Sorry nitip info, ini adalah novel pertama saya bergenre Kependekaran, dan bisa dipastikan kualitasnya sangat jauh dari memuaskan. Keburukan di novel PPN ini setidaknya saya perbaiki di sekuel ke duanya yaitu Petualangan Zhang Xiuhan. Jika kalian merasa novel ini terlalu buruk untuk dibaca, kalian bisa baca singkat-singkat saja lalu melanjutkan ke Petualangan Zhang Xiuhan. Trims...
Hal yang sangat menggemparkan jagat persilatan saat ini adalah tercabutnya Pedang Pusaka di Pulau Naga Emas. Pulau Naga Emas merupakan pulau terpencil yang wilayahnya merupakan sebagian ikut kekaisaran Song, sebagian lagi milik Kekaisaran Ming.
Dua kekaisaran awalnya hidup tenteram berdampingan hingga suatu ketika ada pengemis yang menebar desas-desus di ke dua kekaisaran.
Desas-desus tersebut menyebutkan bahwa benda pusaka yang tertancap tepat di perbatasan wilayah kekaisaran Song dan Ming merupakan sebuah kunci untuk membuka Gua Harta Karun yang keberadaan Gua ini masih menjadi misteri.
Kabar yang beredar juga menyebutkan bahwa harta karun tersebut merupakan sebuah perpustakaan kuno. Perpustakaan itu memuat informasi lokasi-lokasi benda pusaka, lokasi-lokasi persembunyian aneka kitab terlarang, dan berbagai misteri dunia persilatan tertuang dengan gamblang di sana.
Desas desus yang belum diketahui kebenarannya itu pada akhirnya menyulut konflik rumit antara dua kekaisaran, pendekar-pendekar dari berbagai sekte, bangsawan, hingga rakyat jelata. Semua berebut untuk menjadi pemilik Pedang Naga Emas dengan motif yang berbeda-beda.
Keributan yang diciptakan oleh desas-desus tersebut ternyata memang disengaja. Sebuah gerakan besar sedang berlangsung dan memanfaatkan kekacauan yang terjadi di Pulau Naga Emas sebagai tameng untuk melancarkan gerakan mereka.
Setiap hari keributan yang terjadi semakin merepotkan pihak kekaisaran, beberapa korban mulai berjatuhan akibat insiden perebutan Pusaka Pedang Naga Emas. Korban ada yang berasal dari kekaisaran Ming, ada juga yang berasal dari kekaisaran Song.
Karena korban yang berjatuhan berasal dari dua kekaisaran, pada akhirnya hal tersebut memicu ketegangan di dua kekaisaran. Hubungan baik yang sebelumnya terjalin, perlahan mulai terkikis dan kedua belah pihak mulai saling menyalahkan.
Hingga pada suatu hari, dua kaisar mengatur pertemuan rahasia demi membicarakan tentang keributan yang terjadi di wilayah perbatasan mereka. Pedang Naga Emas tertancap tepat di wilayah perbatasan. Itu artinya pedang tersebut secara hukum juga seharusnya dimiliki oleh dua kekaisaran sekaligus.
Untuk itulah dua kaisar melakukan pertemuan rahasia. Tak disangka, hal tersebut merupakan awal mula petaka bagi kekaisaran Song, sebab menurut informasi yang berkembang, Kaisar Jin Youzhi dari Kekaisaran Song tewas dalam pertemuan rahasia di lembah Jiuzhaigou.
***
Menurut cerita yang beredar, sudah hampir 100 tahun tak ada satu pendekar pun yang berhasil mencabut pedang keramat di pulau Naga Emas. Anehnya, seorang remaja berusia 13 tahun justru terlihat sama sekali tak bersusah payah saat mencabut pedang itu di hari bersejarah kekaisaran Song.
Pada hari terbunuhnya Kaisar Jin Youzhi saat menghadiri pertemuan rahasia di lembah Juizhaigou, ada seorang bocah remaja lari pontang-panting dikejar beberapa pengawal kerajaan dan pendekar. Menurut para pengawal, remaja tersebut adalah saksi kunci peristiwa pembunuhan Kaisar Jin Youzhi. Meski berteriak bahwa ia tak melihat apa-apa, Zhang Xiuhan tetap dikejar dan hendak dimintai keterangan.
Zhang Xiuhan memiliki alasan mengapa ia harus lari dari para pengawal dan pendekar-pendekar yang mengejarnya. Ia ingat bagaimana ayah dan ibunya berteriak beberapa saat lalu, sebelum ayah dan ibunya saling membunuh satu sama lain, mereka berteriak meminta Zhang Xiuhan untuk lari sejauh mungkin, berlatih bela diri, dan menjadi pemuda yang disegani banyak orang karena ilmunya dan menjelaskan kepada dunia tentang tragedy malam itu.
Zhang Xiuhan belum sempat mencerna keadaan, yang ia tahu, ia segera dikejar banyak orang dan harus berlari. Ia belum sempat menangisi kematian ayah dan ibunya, ia belum sempat menanyakan kepada mereka tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ia juga baru mengetahui jika kedua orangtuanya merupakan sepasang pendekar.
Sebelumnya mereka hidup sederhana sebagai pelayan di kerajaan dan sama sekali tak pernah bersinggungan dengan
dunia persilatan.
Tepat saat bulan purnama sedang menyoroti pulau Naga Emas, Zhang Xiuhan sedang bersembunyi di balik semak-semak bambu kuning. Badannya basah kuyup karena ia berenang mengarungi danau untuk tiba di Pulau Naga Emas, sementara itu dengan mudahnya para pendekar yang mengejarnya hanya berlari di atas air dan mereka pun sampai di Pulau Naga Emas hampir bersamaan.
Zhang Xiuhan meski sama sekali tak memiliki ilmu bela diri, dia memiliki kemampuan berlari yang cukup lumayan. Saat itu, ketika dia tengah terdesak dan hendak ditangkap para pengejar, ia berlari secepat kilat menuju gundukan batu raksasa yang di sana tertancap sebuah Pedang Legendaris.
Tanpa diduga, ia yang sedang terengah-engah dan terpojok lalu hendak mencari pegangan, tangannya mencengkeram erat Pedang Naga Emas. Bukan untuk mencabutnya, melainkan untuk sejenak berpegangan dan mengatur napas.
Anehnya, begitu tangannya mencengkeram pedang tersebut, posisi pedang itu bergeser dan dengan mudahnya Zhang Xiuhan mencabut pedang legendaris itu dari tempat persemayamannya. Peristiwa bersejarah itu kemudian membelokkan garis takdir Zhang Xiuhan di masa depan.
Zhang Xiuhan yang sebelumnya hanya remaja biasa yang tak memiliki ilmu bela diri, pada akhirnya terpaksa masuk ke dunia persilatan.
\==================
Instagram @Banin.sn
Terima Kasih...
***Novel ini ditulis dengan inspirasi utamanya adalah novel Legenda Pendekar Naga karya Kak Shujinkouron. Terima kasih saya sampaikan kepada Kak Ron yang telah membuat bacaan yang cerdas dan menyenangkan. Meski novel ini terinspirasi dari novel Legenda Pendekar Naga\, tentu kualitasnya masih sangat jauh dari LPN\, jadi harap dimaklumi***
*** Ini adalah novel Wuxia pertama saya\, mohon maaf sekali akan ada banyak kekuarangan dalam novel ini. InshaAllah di sekuel keduanya yang berjudul Petualangan Zhang Xiuhan\, saya lebih berhati-hati baik dalam memunculkan konflik atau merangkai alur. Demikian pemberitahuan ini disampaikan\, semoga ini bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian. Salaaam... Banin SN***
Zhang Xiuhan kaget setengah mati saat tangannya berhasil mencabut Pedang Naga Emas, yang ia tahu, pendekar tingkat Langit pun katanya tak mampu menggeser posisi pedang itu. Tak hanya Zhang Xiuhan yang kaget, para pengejarnya pun terkejut dengan apa yang mereka saksikan. Beberapa memilih mundur beberapa langkah dan memasang wajah waspada.
Sementara itu, tiga pendekar yang turut mengejar terlihat tersenyum sinis ke arah Zhang Xiuhan.
“Kulihat pemuda ini sama sekali tak memiliki ilmu bela diri. Kemungkinan besar hanya keberuntungan yang membuatnya berhasil mencabut Pedang Naga Emas.” Salah seorang pendekar tersenyum tipis memandang ke arah Zhang Xiuhan dan bergantian kepada kedua kawannya.
“Kita selesaikan malam ini, persetan dengan konflik kekaisaran. Ayo, siapa yang bisa merebut pedang itu, dialah pemiliknya.” Pendekar lain berkelakar dan mulai bersiap menyerang Zhang Xiuhan.
Para pengawal kerajaan mundur lebih jauh karena kekuatan mereka tentunya jauh dibanding tiga pendekar itu. Sementara itu tiga pendekar yang turut mengejar Zhang Xiuhan sebenarnya merupakan Pendekar Tingkat Emas yang bisa dengan mudahnya dilumpuhkan oleh kedua orang tua Zhang Xiuhan yang bergelar Pendekar Kesatria.
Pendekar Tingkat Emas merupakan tingkatan ke empat dari strata gelar kependekaran di mana mereka memiliki beberapa keahlian bermain pedang, serangan jarak jauh, jarak dekat dan ilmu meringankan tubuh. Hanya saja karena tenaga dalam mereka masih terbatas, keahlian-keahlian tersebut memiliki batas waktu tertentu saat digunakan.
Tapi tetap saja pendekar Tingkat Emas bukanlah tandingan Zhang Xiuhan yang bahkan tidak memiliki ilmu bela diri. Satu-satunya hal yang menonjol dari Zhang Xiuhan hanyalah kemampuan fisiknya yang di atas rata-rata remaja sebayanya.
Saat tiga pendekar mulai melangkah dan menyerang, Zhang Xiuhan dengan gerakan kaku mengayun-ayunkan pedangnya ke sembarang arah. Gerakannya yang kaku itu membuat tiga pendekar yang menyerangnya tertawa terbahak-bahak. Bahkan setelah berhasil mencabut dan menggunakan Pusaka Keramat pun, Zhang Xiuhan tetap tampak bodoh dan menyedihkan, pikir tiga pendekar.
Menyadari bahwa gerakan-gerakannya ditertawakan oleh musuh, Zhang Xiuhan merasa malu dan menyesal karena sebagai remaja lelaki ia tak pernah belajar bela diri dan membiarkan fisiknya tak memiliki kekuatan. Jiwa lelakinya makin terusik mendapati dirinya menjadi bulan-bulanan tiga pendekar yang menyerangnya.
Terlihat sekali bahwa tiga pendekar itu sedang ingin bermain-main melecehkan Zhang Xiuhan. Mereka menyerang dengan setengah kekuatan sambil tertawa bersama-sama. Tubuh Zhang Xiuhan dihujani banyak sayatan, dia semakin terpojok dan merasa kesal sekaligus takut.
“Anak muda lemah, sini pinjamkan tubuhmu sebentar, dasar tidak berguna!” tiba-tiba Zhang Xiuhan mendengar seorang gadis berbisik. Ia yakin ia benar-benar mendengar suara itu tapi tak melihat siapa yang berbicara.
“Siapa Kau? Tunjukkan dirimu!” Zhang Xiuhan berteriak dan mendongak ke atas.
“Hai anak muda apa kau sudah mulai sinting. Sudah menyerahlah dan serahkan pedang itu!”
Sesaat kemudian keanehan pun terjadi. Zhang Xiuhan memejamkan mata, dan begitu matanya terbuka kembali, sebuah aura hebat menjalari tubuhnya. Aura itu menyeruak membuat bulu kuduk tiga pendekar Emas merinding. Angin dingin berembus seiring dengan terpancarnya aura hebat dari tubuh Zhang Xiuhan.
“Kalian yang pergi sendiri, atau aku yang harus memaksa?” Zhang Xiuhan berbicara dengan mata mengancam, auranya menakutkan tapi ekspresinya kemayu. Para pendekar tentu paham aura yang terpancar dari tubuhnya itu bukanlah aura biasa.
Mereka bisa mati kedinginan jika tak segera menjauh atau mengaliri tubuh mereka dengan tenaga dalam untuk menetralisir suhu tubuh mereka.
“Kuperingatkan sekali lagi, kalian pergi sekarang juga, atau tinggal di sini dan menjadi mayat!” Zhang Xiuhan melirik para pendekar dengan lirikan nakal kemayu.
“B…baik… kami… kami akan pergi… anak muda…”
Salah satu pendekar melirik kawan-kawannya, meminta untuk mundur saja. Nyatanya meski mereka telah mengaliri tubuh mereka dengan tenaga dalam, suhu dingin kian menusuk hingga ke tulang, membuat gigi mereka gemeretak menggigil dan perut mereka ngilu menahan dingin.
Dengan kondisi tersebut tentu mereka tak mungkin bisa bertarung dengan maksimal. Demi keberlangsungan hidup mereka, mereka segera lari sambil menahan dingin yang menyelimuti tubuh mereka.
***
Zhang Xiuhan terbangun dalam posisi meringkuk. Tubuhnya terasa letih dan remuk karena mendapat banyak sayatan dari tiga pendekar yang kini telah kabur begitu juga dengan para pengawal kerajaan yang tadi mengejarnya. Zhang Xiuhan melihat beberapa sayatan di seluruh tubuhnya, sebenarnya tak begitu dalam meskipun darah yang keluar memang lumayan banyak, tapi ia yakin luka-luka sayatan itu tentu seharusnya tak membuat tubuhnya seringkih itu.
“Ya… ya… tubuhmu terluka parah saat kupinjam beberapa saat lalu. Dasar ringkih!” Suara perempuan yang tadi muncul kembali. Membuat Zhang Xiuhan melirik ke segala arah.
“Aku ini ruh Pedang Naga Emas, Kau masih belum sadar juga?” suara perempuan itu kembali berkumandang di kepalanya.
“Kkau… Memiliki ruh?” Zhang Xiuhan bertanya terbata-bata, dadanya terasa remuk dan tak bertenaga.
“Sebenarnya aku mau berkata jujur padamu. Tadi aku agak berlebihan mengalirkan aura Es Pembunuh, dan itu tidak baik untukmu karena tubuhmu sama sekali tak memiliki kemampuan bela diri ataupun tenaga dalam. Kurasa usiamu tak bisa bertahan lama.”
“Apa maksudmu?!” Zhang Xiuhan bertanya marah.
“Tubuhmu ikut menyerap racun aura Es Pembunuh, dan Kau tak memiliki bekal bertahan apapun. Aura itu akan terus menggerogoti organ tubuhmu dan membuat organ-organmu membeku. Kecuali….
“Kecuali apa?”
“Kecuali Kau bisa menemukan lokasi Pulau Lingkaran Setan. Seharusnya tak begitu jauh dari sini. Di sana ada sumber daya yang bisa kau pakai untuk mencegah dan mengobati organ-organ tubuhmu yang membeku.”
“Ini semua gara-gara Kau!” Zhang Xiuhan menghantamkan Pedang Naga Emas ke tanah.
“Kalau bukan gara-gara aku, kau bisa ditelanjangi tiga pendekar tadi dan kemudian dibunuh begitu saja, ingat itu!” Ruh Pedang Naga Emas meninggikan suaranya.
Zhang Xiuhan terdiam. Tiga pendekar sialan tadi memang tak hendak melumpuhkannya dengan segera melainkan ingin membuatnya menderita dan malu terlebih dahulu sebelum menghabisinya.
“Baiklah, bisakah Kau membantuku mencari lokasi Pulau Lingkaran Setan?”
“Dengan satu syarat!”
“Apa?”
“Minta maaf dulu padaku!”
Zhang Xiuhan tersenyum tipis, ia tak menyangka bahwa Pedang Legendaris yang diperebutkan banyak Pendekar dan membuat kekacauan di dua kekaisaran ternyata dihuni oleh Ruh Perempuan yang kekanak-kanakan.
“Hei jangan macam-macam! Aku bisa membaca pikiranmu! Kekanak-kanakan, usiaku bahkan lebih dari seribu tahun!”
Zhang Xiuhan terempas ke tanah oleh sebuah angin dingin yang menyergap. Ia tahu itu kelakuan Ruh Pedang dan ia pun mulai berhati-hati karena sepertinya meskipun kekanak-kanakan, ruh Pedang itu memiliki kekuatan yang hebat.
Ruh Pedang Naga Emas menyebutkan bahwa di daratan pulau tersebut terdapat sebuah gua yang tertutup semak belukar. Gua tersebut merupakan jalan menuju Pulau Lingkaran Setan.
Untuk membuka gerbang Pulau Lingkaran Setan, Zhang Xiuhan cukup menaruh Pedang Naga Emas ke selongsong pedang yang tergantung di dalam gua.
Kelihatannya cukup mudah, tapi Zhang Xiuhan sudah mendapat peringatan dari Ruh Pedang Naga bahwa gua tersebut dihuni oleh beberapa macam siluman. Zhilin, nama Ruh Pedang Naga, menawarkan beberapa ide kepada Zhang Xiuhan.
“Begini, dengan kemampuanmu yang di bawah standar, kukira kita akan sampai di gerbang Lingkaran Setan dalam waktu tiga hari. Itu pun jika Kau tak diterkam binatang buas. Bagaimana kalau Kau menyetujui ideku?”
“Apa idemu?” Zhang Xiuhan juga melihat bayangan buruk di depannya mengingat tubuhnya yang ringkih dan tak berkekuatan.
“Jika dilihat dari kerusakan organ-oraganmu, tubuhmu hanya mampu menampung ruhku sekitar satu setengah jam. Jika terlambat, organmu akan remuk karena tak mampu menopang ruhku. Jika beruntung, kita bisa sampai ke lokasi lebih awal dan kupastikan Kau mendapat sumber daya yang mampu memperpanjang nyawamu. Bagaimana?”
Zhang Xiuhan berpikir sejenak. Dia sebenarnya sangat ingin hidup lebih lama tapi keadaan seolah membuatnya tidak mungkin.
“Zhilin, Kemampuanmu sangat hebat. Bukankah Kau bisa bertindak sesukamu tanpa meminta permisi dariku? Dan, apa keuntunganmu menolongku?” Zhang Xiuhan bertanya curiga.
“Keuntungan? Hem… Tak bisa kuceritakan sekarang. Tapi idemu bagus juga, bukankah aku tak harus meminta permisimu untuk melakukan hal-hal yang kumau, ha ha ha…” Zhilin tertawa licik. Dengan segera dia kembali masuk ke tubuh Zhang Xiuhan yang tak sempat menolak.
Zhilin terbang melesat melewati pepohonan, ia tak ingin remaja lelaki itu mati begitu saja karena itu sama artinya dengan melewatkan kesempatan yang sangat berharga. Nyawa Zhang Xiuhan merupakan harapan besar baginya setelah menunggu ratusan tahun.
Kelak di saat yang tepat, ia akan menceritakan rahasia hidupnya kepada Zhang Xiuhan. Sekarang bukan saatnya untuk mendongeng, nyawa Zhang Xiuhan harus diutamakan. Zhilin merasakan tubuh Zhang Xiuhan semakin melemah, ia menambah kecepatan dan sampailah dia di suatu tempat yang tak asing baginya.
Dia menyibak semak belukar sedalam dua meter dengan hanya menjentikkan jarinya. Angin lebat menyibak semak belukar seperti ada pedang tak kasat mata yang membelahnya. Siluman siluman yang bersemayam di dalam gua lari terbirit-birit karena mengenali aura angin yang datang.
Zhilin pun memasukkan Pedang Naga Emas ke selongsongnya dengan tanpa hambatan.
Begitu Pedang Naga Emas masuk ke selongsong, terdengar bunyi gemuruh dari sisi gua. Sisi gua itu membelah diri dan menampakkan sebuah jalan masuk menuju Pulau Lingkaran Setan.
Jalan masuk menuju Pulau Lingkaran Setan merupakan sebuah lorong yang berada di balik sebuah air terjun. Itulah mengapa terdengar bunyi gemuruh yang memekakkan telinga ketika sisi gua terbuka.
Begitu kaki Zhang Xiuhan menapaki lorong, pintu gua menutup perlahan. Hati Zhilin sedikit terpukul karena mengenang kejadian yang berlalu beberapa ratus tahun silam.
Zhilin memasuki kedalaman lorong cukup jauh hingga ia merasakan paru-paru milik Zhang Xiuhan terasa sesak dan tak mampu menahan pengap ruang yang hampir hampa udara. Zhilin duduk bersila dan lekas keluar dari tubuh Zhang Xiuhan.
“Uhuk….” Zhang Xiuhan batuk darah dan merasakan tubuhnya hampir-hampir tak bertenaga. Kepalanya pusing kekurangan oksigen, dadanya panas dan seluruh tubuhnya menggigil.
“Bocah kecil, tahan semua sakit yang menderamu. Duduklah bersila dan mulai pertapaanmu yang pertama. Atur napasmu sebaik mungkin. Maksimalkan sedikit udara yang kau hirup dan kelola dengan baik. Ini adalah pelajaran pertama mendapatkan tenaga dalam.”
Zhilin menerangkan kepada Zhang Xiuhan bahwa mereka sedang berada di tempat keramat di dunia lain. Saat ini mereka sedang berada di Lorong Lingkaran Setan. Lorong Lingkaran Setan merupakan sebuah lorong nyaris hampa udara.
Meski demikian, banyak pendekar zaman dahulu yang berjuang ingin bisa bermeditasi di tempat tersebut sebab jika berhasil melakukan pertapaan di lokasi tersebut, kekuatan tenaga dalam yang didapat akan jauh lebih besar daripada jika melakukan latihan normal.
Para petapa banyak yang gugur saat berlatih menambah tenaga dalam di sana. Penyebabnya adalah mereka tak mampu mengatur pernapasan di sebuah tempat pengap tak berudara. Ketika mereka telah mencapai titik penting dalam masa meditasi, banyak dari mereka yang justru merangkak ke luar dari Lorong Lingkaran Setan sebab tak ingin mati konyol di dalam lorong.
Zhang Xiuhan memang tak memiliki kemampuan tenaga dalam dan bela diri, tapi fisiknya cukup kuat untuk diterpa berbagai kesulitan. Ia mampu menahan sakit dan mampu menstabilkan sisa-sisa kekuatan fisiknya untuk tak tumbang dalam kondisi kritis sekali pun.
Sebenarnya hal tersebut dikarenakan sedari kecil orang tuanya telah memberinya beragam pil yang mampu melipatgandakan kekuatan fisiknya.
Zhang Xiuhan bahkan mampu menyelam di kedalaman 10 meter selama satu jam penuh tanpa bantuan tenaga dalam. Itu karena keluarganya merupakan petani budi daya ganggang Merah.
Sejak kecil ia sudah terbiasa menyelam untuk memanen Ganggang Merah. Tak disangka, kebiasaan sepelenya itu yang menyelamatkan nyawanya kali ini.
Dengan tubuh ringkih yang tak bertenaga, Zhang Xiuhan dengan sangat telaten mengatur pernapasannya di ruang hampa udara. Pikirannya terpusat untuk bagaimana tetap bisa memberi asupan oksigen untuk paru-paru dan otaknya. Sugesti-sugesti itu membuat alam bawah sadarnya secara otomatis memaksimalkan udara yang masuk ke paru.
Di titik di mana kepalanya hampir terasa pecah karena kekurangan oksigen, para petapa lain biasanya akan reflek berlari keluar lorong untuk menyelamatkan nyawanya dari kehabisan udara. Zhang Xiuhan menahan semua rasa sakit yang menderanya. Zhilin mengatakan, di saat kepalanya terasa hampir pecah dan jantungnya hampir tak berdetak, itu merupakan waktu krusial yang menentukan keberhasilan pertapaan.
Kuncinya hanya satu. Yakin dan berusaha tetap tenang meski dalam kondisi kritis. Zhang Xiuhan merasa kepalanya hampir pecah di hari ke tiga ia bertapa, jantungnya terasa kaku dan paru-parunya memberat. Ia hampir sekali merangkak keluar dari lorong untuk menghirup udara segar, beruntung ia segera mengingat pesan Zhilin. Itu merupakan masa kritisnya, dan dia harus melewati masa kritis itu dengan penuh keyakinan.
Tubuh Zhang Xiuhan bergetar menggigil, telapak kaki dan tangannya kaku karena peredaran darahnya beku. Bibirnya membiru. Ia sekarat dan tubuhnya tumbang perlahan-lahan.
Zhilin panik melihat Zhang Xiuhan tersungkur. Ia ingin memanggil dan mengecek kondisi Zhang Xiuhan tapi ia urungkan begitu melihat jari jemari Zhang Xiuhan bergerak-gerak. Bibirnya komat-kamit.
“Aku tak akan mati. Aku bisa menahan semua ini. Aku tak boleh mati.”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!