Bianka Chrispeter putri dari Haikal dan Bunga, memiliki kemampuan bela diri, teknologi bahkan kimia. Kehebatan Bianka terkenal di negara Inggris tempatnya menyelesaikan studinya, Bianka bisa mematikan bom, bahkan bisa menciptakan teknologi masa depan. hanya satu kejelekan Bianka, dia orang yang sombong, dingin, cuek, dan arogan.
Keisya Chrispeter putri dari Akbar dan Kiara, dia memiliki kemampuan bela diri, juga cerdas di bidang penelitian serta kedokteran, daya ingat Kei sangat kuat, cukup satu kali baca dia langsung bisa mengingatnya, Kei seorang dokter muda yang tidak diragukan kehebatannya. keistimewaan Kei dia gadis yang dewasa juga penyayang.
Reva Chrispeter putri dari Roy dan Dara, kemampuan bela diri nya terbilang minim tapi dia juga cukup berbahaya, dibalik sifat ceria, heboh, dan manja. Reva bisa menghancurkan satu bangunan dengan satu ledakan dari handphone yang sudah dia modifikasi.
Rindu Chrispeter putri dari Rian dan Riani memiliki kemampuan bela diri yang mengimbangi Bianka, sifat dingin dan arogannya membuat terlihat menakutkan, Rin bisa membuat obat tradisional berbagai penawaran racun.
Rinda Chrispeter saudari kembar dari Rindu, dia gadis yang lucu, imut, manja, ceria, jarang berkelahi, tapi Rinda mempunyai kemampuan spesial, diwaktu yang tidak bisa dipastikan Nda bisa melihat bahaya yang mendekatinya, bahkan orang yang tidak dia kenali sekalipun.
***
Seluruh girls di kumpulkan di kediaman Chrispeter.
"Hari ini kami memberikan kalian tugas yang cukup penting," ucap Haikal bicara didepan 5 girls yang terlihat tenang.
"Biar aku yang bicara, Ayy lambat sekali." Balas Bunga kesal mendengarkan Haikal yang banyak basa-basi.
"Ya maaf Bun."
"Dengarkan bunda, di kota xx mengalami virus yang dirahasiakan, beberapa dari penduduk sudah terkontaminasi tapi pemerintah masih menutupinya, mereka melakukan karantina kepada penduduk, kalian semua akan dikirim kesana, sebagai siswa temukan pelaku pembunuh virus, temukan penawaran, dan vaksin penghilang virus."
"Bunda ingin mengirimkan kami ke sarang penyakit," tanya Reva.
"Kenapa tidak mengirim orang kepercayaan keluarga membantu mereka," ucap Rinda.
"Bunda, apa pelaku penyebaran virus tidak bisa di deteksi, bahkan menggunakan teknologi Daddy Roy," ucap Kei.
"Kei, Daddy sudah mengirimkan 5 orang bergantian dengan pengawal tapi mereka tidak pernah kembali."
"Mereka sangat berbahaya ya kan Daddy?," tanya Reva.
"Kita tidak bisa mengirimkan orang secara langsung, karena yang terpapar virus, para petinggi negara, berarti pelaku sangat dekat dengan pemerintah sehingga sebelum bantuan datang mereka sudah menghilang, sebelum mendapatkan berita." Ucap Bianka dengan gaya santai.
"Apa kami harus menyamar? tidak boleh menggunakan identitas sebagai Chrispeter." Tanya Rindu.
"Bianka dan Rindu tepat, tidak ada orang yang sehebat kalian, ayah percaya kalian semua bisa saling melindungi." Ucap Haikal.
"Ayah! apa sangkut paut mereka dengan keluarga Chrispeter, sampai keluarga harus terlibat,"
"Apa ini ada sangkut pautnya dengan putra paman Rios yang masih menghilang?," tanya keisya.
"Bukannya dia seorang hacker, jangan-jangan dia yang membuat virus dan mengembangkan nya." ucap Reva dengan wajah serius.
"Atau orang yang ingin dihancurkan dan dibunuh dengan virus, sebenarnya paman Austin dan tugas kita menyelamatkan paman." Teriak Rinda.
"Pertanyaan dan jawaban sudah kalian pegang, mau kalian menyelamatkan, atau Austin penjahatnya, atau ada orang lain, cari tahu lah sendiri." Ucap Riani yang akan bicara.
Rinda langsung berdiri mendekati Maminya menatap tajam Riani.
"Mengapa Rinda tidak merasakan sesuatu, apa keadaan bisa berubah bahkan berbalik arah,"
"Rinda! cari jawabannya jangan main tebak," ucap Rian.
"Bianka, kamu yang memimpin. Lindungi adik-adikmu." Perintah Akbar sambil mengelus rambut Bianka.
"Tapi aku bukan adiknya pa, berarti Reva harus melindungi diri sendiri," tatapan Reva langsung mellow.
"Reva sayang, tugas utama kalian bukan untuk menemukan siapa ada apa dalam misteri ini, tapi saling melindungi dan menjaga satu sama lain, itu baru namanya Keluarga, saudara dan persahabatan."
"Iya Pa, Reva hanya bercanda disini ada dua wanita kuat, yang lebih mirip nenek sihir." Tawa Reva terdengar yang dibalas Akbar dengan pelukan.
"Girls, awal keluarga ini utuh kembali dari kami yang tidak mengenal, lalu jadi teman berantem, lalu teman cerita, terbentuknya sebuah persahabatan, dan akhirnya berubah menjadi keluarga bahagia. Perjalanan panjang sayang bukan tidak mungkin jika dulu kami memiliki rasa iri, rasa ingin berkhianat, rasa marah serta ego tapi kami berhasil melewatinya dan tetap saling melindungi," jelas Akbar.
"Ya papa, Daddy, ayah, papi," Jawab Reva, Rinda, dan Kei sambil tertawa.
"Sayang! tidak perduli sekuat apapun kalian, jika kalian saling mengabaikan maka kalian lemah, tapi jika kalian sedang lemah tapi saling mendukung maka kalian yang terkuat." Jelas Bunga.
"Iya, Bunda, ibu, mami, mommy." jawab ketiga girl serempak.
"Ingat pesan Ibu! Musuh terbesar kalian cinta. berhati-hati dengan cinta, bahkan kalian bisa saling membunuh karenanya." Ucap Kiara.
"Bu! maaf Reva lupa apa itu cinta, yang Reva tahu hanya pria ganteng, tapi keluarga Chrispeter lebih ganteng, apalagi ayah Haikal, Papa Akbar ohh no, Daddy juga Papi tidak ada yang mengantikan ketampanan mereka."
"Kak Rev lupa, boys Chrispeter yang tampannya over dosis, kemarin Rinda hampir tewas karena fans mereka dikira Rinda pacar Raffa, padahal mereka tidak bisa bersama boys Chrispeter tanpa seizin Rinda Chrispeter." Senyum manis Reva membuat Roy memeluknya.
***
Hari keberangkatan para girls Chrispeter sudah ditentukan, keluarga bersiap melepaskan mereka semua. para mama tidak hentinya memberikan nasehat kepada mereka sedangkan para Ayah sudah melepaskan mereka dengan keyakinan sepenuhnya, karena sudah saatnya girls memulai petualangan mereka.
Reva keluar dari kamarnya dengan penampilan yang berbeda dan gaya anak ABG yang baru masuk kuliah, begitu juga yang lainnya.
"Sia-sia gue kuliah tinggi, ujung-ujungnya jadi mahasiswa lagi," gerutu Bianka kesal melihat penampilan nya.
"Bi! kamu masih sangat cantik menjadi mahasiswa," ucap Haikal.
"Kenapa Bi tidak menjadi dosen saja,jadi Bi bisa mengawasi sepenuhnya. Jika Bi jadi siswa pergerakan Bi terbatas."
"Karena itu kalian membutuhkan yang namanya kerja sama, bukan merasa diriku yang paling hebat," jawab Haikal.
"Lagian, memang nya ada pergantian dosen harus langsung lima, dan juga kalian sangat muda Bianka," jawab Rian.
Semuanya diam memeluk orangtua mereka masing-masing, Bianka & the girls membawa surat pendaftaran kuliah tanpa menggunakan nama Chrispeter.
Mereka semua masuk ke mobil Masing-masing, dan melajukan kendaraanya menuju kota yang sudah ditentukan, perjalanan kesana mencapai 2hari, girls terus berjalan hanya berhenti untuk makan dan mengisi bahan bakar. Rasa penasaran sedang menyelimuti mereka, bukan tanpa alasan kota besar yang terkena virus tapi masih bisa beroperasi.
***
Bianka & The girls akan bertemu dengan para geng dari kelompok lainnya.
Siapa mereka, tunggu eps 2
***
Dorr... dorr... dorr.... suara tembakan terdengar dalam ruangan tertutup yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang punya kunci rahasia.
Masuklah seorang gadis cantik, dengan wajah kesal dan penuh amarah.
"Kak Kristan! apa benar kita akan pergi ke kita xx? disana sangat berbahaya kak."
"Jika tidak ingin maka tidak usah pergi,"
Suara pintu terbuka masuk dua pria yang memiliki tubuh tinggi, kurus berotot, tersenyum sinis ke Cloria.
"Tim Chrispeter juga sudah turun tangan langsung ke lokasi Kris, kita juga harus bergerak." Ucap Gerry.
"Tapi ini aneh! yang dikirim para girls Chrispeter," tegas Bara.
"Apa istimewanya mereka, hanya para putri konglomerat yang menikmati harta orang tuanya." Jawab Clori.
"Sudah aku duga mereka akan dikeluarkan dari cangkangnya, kita juga akan menyamar disana." Balas Kris.
"Mengapa harus menyamar, kita hanya perlu mencari ayah Austin yang berada ditangan Chrispeter, habisin saja para girls." Ucap Clori.
"Clori, jangan remehkan mereka!"
Kristan melihatkan layar yang menampakkan seluruh putri Chrispeter, semuanya memperhatikan layar dan fokus mendengarkan penjelasan Kristan.
"Bianka kunci disini, dia gadis yang paling kuat, cerdas, juga licik. ini Rindu dia sama kuatnya dengan Bianka buruknya dia gegabah dan mudah emosi, Keisya gadis yang paling tenang dia Dokter termuda dan jenius, Reva yang paling heboh tapi mengerikan dia seorang peneliti juga pembuat teknologi canggih, barang apapun yang dia gunakan jangan pernah disentuh." Jelas Kris.
"Mereka paket komplit, tidak mudah menyingkirkan mereka." Suara Clori tinggi.
"Bagaimana dengan Rinda?" tanya Bara.
" Dia yang tidak bisa ditebak, dia jarang berkelahi, tidak juga tertarik dengan pendidikan tapi hanya dengan memandangi dia seperti langsung mengerti, bahkan ada kalanya dia bicara dengan binatang, sehingga aku tidak bisa memperkirakan kemampuannya."
"Ini sangat menarik," teriak Gerry.
Semua pergi meninggalkan Kristan yang masih sibuk dengan alat yang baru dibuatnya.
"Aku akan menemukanmu ayah!"
***
Clori memandangi para pria dengan tatapan nampak bodoh, dia berpenampilan sangat heboh, cantik juga seksi, suatu kebanggaan baginya karena menjadi wanita satunya di dalam tim.
"Kak Gerry tampan walaupun gaya sedikit santai, kak Bima sangat modis gaya ABG, tapi Kristan menodai wajah tampannya. Apa yang kakak gunakan? ayo ganti!." Teriak Clori melotot.
"Diam lah, aku akan menyamar terpisah dengan kalian, dengan menggunakan gaya cupu, aku akan menjadi orang yang di buli, dan akan membuat aku terlihat bebas mencari tahu siapa dalangnya penyebaran virus."
Semuanya tersenyum dengan gaya licik Kristan.
***
Bianka tiba di Asrama putri yang sudah disediakan pihak kampus, Bi masuk ke kamarnya dan menyusun barangnya, Mata Bi berkeliling melihat keadaan kamar yang tidak memungkinkan dia bisa mendapatkan ruang penelitian dengan kamar serba sesak, Rev juga datang dan masuk ke dalam kamar Bianka, Rev juga kebingungan dan saling tatap dengan Bianka yang akhirnya menghembuskan nafasnya. Rindu datang dengan wajah kesal ingin pindah kamar karena di kamar sebelah jorok.
"Aku pindah disini, gila disana toiletnya uweeekk bikin muntah, jorok!" teriak kesal Reva.
"Bi, ayo kita pindah asrama, kita tidak bisa tinggal disini, tidak leluasa pergerakan minim." Reva sama bete nya.
"Apa disini ada asrama pribadi?," tanya Bi.
"Ada khusus anak jenius, tapi gabungan! lantai bawah putri sedangkan atas putra." Tatap Reva serius berpandangan dengan Rindu.
"Gue akan masuk disana, daripada disini mending gue balik dari pada menyusahkan hidup."
"Khusus berapa orang?"
"10 orang," suara dari luar membuka pintu dengan keadaan lemes dan duduk di lantai.
"Rinda! Mana Kei?"
"Aku disini," Kei masuk dengan wajah yang sedikit lebam.
Bianka langsung berdiri dan mengecek wajah Kei, tatapan marah dimata Bianka tapi Kei menghentikannya, karena tidak mau rencana mereka gagal.
"Siapa yang melukai wajah cantikmu?"
"Kei baik-baik saja!"
"Aku tanya siapa? masukan dia dalam daftar merah, dan dalam pengawasan kita, sekali lagi dia menyakitimu patahkan tangannya.
"Persiapan diri kalian, kita masuk dalam 10 orang jenius. Walaupun target mereka khusus laki-laki." Jelas Bianka yang di anggukan yang lainnya.
Sampai di ruangan tes untuk daftar 10 orang jenius sudah hampir ratusan yang hadir, Bianka dan the girls berpencar duduk dan mengikuti tes.
Rindu mengerutkan keningnya membaca soal tez, Rinda menahan tawanya. Kampus yang aneh sudah tahu ada virus tapi pendidikan berjalan normal.
Bianka berdiri menyerahkan hasil ujiannya dan langsung keluar, kini Bianka paham mengapa kampus tetap aktif karena siswa disini akan jadi organ uji coba pembuatan virus.
Tatapan mata Rinda fokus ke seorang mahasiswa yang terlihat jelek dan cupu, baju, celana, tas, kacamata terlihat kampungan tapi dia bisa merasakan aura kewibawaannya. Rinda berdiri menyerahkan ujiannya dan berlari mengejar tapi yang dikejar sudah hilang.
"Gadis istimewa! kamu bisa mengenali ku," batin Kristan yang sudah berhasil menghilang.
Daftar nama akhirnya keluar, Bianka dan the girls berhasil lolos dan pindah kamar, disana mereka mempunyai kamar pribadi yang nyaman.
"Kita satu asrama dengan Chrispeter," ucap Gerry.
"Bukannya bagus, kita bisa mengawasi dari dekat." Balas Bara.
Saat semuanya sedang sibuk berkemas, terjadi pertempuran dilantai bawah. Semua orang keluar menyaksikan Rindu dan Clori bertarung. Dengan posisi sama-sama kuat belum ada yang terlempar. Bianka menyunggingkan senyum Rindu sudah bergerak lebih dulu untuk mengetes siapa mereka, Bi tahu betul Kemampuan bela diri Rindu.
Gerakan terakhir Rindu membuat Clori terpental dan muntah darah, Rinda langsung bersorak gembira melihat kakaknya menang.
Gerry langsung menggakat tubuh Clori dan menatap tajam Rindu, mata Rinda juga menatap Gerry tajam seakan membaca pikiran Gerry.
Makan malam semuanya berkumpul, sejauh ini tidak ada yang mencurigakan, gadis emosian Cloria, 2 cowok cool dan satu cupu juga satu pria kutu buku.
"Siapa dia? Mengapa identitas tertutupi" batin Kris menatap seorang pria sibuk membaca buku.
Di dalam kamarnya Reva sedang sibuk membuat keamanan disana, pintu menggunakan kode mata, lemari juga, pemasangan kamera rahasia di dinding juga sebuah layar besar tempat dia meneliti. Rinda masuk ke sana dengan wajah berpikir keras.
"Kak Rev, 5 orang selain kita berbahaya!"
"Siapa yang paling kuat,"
"Cupu dan si kutu."
Bianka ikut masuk melihat layar Reva yang membuat tangannya langsung berselancar disana mencari identitas si kutu, Rindu dan Kei juga masuk melihat Reva dan Rinda fokus melihat Bianka.
"Clori, Gerry, juga Bara satu kelompok tapi bukan mereka salah satu pemimpinnya.
"Sedangkan cupu dan kutu, tidak ada identitas."
"Jangan pernah mendekati kamar kutu, disana berbahaya, tapi kamar cupu lebih berbahaya." Ucap Rinda memegang kepalanya.
"Rinda! apapun yang kamu ketahui jangan ambil kesimpulan, dirimu berada di posisi saling berlawanan." Ketus Rindu.
"Sialan! mengapa aku merasakan ada cairan aneh di rumah ini!" batin Rinda dengan jidat berkerut.
***
Jadwal masuk kuliah sudah ditetapkan, beberapa jam dikelas membuat Reva terlelap tidur, Rinda menarik bajunya tapi ditepis Reva lanjut tidur, suara ketukan meja membuat Reva kesal dan menepis tangan yang berada di meja nya, Reva menggakat wajahnya menantang dosen pengajar, mata melotot nya langsung menghilang dan tersenyum manis, garuk-garuk kepala, duduk kembali.
"Silahkan keluar,"
Reva dengan cepat mengambil tas nya dan bergegas keluar, tapi terhenti karena lemparan sebuah pulpen.
"Apa lagi pak?"
"Keluar ke lapangan, berdiam disana sampai jam saya habis."
"What? bapak bercanda ini zaman modern masih musim menjemur di bawah terik matahari, membersihkan WC, bapak kampungan."
"Kalau kamu tidak mau, jangan pernah masuk lagi di jam saya, dan nilai kamu E."
"Ais... dosen sialan, gue jauh lebih cerdas dari Lo, tunggu pembalasan gue." batin Reva.
Bi dan Rindu sudah keluar kelas mencari Lab. kimia, lama mereka berkeliling menyelusuri gedung tapi tidak menemukan apapun, dan mereka juga seperti dalam pengawasan.
"Minta Reva melacak keberadaan kita," ucap Bi.
"Reva dijemur di lapangan,"
"Reva bodoh,"
Bianka dan Rindu melihat pergerakan seseorang dan langsung sembunyi, penglihatan mereka langsung gelap, Bi langsung menahan nafas sambil menutup mulut Rindu menarik kuat tangan Rindu untuk berlari.
"kambing! racun apa yang mereka tebarkan." Teriak Rindu.
Mereka berdua saling pandang dan melangkah pergi kembali ke kelas, sambil melihat kearah lapangan. Reva dengan santainya berdiri disana dengan payung membuat Rindu tepok jidat.
Selesai kuliah semuanya kembali ke kamar masing-masing, Reva datang terakhir kali, mencari air minum. Dia sangat kehausan segelas air siap di minum tapi Rinda langsung datang dan membanting gelas Reva, membuat mata Reva memerah menahan amarahnya.
"Air minum kita beracun," tubuh Rinda langsung roboh dan cepat ditangkap Reva dengan wajah panik, Reva menggoyangkan tubuh Rinda yang sudah pingsan.
Keisya datang mendengar teriak Reva juga ikut kaget melihat Rinda yang sudah memucat, mereka berdua cepat menggakat tubuh Rinda ke kamarnya.
Kegaduhan juga terjadi di kamar Clori, Bi dan Rindu berada disana langsung kaget mendengar teriakkan Reva mencari mereka.
"Bi, Rinda pingsan dia juga terkena racun," Rindu langsung berlari ke kamar adiknya melihat keadaan Rinda yang sudah pucat tanpa darah.
Keadaan Rinda dan Clori memberikan gejala yang sama, Kei memasangkan infus, memberikan suntikan agar racun terhenti, Bi membuka mata Rinda yang juga memucat.
Rindu memberikan sebuah minuman ke mulut Rinda, sedikit memberikan reaksi membuat mata Rinda kembali, tapi tidak memberikan efek pada tubuhnya.
"Reva bergeraklah, Rindu kontrol keadaan Rinda, dan kamu Kei ikut ke kamar. Aku membutuhkan bantuamu.
Reva sibuk di layar nya mencari letak racun, efek samping, gejalanya. Setelah dapat info langsung mengirimkan nya ke Bi, Reva kembali ke kamar Rinda. Terpancar amarah di mata Rindu membuat Reva takut melihatnya.
"Kak Rev, jaga adikku."
Reva hanya mengaguk....
"Dasar kembar aneh, lagi sakit baru panggil adik, kemarin main monyet-monyet."
"Rinda! kamu harus baik-baik saja."
Rindu mendatangi kamar Clori yang juga keasaanya masih lebih buruk dari Rinda, Rindu memberikan ramuan dan meminumkannya ke Clori.
"Siapapun yang menyakiti adikku, tidak akan hidup tenang sampai 7 turunan," ucap Rindu menatap tajam Bara yang menjaga Clori.
"Kami juga tidak akan tinggal diam, mereka harus membayar mahal karena berani melukai Clori."
Kris masuk ke kamar Clori dan menekan denyut nadinya, Rindu menatap cupu jelek yang mengecek keadaan Clori bukan lah orang sembarangan, Rindu langsung keluar kembali melihat Rinda yang sudah di kelilingi oleh Bi dan Kei. Perlahan tubuh Rinda mulai normal, nafas sudah teratur.
"Bagaimana keadaan Rinda?" tanya Rindu.
"Dia baik-baik saja, ini hanya peringatan untuk kita." jawab Bi.
"Berarti mereka mengetes kemampuan kita,"
"Ya, diluar asrama kita semuanya aman, yang beracun hanya air minum yang memasukkannya juga sudah ditemukan bunuh diri di dekat perbukitan." Jelas Reva.
"Dari mana kamu tahu!" tatap Rindu tajam.
"Wilayah sini sudah menjadi tempat bermainku, dengan mudah teknologi yang aku ciptakan bisa melacak tempat, juga informasi di kota ini."
"Maka lacak di mana letak pembuatan virus," ucap kesal Rindu.
"Tidak ada di kota ini, jika pun ada mereka berada dibawah tanah, Pertanyaan kita dimana pintu masuknya, lagian bukan hal yang mudah untuk masuk." Jelas Bi.
Perlahan Rinda mulai bangun dan mual, dia langsung menangis mencari Rindu, Rindu dengan cepat memeluk Rinda dan meminta maaf karena gagal melindunginya. Saat terluka Rinda pasti mencari Mami dan Papi pasti langsung memarahi Rindu tapi sekarang hanya Rindu tempat Rinda mengadu.
"Apa kamu yang sakit," tanya Rindu dengan tatapan khawatir dan penuh kasih sayang.
"Dada sesak kak,"
"Butuh oksigen bantuan,"
"kakak gila ya, memangnya aku sudah seperti Nenek yang sesak nafas, Rinda kuat."
Melihat Rinda yang sudah bisa bercanda lagi membuat semuanya tersenyum, berarti Rinda sudah pulih hanya butuh istirahat.
Bi melangkah mendekati kamar Clori membawakan suntikan penawaran racun, saat dia masuk Clori juga sudah sadar dan duduk di sandaran ranjang didampingi oleh Gerry dan Bara.
Clori melihat Bi membawa suntikan yang awalnya emosi langsung melemah, Karena orang yang menyelamatkannya pertama kali itu Bi.
"Aku sudah baik, akan aku balas kebaikan kamu."
"Tidak perlu, bertahan hiduplah disini. Aku tahu tujuan kalian ada disini."
"Kamu tahu siapa kami?"
"Ya, kalian anak asuh paman Austin, tapi jika kalian berpikir kami mengetahui keberadaan paman maka kalian salah besar."
"Apa tujuan kalian datang ke sini, jika tidak mendapatkan perintah menangkap ayah, dan menuduh ayah yang menyebarkan virus."
"Mungkin tujuan kita sama, kita bertarung diakhir pertemuan untuk sekarang temukan keberadaan mereka semuanya."
"Kami tidak berniat bekerja sama."
"Aku tahu yang memimpin si cupu, sampaikan padanya, Bianka ingin beradu kehebatan dengannya."
Bianka melangkah pergi sambil melemparkan suntikan ke arah tempat sampah.
***
Kristan sibuk mengamati pergerakan beberapa mafia yang mulai masuk ke kota, bibirnya menunjukkan senyum menyeringai.
"Bergeraklah,"
Kristan mengawasi pergerakan bayangannya karena keberadaan Bianka dan bayangan rahasianya cukup mengganggu Kristan.
"Setiap wanita memiliki sisi anggun dan cantik, tapi tidak dengan wanita ini. Dasar wanita psikopat."
Suara Bianka yang menantangnya untuk bertarung juga terdengar, Karena Kris memasang penyadap rahasia, dan hebatnya Bianka mengetahuinya. Clori saja sebagai pemilik kamar tidak tahu.
"Kita bertarung diakhir eps Bianka,"
Kristan tersenyum saat melihat bayangan menemukan pintu rahasia bawah tanah, tapi semua langsung berubah. Ada pengeboman yang merusak sistemnya.
Reva sama kesalnya Karena sistem yang dia luncurkan kehilangan keseimbangan dan merusak sistemnya.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!