Hari itu tepat tanggal 10 Syawal, aku Nimas Humaira diantar kedua orang tuaku mendatangi sebuah pesantren yang nantinya akan menjadi tempatku menimba ilmu.
Kala itu, aku baru lulus sekolah menengah pertama.Ayahku memutuskan memasukan ku ke pesantren karena berbagai pertimbangan salah satunya karena untuk sekolah, ayahku sudah tak lagi mampu bekerja keras terlebih di usianya saat ini yang mulai memasuki usia senja.
Maklum aku anak bungsu dari empat bersaudara dimana semua kakakku telah menikah.
Pertimbangan kedua aku masuk pesantren ini karena disini ternyata ada program paket C bahkan B untuk aku bisa memdapat ijazah nantinya di sini biasa disebut dengan wustha dan ulya.
Waktu petama kali ke sini perasaanku campur aduk terlebih waktu itu aku masih lugu nan polos.
Selama seminggu aku terus menangis di kobong sebutan kamar kami sebagai santri.
Dalam satu kobong ada lima orang dari berbagai daerah, berbagai sifat.Kami yang baru mengenal diharuskan berbagi dalam segala hal termasuk barang barang pribadi.
yuk kita kenalan dengan teman teman satu kobongku.
Pertama, Siti Solihah dia itu hitam manis dan lucu.
Kedua, Sofia Mufliha orang yang paling ceria diantara kami.
Ketiga, Rista al Munawar sepertinya dia bintang di kobong kami salah satu hobi uniknya dia suka berdandan dengan ciri khas lipstik merah cabenya.
Keempat, Hulliyah Sypa kalau dia yang paling pendiam diantara kami.
Semenjak aku masuk pesantren sampai saat ini, kisahku terbingkai indah tentang kecintaan kepada sang pencipta, tentang kebersamaan, dan tentang dia calon imamku.
Hari ini tepatnya sepuluh tahun sudah aku berada di pesantren.Aku termasuk santriwati yang jarang pulang.
Terlebih Bi Haji, sebutan kami untuk istri dari pimpinan pondok pesantren ini.Bi Haji sudah amat dekat denganku, segala sesuatu pekerjaan apapun itu, termasuk mengajar selalu meminta bantuanku.Alhamdulilah bisa sedekat ini dengan beliau.
Meski banyak yang bilang Mama Haji yaitu K.H Turmudji, seorang yang tegas bahkan keras membimbing santrinya namun aku tidak merasa begitu, bagiku pengabdian apapun bentuknya merupakan salah satu kewajiban dan rasa hormatku pada beliau.
Aku kini mengajar di sebuah Tk Al quran lingkungan pesantren.
Disini aku punya hiburan lebih, anak anak itu ya mereka anak didikku yang selalu membuatku tersenyum dikala lelah dan mengantuk penyakit santri.
Di Tk A aku tak mengajar sendiri, ada empat orang yang mengajar disini.
Siti Solihah teman sekobongku, ust Harun, dan ust Zamzam.
"ayok sayang ngaji dulu deek"kupanggil Arsyil salah satu muridku dengan seulas senyum keikhlasan
Mengajar anak anak yang berumur 4 sampai 6 tahun mempunyai tantangan tersendiri.
Lebih rinci tentang kisahku akan dilanjutkan sama author kita yang katanya udah punya dua karya tamat tapi yang baca kepaksa semua, oops astagfirulloh..
Biarkan sang author merangkai kata aku akan mengamati hasilnya.
##Nimas udah ngomongnya??
Hallo para readersku tercintah kali ini aku akan memulai kembali sebuah cerita yang menurutku indah sekaligus inspiratif.
Mohon maaf bila seluruh bagian mengandung sara.
Sungguh tak ada maksud lain hanya ingin menyajikan hal manis itu tak selalu tentang percintaan.
Semoga tak ada yang tersinggung, selebihnya semua perkataan Nimas tadi akan saya rombak dan tambah sedikit biar lebih drama
##Hei author aku dengar yaa (Nimas)
##Hehe (author)
Pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya, Nimas sibuk melakukan aktivitas paginya sebelum mengajar.
Dia menyapu seluruh kelas tempatnya mengajar, membersihkan dan dengan telaten menjauhkan hal-hal yang sekiranya membahayakan anak-anak.
Dikala itu, ust Zamzam kebetulan masuk ke dalam kelas untuk mengambil laptopnya.
Wushhh...seperti tersiram air es keseluruh tubuhnya, Nimas sedikit terpaku melihat sang ustadz saat membuka pintu.Itu hanya sebentar.
Ustadz Zamzam masuk segera, Nimas pun terburu-buru hendak keluar,
mereka berpapasan tanpa menoleh.
Beberapa saat Nimas sudah diluar menunggu sang ustadz keluar ruangan.
Nampaklah ustadz Zamzam keluar menjinjing tas laptopnya.
"Assalamualaikum"katanya dengan senyuman teduh mempesona.
#ya alloh, astagfirulloh sampai lupa tadi tidak memberi salam.(ust Zamzam)
"Wawaalaikumussalam"jawab Nimas tanpa menatap sang ustadz.
"seperti biasa hari ini aku absen ga ngajar, mau ke mts"kata Ust Zamzam kaku.
Mereka saling membelakangi, Nimas mengangguk walau sang ustadz sudah pasti tak melihatnya.Kemudian ust Zamzam berlalu dan Nimas kembali masuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Ust Zamzam adalah sosok ustadz muda yang tampan kulitnya putih bersih, senyum yang mempesona.
Kelebihannya ini membuat orang tua yang memiliki anak gadis berebut untuk menjadikannya calon mantu.
Beliau baru saja menyelesaikan pendidikannya sebagai sarjana pendidikan islam.Menyandang gelar S1 tentu membuatnya makin digilai para emak-emak rempong.Ustadz Zamzam selalu mengulum senyum manis bila emak-emak itu mulai ribut dihadapannya.
Ustadz Zamzam masih tinggal di lingkungan pesantren sama seperti Nimas.Beliau mengajar TkA, disamping itu beliau juga mengajar di salah satu Mts, membuatnya harus absen mengajar di TkA setiap hari rabu.
Sekian tentang sang ustadz, kita balik lagi pada Nimas yang kini tengah bersiap untuk mengajar.Di kobong saat itu ada Sofia yang tengah membaca buku entah buku apa, Sofia mendekati Nimas, "kamu udah denger berita hot pagi ini blom?"katanya antusias.
Nimas menggeleng dengan terpaksa dia menoleh kini menatap Sofia yang sangat antusias.
"kamu tuh selalu telat kalo ada berita tuh"
"dengerin yaa, Si Siti udah fix dijodohin ama ust Ahmad"lanjut Sofia.
Mata Nimas membulat seketika "tau dari mana kamu?"
"yee bi Haji yang bilang tadi, tadi kan Siti dipanggil ke Aula, eh gataunya di aula mereka ngomongin perjodohan"
"terus Sitinya nerima?"tanya Nimas.
Sofia mengangkat kedua bahunya, tanda tidak tau.
Sudah saatnya Nimas mengajar, bergegas dia menuju ke sekolahan.Sudah nampak disana beberapa anak yang mulai berdatangan satu persatu diantar orang tua mereka.
Anak-anak itu berhambur memeluk Nimas, itulah secercah kebahagiaan yang dimiliki Nimas disini.
Sebelum belajar dimulai Nimas punya kesempatan untuk mengobrol dengan Siti yang nampak murung, disudut ruangan kelas.
"Hei, melamun"sapa Nimas.
Siti mengerjap kemudian tersenyum kaku.
##hei hei thor kamu tuh niat nulis gak seeh(Nimas)
##kenapa memangnya?(author)
##gak niat tau gak(Nimas)
Authorpun menunduk lemah
Gini deh, kita beri author waktu buat memantapkan jiwanya.
Aku Nimas, amat syok waktu mendengar Siti mau dijodohkan, terlebih kulihat raut wajah Siti yang biasanya bertingkah konyol berubah drastis.
Pernah satu waktu, hari itu anak anak ada acara pentas seni Siti dengan lincahnya menari tekotek kotek anak ayam, membuat semua orang yang menonton waktu terhibur sampai terpingkal pingkal.
Tapi kini, wajah yang berbinar itu berubah muram. Hemm aku harus bisa membuatnya tersenyum kembali.
Malam ini selesai mengaji, kami berlima telah berada di dalam kobong.
Kami bersiap tidur, namun kulihat Siti masih termenung di teras kobong ku hampiri dia.
"Melamun aja..kenapa sii?"kataku.
Siti terlihat mengerjap, "euh nimas aku kaget.."katanya.
"abis melamunin apa?sampai-sampai aku dateng ga nyadar gitu"tanyaku lagi.
"Bukan apa-apa.."jawab Siti sambil menggeleng.
"Cerita deh, kitakan udah berteman lama..apa kamu murung gara-gara perjodohan itu?"tanyaku.
Siti menghela nafas berat, "kamu udah tau?"
Aku mendekat menggenggam erat jemari Siti yang ku rasa amat dingin.
"cerita apa yang kamu rasain?"tanyaku.
Beberapa menit terdiam akhirnya Siti berbicara "aku bingung Nim.."
Aku mengernyit heran, ku tatap wajah yg kini menunduk itu "kenapa..?"
"Entahlah, apa aku siap atau tidak untuk menjadi seorang istri." kata Siti sambil meremas jemarinya.
Aku menangkup wajah cantiknya, "niatkan lillah, karena sesungguhnya Allah tidak akan menjerumuskan umatnya yang taat."
Kini samar kulihat senyuman itu terbit, oh ya ampuun manisnyaa sahabatku ini.
Kami pun mengobrol sampai larut hingga akhirnya kami memutuskan masuk kobong dan tertidur.
Hari ini adalah hari jumat dimana kegiatan belajar mengaji libur.Dihari ini pula ponsel para santri dibagikan, karena selama seminggu ini ponselnya boleh dibilang disita.Dan hari jumat adalah hari yang ditunggu para santri selain libur mereka juga mendapat ponsel mereka kembali yang otomatis bisa menghubungi keluarga masing-masing untuk sekedar melepas rindu.
"Yeeeeee...hp ku muacchh.."pekik Rista si gadis bibir merah cabe.
Kami berempat yang melihatnya hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah bar barnya.
Aku pun mendapat ponselku kembali, segera ku hubungi orang tuaku.Melepas rindu, itu kegiatanku.
Ketika aku selesai menelpon, Hulliyah menyenggol lenganku dan aku menoleh ku pakai isyarat mata untuk bertanya ada apa.
Dia pun memakai isyarat mata ku ikuti tatapannya ku lihat Rista tersenyum-senyum melihat ponselnya.Dia terlihat asik dengan kegiatannya itu.
Akhirnya aku, Siti, Hulliyah, dan Sofia berniat menjahili Rista yang tengah asik itu.
Kami mendekati Rista, Sofia merebut ponselnya.Aku dan Siti bertugas memegang Rista yang meronta-ronta.
"Woiii ngapain kalian, balikin ponselnya iii balikin"rengek Rista.
Hulliyah menghampiri Sofia kemudian mereka bersama-sama membuka ponsel Rista.
"Ooooow.."pekik Sofia.
"Kamu chatan sama Amir?"tanya Hulliyah.
"ga sopan kalian tuh..siniin ! !"Rista mulai jengkel sekarang.
Aku dan Siti pun melepas Rista yang kemudian berlalu merebut ponselnya.
Rista menekuk wajahnya kesal, Kami pun menghampiri "Marah yaa?"kataku.
"Enggak.."jawab Rista ketus.
"Maaf deh maaf, jangan ngambek dong nanti cantiknya ilang" Sofia menimpali.
"Bodo.."kata Rista sambil memalingan wajahnya.
"yah marah yaaaah..Sini sini peluk,"kata Siti dan beranjak memeluk Rista.
Rista pun tak menolak,dan menyambut pelukan Siti, aku pun mengikuti memeluk Rista.Sofia dan Hulliyah pun ikut.
Kami saling rangkul akhirnya, karena sepuluh tahun sudah kami bersama jadi sudah saling mengetahui kelemahan masing-masing.
Mereka sahabatku, entah sampai berapa lagi kami bersama.Sungguh ingin kuhentikan waktu saat ini.Tak akan sanggup jika nanti memang kami harus berpisah dan memiliki kehidupan masing-masing.
#authornya kemana ini (Nimas)
#disini ada disini, menyimak (author)
#ceilah nyimak, udah mirip anggota grup wa yang jarang ngomong deh aah (Nimas)
#aku hanya syok ternyata dibalik kelembutanmu tersimpan jiwa kepenculikan yang jago menyekap (author)
#jangan bilang-bilang sama ibu-ibu yang lain yak (Nimas)
Author diam......
#kok diem tumben (Nimas)
#emang biasanya gimana? (author)
#orang tua murid yang paling berisik kan biasanya kamu (Nimas)
Nimas tersenyum meninggalkan author yang bengong.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!