Awan gelap ditengah malam serta hujan mengguyur daratan sekitarnya. Perang tak berkesudahan telah terjadi dimana-mana. Sekelompok orang meninggalkan desa itu dan menghilang seiring berjalannya waktu.
•••
Disebuah Desa kecil, wilayah bagian utara yang letaknya jauh dan terpencil dari Kekaisaran Dinasty Ming.
Sekelompok pendekar berjubah hitam melakukan pembantaian diwilayah itu. Mereka semua membunuh semua penduduk desa dan menjarah harta benda yang mereka miliki.
Desa kecil itu adalah Desa Penyu karena letaknya berada didaerah pesisir pantai. Sebagian orang didesa itu adalah nelayan dan sebagian lagi sebagai pedagang dan bertani.
•••
Beberapa saat kemudian, hujanpun turun dan seorang pemuda membuka mulutnya dan mereguk titik-titik air itu Sepertinya dia dalam keada'an sekarat tapi masih bisa bergerak dan kepalanya terasa sakit dan pikirannya seperti bayang-bayang samar yang melintas.
Zhang Xian En yang terbaring lemah akhirnya membuka matanya dan melihat disebelahnya dan sekitarnya begitu banyak mayat-mayat yang terbaring dalam kondisi mengenaskan.
Zhang Xian En akhirnya sadar dan perlahan duduk memandangi sekitarnya.
"Apakah aku belum mati? Apakah ini hanya mimpi?"
Setelah melihat sekelilingnya, dia akhirnya tersadar bahwa dia masih hidup walaupun sekarat dan badannya penuh luka. Dia mengingat sesuatu kejadian sebelumnya, dan dia ingat beberapa kejadian dan Desanya telah diserang oleh sekelompok orang yang tak dikenal serta semua keluarganya sudah habis terbunuh dalam kejadian tersebut dan dia masih belum tau apakah masih ada penduduk desa yg selamat atau tidak atas kejadian tersebut.
Dia masih memikirkan ayah, ibu, kakak serta penduduk desanya terbayang dikepalanya. Tiba-tiba, seseorang memanggilnya.
"Zhang Xian En!" Akhirnya dia terkejut dan memandangi sekelilingnya dan mencari asal suara tersebut.
"Zhang xian En! ini aku. lihat kesini" Zhang Xian En pun menoleh kesana kemari dan akhirnya dia mendapati seseorang yang sudah tergelatak tak jauh dari dia terduduk.
"Yan Xun? kaukah itu?" seru Zhang Xian En terbata-bata.
"Iya, ini aku. kita masih hidup walau sekarat" jawab yang yun memaksakan suranya agar terdengar jelas.
"Sungguh, aku tak percaya kita masih hidup. apakah hanya kita berdua yang masih hidup ?" zhang Xian En
"Sepertinya begitu, tapi masih belum tau apakah ada yang lainnya yg masih hidup atau tidak, setidaknya kita harus menyembuhkan luka-luka kita dulu" jawab Yan yun.
******
Setelah beberapa hari, merekapun semakin membaik dan mulai bergerak dan mengelilingi desa dan tak ada tanda-tanda kehidupan. Akhirnya mereka memutuskan menguburkan semua jasad Penduduk Desa dan memakamkan mereka menjadi 1 tumpukan.
Ke dua lelaki itu duduk sambil memandangi semua Mayat yang menumpuk itu dan membakarnya. Akhirnya mereka berdua hanya merenung nasib tragis yang mereka lalui dan sama-sama terdiam dan tidak berbicara.. mereka duduk dan larut dalam kesedihan.
Setelah beberapa waktu, mereka akhirnya memutuskan untuk tetap didesa itu.
" Zhang En,apa yang akan kamu lakukan setelah ini dan kemana kamu akan pergi? apakah kamu tetap disini? tanya Yan yun.
Zhang Xian En pun terdiam beberapa saat dan mengingat kembali keluarganya yg telah dibantai. Kesedihan dimatanya terlihat jelas oleh Yan Yun.
"Aku akan mengembara ! aku akan pergi mengembara mencari siapa pelaku dibalik ini kejadian ini semua. Aku akan mencari guru yang bisa mengajarkan aku ilmu pedang dan aku dengar, ada seseorang pendekar pedang hebat dihutan terdekat dan itu diberitahukan oleh ayah ku sebelum dia meninggal. Apakah kamu mau pergi denganku??" tanya Zhang Xian En.
"Sepertinya aku masih belum memikirkan hal itu, saat ini aku masih ingin didesa ini saja. Jika kamu ingin mengembara dan berlatih ilmu pedang, Pergilah... Aku akan mendoakanmu dan balaskan dendam kita disaat kamu menemukan pembunuh yang telah membunuh keluarga kita. Semoga kamu bisa menjadi pendekar pedang yang hebat suatu hari nanti. Aku akan menunggu kepulanganmu." jawab Yan Yun
***
Sudah 1 Bulan sejak kejadian itu, Zhang Xian En akhirnya memutuskan untuk pergi mengembara dan tempat yang pertama dia tuju adalah tempat seorang Ahli pedang yg tinggal di hutan seorang diri dan telah mengasingkan diri.
Nama tetua itu menurut cerita ayahnya yaitu Tetua Chao Pao.
Tetua Chao Pao adalah seorang pendekar pedang terhebat dizamannya, tapi seiring berjalannya waktu, nama Tetua Chao phao sudah mulai menghilang dan hanya sebagian tetua didunia persilatan yang masih mengenal Nama itu.
Zhang Xian En masih belum tau pasti siapa itu Tetua Chao Pao dan seperti apa kisahnya? karena selama ini dia hanya mendengar cerita dari ayahnya yang suka menceritakan kisah Tetua Chao Pao padanya saat dia masih kecil.
Setelah menyiapkan bekal perjalanannya, dia pun akhirnya berangkat dan pamit kepada Yan Yun.
"Jaga dirimu baik-baik sahabatku" ucap Yan Yun.
"Jaga dirimu jg baik-baik Yan yun, semoga kita bertemu kembali " balasnya.
Akhirnya Zhang Xian En berangkat dan memulai perjalanannya. Tak terasa,sudah 1 hari dia berjalan tapi dia masih belum sampai ditujuan. Menurutnya, tempat Tetua tersebut kira-kira harus ditempuh selama 1 minggu tapi untuk Seorang Pendekar mungkin dapat ditempuh selama 2-3 hari.
Dia pun memutuskan untuk beristarahat ditempat itu dan pergi berburu untuk dimakan. setelah melewati malam yang panjang, dia kembali melanjutkan perjalanannya. Hari berganti hari dia lalui tanpa henti dan akhirnya dia berhenti disebuah pohon yang besar dan lebat. Dia berstirahat sejenak dan berpikir dia sudah dekat dengan tempat yg akan dia tuju.
Dirinya memilih untuk istrahat karena sudah kelelahan. Sambil duduk dibawah pohon besar itu dia merasakan kesejukan memandangi tempat disekitarnya.
Saat dirinya hampir terlelap, tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu energi yang dia rasakan ditempat dia berada. Dirinya tersadar dan merasakan ada sesuatu energi yang ada dibawah tempat dia duduk. Ahirnya memutuskan untuk memeriksanya dan menggali tanah itu.
Selang beberapa waktu setelah dia menggali selama 2 meter, dia menyentuh sebuah kotak berukuran panjang dan diatas kotak itu ada sebuah materai tau sebuah segel.
Zhang Xian En mengangkatnya sambil membatin "Kotak apa ini?"
Pemuda yang memegang kotak itu kemudian membersihkan kotak itu dari debu dan memeriksanya hati-hati. Setelah membuka kotak itu,dia sangat terkejut karena di dalamnya terdapat pedang yang memancarkan cahaya saat Zhang Xian En menarik dari sarung pedang itu.
Zhang Xian En merasa ada yang aneh dengan hal itu, beberapa waktu berlalu. Cahaya itu pelan-pelan memudar dan tiba-tiba terdengar suara berbisik ditelinganya.
"Anak muda.? Kamu siapa??"
Zhang Xian En melihat sekililingnya sambil mencari dari mana suara itu berasal. Dia kebingungan dan merasa takut karena merasa tidak menemukan siapa-siapa.
Suara itu kembali terdengar "Anak muda, siapa namamu?" Tiba-tiba sebuah bayangan keluar dari pedangnya dan muncul seorang pria tua. Kira kira umurnya hampir 150 Tahun.
Zhang Xian En pun terkejut dan dia melompat kebelakang sambil menghunuskan pedangnya.
Pria tua itu pun memandangi pemuda itu sambil mengelus dagunya.
"Mohon maaf, kalau boleh tau, kakek ini siapa? tanya Zhang Xian En. kakek itu pun terdiam sejenak dan menatap Zhang Xian En dalam-dalam.
Kakek tua itupun akhirnya menjawab "saya pemilik pedang yang sedang kamu pegang anak muda ! "
Pemuda itu bingung dengan hal itu karena baru kali ini dia melihat hal yg seperti ini.
Kakek tua itu pun menyahut" namaku Chao pao, panggil saja tetua Chao. aku pemilik pedang itu dan sengaja menyimpannya ditempat ini. Kebetulan, pohon besar ini sebuah pohon yg paling besar dihutan ini."
Zhang Xian En pun terkejut dan diam-diam menyembunyikan keterkejutannya dan dia sadar kalau kakek tua ini yang sedang dia cari. Zhang Xian En kebingungan dan cepat-cepat melontarkan pertanyaan yg ada dibenaknya.
"Kakek... kenapa kamu bisa muncul menarik pedang ini dari sarungnya?.
"Kakek menaruh sebagian kecil tenaga dalam dan mentransfer sedikit jiwa kakek dipedang ini dengan menggunakan sebuah teknik.
"Kakek sengaja meninggalkan pedang ini disini karena kakek sudah bukan orang dunia persilatan lagi. Kakek tidak menyangka kamu akan menemukannnya disini. Bahkan kakek tidak berpikir ada manusia yg datang kehutan ini" kakek Chao sedikit menjelaskan sambil tersenyum.
Tatapannya tajam sehingga Zhang Xian En pun ketakutan dan mulai memperkenalkan dirinya "nama saya Zhang Xian En kek. Saya berasal dari desa yg tempatnya sedikit jauh hutan ini."
"Kenapa kamu bisa ada ditempat ini anak muda? " tanya tetua chao.
"Aku disini mencari sesorang tetua yg sering diceritakan oleh ayahku sewaktu aku kecil kakek. Ayah saya menceritakan ada seorang ahli pedang yg bernama Tetua Chao Pao yg terkenal dirimba persilatan pada zaman kakek di saat ayahku masih hidup. Tapi keluarga saya terbunuh oleh sekelompok orang yg tak dikenal " jawab Zhang Xian En sambil menjelaskan maksud dan tujuannya.
Tetua Chao Pao pun terkejut dengan cerita itu dan dia pun terdiam sejenak lalu mengajak Zhang Xian En ke gubuk dia tinggal selama ini.
"Mari ikut saya anak muda". Pemuda itu pun menurut dan mengikuti kakek itu.
*****
Setelah berjalan menyusuri hutan, Tetua
Chao dan Zhang Xian En akhirnya sampai didepan gubuk dan dia hanya memandang kedapan. Gubuk Tetua Chao tidak besar tetapi sederhana. Di depannya terdapat sepetak lapangan dan bunga-bunga yg ditanam didepan gubuk itu.
Bayangan Tetua chao Pao yang keluar dari pedang saat Zhang Xian En menarik pedang itu pun menghilang. Dan tiba-tiba suara terdengar dari gubuk.
"Masuklah"
Ia pun masuk kedalam dan melihat sosok kakek yang dia temui tadi. "Nak,kamu mungkin keletihan. Istrahat sejenak dan bersihkan dirimu". Tetua Chao tersenyum ramah. Zhang Xian En lalu pergi utk membersihkan dirinya.
**BERSAMBUNG
Hello.. Ini karya pertama saya kalo ada saran atau pendapat mohon berikan masukan dan jika ada kesalahan dalam penulisan saya pada chapter diatas mohon dimaklumi**.
Zhang Xian En adalah seorang pemuda yang masih berumur 17 Tahun dan badannya terlihat yang kekar, tinggi tampan dan memiliki paras yang menawan. Tubuhnya seperti kuda yang indah; Kuat dan lentur serta alisnya yang hitam dan tebal tampak tidak lebat karena bentuknya yang indah. Wajahnya bulat, dadanya bidang dan memberikan sikap periang.
***
Setelah membersihkan diri dan istrahat sejenak, dia langsung menemui Tetua Chao yang sedari tadi lagi menunggunya didepan gubuk. Lelaki tua itu lagi duduk sambil memandangi langit yang sudah mulai gelap.
"Kakek, apakah saya mengganggu? tanya Zhang Xian En.
Tetua Chao "Zhang Xian En, sini duduklah kebetulan kakek lagi menunggu kamu. Coba ceritakan pada kakek apa tujuanmu datang kehutan ini"
Zhang Xian En mencoba mejelaskannya "Kakek,sebelum aku datang kesini, aku mengalami musibah yang sangat tragis. seperti yang aku ceritakan sebelumnya, Kedua orangtuaku terbunuh dan kakak ku serta penduduk desa lainnya. Aku merasa sudah tak ada harapan untuk hidup saat musibah itu terjadi. Tetapi nasib berkata lain, aku dan seorang sahabat saya selamat dari insiden itu".
Tetua Chao merasa terharu dan sedih mendengar kejadian yang menimpa Zhang Xian En.
"Kakek" Zhang Xian En melanjutkan ceritanya sambil mengeluarkan air matanya.
"Aku datang kesini untuk mencari seorang pendekar ahli pedang dan itu adalah tetua Chao. Aku ingin berguru dan belajar menggunakan ilmu pedang dari kakek. Mohon terima aku menjadi murid?" Zhang Xian En menangkupkan tinjunya dan berlutut dihadapan Tetua Chao.
Tetua Chao Pao sejenak berpikir apakah dia mau mengangkat pemuda ini sebagai muridnya. "Apakah kamu sudah memutuskan hal ini nak? tanya Tetua Chao.
"Aku tidak pernah mengangkat murid sejak aku mengundurkan diri dari dunia persilatan. Baiklah, aku angkat mengangkat kau jadi muridku" Tetua Chao akhirnya menyudahi kalimatnya.
Zhang Xian En seakan-akan tak percaya dengan apa yg dia dengar barusan sambil terbata-bata Zhang Xian En berkata "Hormat kepada guru Cao dan Murid akan mengabdi kepada guru dan mematuhi segala aturan yang guru berikan kepadaku, terimakasih guru" Zhang Xian En berlutut dihadapan Tetua Chao dan membungkukkan badannya 3 kali.
Tetua Chao lalu menyuruh muridnya itu sambil berkata "Zhang Xian En,sekarang kau sudah menjadi muridku dan aku akan segera melatihmu. Semoga kau akan menjadi penerus dan menjadi Pendekar pedang terhebat dan tokoh No 1 di dunia persilatan kelak. Sekarang, istrahatlah besok kita akan memulai latiha pertama mu."
Zhang Xian En akhirnya berdiri dan segera beristirahat. dia akhirnya menemukan seorang guru dan masih belum mengetahui pendekar seperti apa Tetua Chao pada masanya.
******
Tetua Chao Pao yang masih duduk akhirnya larut dalam pikirannya. Ia kembali teringat dimana waktu dirinya masih menjadi pendekar pedang yang terkenal dan sangat disegani pada saat itu. Tetua Chao Pao dahulu adalah seorang pemuda yg tampan. Dirinya mendapatkan salah satu kitab pedang tanpa tanding. Saat itu,dirinya masih muda dan mempelajarinya dengan giat hingga suatu ketika dia menjadi terkenal karena ilmu silatnya sangat tinggi. Bahkan diumur 30 tahun, dia sudah menjadi salah satu tokoh yang patuh diperhitungkan.
Tidak hanya sedikit pendekar yang sangat terkejut karena usia muda Tetua Chao saat itu bisa mengungguli pendekar-pendekar hebat sebelumnya di Kekaisaran Ming, mereka ingin mencari tau dan ingin mendapatkan kitab Pedang dari Tetua Chao.
Akan tetapi,Tetua Chao tidak membiarkan hal itu terjadi. Ada juga yang mengantar nyawanya kepada Tetua Chou dan ada juga pendekar yang tidak berani menghadapinya.
Lama kelamaan Tetua Chao akhirnya terkenal dan menjadi salah satu tokoh penting dikekaisaran Ming pada saat itu.
Setelah beberapa saat lama berpikir, Tetua Chao akhirnya sadar dan ingat kejadian saat bertemu Zhang Xian En.
Ia berpikir apakah Zhang Xian En ditakdirkan menjadi penerus pendekar pedang yang sudah lama dia sembunyikan dibawah pohon itu. "Apakah itu kebetulan atau Takdir anak itu?" Tetua Chao Pao membatin.
Dia ingat saat dirinya menemukan kitab Jurus Pedang yang telah membawa namanya besar dulu. Itu bukan kebetulan tapi takdirnya, begitu juga sebaliknya, mungkin Zhang Xian En di Takdirkan untuk menemukan pedangnya dan akan menjadi muridnya sebagai pendekar pedang terhebat.
•••••
Hutan disekitar tempat gubuk itu riuh oleh suara burung. Zhang Xian En pun bangun dan membuka matanya.
Dia melihat bahwa hari sudah mulai terang, Zhang Xian En akhirnya bangun dan mulai menyiapkan dirinya.
"Selamat pagi Guru" sapa Zhang Xian En, Gurunya pun tersenyum.
"Kau sudah bangun Zhang Xian En. Sebelum kita memulai latihan ada baiknya aku memberitahumu latihan dan tingkat yang akan kamu pelajari".
"Guru, murid akan mendengarkan arahan dari guru" jawab Zhang Xian En dengan mantap. Tetua Chao Pao menjelaskan ada tahapan yang harus dilalui oleh Zhang Xian En untk berlatih ilmu pedang.
●Tahap pendekar awal yaitu fondasi awal dibagi menjadi tingkat 1,2 dan tingkat 3
●Tahap pendekar menengah juga dibagi menjadi tingkat 1,2 dan 3.
●Tahap pendekar Akhir dibagi menjadi Tngkat awal, menengah dan akhir.
●Tahap pendekar Sempurna dibagi 2 yaitu Tahapan tingkat Langit dan tingkat suci.
• Tingkat langit dibagi 3 bagian yaitu Tingkat Langit Awal, Menengah dan Akhir.
Sedangkan,
• Tngkat Suci dibagi juga dibagi 3 Tahap yaitu Awal, Menengah dan Akhir.
●Tahap dewa, tahap ini dibagi menjadi 5 yaitu;
☆Tahap Dewa bintang 1
☆☆ Tahap Dewa bintang 2
☆☆☆Tahap Dewa bintang 3
☆☆☆☆Tahap Dewa bintang 4
☆☆☆☆☆Tahap Dewa bintang 5
Ada dua tahap tertinggi yaitu :
●Tahap Pertapa Dewa
●Tahap Surgawi; mencapai Tahap Surgawi,
seseorang bisa dikatakan pendekar surgawi di haruskan mengasingkan diri dan akan menerima petir kesengsaraaan surgawi untuk menuju Alam Atas atau Alam Surgawi.
Karena orang yang sudah berada diranah ini kekuatannya dapat menghancurkan 1 daratan dengan sekali serangan. Pendekar diranah Tahap Surgawi hanya menjadi legenda saja karena sampai saat ini belum ada lagi manusia yang mencapai tingkatan ini.
Setelah mendengar beberapa hal tersebut. Zhang Xian En akhirnya mengerti apa yang sudah dijelaskan oleh sang guru.
Zhang Xian En memulai latihannya yang pertma. Tetua Chao menyuruh Zhang Xian En menimba air sebanyak 50 kali yang ada disungai yang jauhnya sekitar 3 KM dan membawanya kegubuk itu.
Zhang Xian En menjalankan latihan fisik awal itu walaupun awalnya dia kelelahan tapi dia tidak patah semangat. Dirinya melawan rasa capek itu walaupun sekali sekali dia terlihat kehabisan tenaga tapi berusah masih berdiri dengan mantap.
Tetua Chao memperhatikan Zhang Xian En dan dia bangga dengan sikap teguh muridnya itu.
****
1 bulan berlalu. Zhang Xian En menyelesaikan latihan tahap awal. Sekarang mengikuti latihan Tahap 2.
Tetua Chao memberikan petunjuk dan memamerkan jurus ilmu pedangnya kepadanya. Zhang Xian En semakin terpana dan melihat ilmu pedang Gurunya itu dan kagum. Gerakan dari terlembut sampai gerakan mematikan membuat hati Zhang Xian En semakin bersemangat.
Setelah selesai menunjukan sebagian ilmu pedangnya, Tetua Chao mengambil sebuah ranting pohon dan melatih Zhang Xian En.
Setelah malam tiba. Tetua Chao menyuruh muridnya untuk beristirahat.
Esok harinya, Tetua Chao memanggil muridnya itu. "Nak. Kemarilah !".
"Baik guru" Zhang Xian En mendekati gurunya dan menyerahkan kitab ilmu pedang kepadanya.
Tetua Chao melihat muridnya itu dengan tersenyum dan terlihat wajah muridnya sangat berseri-seri. "Terimakasih guru. Murid akan berlatih dengan keras." Zhang Xian En meninggalkan gurunya dan pergi berlatih..
3 bulan kemudian. Zhang Xian En sudah menguasai pendekar Tahap Akhir dan sebagian jurus pedang yang dirinya pejari sedikit memiliki pekembangan.
Sang guru hanya memperhatikan muridnya itu dari kejauhan. Tetua Chao bangga denganmuridnya itu yang sangat giat berlatih dan hanya beberapa bulan saja sudah menguasai sebagian jurus pedang yang ada dikitab itu.
Zhang Xian En berhenti sejenak dari latihannya dan kembali melihat isi kitab itu.
Disana Ia membaca lembaran jurus ilmu meringankan tubuh. Diapun berpikir sejenak.
Mungkin lebih baik ditahap ini dia juga harus mempelajari ilmu itu dan mengkombinasikan nya dengan ilmu pedangnya saat diudara.
****Bersambung
Beberapa bulan kemudian, Zhang Xian En akhirnya menguasai teknik yang ada didalam kitab itu dan dia akhirnya sangat senang.
"Akhirnyaaa.. aku mencapai tahap akhir.." gumam Zhang Xian En.
Zhang Xian En memutuskan untuk mencoba teknik pedang dan ilmu meringankan tubuh yang sudah dia kuasai.
" Caaattttt.. dessssshhhhh.. " jurus demi jurus Zhang Xian En praktekkan dan dia terbang sambil memainkan jurus pedangnya.
Saat itu, sang guru yang berada tidak jauh dari tempat Zhang Xian En berlatih, hanya memperrhatikan perkembangan muridnya. Tetua Chao Pao sangat senang dengan keteguhan dan kegigihan Zhang Xian En.
Tidak lama kemudian, Zhang Xian En mengambil nafasnya dan tersenyum. Akhirnya dia yakin bahwa dia sudah bisa menggunakan jurus pedang dengan baik.
" Bagus Zhang Xian En " seru Tetua Chao Pao.
Sambil memberi hormat kepada gurunya, lalu bergegas menemui gurunya.
Tetua Chao Pao mengajak Zhang Xian En untuk istrahat dan pulang kegubuk tempat tinggal mereka.
Setelah itu, pada malam hari chao pao dan Zhang Xian En menyantap makanan yang sudah mereka persiapkan.
Setelah mereka selesai makan, Tetua Chao Pao memulai pembicaraan kepad muridnya.
"Zhang Xian En. Akhirnya kau sudah mencapai Pendekar tahap akhir dan kau melakukannya sunguh-sungguh. Sebelum kau menuju tahapan selanjutnya, kau harus sudah mencapai Tahap Langit. Guru mau kau untuk bersedia melakukan sesuatu.Guru mendapat kabar baru-baru ini"
"Kabar apa itu Guru ?" Tanya Zhang Xian En.
Tetua Chao Pao menceritakan bahwa baru-baru ini, dia mendengar kabar bahwa Kaisar Ming telah mengumumkan kompetisi pertandingan pendekar-pendekar muda berbakat untuk ikut serta dalam kompetisi itu.
Tetua Chao pao merasa ini kesempatan untuk menyuruh muridnya mengasah kemampuan dan mencari pengalaman.
Kompetisi ini diadakan 1 kali setiap 3 tahun. Tetua Chao Pao menginginkan supaya muridnya itu segera memulai perjalanannya segera ke kekaisaran Ming.
Zhang Xian En sangat senang mendengar kabar dari gurunya karena akhirnya dia bisa memulai pengembaraanya untuk pertama kali sebagai seorang pendekar pedang.
" Baiklah Guru. Akan segera mempersiakan diri untuk ikut kompetisi itu. Kapan dimulainya kompetisi itu guru? " Tanya Zhang Xian En dengan wajah serius.
Tetua Chao Pao melihat keseriusan dari wajah yang ditunjukkan oleh muridnya satu-satunya itu.
"Kalau dihitung-hitung, 1 Tahun lagi dari sekarang. "
Zhang Xian En menarik napas dalam-dalam dan dia akhirnya bisa mempersiapkan diri dan akan segera mencapai pemdekar tingkat langit dalam setahun ini.
"Baiklah guru, aku akan berlatihan sunguh-sungguh dan tidak akan mengecewakan guru" jawab Zhang Xian En.
Terua Chao Pao senang melihat keputusan murid satu satunya dan menyuruh Zhang Xian En untuk beristirahat.
************************************************
Pagi Hari...
Zhang Xian En bangun dari tidurnya dan merasa sangat segar bugar karena selama ini dia hanya berlatih terus menerus dan jam tidurnya sangat kurang. dia kembali memulai latihannya lagi.
Seperti biasa Zhang Xian En memulai membaca kitab pedang dan dan membaca lembaran kitab itu dengan hati-hati tanpa terlewatkan. Setelah memahami kalimat-kalimat didalam kitab itu, Zhang Xian En sedikit merasa bahwa latihannya kali ini sangat berat karena untuk membuka Gerbang pendekar pedang tahap langit.
Umtuk mencapai pendekar tahap langit, dirinya harus bisa mengendalikan diri dan melatih kekuatan tenaga dalam Yin dan yang dan melanjutkan jurus pedang tahap berikutnya.
Beberapa saat setelah memgeluarkan dan selesai membaca kitab pedang pemberian gurunya,Zhang Xian En memutuskan untuk melakukan latihannya dan meminta izin kepada gurunya untuk berlatih kehutan dan mencari tempat yang nyaman untuk bermeditasi.
Zhang Xian En segera menyiapkan semua bekalnya untuk dibawa dalam melakukan latihan selama setahun kedepan. Dia masih belum menggunakan pedang dari gurunya itu dan tidak membawanya karena dia masih sendiri masih dalam pelatihan. Zhang Xian En masih menggunakan pedang kayu buatannya sendiri untuk melakukan latihannya.
Sesampainya dihutan, Zhang Xian En menemukan sebuah lembah dan tempatnya sangat sejuk. disana ada sebuah air yang mengalir dari ketinggian sebut saja Lembah yang ada air terjun.
Zhang Xian En akhirnya melompat dan terbang keatas melewati bebatuan dan akhirnya sampai diatas tebing air terjun sambil mencari tempat yang cocok dan bermeditasi.
Setelah mencari tempat yang nyaman, Ia segera melakukan kultivasi samb menarik nafasnya dan mencoba memejamkan matanya.
Tak terasa, sudah 3 hari dirinya masih bermeditasi dan tenggelam masuk ke alam sadarnya. Dibawah alam sadarnya, Zhang Xian En melihat semua kejadian-kejadian sebelumnya pada saat seluruh desa dan keluarganya dibantai. Perasaanya bergejolak dan tanpa dia sadari air matanya keluar walaupun matanya masih tertutup.
Seketika itu, perasaan dan amarahnya memuncak kembali dengan melihat kejadian itu. Tbuhnya gemetar dan badannya mengeluarkan asap. Zhang Xian En tidak bisa mengendalikan tubuhnya yang masih duduk sambil meditasi. Tetapi dia melawan perasaan amarah itu dan berusaha untuk tetap kuat.
Sedikit demi sedikit perasaanya amarahnya pun kembali mereda sambil mengatur alur pernafasan dan mengontrol dirinya. Zhang Xian En mencoba melawan perasaan amarah nya dan menekannya untuk tetap tenang.
Lama kelalamaandirinya merasakan ada sesuatu kekuatan yang memasuki Tubuhnya dan tiba-tiba perasaanya begitu tenang dan sangat nyaman.
6 bulan berlalu, Zhang Xian En akhirnya menyelesaikan Latihan Meditasinya.
Tubuhnya seperti bersemangat, pada setiap tarikan nafasnya dirinya merasakan kekuatan tenaga yin dan yang dalam tubuhnya semakin kuat dan meningkat pesat.
"Akhirnya aku menyelesaikan setengah dari tahap ini " gumam zhang xian en dengan senyum.
Setelah beberapa saat Zhang Xian En, Zhang Xian En pergi membersihkan diri dan membersihkan bajunya dibawa tebing.
Hari demi hari dilalui dan terus melakukan latihannya dan mengontrol dirinya sendiri untuk menyempurnakan Qi murni Yin dan yang didalam tubuhnya.
Setiap kali selesai berkultivasi, Zhang Xian En tidak lupa melanjutkan membaca kitab lembaran berikutnya untuk meneruskan latihan tahap berikutnya.
Untuk melanjutkan latihan tahap berikutnya, Zhang Xian En melatih jurus pedang tahap langit yaitu jurus pedang membelah bumi dan jurus pedang membelah awan.
************************************************
Sebulan sebelum kompetisi diadakan, Zhang Xian En akhirnya menyelesaikan latihannya.
Tetua Chao Pao ternyata masih setia menunggu kepulangan murid satu-satunya itu.
"Tidak lama lagi kompetisi akan segera dimulai. Tappi kenapa dirinya masih belum pulang juga?! " Tetua Chao Pao berbicara sendiri duduk sambil melihat-lihat dari kejauhan.
3 hari berlalu, Zhang Xian En akhirnya sampai digubuk dan segera menjumpai gurunya itu.
" Guru, aku pulang dan sudah menyelesaikan latihan tahap tingkat langit " Zhang Xian En menghadap gurunya sambil memberi hormat.
Melihat kepulangan muridnya,Tetua Chao pao merasakan aura yang dipancarkan muridnya itu sangat kuat. dirinya juga melihat muridnya itu terlihat sangat tenang dan wajahnya semakin cerah.
"Akhirnya kau sudah mencapai pendekar tingkat tahap langit Akhir muridku. hanya dalam beberapa tahun saja kau sudah tumbuh kuat dan kau murid yang berbakat" sambil memuji muridnya dengan bangga.
Tiba-tiba Tetua Chao Pao menghilang kembali muncul lagi dihadapan Zhang Xian En. Menyaksikan hal itu, pemuda itu menyadari betapa tingginya ilmu gurunya.
" Zhang Xian En. ini adalah pedang sakti yang sudah membesarkan Nama guru dan dikenal dalam Rimba Persilatan.
Guru mau memberikan pedang ini dan mewarisinya untukmu. Pedang ini ditakdirkan untukmu. Semoga kau menjadi Pendekar Pedang terhebat melampui guru. dan ingat satu hal, berbuatlah baik kepada semua orang dan bantulah mereka yang membutuhkanmu dalam kesulitan yang mereka hadapi. Jadilah murid yang baik dan selalu rendah hati." sambil memberi nasehat kepada muridnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!