaknya. Dengan perlahan Dee membuka pintu kamar Al agar tidak mengagetkan anak tersebut. Pintu kamar terbuka dan memperlihatkan seorang balita tampan sedang tertidur dengan pakaian play group yang masih melekat di badannya.
Perlahan Dee berjalan mendekati kasur Al. Duduk perlahan di bibir kasur agar tidak mengusik tidur sang anak. Jemari lentik Dee terulur mengusap lembut rambut Al yang tampak berantakan karena tidur.
"Umi sangat sayang sama Al. Semoga dewasa nanti Al menjadi lelaki yang bijak dan penuh kasih sayang. Umi harap cepat atau lambat Al bisa lengket lagi sama Umi kayak dulu. Umi sangat merindukan Al", ucap Dee dengan mata yang berkaca-kaca memandangi wajah tampan anaknya.
Satu tahun dipenjara membuat Dee jauh dari anaknya. Entah apa yang diketahui oleh anaknya hingga Al sangat takut kepada Dee. Tidak ada yang tahu bagaimana Dee menjalani kehidupannya di penjara, dimusuhi dan disiksa oleh teman satu sel hingga tubuhnya luka dan lebam dilalui Dee hampir setiap hari tanpa satupun keluarga yang menjenguknya.
Karena keasikan memandangi wajah Al, Dee tertidur dengan posisi duduk dan bersandar di kepala ranjang dengan tangan yang terus saja mengusap rambut anaknya.
Kasur yang sedikit bergoyang membuat Dee perlahan membuka matanya. Saat membuka mata ia dapat melihat Al yang perlahan mundur menjauhinya.
"Ke-kenapa Umi disini?"
"Umi merindukan anak Umi," ucap Dee lembut.
Perlahan Dee mendekatkan dirinya kepada Al, tangannya terulur memeluk tubuh anaknya. Belum sempat Dee memeluk Al sudah lebih dulu mengusir Dee.
"Pelgi! Al takut sama Umi, Al ga mau kalau Deket Umi. Nanti Al bisa meninggal. Pelgi!" ucap Al mengusir Dee dari kamarnya.
Bagai ditusuk ribuan panah hati Dee terasa sangat sakit. Anak yang dulu sangat mencintainya kini sangat takut melihat keberadaannya.
Seakan tuli, Dee terus saja mendekatkan dirinya kepada Al. Al yang terus memberontak memekik ketakutan hingga suaranya terdengar sampai lantai bawah.
Ibra yang tadi dalam perjalanan menuju kantor harus putar balik ke rumah mengambil file penting. Kemarahannya karena kehadiran Dee membuat Ibra melupakan segalanya.
"Sial", ucap Ibra memukul stir mobilnya.
Setelah sampai di rumah Ibra langsung turun dan masuk ke rumah. Saat tiba diruang tamu Ibra mendengar suara teriakan Al dari lantai atas. Tanpa pikir panjang Ibra langsung berlari menaiki tangga, takut terjadi hal-hal buruk kepada anaknya.
Sampai di depan kamar Al, Ibra langsung membuka pintu dengan kasar.
"Braak"
......................
Hai Teman-Teman, Terimakasi sudah mampir dan temani Dee menggapai kembali cinta suaminya yaa ,,,
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa untuk melihat ucapan ucapan mutiara author yaa.....
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa
🌹HAPPY READING🌹
Braakk
Suara pintu terbuka secara kasar berhasil mengalihkan pandangan Al dan Dee. Al yang melihat Ibra berdiri didepan pintu langsung berlari kearah Ibra.
"Al, nonton TV dulu ya dibawah. Abi mau bicara sebentar sama Umi", ucap Ibra menenangkan saat Al berada di gendongannya.
Al mengangguk dan turun dari gendongan Ibra. Saat dirasa Al sudah keluar, Ibra menutup pintu kamar Al dan berjalan kearah Dee.
Dee yang melihat tatapan nyala suaminya hanya menunduk takut.
"Sudah aku peringatkan jangan dekati Al," ucap Ibra memperingati Dee.
"Adek hanya merindukan Al mas. Apa salah jika adek memeluk anak adek sendiri", Dee berusaha untuk membela dirinya.
"Memang tidak ada yang salah jika seorang Ibu memeluk anaknya. Tapi kau wanita jahat berwujud malaikat yang sialnya adalah ibu dari anakku. Bahkan anjing saja lebih baik dari dirimu", teriak Ibra meluapkan emosi yang sedari tadi ia tahan kepada Dee.
Sakit, perih, sesak, itu lah yang dirasakan Dee mendengar setiap ucapan yang keluar dari mulut suaminya. Jika tau akan seperti ini, maka Dee akan memilih mati dalam penjara daripada harus hidup seperti ini.
"Aku mengizinkanmu kembali ke rumah ini karena kau masih berstatus sebagai istri ku. Aku masih menghargai dirimu karena sialnya rasa cintaku padamu masih ada disini," ucap Ibra sedikit tenang menunjuk kearah dada sebelah kirinya. "Tapi aku mohon jangan menganggu kenyamanan di rumah ini, terutama Al. Dia masih terlalu kecil untuk menerima kenyataan bahwa ibunya adalah mantan seorang narapidana," sambung Ibra.
Mendengar ucapan suaminya membuat Dee terdiam sambil tetap memandangi wajah lelaki yang selalu menjadi semangatnya.
"Adek pulang kemari karena memang mas dan Al adalah tempat untuk adek kembali. Tempat adek mengadu dan berbagi. Kalian adalah keluarga adek," ucap Dee bergetar menahan tangisnya.
"Kalau memang adek terlihat sangat menjijikan untuk mas dan Al, adek akan berusaha menghapus noda itu. Agar mata mas bisa kembali bersinar saat melihat adek, dan terimakasih karena mas menjaga cinta mas untuk adek," sambung Dee melanjutkan ucapannya.
"Berusahalah, tapi jangan salahkan aku jika nanti aku sudah muak hingga cintaku saja sudah tidak mampu lagi untuk membendung rasa benciku," ucap Ibra sambil berlalu pergi meninggalkan Dee seorang diri didalam kamar Al.
"Mas tidak akan pernah membenci adek, karena tidak ada manusia yang benci terhadap tulang rusuknya sendiri. Dan adek percaya, Tuhan akan mendengar doa dan mengiringi setiap usaha adek," ucap Dee lirih dengan air mata yang sudah tidak mampu lagi ia tahan karena melihat tatapan benci, kecewa dan juga cinta secara bersamaan di mata suaminya.
Setelah keluar dari kamar Al, Ibra dapat melihat anaknya yang sedang duduk menghadap Televisi. Tetapi pandangan Al seperti menerawang jauh. Perlahan Ibra berjalan mendekati Al.
"Al," panggil Ibra kepada Al.
Al yang tengah melamun tidak mendengar panggilan Ibra. Melihat Al yang tidak bergeming Ibra langsung mengangkat Al ke dalam gendongannya.
"Abi," ucap Al kaget karena Ibra.
Melihat wajah kaget Al membuat Ibra menerbitkan senyum di bibirnya. Sangat menggemaskan ketika melihat Al yang terkejut dengan mata membulat dan mengerjap polos. "Al ikut Abi kekantor ya! Nanti di sana Al bisa main bareng aunty Naina".
Mendengar nama Naina membuat Al senang dan tanpa ragu menganggukkan kepala semangat menyetujui Abinya.
Mendapat persetujuan Al, Ibra langsung berjalan keluar rumah sambil menggendong Al dan langsung pergi menuju kantornya.
Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seseorang yang mendengar setiap ucapan dan melihat setiap interaksi ayah dan anak itu dari lantai atas. Dee mengusap air mata yang keluar dengan punggung tangannya melihat kepergian anak dan suaminya.
Belum sembuh luka hati karena penolakan anak dan suaminya, Dee harus kembali terluka karena melihat kebahagiaan anaknya dengan wanita lain. Mendengarnya saja sudah membuat Al sangat senang apalagi jika mereka bertemu dan bermain bersama? rasanya tidak sanggup jika harus menjadi seorang Haidee Tsabina.
Mobil yang dikendarai Ibra sampai di lobi depan kantor yang sangat megah. Siap yang tidak tahu dengan Hebi's Global Group atau lebih dikenal dengan HGG Office. Perusahaan besar yang berjalan di bidang properti, entertainment dan tekstil. Ibra yang dikenal sebagai CEO turun dari mobil setelah bodyguard membukakan pintu mobilnya. Ibra berjalan mengelilingi bagian depan mobil membukakan pintu mobil yang diduduki Al.
Setelah keluar dari mobil, tampak beberapa bodyguard membungkuk hormat kepada Ibra dan Al. Ibra yang sudah terbiasa hanya cuek dan terus berjalan dengan Al yabg ada digendonganya.
Disepanjang perjalanan menuju lift keruangannya banyak tatapan memuja dan kagum dari karyawan melihat ketampanan Ayah dan anak tersebut. Tapi keduanya tampak Acuh dan cuek. Benar-benar like father like son.
"Onty Naina," panggil Al saat melihat seorang gadis cantik yang tengah duduk dibalik meja depan ruangan Ibra.
"Sayang, kau sudah datang. Aunty rindu sekali sama Al, padahal baru seminggu kita ga ketemu," ucap Naina memeluk tubuh mungil Al yang ada didepannya.
Semenjak kepulangan Dee, Naina memang sudah tidak lagi bertemu dengan Al. Naina berfikir Al pasti senang atas kepulang Dee.
"Al juga lindu sama onty. Kenapa onty ga main kelumah Al lagi? Apa onty udah ga sayang sama Al?" ucap Al sambil terus memeluk Naina erat.
"Kan dirumah sudah ada Umi, jadi Al main sama Umi yaa," bujuk Naina lembut.
"Umi Olang jahat, Al takut," ucap Al polos yang membuat Naina terkejut dan langsung menatap kearah Ibra yang membuang pandangan mendengar ucapan anaknya.
"Almain dulu diruangan Abi ya, aunty mau ngomong dulu sama Abi," ucap Naina lembut.
"Tapi nanti main sama Al, halus main lama-lama," ucap Al memberi syarat kepada Naina. Naina tersenyum dan mengangguk. Al turun dari pelukan Naina dan berlari masuk keruangan Abinya yang sudah disediakan tempat khusus untuk bermain.
Melihat Al yang sudah masuk keruangan Ibra, Naina memicingkan mata mengintimidasi Ibra, "Kau tidak memberi pengertian kepada Al mengenai Dee?" ucap Naina.
"Aku harus mengatakan apa? bahkan tanpa aku mengatakan apapun Al sudah bersikap seolah ia mengerti semuanya."
"Lalu kau hanya diam saja? tidak ada usahamu untuk membujuk Al dan memaafkan kesalahan Dee?"
"Tidak ada yang bisa dikatakan karena memang begitu kenyataannya, bahwa Ibunya seorang mantan narapidana," ucap Ibra berlalu meninggalkan Naina memasuki ruangannya.
Naina yang melihat sikap keras kepala dan ego Ibra hanya menghela napas. Susah memang meyakinkan Ibra mengenai Dee, pikirnya. Tidak mau semakin larut dengan pemikirannya Naina menyusul Ibra dan Al kedalam ruangan Ibra.
......................
Hai Teman-Teman, Terimakasi sudah mampir dan temani Dee menggapai kembali cinta suaminya yaa ,,,
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa untuk melihat ucapan ucapan mutiara author yaa.....
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa
🌹HAPPY READING🌹
Senja telah menjelang, menandakan matahari akan mengakhiri tugasnya menerangi bumi. Saat ini Dee tampak berkutat dengan peralatan dapurnya, dibantu oleh Bi Nini pembantu rumah tangganya.
"Ini semua sudah bibi potong Nyonya, ada yang bisa bibi bantu lagi?" tanya Bi Nini setelah ia menyelesaikan pekerjaan potong memotong bahan masakan.
Dee menoleh, "Udah ga ada Bi, biar Dee yang selesaikan semuanya. Hari ini Dee mau buatin makan malam spesial buat ma Ibra sama Al. Bibi bisa kerjain yang lain", ucap Dee semangat dan tersenyum.
"Baiklah Nya. Nanti kalau ada apa-apa Nyonya bisa panggil Bibi. Kalau begitu Bibi permisi Nya," ucap Bi Nini.
"Iya Bi," jawab Dee mengizinkan Bi Nini pergi.
Selesai memasak, Dee menghidangkannya di meja makan. Setelah semua dirasa beres, Dee berniat akan ke kamar untuk membersihkan diri, bersiap untuk menunggu kepulangan anak dan suaminya.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Dee yang sedari tadi duduk di teras rumah menunggu kepulangan anak dan suaminya, tidak melihat tanda-tanda kepulangan mereka.
Disebuah restoran mewah, tampak Ibra, Al dan Naina sedang duduk bersama menikmati makan malam. Karena meeting yang membutuhkan waktu cukup lama, Ibra tidak langsung pulang. Ia mengajak Al untuk makan malam terlebih dahulu. Terlihat Al sangat menikmati makan malamnya disuapi Ibra.
Tidak tahukah Ibra bahwa ada seseorang yang sedang mencemaskan ia dan anaknya. Menahan rasa lapar nya agar bisa menikmati makan malam bersama.
"Mas Ibra kemana yaa kok belum pulang juga?" gumam Dee sambil mondar mandir di teras rumahnya.
"Semoga, Al dan mas Ibra baik-baik aja."
Bi Nini yang merasa kasian melihat majikannya pun mendekati Dee dan meminta Dee untuk menunggu kepulangan Ibra dan Al didalam rumah karena cuaca malam yang dingin. "Nyonya, sebaiknya kita menunggu kepulangan Tuan dan Tuan Muda di dalam saja. Udara malam tidak akan baik untuk kesehatan Nyonya."
"Tunggu sebentar lagi Bi. Mas Ibra sama Al pasti pulang sebentar lagi," ucap Dee kekeuh menunggu Ibra.
Tidak tega meninggalkan Dee sendiri, Bi Nini menemani Dee untuk menunggu Ibra dan Al. Ia ikut berdiri disebelah Dee. "Nyonya harus banyak bersabar menghadapi semua ini. Mungkin untuk saat ini Tuan dan Tuan Muda masih belum menerima Nyonya kembali. Tapi percayalah Nyonya, Allah selalu ada bersama hambanya. Kesabaran dan keikhlasan Nyonya akan membawa nyonya kepada kebahagiaan, hingga nyonya lupa bagaimana rasanya luka," ucap Bi Nini menyemangati Dee.
"Apa Bibi percaya dengan Dee? Dee bukan orang jahat seperti yang mereka katakan."
"Bibi percaya, Nyonya orang baik," ucap Bi Nini menyemangati Dee. "Karena memang bukan Nyonya yang menyebabkan semua kekacauan nya. Maafkan Bibi tidak bisa mengatakan kebenarannya kepada Nyonya dan Tuan", sambung Bibi dalam hati.
Tepat pukul 10 malam nampak mobil suaminya memasuki pekarangan rumah. Senyum mengembang terlihat di bibir mungil Dee saat melihat suaminya turun dari mobil. Senyum Dee surut ketika melihat Ibra membukakan pintu mobil, da keluarlah seorang wanita yang sedang menggendong Al yang nampak tertidur. Wanita itu Naina.
Saat sampai di teras rumah, Ibra dan Naina menghentikan langkah melihat keberadaan Dee.
"Na, tolong bawa Al tidur dikamarnya!" ucap Ibra dan Naina mengangguk.
Dee hanya bisa tersenyum pedih melihat anaknya yang terlihat sangat nyaman dipelukan wanita lain.
"Mas," panggil Dee sambil mengambil tangan Ibra, dan mencium punggung tangannya.
Ibra hanya diam, dan pergi meninggalkan Dee yang masih berdiri melihat kepergian suaminya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Melihat bagaimana kedekatan Ibra, Al dan Naina membuat hati Dee sakit. Tapi Dee cukup tau diri karena selama ia di penjara, Naina yang telah merawat dan menemani Al bermain.
"Nyonya," panggil Bi Nini membuyarkan Dee dari lamunannya.
Dee menoleh dan tersenyum ke arah Bi Nini, "Tidak apa-apa Bi, Dee baik-baik aja," ucap Dee meyakinkan Bi Nini. Akhirnya Dee dan Bi Nini masuk ke rumah. Bi Nini langsung meminta izin kembali ke kamarnya sedangkan Dee menyusul suaminya.
Ceklek,,
Suara pintu terbuka. Dee memasuki kamar, ia tidak melihat keberadaan Ibra. Terdengar suara gemercik air dari kamar mandi, menandakan ada seorang yang sedang mandi, dan Dee yakin itu pasti suaminya. Dee berjalan kearah walk in closet menyiapkan pakaian tidur untuk Ibra dan meletakkannya di atas kasur. Setelah selesai Dee keluar dan berjalan ke kamar Al.
Hal pertama yang Dee lihat saat memasuki kamar anaknya adalah Naina dan Al yang tidur sambil berpelukan. Dee yang tadinya berniat ingin membangunkan Naina, menjadi tidak tega melihat wajah nyaman Al yang sedang tertidur di pelukan Naina.
Ibra yang sudah selesai dengan ritual mandinya melihat baju yang sudah disediakan di kasur. Ia yakin pasti istrinya yang sudah menyiapkan. Tanpa pikir panjang, Ibra mengambil baju tersebut dan langsung memakainya. Karena lelah, Ibra merebahkan dirinya di atas kasur. Memejamkan mata dengan sebelah tangan di atas kepalanya.
Dee kembali ke kamarnya. Melihat Ibra yang tidur tanpa selimut, Dee menyelimuti tubuh suaminya sampai batas leher, dan barulah ia mengganti bajunya dengan pakaian tidur yang panjang menutupi tubuhnya. Setelah selesai, Dee ikut merebahkan diri di samping suaminya dan masuk kedalam selimut yang sama dengan Ibra.
Saat tengah malam, Ibra merasakan lapar. Matanya perlahan terbuka. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah istrinya yang begitu cantik, tapi Ibra menepis hal itu karena egonya. Ibra bangun dengan perlahan dan turun menuju dapur melihat makanan yang ada. Sampai di meja makan, mata Ibra melihat makanan yang sudah tertata rapi disana. Ada sedikit rasa bersalah di hati Ibra. Pasti tadi istrinya menunggu sambil berdiri di depan teras untuk mengajaknya makan malam bersama. Tapi ego dan rasa kecewanya kepada Dee menyebabkan ia buta, dan tidak bisa melihat semua kebenarannya.
Lamunan Ibra buyar saat mendengar suara Bi Nini memanggilnya.
"Eh Bibi, kenapa belum tidur Bi?" tanya Ibra ramah kepada Bi Nini.
"Bibi haus dan mengambil minum Tuan. Tuan mau makan?" ucap Bi Nini yang sedari tadi sudah melihat Ibra memandangi masakan Dee.
"Iya Bi. Tiba-tiba aku merasa lapar."
"Apa perlu Bibi siapkan makan dulu, Tuan?"
"Tidak usah, Bi. Aku makan yang ini saja," ucap Ibra sambil menunjuk makanan didepannya.
"Baiklah Tuan. Nyonya menyiapkan makanan ini dari sore agar bisa makan bersama Tuan dan Tuan Muda. Cobalah untuk membuka mata Tuan, carilah kebenaran yang sebenarnya. Jika suatu hari nanti, tuan tidak ingin merasakan penyesalan yang sedalam-dalamnya."
"Semua bukti menunjukan bahwa Dee pelakunya, Bi," ujar Ibra datar.
"Tidak semua bukti menunjukkan kebenaran tuan. Bibi permisi dulu," ucap Bi Nini pergi meninggalkan Ibra.
......................
Hai Teman-Teman, Terimakasi sudah mampir dan temani Dee menggapai kembali cinta suaminya yaa ,,,
Jangan lupa follow Instagram author @nonam_arwa untuk melihat ucapan ucapan mutiara author yaa.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!