Li Zhe: Pemeran utama wanita
Zhang Zhou yu: Pemeran utama laki²
...
Di istana Chang, seorang ratu duduk menyeruput teh China di tangannya. Ia memegangi teh itu selayaknya warga Thailand.
“Zhang Zhou yu hormat kepada ratu utama.”
Ibu Ratu pun menghentikan aktifitas minumnya. Ia tersenyum kepada pria itu, yang merupakan adalah anak kandung satu-satu nya miliknya.
Para pelayan menundukan kepala setelah mendengar kabar pangeran Zhang hadir di dalam istana.
“Zhou kemari lah. Aku sudah menunggu mu untuk minum teh bersama ku.” ujarnya. Senyumannya membuat keriput di mata nya terlihat dengan sangat jelas. Walaupun begitu, ia tetap ramah terhadap putranya itu.
“Terima kasih ibu ratu,” ujarnya lalu menaiki tangga dan duduk dengan sopan di hadapannya.
“Tuangkan teh di cangkir pangeran,” ujarnya terhadap Mei Li.
Mei Li hanya mengangguk menjawab. Dengan telaten, ia menuangkan dengan perlahan tanpa muncrat ke mana-mana. Setelahnya, ia pun mengembalikan teko itu dan kembali berdiri di tengah-tengah mereka.
“Minumlah pangeran. Teh ini, adalah aroma favorit almarhum Raja. Sudah lama aku menantikan ini pangeran,” ucapnya.
“Terima kasih ibu ratu, mari bersulang.” Ajaknya dengan seruan.
Membuat ibu ratu tersenyum lalu mengambil gelas imut itu.
Ting!
Gelas itu saling menempel menimbulkan suara. Mereka minum dengan cara masing-masing. Pangeran Zhao (Nama sebutan ibu ratu) minum dengan biasa namun terlihat sopan. Ibu ratu yang merupakan salah satu penggemar Thailand pun minum dengan ciri khasnya tanpa malu.
Tuk!
Gelas itu menempel di atas nampan coklat ber-paduan dengan warna meja. Pangeran Zhao menundukkan matanya dan mengembalikan tangannya di kedua lututnya.
Lalu ia mendongak, menatap ibu ratu yang hanya tersenyum menatap pangeran Zhao.
“Ibu ratu membuat saya takut. Saya tunduk di hadapan anda ratu,” jelas pangeran Zhao tanpa senyuman membuat ibu ratu tertawa terbahak-bahak.
“Pangeran Zhao, ibu ratu hanya mengaggumi anda dari jarak dekat. Selama peperangan tiba dan sampai selesai, anda tak pernah bertemu panggilan ibu ratu.” Jelas Mei Li.
“Maafkan saya jika saya melakukan kesalahan Ratu. Saya menyibukkan diri dengan peperangan hal itu membuat saya menyesal!” Tegasnya sebagai seorang pangeran.
“Zhao..Tenangkan diri mu. Aku tak masalah, karena sebagai ketua Medan peperangan juga harus tegas bukan?” ujar ibu ratu penuh pengertian alias peka dalam bahasa gaul jaman sekarang.
“Ibu ratu, saya memiliki beberapa urusan di tenda. Saya harus membeberkan berita kemenangan kerajaan kita sebagai bentuk usaha mereka.” jelas pangeran Zhao dengan nada buru - buru.
“Pangeran Zhao, kau bisa mengurus ini nanti. Perbincangan kali ini sangat penting kau ketahui,” jelas ibu ratu dengan gelisah.
“Dan juga aku tidak ingin kau cepat-cepat pergi. Tinggallah disini beberapa saat bersama ku,” jelas ibu ratu dengan sedih.
“Ibu ratu, saya bisa meminta asisten saya sebagai perantara penyampaian pesan. Anda tidak perlu khawatir, saya tidak akan pergi jika anda meminta.” jelas pangeran Zhao.
Ibu ratu hanya tersenyum menatap Zhao yang selalu menenangkan hatinya dengan penuh kelembutan. Mereka pun berbincang-bincang dengan hati ke hati.
Zhao yang selalu sopan ke ibu ratu hanya bisa diam jika kegundahan hati menyerang. Dengan pikiran matang-matang, ia kembali memikirkan ucapan ibu ratu. Maka ia menjawab..
“Ya! saya setuju,”
******
Malam hari, perjalanan pergi ke tenda tempat penginapan para prajurit. Dan akan melakukan pengobatan disana, pangeran Zhao berserta asistennya berpacu kuda menuju tempat kejadian.
Zhao Lin yang merupakan asistennya pun hanya bisa mengikuti derap kaki kuda tuannya.
NGIIIIIIII (anggap saja suara kuda)
Kuda Zhao dengan kuda Lin pun berhenti. Ia menatap seorang gadis berjongkok di depannya dengan mengelus seekor kelinci.
“Nona bangunlah, apa yang anda lakukan di malam hari? Di tengah jalan pula.” ucap Lin turun dari kudanya.
Ia mendongak, matanya yang berwarna biru dengan pakaian serba hitam menatap tajam mereka berdua. Dengan sigap wanita itu berdiri, lalu berlari menjauh dari mereka dan meninggalkan kelinci itu.
“Aneh,” gumam Lin menggelengkan kepalanya.
“Lin cepatlah, aku takut para prajurit infeksi akibat luka nya!” Seru pangeran Zhao.
“Tuan, bisakah kita membawa kelinci ini?” tanya Lin.
“Jika kau mau kau bisa membawanya!” Ujar pangeran Zhao dengan suara yang besar.
“Terima kasih pangeran,” ujar Lin bahagia.
Mudah sekali membuatnya bahagia. Zhao menggelengkan kepalanya lalu kembali menghentakkan tali yang akan membuat kuda itu melaju dengan cepat meninggalkan area hutan itu.
Dengan membawa obat-obatan yang ia racik sendiri akan membuat para prajurit bisa merasakan kesejukan obat itu. Obat yang akan membuat mereka tidur nyenyak di malam hari. Ada yang mengenal obat itu? wkwk. Obat itu lah ber-paduan dengan obat yang ia racik.
******
Maaf ya, kalo gak sekeren novel time travel lainnya. Aku udah lama enggak buat novel time travel:( jadi lupa deh.😔
Sesampainya di tempat penginapan para prajurit. Dengan cepat Zhao dan Lin turun dengan membawa tas hitam berisi obat-obatan.
“Ini, pakailah! Supaya cepat sembuh dan bisa berjuang kembali untuk kerajaan kita!” Ujar Lin memberikan beberapa kantong hitam.
“Baik tuan, terima kasih!” Ujarnya menunduk hormat.
Lin hanya mengangguk, belum sempat ia melangkahkan kakinya menjauh. Ia sudah di panggil oleh prajurit.
“Tuan, apakah kelinci ini untuk kami?” tanya nya.
Lin membalikkan badannya, ia Membelalak dan seketika ia merampas kantong hitam yang berisi kelinci itu.
“Enak saja! Ini Winky tak boleh kau makan. Cari saja sendiri hewan buruan mu!” ujar Lin dengan marah.
“Maaf tuan, Apakah Winky itu nama panggilannya?” tanya Tabib Itu.
“Ya, sudah sana! urus saja pekerjaan mu, jangan bawel!” ucapnya dengan tegas.
Tabib itu hanya menunduk dengan jantung yang memompa cepat. Ia menggelengkan kepalanya sebelum mengobati pasien kerajaannya.
...
“Tuan,” panggil Lin menunduk hormat.
“Hm.” jawabnya dengan pelan.
“Berita kekalahan kerajaan sebelah sudah di urus. Saya sebagai asisten anda, mengucapkan selamat untuk berita kemenangan anda tuan.” ujar Lin dengan tersenyum. Setidaknya, usaha selama 3 bulan berlatih tidak sia-sia.
Zhao memperhentikan kegiatannya, ia menatap Lin lalu kembali menundukkan matanya. Ia tersenyum kecil sebagai rasa syukur kepada tuhan.
“Sampaikan berita ini ke para prajurit. Berita istimewa ini akan di adakan pesta di kerajaan besok.” ujar Zhao.
“Baik tuan, saya permisi dulu.”
“Hem..” pungkasnya.
Ia terus melanjutkan aktifitas menulis nya. obat apa saja yang ia butuhkan dan sudah menipis. Ia harus kembali membuatnya, dan bahan-bahannya tentu saja tak semudah itu. Bisa saja melewati lembah, mendaki gunung, berenang hingga ke permukaan danau hanya untuk mendapatkan bahan-bahannya saja.
Keesokan harinya...
Tap Tap Tap...
Wanita itu mengendap-endap.
Sreeett
Pintu di buka, memperlihatkan sosok laki-laki setengah imut dan tampan itu menatap kakaknya.
“Mari masuk! Tidak ada orang yang tau,” jelasnya dengan pelan.
Ia hanya mengangguk, lalu melangkahkan kakinya memasuki area rumahnya.
“Li Zhe, berhenti di tempat!” teriak seorang wanita di belakang nya.
Sontak laki-laki yang merupakan gadis itu membalikkan badannya. Sementara perempuan itu yang ternyata bernama Li Zhe hanya diam di tempatnya.
Langkahan kaki pun semakin dekat, walaupun begitu Li Zhe hanya diam di tempat.
“Kemana kau semalam, Apa kau tidak tau kejadian kemarin malam di rumah, huh?" tanya nya dengan galak. Cocok buat pemeran antagonis di sinetron Indosiar👍.
Li Zhe menggeleng pelan, “Tidak, aku tidak tau.” jawabnya tidak berdaya.
“Bagus, itu mempermudahkan kau untuk di hukum. Bukti cukup kuat, itu menunjukkan kau tidak ada di paviliun! Apa kau tahu, kemarin malam Kasim kerajaan mencari mu! Katakan lah, dimana wajah ku harus di taruh hah?" tanya nya dengan emosi dan kesal. Ia tak melakukan kekerasan kepada Li Zhe, ia hanya ngomel-ngomel. Karena ia tahu, semakin ia memukul Li Zhe. Semakin pula ia akan melakukan kesalahan.
“Nenek, aku hanya pergi mencari Gu mei! Dimana waktu luang ku selain malam hari? Lagi pula, malam hari adalah waktu istirahat ku. Aku mengorbankan waktu ku hanya untuk mencari Gu mei!” ujar Li Zhe dengan kesal.
“Lalu apakah kau mendapatkannya?” tanya nya.
“Tidak, Gu mei kabur.” ucap Li Zhe dengan kecewa.
“Tidak tau di untung kau, ah sudah lah. Pergi ke kamar mu, besok pagi adalah hari pernikahan mu. Siapkan diri mu baik - baik Li Zhe!” jelas neneknya.
“Hm.” ujarnya lalu berjalan dengan cepat melewati neneknya.
Jelas saja ia tak kesal, ia sudah di beritahukan pertama kali ketika ia di jodohkan. Dengan pangeran yang dingin dan tak tau sopan santun. Menjawab orang dengan perilakunya, seolah-olah mulutnya tak ada fungsi.
Semoga saja ia baik, bisa mati aku ketika di hadapannya. Batin Li Zhe ketika mendengar rumor beredar tentang pangeran pertama.
Istana Chang...
Para warga berkumpul, menyisakan lorong di tengah tengah mereka untuk perjalanan seorang pangeran yang telah pulang dari Medan pertempuran. Pangeran Zhang melajukan kuda putihnya dengan pelan.
Para warga melemparkan segenggam bunga mawar kepada pangeran Zhao. Acara itu berlanjut setelah semua warga kerajaan memasuki istana. Kini, pangeran Zhao sedang istirahat setelah melakukan perjalanan panjang.
“Huh,” ucapnya bernafas lega.
“Winky akan tinggal di tempat mu tuan,” Jelas Lin dengan senyuman lebarnya berjalan mendekat ke arah tuannya. Ia membawa sebuah kurungan kecil untuk Winky kesayangannya.
“Kenapa harus di tempat ku? Tempat mu jauh lebih nyaman di banding diri ku. Dan jauh lebih mewah di banding diri ku,” jelas pangeran Zhao.
“Tuan, tempat mu jauh lebih aman. Dan tak ada sembarangan orang yang masuk, sementara di tempat ku. Para prajurit utusan ibu ratu keluar masuk seenaknya.” curhat nya dengan cemberut.
“Baiklah, luka yang kemarin kelinci itu dapatkan belum aku obati. Taruh saja di situ,”
Ia menunjuk sebuah meja kecil, karena burungnya sudah mati. Tempat itu di jadikan Winky untuk bertahan hidup. Li tersenyum begitu meja bundar itu pas untuk kurungan Winky.
“Seseorang meracuni Bird, semoga Winky tak di racuni juga.. ” Li berdoa kepada Dewi setelah Winky di taruh disana.
“Jika sudah selesai, kau bisa pergi. Jangan menganggu ku, aku ingin istirahat.” jelas Zhao.
“Tuan, besok.. ”
Tap Tap Tap
Zhao menatap ke arah genting, seseorang melewati gentingnya dengan cukup cepat. Zhao pun berdiri dan berlari mengejar seseorang yang melewati gentingnya itu.
“Tuan, besok adalah hari pernikahan mu! Jangan keluar.. Ibu ratu melarangnya!!” teriak Li sebelum Zhao benar-benar menghilang dari pengawasannya.
“Akhh, pangeran mengetahui pernikahannya. Tapi tidak dengan harinya! Ibu ratu pasti menyuruh ku untuk mencuci pakaian para pelayan.. ” Li mengacak rambutnya emosi.
Semena-mena ia adalah pangeran, bisa seenaknya? Hei wahai pangeran yang perkasa! bisakah kau tidak melupakan asisten mu ini?
“Jangan jangan aku asisten pungut,” Li menggelengkan kepalanya lalu keluar meninggalkan Winky di kamar tuannya.
Maaf kalo di rasa kekurangan kalimat. Kekurangan ketelitian adalah kesalahan terbesar ku, semoga kalian masih bisa mencerna ceritanya❤️.
...
Paviliun anggrek
Li Zhe membuka cadarnya, membuka lipatan rambutnya lalu di biarkan tergerai indah. Ia menaruh tasnya di atas meja, menatap sosok gambar foto di hadapannya.
“ Ibu, aku akan menikah. Bukan kah ini impian mu untuk membuat ku menikah secepatnya? Lihatlah, miris bukan nasib anak mu? Di jodohkan oleh seorang pangeran yang dingin, bahkan wajahnya saja aku tidak tau. ” gumamnya.
Ia menghela nafas sebelum melanjutkan kalimatnya.
“ Tapi tidak apa, aku akan menerima nya walaupun itu tanpa cinta ataupun dengan cinta. Ibu, restui aku. ” Ucap Li Zhe membungkuk hormat atas nama ibunya.
Sebelum ia meninggalkan paviliun, ia sempat berkata..
“ foto kau, hanya akan terpajang disini. Di kamar ini, tiada orang yang berani memindahkannya. Karena kau, adalah permaisuri istana Chen Ming! ”
...
Istana Cheng.
“ Pangeran utama kabur dalam hari pernikahannya! Sebarkan berita ini! Cari pangeran sampai ketemu. ”Seruan pengawal yang sedang berlari sembari membawa obor pun langsung di dengar oleh Devan Choi seorang pangeran yang dingin tapi suka usil.
“ sudah aku duga, pangeran utama tak menyukai gadis itu. Wajahnya pasti jelek, karena itu.. pangeran utama kabur dari pernikahannya. ”
Devan menggelengkan kepalanya di atas genting.
Hap
Seketika tubuh Devan terkejut bukan main, ia menatap pangeran Zhou berdiri di belakangnya. Tangannya merambat memegangi bahunya.
“ pangeran Devan? Pagi hari anda memijak kan kaki di atas genting membuat saya gelisah. Informasi beredar, orang yang mencibir kedudukan istana, lidahnya di potong dan bibirnya di jahit. Saya kira, saya mendengar seseorang mencibir atas nama Pangeran utama.” Ucap pangeran Zhou dengan datar sembari menatap ke arah depan.
“Pangeran Zhou, mari bersulang.” ajak pangeran Devan memberikan segelas wine.
Zhou melirik ke arah Devan yang masih melayangkan tangannya ke udara.
“ Terima kasih pangeran. ” jelas pangeran Zhou menerima pemberian pangeran Devan.
“ Tidak perlu sungkan pangeran Zhou, ku rasa ibu ratu mencari mu. Berita tentang menghilang nya diri mu mungkin membuat seisi istana sibuk. Apakah kau tidak mau menyelesaikannya? ” Tanya pangeran Devan.
“ Ku rasa menikmati hari di atas genting jauh lebih menyenangkan. Boleh bergabung? ” tanya Zhou dengan tatapan mengintimidasi.
“ haha duduk lah pangeran. ” Ucap pangeran Devan.
“ terima kasih. ” ujarnya dengan ramah lalu duduk di samping Devan. Menatap matahari yang semakin terbit menengah dan berada di depan mereka persis.
“ rumor beredar kau akan menikah? Apa kau sudah melihat calon mu? ” Tanya Devan melirik ke arah Zhao yang hanya diam.
“ Aku tidak peduli dengan dirinya, penampilan baik sopan santunnya. Ia pasti hanya seorang gadis yang lugu, tak banyak bicara dan selalu menurut. ” Ujar Zhao.
Di sisi Li Zhe, gadis itu keluar setelah membersihkan diri. Memakai cadarnya untuk pergi ke pasar seorang diri, panas yang menyengat membuatnya harus cepat-cepat sampai ke toko obat.
Tap...Tap...Tap
Gadis itu meraih anak tangga lalu memasukinya. Menatap sekeliling mencari keberadaan orang yang ia kenal.
“ Zhe, kau datang? ”
Seorang pemuda menghampiri Li Zhe, Li Zhe mengangguk cepat sembari tersenyum. Menepuk beberapa kali bahunya dan berkata.
“ Tentu saja aku datang! Ayo, sambut kedatangan ku haha. ” Ujarnya bercanda.
“ Tentu saja, kau adalah tamu istimewa bagi ku! ”
Pemuda itu merangkul Li Zhe, banyak orang yang menatap ke arah mereka berdua. Penampilan Li Zhe dengan cara perilakunya tak sesuai dengan penampilannya. Membuat banyak orang mencibir ke arah Li Zhe seraya wanita murahan.
“ Oh ya Zhe, kau datang kemari tidak izin dengan wanita tua itu? ”
“ Entah lah, rasanya malas berbincang dengan wanita tua itu! ” ujar Li Zhe mengambar meja di depannya.
“ Benarkah? Atau kau takut tidak diizinkan? ” Tanya nya.
“ Haha, kau pandai menebak. Mana obat ku? ”
“ Nih, harga nya hanya 1 koin saja. Mengambil tanaman sheoyu tak mudah yang kau kira. ” ujar nya cemberut.
“ Ya ya, ini 50 perak. Selebihnya menyusul ya! ” Ujar Li Zhe lalu berdiri.
“ Li Zhe, kau mau kemana! ” Teriak pemuda itu.
“ Beli makanan!! ” Teriak Li Zhe.
“ ikut!! Hei kau, jaga toko ini baik-baik. Aku akan pergi terlebih dahulu. ” ujar pemuda itu lalu berlari menyeimbangkan langkah kakinya menyusul Li Zhe.
Beberapa menit kemudian, setelah berlari Li Zhe dan pemuda itu telah sampai di sebuah toko terpencil di antara yang lainnya. Sebuah toko pangsit mie tradisional.
“ Traktir? ” Tanya Li Zhe melirik ke arah pemuda itu.
“ Baiklah, ayo! ” Ujar nya menarik tangan Li Zhe.
Li Zhe terkekeh lalu berteriak.
“ Pangsit mie 2 makan sini Pak Bao!! ” Teriak Li Zhe.
“ Siap Non!! ” Teriaknya.
Pemuda itu hanya menggelengkan kepalanya, lalu menatap ke arah Li Zhe yang bersandar menikmati hembusan angin.
“ Li Zhe, lari mu gesit sekali! Padahal kau seorang perempuan. ” ujar nya mengibaskan bajunya.
“ Memang kenapa kalo aku perempuan? Apa kau lupa, aku di latih oleh kakek ku supaya aku kuat! Tak lemah seperti orang yang di depan ku. ” Ujar Li Zhe mencibir.
“ Li Zhe, kau tak akan meninggalkan aku bukan? ” Tanya nya.
“ Hah? Meninggalkan karena apa? ” Tanya Li Zhe.
“ Kau akan menikah, aku takut kau akan meninggalkan sahabat mu ini.. ” ujarnya dengan sedih.
“ Itu tergantung Kai, tergantung suami ku posesif atau tidak. ” ujar Li Zhe.
“ Li Zhe, pekan hari kau harus datang ke toko ku. Aku mau mengajak mu ke suatu tempat. ” ujar Kai.
“ Kemana? ” Tanya Li Zhe.
“ Rahasia, pokoknya kau harus datang. ” ucap Kai.
“ Baiklah aku akan datang, ” ucap Li Zhe mengangguk.
Tak lama menjelang itu, Pak Bao datang dengan dua pangsit mie di tangannya.
“ Silahkan di nikmati. ” ucap Pak Bao dengan tersenyum.
“ Terima kasih Pak Bao.. ” Ucap Li Zhe dengan tersenyum. Meraih Supit lalu hendak mencoba. Namun tangannya terhenti ketika mendengar keramaian tak jauh dari mereka.
“ Li Zhe, ada apa itu? ” Tanya Kai.
“ Aku tidak tau, mari kita lihat.. ” ujar Li Zhe berjalan mendekati orang-orang yang tengah berkumpul.
Kai menerobos orang-orang diikuti Li Zhe di belakangnya. Ia menatap seorang anak kecil yang tengah duduk di aspal panas dengan jajanan tusuk ditangan.
“ Lihatlah, penjilat ini berani memakan makanan ku! Anak siapa ini hah, harus berganti rugi sebanyak 4 Perak!! Anak tak tau malu. ” Ujar penjual toko itu.
“ sepertinya anak itu kelaparan. ” bisik Kai.
“ Ya kau benar, kasihan sekali anak itu. ” ujar Li Zhe dengan pelan.
“ Kau kasihan? Kenapa tidak menolongnya. ” ucap Kai.
“ Aku.. ”
Li Zhe menatap ke arah Kai lalu menatap ke belakang dan sekeliling. Banyak orang yang berbisik-bisik menatap anak kecil dengan umur 7 tahun itu makan dengan rakus.
Dengan sekali menguap ia sudah mendapatkan 3 jajanan tusuk. Belum habis di makanan dimulutnya, ia kembali memakan makanan lainnya di tangannya. Setelah semuanya habis. Dan menelan makanan terakhir yang ia kunyah, kemudian ia berdiri dan hendak mengambil makanan lagi.
“ Heh, kau mau kemana hah! Bayar dulu makanan ku, kau harus disini sampai orang tua mu datang! ”
Ia menarik dengan kasar tali pengikat pakaian anak kecil itu. Kemudian dirinya mengerutkan dahinya meronta dan berteriak.
“ Akhhh!! Paman tolong lepaskan aku, aku lapar aku tak ingin makanan basi yang kau berikan!! Paman. ” Teriaknya meronta-ronta.
“ Basi? Apakah orang itu memberikan makanan basi secara sengaja? ”
“ Orang itu sungguh tak tahu diri, memberikan makanan basi ke anak kecil yang sedang berkembang. Dasar tak tahu malu. ”
“ Ya ya, pria itu harus di hukum atas tindakannya. Ia bahkan menyiksa anak kecil yang polos. ”
Banyak bisik-bisik yang di dengar Kai dengan Li Zhe, membuat Li Zhe dan Kai saling pandang.
“ li Zhe, ayo kita pergi. ” Ajak Kai.
“ kau ini, kasihan anak laki-laki itu. Apa kau tidak Iba dengan keadaannya yang compang-camping? ” tanya Li Zhe
“ Lalu kita bisa apa? Aku tak bisa berbuat apa-apa, aku tak ada uang! ” ujar Kai.
“ Berikan 10 perak kepada ku. ” Li Zhe menjulur kan tangannya.
“ Apa? Untuk apa? ” Tanya Kai.
“ Berikan. ” ucap Li Zhe mendelik.
“ I-iya baiklah😣 ” Ujar Kai lalu memberikan 10 perak kepada Li Zhe.
“ Kau tunggu disini, lihat aku. Apa yang bisa aku lakukan ke pria itu. ” ujarnya terkekeh dengan sinis.
“ Mengerikan.. ” ujar Kai bergidik ngeri ketika melihat aura hitam dari Li Zhe.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!