NovelToon NovelToon

Mendadak Nikah

Kedekatan Maira dengan si kembar

Jam masih menunjukkan pukul 16.00 wib, namun langit begitu gelap di selimuti awan mendung. mungkin sebentar lagi akan turun hujan, gadis berhijab navi itu pun berjalan gontai menuju Alsar's Cafe.

Baru saja gadis itu menginjakkan kaki di teras depan Alsar's Cafe hujan pun turun dengan deras nya membasahi kota metropolitan.

"Alhamdulillah ya Allah, akhir nya nggak kehujanan." Guman nya pelan.

Lalu ia menatap langit yang sedang turun hujan, gadis itu pun menengadahkan kedua tangan nya membiarkan kedua tangan nya terkena air hujan. ia pun tersenyum "Allahuma shayyiban naffi'an." ucapnya pelan.

Gadis yang bernama lengkap Aisyah Humaira Nazwa itu begitu sangat menyukai hujan, menurut nya hujan itu pembawa ketenangan dan kedamaian.

Lalu gadis itu pun masuk ke dalam Cafe, dan berjalan ke meja Kasir dimana temannya bertugas.

"Assalamualaikum. . . Sore kak Rena." Sapa Maira pada rekan kerja sekaligus teman dekat nya. Usia Rena lebih tua tiga tahun dari Maira, meski begitu mereka sangat dekat bahkan sudah seperti saudara.

"Wa'alaikumsallam... Loh Mai, bukan nya Loe Off yaa hari ini?" Tanya Rena memandang sahabat nya penuh heran.

"Iya memang Mai libur kak, tapi hari ini Mai ada janji sama Kak Sarah. Kata nya si kembar kangen main sama Mai". jawab Maira

"Oh iya ya, lupa gue. loe kan karyawan kesayangan nya si bos."

"Ist. . . ngomong apaan sih kak Rena ini, kak Sarah menilai karyawan nya sama aja kali nggak ada bedanya."

Sarah Shalsabilla ibu dua orang anak pemilik Alsar's Cafe, adalah bos yang sangat perduli dan perhatian pada semua karyawan nya. Terlebih lagi pada Maira, gadis itu sudah ia anggap seperti adik nya sendiri. Maira yang selalu Ceria dan bersemangat sifat nya yang apa adanya membuat semua orang menyukai nya. Bukan rahasia umum lagi soal kedekatan Maira dengan keluarga Sarah, semua karyawan Alsar's Cafe mengetahui itu. Namun, meski begitu di antara mereka tidak ada rasa saling iri atau pun saling cari perhatian pada bos, mereka benar - benar bekerja dengan profesional.

"Iya...iya deh,gue doa'in deh mudah-mudahan loe jadi anggota keluarga kak Sarah beneran. gue doa'in yang baik - deh, baik kan gue Mai." Ucap Rena sambil menggerak gerakan alisnya naik turun.

Maira terkekeh melihat tingkah aneh teman nya itu.

"Ada ada aja deh kak Rena ini."

Saat mereka tengah asik berbincang bincang, seorang wanita dewasa tiga puluh tahunan berparas cantik menghampiri Maira dan Rena, di ikuti dengan bocah perempuan kembar di belakang nya.

" Aunty Mai..."

" Aunty Mai..."

Teriak bocah kembar itu bersamaan. lalu mereka memeluk pinggang Maira

Maira pun menoleh pada si kembar

"Hai... keponakan keponakan Aunty yang emesh." Ucap Maira sambil mencubit pelan hidung si kembar bergantian.

"Mereka kangen tuh sama Aunty Mai nya, padahal baru aja 4 hari mereka nggak ketemu. Kay sama key merengek terus minta main bareng kamu tuh." Jelas Sarah.

"Iya Aunty, Kay sama key mau main barbie barbiean sama Aunty. Iya kan kak key?" Tanya Kay.

"Iya betul itu Aunty, ayo kita pulang ke rumah Oma ." jawab Key.

"Iya boleh banget dong sayang - sayang nya Aunty..." Ucap Maira lalu memeluk si kembar.

"Ya Sudah, ayo Mai kita pulang. Rena kita pulang dulu yaa." Pamit Sarah.

"Oh, iya kak Sarah Hati - hati."

"Kak Rena, Mai pamit dulu yaa sampai bertemu besok . Assalamualaikum..." Pamit Maira sambil melambaikan tangan. Si kembar pun ikut melambaikan tangan pada Rena.

"Dadah Aunty Ren..." Ucap si kembar bersamaan.

*****************

Rumah keluarga Yudistira.

Mobil hitam yang di Kendarai pak Suryo pun berhenti di depan teras rumah mami Risa. Maira dan si kembar Kay dan Key pun turun dari mobil, mereka lalu masuk ke dalam rumah besar nan mewah itu. Sementara Sarah tidak ikut karena ia harus ke kantor suami nya Alfaro, mereka akan pergi ke acara resepsi pernikahan anak dari rekan bisnis Alfaro.

Maira dan si kembar Kay dan Key berjalan ke ruang TV, disana ada oma Risa dan ghea yang tengah bersantai sambil menonton film.

"Oma....."

"Oma...."

teriak si kembar bersamaan. Mereka berlari menghampiri oma nya, di ikuti Maira yang berjalan di belakang mereka.

"Hai... cucu - cucu kesayangan oma." jawab mami Risa lalu mencium Kay dan Key bergantian.

"Assalamualaikum.... Mami?" Sapa Maira pada mami Risa, lalu mencium tangan mami Risa

" Wa'alaikumsallam.... sayang. Akhirnya setelah sekian lama anak gadis mami main juga ke rumah, duh senang nya hati mami." Ucap mami Risa sembari mengelus lembut kepala Maira yang tertutup hijab. Maira hanya menanggapi ucapan mami Risa dengan senyuman.

"Kok oma aja sih yang di peluk, Aunty Ghea nggak di peluk nih. Nggak kangen apa sama Aunty?" Tanya Ghea pada si kembar. Ghea merentangkan kedua tangannya.

"Nggak ah, Aunty Ghea galak. Iya kan Key Wleee?" Ucap Kay sambil menjulurkan lidah nya meledek Ghea.

"Iya, betul-betul.. Aunty Ghea galak wleee." Key pun melakukan hal yang sama, lalu setelah itu mereka berlari ke kamar bermain yang ada di sebelah kanan ruang TV.

"Awas ya kalian nggak bakal Aunty kasih coklat sama permen nih." Ucap Ghea setengah berteriak namun tetap saja tidak di gubris sama kedua keponakan kembar nya itu.

Sebenarnya nya Ghea itu bukan tipe Aunty yang galak sama keponakan nya, namun karena sifat nya yang sangat manja dan nggak mau ngalah jadi seringkali ia berantem dengan kedua keponakan nya. Namun, meski begitu ia sangat sayang pada si kembar setiap Ghea pergi ikut suaminya nya dinas di luar negeri tidak pernah lupa ia selalu membeli oleh - oleh untuk kedua keponakan nya. Ghea sendiri usia nya seumuran dengan Rena yaitu 25 tahun, ia sudah menikah tujuh bulan yang lalu dengan Reyhan Putra Darmawangsa seorang pengusaha muda sukses yang kebetulan teman kuliah kak Sarah dulu. Memang ya dunia itu seperti daun kelor sangat sempit.

"Hai Mai, apa kabar kamu?" Tanya Ghea

"Baik kak, Alhamdulillah. Kak Ghea sendiri apa kabar?"

"Syukurlah, baik juga alhamdulilah. Bahkan lebih baik dari yang kamu lihat Mai." Ucap Ghea tersenyum dan menatap Maira penuh arti.

"Ohh.. wah benarkah? Syukurlah kalau begitu."

"Iya dong Mai, harus dong. Kan sebentar lagi kamu bakalan punya keponakan baru." Ucap Ghea

"Hah? maksud nya? Kak Ghea Hamil...??"

"Iya Mai, Alhamdulillah..." Ucap Ghea mengelus perut ratanya.

"Wahh....masyaallah, Alhamdulillah. Selamat ya kak Ghea." Maira sangat bahagia mendengar kabar baik itu, segera ia memeluk perempuan berambut sebahu itu. Ghea pun balas memeluk Ghea dengan hangat.

*********

Menginap

Setelah makan malam Key dan Kay pun masih ingin melanjutkan bermain rumah rumahan dengan Maira di ruang TV, Maira pun dengan senang hati menuruti keinginan keponakan kembar nya itu.

Key dan Kay masih asyik main berdua, sementara Maira duduk di lantai memperhatikan mereka bermain. Lama - lama kantuk pun menghampiri sehingga beberapa kali Maira terus menguap, Maira merebahkan kepala nya di atas meja dengan kedua tangan yang berlipat sebagai bantalan nya. Karena kantuk yang tidak terbendung akhir nya Maira pun tanpa sadar tertidur. membiarkan si kembar bermain berdua.

Rasa nya baru saja Mai masuk ke alam mimpi indah nya, seseorang mencoba membangunkan nya.

"Mai, bangun sayang." Usapan lembut di bahu nya, berhasil mengusik tidur nyenyak gadis itu.

"Hmmm... kak Manda, Mai masih ngantuk." Maira mengucek kedua matanya, wajah mami Risa yang terlihat sedang tersenyum. Maira baru ingat ia masih berada di rumah mami Risa.

Maira melihat jam di pergelangan tangan nya, waktu sudah menunjukan 21.30 malam, ternyata ia ketiduran. Mata sipit nya mengitari seluruh sudut ruangan mencari keberadaan keponakan kembar nya.

"Si kembar sudah di kamar nya, tadi Sarah yang menidurkan mereka. Mungkin tadi Sarah tidak tega membangunkan mu Mai." Ucap mami Risa seakan tahu yang tengah di pikirkan oleh gadis kesayangannya itu.

"Oh , begitu yaa mi. Maaf yaa Mai tadi ketiduran."

"Iya sayang, nggak apa apa. Kamu pasti cape kan udah seharian menemani si kembar yang sangat aktif itu."

"Emm... Mi kalau gitu Mai pamit dulu ya udah malem takut nanti kak Manda nyariin."

Baru saja Maira ingin mengambil tas selempangnya, Mami Risa langsung memegang lengannya.

"Ini sudah malam Mai, malam ini kamu nginep disini aja ya."

"Tapi Mi..."

"Udah nggak ada tapi-tapian Mai. Sudah malam nggak ada supir yang bisa nganterin, pak Suryo dan pak Manaf sudah pulang ke rumahnya, mami nggak mau kalau kamu pulang sendiri. Mami khawatir Mai." Sela mami Risa.

wanita paruh baya itu menghela nafasnya sejenak, tangan halusnya mengusap lembut pundak Maira.

"Nanti biar Mami yang kabarin Manda kalau kamu nginep di sini, kamu istirahat gih di kamar tamu." Lanjut mami Risa lagi.

"Ya udah deh mi, terima kasih ya mi." Ucap Maira tersenyum tulus

"Iya sayang sama sama. Oh iya, kamarnya di lantai dua yang paling ujung sebelah kanan ya, Mai."

Maira mengangguk dan berpamitan untuk menuju ke kamar yang di maksud mami Risa, dengan langkah gontai dan kesadaran yang tinggal setengah Maira berjalan menaiki tangga lalu menyusuri lorong. Ternyata ada banyak kamar di lantai dua sehingga Maira sedikit bingung.

"Yang mana ya kamar nya? kata mami kamar yang paling ujung sebelah kanan, tapi ada dua kamar disini . Bismillah aja deh semoga nggak salah masuk kamar." Ucap Maira dalam hati.

Maira membuka pintu bercat putih itu dengan perasaan sedikit ragu - ragu, setelah pintu terbuka ia memasuki kamar lebih dalam lagi. Nuansa monokrom sangat kentara sekali di kamar itu mulai dari furniture sampai seprai nya pun hitam putih, lalu Maira pun berjalan ke arah ranjang yang berukuran king size.

Maira membuka jilbab dan baju atasan nya hingga tersisa tanktop saja, karena ia terbiasa tidur dengan pakaian pendek dan juga takut nanti malam terbangun karena keringetan. Maira malas menghidupkan AC karena sudah sangat ngantuk ingin cepat - cepat tidur, lagi pula udara di kamar itu pun sudah sejuk.

Tidak lama kantuk Maira pun kembali menghampiri nya, segera ia pun merebahkan badan nya di ranjang setelah mematikan lampu hingga membuat kamar itu menjadi gelap gulita bahkan bayangan nya saja tidak bisa terlihat.

***********

Pukul 00.30 malam, lelaki berparas tampan itu baru pulang kerja. Setelah memarkirkan mobil nya di garasi, lelaki berusia 34 tahun itu pun masuk ke dalam rumah orang tua nya. Mungkin bisa di hitung dengan jari kepulangan nya di rumah itu, karena sudah punya apartemen sendiri dan juga selama ini ia pun sangat sibuk dengan pekerjaan sehingga jarang pulang.

Keadaan rumah begitu gelap dan sepi, mungkin semua penghuni rumah nya sudah tertidur dengan nyenyak mengingat sekarang sudah sangat larut malam. Lelaki itu pun berjalan menuju kamar nya yang ada di lantai dua.

Saat memasuki kamar, keadaan kamar nya begitu gelap karena rasa penat dan lelah ia pun mengabaikan nya dan meneruskan langkah nya ke arah ranjang. Lalu lelaki bertubuh atletis itu melepaskan semua pakaian nya dan hanya memakai celana boxer saja, segera ia merebahkan badan lelah nya untuk segera tidur.

***********

Pelukan Maira semakin erat pada guling di samping nya karena hawa dingin yang menusuk tulang, begitu aneh rasa nya semalam tidak ada guling di kamar itu. Tapi , Maira tidak terlalu menghiraukan nya gadis bersurai panjang itu berfikir mungkin saja mami Risa yang sudah memberikan guling itu untuk menemani tidur nya. Dari pada pusing memikirkan nya, lebih baik Maira melanjutkan tidur nyenyak nya. Fikir Maira.

"Abang....." Terdengar suara mami Risa bersambut dengan ketukan pintu dari arah luar. Ah , mungkin ada saudara mami Risa yang menginap di kamar yang ada di depan kamar tamu yang di tempati nya, Fikir Maira lagi.

"Abang, bangun.... sebentar lagi subuh!"

"Hmmm...."

Maira mengernyitkan kening dalam tidur nya. "Sejak kapan guling bisa berdehem." Batinnya berbicara.

"Abang... mami masuk ya."

Klik. Lampu kamar menyala.

"Astagfirullahal adzim! Apa yang telah kalian berdua lalukan?" Teriak mami Risa.

Sontak Maira langsung membuka kedua matanya mendengar teriakan mami Risa. Masih dengan kesadaran yang belum benar - benar pulih Maira memperhatikan sekeliling nya.

"Tunggu? kenapa di sampingku ada lelaki bertelanjang dada yang sedang mengucek kedua matanya? Aduh ambu, mata Mai udah nggak suci lagi." Teriak Maira membatin.

"Kamu siapa..."

"Kamu siapa..."

Ucap mereka berbarengan dengan saling menujuk.

Segera Maira menutup badan nya dengan selimut, ia kembali memperhatikan posisi nya dengan lelaki itu. "Jangan jangan yang tadi ku kira guling itu si om om ini? Astagfirullah ya Allah, mana sekarang kondisi ku sekarang hanya memakai tanktop saja. Aduh, bagaimana ini?" Batin Maira.

"Ya Allah, Abang ! Mai ! kalian sudah berzina? Astagfirullahal adzim." Teriak mami Risa lagi.

Maira menggelengkan kepala nya menatap bunda Risa.

"Mami, ini semua nggak seperti yang mami fikirkan." Lelaki itu bangkit dan menarik selimut untuk menutup bagian atas tubuhnya, begitu juga dengan Maira yang tidak mau mengalah hingga mereka tarik tarikan selimut.

"Abang ! Mai !" Ucap mami Risa mencoba menghentikan aksi mereka yang seperti anak kecil itu, beliau butuh penjelasan dari kedua anak nya itu.

"Ada keributan apa ini Mi?" Tanya papi Hisyam.

Maira dan Lelaki itu pun menghentikan aksi tarik - tarikan nya itu.

"Lihat itu pi, apa yang sudah di lakukan oleh putra kebanggaan papi." Jawab mami Risa menunjuk Maira dan putranya.

"Astagfirullahal'adzim...."

papi Hisyam menghela nafas nya sejenak.

"Abang, Mai , cepat pakai pakaian kalian. Kita perlu bicara." Tanpa banyak berbicara lagi papi Hisyam pergi meninggalkan kamar putra sulungnya dengan raut muka yang tidak terbaca, namun menyiratkan kekecewaan.

Sementara mami Risa masih kelihatan syok, mami Risa berkali kali mengelus dadanya. Lalu ia pun pergi mengikuti suaminya.

Rasanya mami Risa menyesal menyuruh putranya itu pulang kemarin, beliau tidak menyangka kalau akan ada kejadian seperti ini.

Memang beliau sangat menginginkan putra sulung nya itu untuk segera menikah karena kedua adik perempuan sudah menikah semua, hanya putra sulungnya yang masih betah melajang karena sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Mami Risa pun begitu sangat menyayangi Maira sudah seperti anaknya sendiri, bahkan beliau pun pernah berharap Maira untuk menjadi menantunya. Tapi bukan seperti ini caranya untuk menyatukan mereka berdua, entah harus bahagia atau kah sedih melihat semua ini, mami Risa benar benar masih belum percaya.

**********

Pernikahan dadakan

"Abang benar benar nggak tahu mi, kenapa dia ada di kamar abang." Ucap lelaki itu.

Faris Ar - rayyan Yudistira nama lengkap lelaki yang berusia 34 tahun itu, Faris adalah putra sulung dari Risa dan Hisyam. Seorang pengusaha muda yang cukup sukses meneruskan perusahaan milik keluarga nya, terbukti dengan banyaknya anak cabang perusahaan yang berdiri di luar negeri seperti di Hongkong, Jepang , Korea dan Taiwan. Namun, di usia nya yang sudah berkepala tiga itu ia masih betah melajang, tertinggal jauh dari kedua adik perempuan nya yang sudah menikah dan memiliki anak.

Saat ini Maira dan Faris seperti dua orang dalam persidangan yang siap menunggu hukuman pancung. Sejak tadi mereka berdua terus di interogasi oleh mami Risa dan Papi Hisyam. Sementara Ghea , Sarah dan suami nya Alfaro hanya diam menyaksikan.

"Pada saat abang masuk ke kamar, kondisi kamar sangat gelap. Abang juga nggak menyalakan lampu, karena lelah jadi langsung tidur. Demi Allah Mi, abang juga baru sadar saat mami masuk ke kamar abang tadi dan mendapati gadis itu." Faris menunjuk Maira dengan dagu nya saat mengatakan " gadis itu "

"Penjelasan kalian benar - benar nggak masuk akal ! kalau kalian nggak ngapa - ngapain, kenapa kondisi kalian tanpa mengenakan pakaian yang lengkap?" Tanya mami Risa

"Karena Mai tidak terbiasa dengan udara AC yang dingin saat tidur Mi." Ucap Maira.

"Karena abang pun terbiasa tidur tanpa mengenakan baju."

"Abang, sudah cukup ! Papi tidak menyangka kamu bisa melakukan hal sehina itu." Papi Hisyam berbicara dengan tegas. Mereka semua diam tidak ada yang berani berbicara.

"Abang sudah satu kamar dengan wanita yang bukan makhram, sadar atau tidak kalian sudah bersentuhan. Di tambah aurat kalian yang sangat terbuka, hanya Allah saja lah yang tahu apa yang sudah kalian lakukan sebenar nya." Ucap papi Hisyam lagi.

"Demi Allah, Om. Kami nggak ngapa ngapain." Jelas Maira lagi dengan kedua matanya yang terus mengeluarkan air mata.

"Papi benar benar kecewa padamu bang." Ucap papi Hisyam, lalu menghela nafas nya dengan kasar.

Keheningan menyelimuti mereka, Faris pun hanya diam lalu menghela nafas dalam.

"Baiklah, abang akan bertanggungjawab." Ucap Faris mengakhiri keheningan mereka.

"Dengan Cara ?" Tanya papi Hisyam.

"Abang akan menikahi nya." Ucap Faris.

Maira membelalakan kedua matanya, tidak menyangka Faris akan berkata seperti itu.

"Apa ? " Pekik Maira

"Tapi, Om... mi..."

Maira menggelengkan kepalanya, air mata masih setia membasahi pipinya.

"Mai, Dengarkan Om. Ini semua demi kebaikan dan kehormatan kamu sebagai seorang wanita, sedikit banyak nya Faris sudah melihat tubuh kamu dan juga Faris pun mungkin tidak tahu sewaktu dia tidur sudah sejauh apa dia menyentuh kamu." Jelas papi Hisyam .

"Iya Mai, itu benar apa yang papi katakan." Ucap Faris.

"Baiklah, kalau begitu pernikahan akan segera di laksanakan nanti malam."

"Apa? kenapa secepat itu Om?"

"Mai , nanti malam hanya akan di adakan ijab kabul nya saja, dan untuk resepsinya nanti bisa menyusul saat pekerjaan Faris sudah tidak terlalu banyak dan sibuk."

"Baiklah, abang setuju Pi."

Maira diam tidak bisa menyela lagi, ia menatap mami Risa mencoba meminta pertolongan. Tapi mami Risa hanya tersenyum pada nya sambil menganggukkan kepala nya.

Maira menundukan kepala nya.

"Apakah hidupku akan seperti cerita cerita novel yang sering ku baca, menikah dengan terpaksa lalu ada surat perjanjian pernikahan dan pernikahannya tidak akan bertahan lama kemudian setelah tempo waktunya habis mereka akan bercerai, Astagfirullahal'adzim Mai ngga mau seperti itu ya Allah." Ucap Maira membatin.

*****************

Kedua orang tua Maira abah Hasan dan ambu Suriah sudah tiba di rumah mami Risa dari tiga jam yang lalu, sementara kakak dan adik Maira tidak bisa datang karena kakak iparnya akan melahirkan anak keduanya, adiknya tengah ujian nasional jadi tidak bisa izin untuk tidak masuk sekolah.

Ambunya dan mami Risa sedang sibuk menyiapkan segala keperluan untuk acara pernikahan yang serba dadakan itu. Awalnya Maira takut penyakit jantung abahnya akan kambuh setelah mendengar kabar pernikahannya yang mendadak itu karena kaget, Namun saat baru sampai tadi abahnya baik - baik saja bahkan terlihat raut kebahagiaan dalam wajahnya. Setahunya orang kepercayaan Faris yang datang menemui ayahnya untuk memberi kabar pernikahannya dan sekaligus menjemput kedua orang tuanya, entah apa yang sudah orang itu bicarakan. Tapi Maira bersyukur karena abahnya baik baik saja.

Maira sedang di dandani oleh Ghea, ia mengenakan gamis cantik berwarna putih yang sangat pas di kenakan oleh Maira dan kepalanya di berbalut hijab pashmina dengan warna yang senada. Polesan make up natural menghiasi wajahnya, meski sederhana namun Maira terlihat sangat manis dan cantik.

"Masyaallah Mai, cantik banget sih kamu. Abang Faris beruntung banget sih nikah sama kamu, kamu nya manis gini pasti betah terus tuh di rumah abang Faris." Puji Ghea sekalian menggoda sahabat nya itu.

Pipi Maira memanas mendengar pujian dari Ghea.

"Ist.... kak Ghea apaan sih." Maira tersenyum sambil menundukan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang memerah mungkin sudah seperti kepiting rebus.

"Acie.... Cie malu malu kamu Mai. Duh , gemesh banget sih aku." Ucap Ghea sambil mencubit pelan pipi Maira.

"Mai, tapi aku lega sekaligus bahagia karena abang Faris nikah sama kamu. Abang Faris pasti akan selalu buat kamu bahagia Mai, begitu pun kamu Mai tolong jaga abang Faris dengan baik ya Mai." Ucap Ghea menatap Maira dalam, selama ini ada sesuatu hal yang ia Rahasia kan dari semua orang. Ghea saksi bahwa Faris sudah jatuh cinta pada Maira, tanpa gadis itu ketahui. Bahkan keluarganya pun tidak ada yang tahu, karena Faris begitu pandai menutupi perasaannya.

Mungkin Takdir Allah memang berpihak pada abangnya, sehingga tidak ada yang menduga bagaimana cara Allah menyatukan mereka.

Beberapa tamu undangan sudah Mulai berdatangan untuk menghadiri pernikahan Faris dan Maira. Tidak banyak yang mereka undang hanya kerabat dekat dan beberapa rekan bisnis saja.

Pak penghulu dan beberapa orang dari kelurahan pun sudah datang.

Acara ijab kabul pun akan segera di mulai.

Faris , pak Hisyam , abah Hasan , dan Alfaro pun sudah duduk di tempat nya begitu juga dengan pak penghulunya.

Mami Risa duduk bersama ambu Suriah di temani dengan si kembar Kayra dan Keyra menyaksikan Faris melafadzkan ijab kabul.

Ghea dan Sarah menemani Maira di dalam kamar yang sudah di sulap seperti kamar pengantin pada umum nya. Meski di lakukan secara dadakan, Tapi semuanya dapat di selesaikan dengan cepat.

Abah Hasan mulai membaca basmalah, istighfar kemudian berlanjut syahadat.

"Ya Faris Ar-rayyan Yudistira bin Hisyam Yudistira, uzawwijuka ' ala ma amarallahu min imsukin Bima ' rufin aw tasriihim bi ihsanin, Ya Faris Ar-rayyan Yudistira ?"

"Na'am"

"Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka Aisyah Humaira Nazwa binti Hasan Al-Hanif bi mahri mushaf Al-Quran wa alatil ' ibadah wa khomsuun qith ' atun minal dinar haalin."

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq."

"Sah?"

"SAH... "

"Alhamdulillah...."

Maira meneteskan air matanya menyaksikan ijab kabul di handphone milik Ghea, Maira tidak menyangka ternyata Faris begitu Fasih mengucapkan ijab kabul berbahasa Arab.

"Benar benar sangat mempesona abang Faris kan Mai? aku yakin kamu pasti akan mudah jatuh cinta sama dia." Ucap Ghea kemudian menepuk pundak Maira pelan. Maira hanya tersenyum menanggapi perkataan Ghea lalu menghapus bulir air mata di pipinya.

"Ya sudah, Ayo Mai kita ke bawah." Ucap Sarah, Maira pun mengangguk.

Lalu mereka pun berjalan keluar meninggalkan kamar dengan Maira yang berjalan di himpit oleh Sarah dan Ghea.

Setelah menuruni anak tangga terakhir, Mereka pun membawa Maira menghampiri Faris. Sementara Faris sejak tadi sudah terpesona dengan kecantikan Maira yang natural, Faris pun berdiri lalu menyambut Maira untuk duduk di sampingnya.

Setelah selesai menandatangani semua berkas - berkas pernikahan mereka pun menyambut dan menyalalami tamu undangan.

Pukul 22.00 malam acara pun sudah selesai.

kemudian mereka berkumpul sejenak di ruang tamu, dan berbincang bincang ria sambil di selingi candaan. Mereka asyik terus menggoda Maira.

Sedangkan abah dan ambu Maira setelah memberi wejangan dan nasihat untuk Maira, mereka langsung pamit untuk pulang ke hotel yang sudah di pesan untuk kedua orang tua mereka.

Maira yang merasa malu karena terus di goda ia pun beralasan sudah ngantuk dan pamit ke kamar.

Di dalam kamar Maira duduk di tepi ranjang sambil memainkan handphonenya, dan mengecek Whatsappnya. Ternyata ada banyak pesan dari kak Manda 20 pesan, kak Rena 30 pesan dan juga Koh Jonathan 2 pesan.

✥KAK MANDA...

Maira kamu dimana????

Maira kamu kemana???

Maira kenapa belum pulang ???

Maira kakak khawatir???

Kenapa nggak balas Mai???

dan beberapa pesan nya yang lain juga sama, kak Manda yang mengkhawatirkan nya.

✣KAK RENA...

Maira loe dimana???

Maira loe kemana sih itu si Manda nyariin tuh .

Mai, kata Manda loe belum pulang?? loe dimana sih Mai ???

Mai, loe kenapa hari ini ngga masuk ????

Mai, emang bener yaa abangnya kak Sarah mau nikah hari ini???

Mai, kamu pasti di rumah tante Risa ya ikut bantu bantu??

Mai , loe kemana sih ???

Mai, loe sibuk banget yaa sampe ga bales pesan gue ???

Itulah isi sebagian pesan dari Kak Rena, satu - satunya sahabatnya yang paling cerewet di antara mereka bertiga. Maira hanya tersenyum membaca isi pesan dari Rena.

Lalu ia pun membuka pesan dari koh Jonathan.

✧KOH JONATHAN. . .

Hai Mai. . .

Tunggu saya ya, minggu depan saya pulang ke Indonesia. ..

Maira terdiam hanya melihat dua pesan itu.

**************

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!