"Plakkk"
"Aku sudah mengatakan, ini bukan salahku. Suamimu saja yang kecentilan mendekatiku" Kata Sofi dengan amarah yang sudah tidak tertahan lagi sambil memegang pipinya sehabis ditampar.
"Kalau bukan kamu yang bermain api duluan. Suamiku tidak akan berpaling dariku, dasar wanita jalang" Teriak Lora tidak mau kalah.
"Hey, coba kamu tanya suamimu sendiri. Siapa yang menghubungi terlebih dahulu" Teriak Sofi tidak mau kalah sambil menunjuk Andre yang saat ini tertunduk. Lora langsung menghampiri Andre yang hanya terdiam tanpa merespon sama kali.
"Mas, jelaskan padaku. Aku sungguh tidak menyangka. Ternyata selama ini kamu bilang ada pekerjaan di luar kota. Berakhir ke rumah wanita jalang ini. Ingat Mas kamu punya anak" Kata Lora sambil memukul Andre beberapa kali. Andre hanya diam dipukuli. Dia menerima semua pukulan dari Lora tanpa berniat menghentikannya atau pun menghindar. Dia memang salah karena jatuh cinta pada wanita lain saat dia memiliki seorang istri.
Sofi memang awalnya pernah menolaknya. Namun tidak tahu mengapa dia begitu menginginkan Sofi. Mungkin karena wajahnya mengingatkannya pada mantan kekasihnya yang meninggal 10 tahun yang lalu sebelum bersama Lora. Dia berusaha segala cara untuk bisa mendapatkan Sofi. Hingga setumpuk uang yang dijanjikan Andre bisa meluluhkan Sofi dan membuat Sofi terjebak pada pertikaian ini.
Sofi selalu berusaha untuk bermain cantik ketika mencari mangsanya. Dia akan mencari latar belakang laki-laki itu terlebih sebelum memutuskan untuk menjadi simpanan atau mangsanya selanjutnya. Dia sudah tahu jika Andre bukan lelaki sembarangan dan memiliki istri yang tidak sembarangan juga. Untuk itulah dia tidak ingin mengambil resiko untuk menjadi simpanan Andre. Tapi karena setumpuk uang yang dijanjikan Andre akhirnya membuatnya luluh juga. Dia mengambil tawaran itu. Karena dia membutuhkan uang untuk membiayai sekolah Kirana yang sebentar lagi akan memasuki bangku kuliah.
Tapi takdir berkata lain. Dia sekarang sedang terpergok dan terintimidasi oleh wanita yang begitu ditakuti oleh semua wanita di dunia ini. Karena dia adalah wanita penguasa dunia mafia dan tidak segan-segan menyakiti orang-orang yang mengganggu hidupnya.
"Rupanya kamu lebih memilih wanita ini daripada diriku" kata Lora dengan seringai di wajahnya menatap Sofi. Sofi berusaha kuat dengan balik menatap Lora dengan senyum diwajahnya.
"Kamu jangan coba-coba menyakitinya. Ini kesalahanku, biarkan aku yang menanggungnya. Tolong maafkan aku. Aku berjanji tidak akan mendekatinya asalkan kamu tidak menyakitinya" Kata Andre mulai berbicara.
"Memang seharusnya kamu memilihku. Wanita jalang ini sungguh tidak pantas untukmu. Tapi tidak semudah itu aku melepaskannya" Kata Lora.
"Jika kamu menyakitinya, aku akan pergi meninggalkanmu" Kata Andre.
"Haha, apa baiknya wanita ini. Tapi, aku akan kabulkan permintaanmu. Jika aku melihatmu bersama wanita ini lagi, aku tidak segan-segan membunuhnya bahkan sampai keturunan-keturunannya" Kata Lora kemudian berlalu meninggalkan Sofi yang masih mematung.
Kirana yang saat itu baru pulang sekolah, mematung melihat seorang wanita kaya dengan gaya glamour baru keluar dari rumahnya. Dia tersenyum ramah ke wanita tersebut karena berpikir dia pasti teman ibunya. Lora terdiam sebentar menatap Kirana kemudian masuk menuju mobilnya disusul Andre.
"Assalammualaikum Ma" Teriak Kirana, kemudian langsung memeluk Sofi.
"Waalaikummussalam" Jawab Sofi dengan senyum diwajahnya. Dia berusaha keras menyembunyikan perasaannya yang masih terguncang saat ini.
"Ma, Tadi siapa?" Tanya Kirana.
"Itu, teman Mama" Kata Sofi sambil membelai rambut Kirana.
"Owhh, dia cantik sekali Ma" Kata Kirana yang membuat Sofi hanya bisa membalas dengan senyuman.
"Kamu sudah makan sayang?" Tanya Sofi.
"Sudah tadi Ma sama teman-teman" Kata Kirana.
"Ya sudah, sekarang ganti baju dulu sana, terus belajar" Kata Sofi.
"Siap Mama sayang" Kata Kirana kemudian mencium pipi Sofi dan berjalan menuju kamarnya.
"Aku sungguh beruntung dengan kehadirannya. Dulu aku begitu kesepian, namun sekarang karena kehadirannya hidupku lebih berwarna. Aku harap dia selalu bahagia dan tidak akan mengikuti jalan ibunya ini" Batin Sofi kemudian menghapus air mata yang mulai mengalir dari sela-sela matanya.
***
"Aku sudah bilang, jangan terima dia masuk" Kata Syam pada asisten pribadinya.
"Tapi tuan, dia itu ayah anda. Aku takut kualat karena mengusir orang tua" Kata Leon.
"Ya sudah, biarkan masuk" Kata Syam, dia pun memperbaiki jasnya dan memasang wajah sebaik mungkin. Dia memang terkenal kejam, dia tidak segan-segan untuk membunuh musuhnya. Namun saat bersama ayahnya. Dia berbeda. Dia hanya mempunyai ayahnya, oleh karena itulah dia berusaha sebaik mungkin pada ayahnya dan begitu menyayanginya.
"Hey, anak kurang ajar. Kapan kau memberikanku menantu?" Tanya Surya yang sudah ada di ruangan Syam.
"Hehe, duduk dulu Pa. Datang-datang langsung marah saja" Kata Syam. Surya pun langsung duduk dan menenangkan dirinya.
"Hmmm, kapan kamu memutuskan menikah? jangan main-main dengan perempuan-perempuan mu itu, ingat umurmu sudah tidak muda lagi" Kata Surya.
"Hmmmm, Aku sudah bilang Pa berulang kali. Aku tidak akan menikah. Wanita itu sama saja" kata Syam.
"Nak, tidak semua wanita seperti ibumu. Papa bisa pastikan itu. Kamu harus punya keturunan untuk melanjutkan perusahaan ini. Aku tidak mau tahu, kamu harus memperkenalkan calon istrimu bulan ini. Jika tidak, aku pastikan kamu tidak akan melihat wajahku lagi" Kata Surya.
"Jangan berkata begitu Pa, aku kan sudah bilang. Aku tidak akan menikah dengan wanita manapun" Kata Syam.
"Terserah kamu. Intinya aku ingin melihat kamu menikah. Sudah saatnya kamu memaafkan masa lalu Nak. Sekali lagi aku tegaskan bahwa tidak semua wanita seperti ibumu. Aku pergi. Ingat perkataanku tadi" Kata Surya kemudian pergi meninggalkan Syam yang sedang menarik rambutnya frustasi saat ini. Kenangan buruk yang diterima dari ibunya di masa lalu masih teringat jelas dikepalanya saat ini. Bahkan senyum devil ibunya saat meninggalkannya dulu. Masih membuat dadanya sesak sampai saat ini.
Itulah yang membuatnya tidak bisa menerima wanita apapun, dan sering diluar kendali untuk menyakiti wanita. Walaupun begitu, tetap saja banyak wanita yang mengantri untuk bisa bersanding dengannya walaupun hanya semalam.
***
"Aaaa" teriak Kirana saat mulutnya tiba-tiba di bekap dari belakang yang membuatnya beberapa detik kemudian langsung tumbang.
Seorang laki-laki bertubuh kekar menarik tubuhnya masuk kedalam sebuah mobil lengkap dengan baju sekolah SMA nya masuk ke dalam mobil sedan hitam.
"Hallo, bagaimana?" Tanya seorang wanita dari seberang telpon.
"Beres bos" Kata laki-laki kekar itu.
"Sekarang bawa dia ke rumah ku" Kata Wanita itu, yang langsung diiyakan oleh laki-laki itu.
"Maafkan aku nona. Kamu begitu muda tapi nasibmu seburuk ini" Kata laki-laki itu kemudian melajukan mobilnya.
-Bersambung-
"Bawa dia masuk" Kata wanita itu.
Kirana pun ditempatkan di sebuah kamar bernuansa putih yang jarang digunakan oleh pemilik rumah.
"Ganti pakaiannya, setelah 30 menit. Dia harus sudah cantik" Kata wanita itu pada beberapa orang di depannya. Mereka hanya membalas dengan anggukan kemudian berlalu menyiapkan semua keperluan untuk melakukan tugasnya.
"Aku sudah bilang, jangan pernah bermain-main denganku" Kata wanita misterius itu kemudian berlalu pergi meninggalkan Kirana.
"Hallo, bagaimana? apakah kamu sudah mendapatkan apa yang aku minta?" Tanya seorang laki-laki paruhbaya dari seberang telepon.
"Tenang saja kak, semuanya sudah beres. Beberapa jam lagi aku akan mengantarnya kesana" Kata wanita itu dengan seringai di wajahnya.
"Kerja bagus, aku tunggu" Kata laki-laki paruhbaya itu.
***
Disisi lain, Sofi terlihat sedang melaksanakan pekerjaannya. Menggoda seorang laki-laki hidung belang dengan tubuh dan kecantikannya.
"Bagaimana sayang, apa kamu siap?" Tanya laki-laki itu.
"Tentu" Jawab Sofi dengan suara menggoda.
Tanpa basa basi, laki-laki itu langsung membopong Sofi ke kasur. Menghempaskan tubuhnya disana, menindihnya, kemudian mengambil bagiannya.
Drrttt Drrttt Drrtt
Beberapa kali Hp Sofi bergetar, namun Sofi bahkan enggan untuk menjawabnya. Hingga panggilan yang ke 10 kali membuatnya mau tidak mau harus mengangkatnya.
"Sebentar sayang, aku angkat telpon si pengganggu itu dulu" Kata Sofi dengan wajah centilnya.
"Huhh, Cepatlah karena aku tidak suka menunggu" Kata Laki-laki itu.
"Tentu sayang" Kata Sofi kemudian mencium pipi laki-laki itu dan berlalu pergi.
"Hallo" Kata Sofi dengan nada kesal.
"Hallo Fi, aku punya kabar buruk, ini gawat sekali" Kata seorang perempuan dari seberang telpon, yang tidak lain adalah Jenny, sahabat Sofi.
"Apa? cepat katakan" Kata Sofi yang mulai merasakan hal yang tidak enak.
"Ki-kirana diculik Fi" Kata Jenny.
"A-apa? kapan? dimana? siapa?" Tanya Sofi mulai panik.
"Aku juga tidak tahu, tadi ada yang melihat Sofi dibekap dan dibawa oleh seseorang menggunakan sedan hitam" Kata Jenny.
"Astaga, anakku. Kamu dimana sekarang?" Tanya Sofi dengan perasaan yang sudah tidak menentu.
"Dirumahku. Cepatlah pulang. Kita cari Kirana bersama-sama" Kata Jenny.
"Baiklah, aku segera kesana" Kata Sofi kemudian mematikan telpon.
***
"Mba, aku dimana?" Tanya Kirana yang saat ini sudah sadar.
"Dirumah perempuan nomor 1 di negeri ini. Sekarang bersiaplah untuk mandi, karena kami harus meriasmu Nona" Kata wanita berbaju pink itu yang Kirana tahu bernama Dona karena tertulis di baju yang dikenakannya.
"Untuk apa?" Tanya Kirana sambil memutar kepalanya melihat kesekeliling.
"Jangan banyak tanya Nona jika anda ingin selamat. Sekarang mandilah" Kata Dona.
"Tapi aku tidak mengenal kalian untuk apa aku menuruti perintah kalian" Kata Kirana.
"Bawa dia ke kamar mandi" Perintah Dona pada anak buahnya.
"Ti-tidak, aku tidak mau. Siapa kalian? Tolong tolong" Teriak Kirana saat beberapa wanita mulai menyeretnya ke kamar mandi. Dia mencoba meronta namun tenaganya tidak bisa mengalahkan kedua wanita bertubuh kekar yang saat ini tengah menariknya menuju bathtub.
"Anda ingin kami yang memandikan atau mandi sendiri?" Tanya Dona.
"Aku tidak ingin mandi, aku ingin pulang" Kata Kirana dengan air mata yang mulai mengalir diwajahnya.
"Baiklah, saya anggap nona ingin dimandikan" Kata Dona kemudian memberi kode pada anak buahnya untuk melakukan tugasnya.
"Aaaa, aku tidak mau, lepaskan aku. Mamaaaaa tolong aku" Teriak Kirana. Tapi percuma saja karena saat ini satu wanita kekar itu sedang memegang tangan dan kakinya. Satu nya lagi berusaha untuk membuka baju sekolah Kirana.
"Aw" Teriak Kirana saat tangannya tidak sengaja menyenggol bagian ujung kran yang membuat tangannya terlihat memerah saat ini namun tidak mengeluarkan darah.
"Saya sudah bilang nona, bekerja samalah jika anda tidak ingin hal buruk terjadi pada anda" Kata Dona. Kirana terdiam sejenak kemudian meminta semua wanita itu pergi.
"Aku bisa mandi sendiri. Kalian keluarlah" Kata Kirana.
"Baik nona. Tapi ingat, jangan terlalu lama. Kalau tidak kami tidak segan-segan untuk masuk dan memandikan anda secara paksa" Kata Dona dan berlalu pergi meninggalkan Kirana.
Saat semua wanita itu pergi, Kirana langsung mandi. Dia tidak pernah menyangka jika hal ini akan terjadi padanya. Dia sering membacanya di novel, namun membayangkan dia akan mengalami hal seperti ini sungguh diluar bayangannya.
"Mama dimana? tolong Kirana Ma" Batin Kirana sambil mengusap air matanya.
***
Syam terlihat sedang mengobrol dengan partner bisnisnya ditemani Leon.
"Jadi bagimana? apakah anda menerima tawaran saya?" Tanya Syam.
"Tentu, kami sangat tersanjung bisa bekerja sama dengan anda. Kapan kita bisa memulai proyek ini" Tanya Aldi.
"Secepatnya, nanti asisten saya akan mengabari perusahaan anda untuk agenda selanjutnya" Kata Syam.
"Baiklah, kalau begitu saya permisi" Kata Aldi.
"Tentu, senang bekerja sama dengan anda" Kata Syam kemudiaan menjabat tangan Aldi. Aldi pun berlalu pergi bersama asisten bisnisnya.
"Leon, tolong kamu berikan berkas ini pada Diana. Aku harus pulang, si kakek tua menelpon terus" Kata Syam kemudian berlalu pergi meninggalkan Leon.
"Itu juga ayah kesayangan anda tuan" Kata Leon sambil berdecak tidak menentu.
Sesampai di rumahnya, Syam langsung mencari ayahnya. Para pembantu terlihat menatap takjub akan ketampanan Syam yang jarang sekali terlihat di rumah itu. Karena memang Syam tinggal diapartemennya sendiri.
"Papaku dimana?" Tanya Syam pada salah satu pembantu disana.
"Diruangannya Tuan" Katanya. Syam pun langsung pergi menuju ruangan ayahnya. Tanpa basa basi dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Ehh, dasar anak kurang ajar. Bikin kaget saja" Kata Surya.
"Langsung saja, kenapa papa memintaku kesini?" Tanya Syam.
"Aku ingin kamu menemui seorang gadis" kata Surya.
"Apa papa sedang mencoba menjodohkanku?" Tanya Syam.
"Tidak, aku hanya ingin kamu menemuinya. Anggap saja sebagai hadiah ulang tahunmu tahun ini" Kata Surya.
"Papa pikir aku tidak bisa mencari wanitaku sendiri?" Kata Syam mulai kesal.
"Haha, aku tahu bagaimana kelakuanmu di luar sana. Tapi, sampai kapan kamu seperti ini. Kamu harus menikahi seorang wanita dan berikan aku cucu. Aku sudah tua, aku takut nanti tidak bisa menimang cucuku saat mereka lahir" Kata Surya.
"Papa apaan sih. Tidak akan ada hal buruk terjadi padamu. Papa tahu sendiri kenapa aku seperti ini kan?" Kata Syam.
"Nak, yang dahulu biarkan lah berlalu. Tidak semua wanita seperti ibumu" Kata Surya.
"Sudah Pa. Aku tidak ingin mendengar tentangnya. Oke, aku akan menemui wanita itu. Tapi jangan salahkan aku, jika aku melakukan hal buruk padanya" Kata Syam kemudian beranjak pergi.
"Anak pintar. Tapi aku harap kamu bersikap baik padanya. Alamatnya sudah aku kirimkan. Cepatlah temui dia, aku yakin kamu akan menyukainya" Kata Surya dengan senyuman diwajahnya.
"Hmm" Kata Syam kemudian berlalu pergi meninggalkan Surya dengan wajah kesal.
"Aku pastikan, wanita itu tidak akan hidup bahagia setelah ini. Berani-beraninya dia menjadikan papaku sebagai alat untuk mendekatiku" Batin Syam dengan seringai diwajahnya.
-Bersambung-
"Hallo, kamu dimana? apa kamu sudah menemuinya?" Tanya Surya.
"Aku baru saja sampai Pa, memangnya apa bagusnya perempuan itu?" Kata Syam.
"Sudah jangan banyak tanya, temui saja dia" Kata Surya kemudian memutuskan panggilan telpon.
"Hmmm, aku pastikan kamu akan menderita" Kata Syam kemudian masuk ke sebuah hotel yang dimaksud.
Di suatu kamar, Kirana terlihat sedang duduk sambil memeluk kakinya. Dia tidak henti-hentinya menangis saat ini. Bagaimana tidak, dia saat ini sedang menggunakan gaun pendek dengan belahan dada yang sangat terbuka. Bahkan yang membuatnya tidak berhenti meneteskan air mata, saat dia diminta oleh seorang wanita tua untuk menggoda laki-laki yang akan menemuinya saat ini.
Dia tidak pernah membayangkan jika hidupnya akan berakhir seperti ini. Mamanya selalu berpesan agar dia tidak mengikuti jejak mamanya. Dia tahu pekerjaan mamanya dan dia tidak mempermasalahkan itu. Selama mamanya masih disampingnya, dia sudah sangat bahagia. Walaupun sesekali dia akan mendapatkan cemohan dari teman-teman dan tetangganya. Tapi, dia tetap menghargai dan menyayangi mamanya.
"Ma, maafkan Kirana" Kata Kirana sambil terus menangis.
"Hapus air matamu, ingat apa yang aku katakan. Jika kamu tidak melakukan apa yang aku minta, bisa aku pastikan kamu akan melihat jasad Mamamu besok" Kata seorang wanita di depannya.
Kiranapun menghapus air matanya dan mencoba untuk menahan air matanya agar tidak keluar lagi.
"Bagus, sekarang perbaiki riasannya. 5 menit lagi, dia akan sampai" Kata wanita itu.
"Baik nyonya" Kata Dora kemudian melakukan tugasnya.
Setelah selesai, mereka langsung pergi meninggalkan Kirana seorang diri.
"Siapa lelaki yang harus aku goda?" Batin Kirana.
"Hmmm, aku punya ide, aku pura-pura tidur saja" Kata Kirana kemudian mematikan lampu dan menyembunyikan dirinya diselimut.
Beberapa menit kemudian, suara pintu terbuka mengganggu Kirana. Hatinya mulai berdebar karena takut. Dia memejamkan matanya rapat-rapat sambil mengucapkan beberapa doa yang dia tahu, berharap akan datang seseorang yang membantunya.
Namun, dia begitu terlonjak kaget saat selimutnya ditarik paksa oleh seseorang. Namun dia kembali berpura-pura tidur.
"Hey, bangun" Teriak Syam.
Kirana tak mengindahkan, dia tetap memejamkan matanya rapat-rapat.
"Wah wah, kau ingin bermain-main denganku" Kata Syam kemudian menghempaskan dirinya di tempat tidur kemudian memeluk Kirana dari belakang, memegang bagian sensitif Kirana. Kirana begitu kaget, dia langsung menghempaskan tangan Syam dan berlari menjauhinya.
Syam tersenyum merendahkan sambil memangku kepalanya.
"Bukannya kamu disini untuk menggodaku?" Tanya Syam dengan senyum mengejek.
"Hmmm, a-aku tidak bisa" Kata Kirana dengan wajah tertunduk. Dia berniat ingin berlari, namun Syam terlebih dahulu menghadangnya. Dengan sekali hentakan, Syam berhasil mengunci tubuh Kirana di dinding.
"Maksudmu apa dengan kata tidak bisa?" Kata Syam kemudian menatap Kirana dari atas sampai bawah.
"Lihatlah ini, wajah dan bajumu sudah seperti penggoda kelas atas" Kata Syam sambil memegang wajah dan dada Kirana.
"To-tolong lepaskan aku, aku sungguh tidak pernah berniat menggodamu, aku dipaksa" Kata Kirana.
"Jika aku tidak mau?" Kata Syam memajukan badannya. Sehingga tubuh mereka saling berhimpitan.
"Aaaaw" Teriak Syam saat Kirana tiba-tiba menggigit lengannya. Kirana langsung berlari menuju pintu, berniat melarikan diri.
"Sial, terkunci" Kata Kirana.
Syam tersenyum sinis, kemudian bergerak mendekati Kirana. Wajah Kirana terlihat sudah memucat karena takut. Dia mencoba menopang kakinya yang sudah bergetar sejak tadi.
"Jangan main-main denganku, atau kau tau sendiri akibatnya" Kata Syam kemudian membopong Kirana dan menghempaskannya di kasur. Kirana bergerak menjauh, menghindari Syam, hingga tubuhnya sampai diujung kasur. Syam melepaskan bajunya kemudian naik ke atas tempat tidur dan mendekati Kirana.
"Aku sudah bilang, jangan main-main denganku" Kata Syam yang saat ini sudah di depan Kirana. Syam memegang dada Kirana kemudian meremasnya yang membuat Kirana mengerang pelan. Syam tersenyum kemudian melanjutkan aksinya membuka gaun Kirana.
"To-tolong, jangan, aku masih SMA, aku akan ujian kelulusan sebentar lagi, hiks" Kata Kirana dengan air mata yang membasahi wajahnya.
Syam begitu terkejut, kemudian melepaskan tangannya dan menghempaskan tubuh Kirana menjauh.
"Apa-apa an, Papa mengirimkan anak SMA padaku" Katanya kemudian turun dari tempat tidur dan memakai bajunya. Kirana bernafas lega, kemudian segera merapikan bajunya.
"Terima kasih Pak" Kata Kirana.
"Pak, astaga, apa aku setua itu" Batin Syam kesal.
"Hmmm" Kata Syam, kemudian berlalu pergi meninggalkan Kirana yang masih sujud mensyukuri keberuntungannya hari ini. Dia pun kemudian mengambil sprai hotel dan berlari meninggalkan hotel tersebut dengan sprai membaluti tubuhnya tanpa alas kaki.
"Terima kasih Tuhan" Kalimat itu terus diucapkan Kirana bahkan saat dia sudah mendapatkan taksi untuk pulang.
"Non, mau kemana?" Tanya pak sopir kemudian melihat sekilas Kirana yang masih terbalut sprai dari atas sampai bawah dengan make up yang sudah tidak karuan.
"Apa gadis ini tidak waras?" Batin Pak Sopir.
Kirana nyengir kemudian memberitahukan tujuannya.
"Astaga, sepertinya dia memang tidak waras, tapi dia bisa menyebutkan jalan pulang, Ahhh, sudahlah. Aku antar saja" Kata Pak Sopir, kemudian melajukan mobilnya.
***
Syam terlihat sedang duduk sambil memijit kepalanya frustasi. Bagaimana tidak, hasratnya yang tadi belum tersalurkan sekarang.
"Bagaimana bisa, aku -bernafsu dengan anak SMA itu? dan dia memanggilku apa tadi, bapak? Astaga, apa aku setua itu, Haaaa" Teriaknya yang saat ini sudah berada di apartemen miliknya.
Dia pun mengambil HP nya dan mengetik nama Leon.
"Hallo Tuan" Kata Leon.
"Leon, pilihkan aku wanita untuk malam ini" Kata Syam.
"Siap Tuan" Kata Leon dan panggilan telpon pun terputus.
Syam mengambil kunci mobilnya dan pergi menuju klub yang biasa dia datangi. Badannya sungguh tidak bisa dikontrol lagi, rasanya dia ingin cepat-cepat menyalurkan hasratnya.
Drrrttttt
"Hallo Tuan, pesanan sudah ada di tempat" Kata Leon.
"Oke" Kata Syam kemudian melajukan mobilnya.
"Sial, kenapa bayang-bayang gadis itu muncul terus" Kata Syam sambil menarik rambutnya frustasi. Dia melajukan mobilnya lebih cepat agar sampai di klub lebih cepat, berharap jika sudah melampiaskan hasratnya, bayang-bayang gadis itu hilang.
Disisi lain, Jenny terlihat sedang duduk memperbaiki bajunya. Menurunkan pengait bajunya lebih rendah sehingga belahan dadanya terekspos sempurna.
"Aku sudah menanti momen ini sejak lama. Aku pastikan kamu akan terjerat pada pesonaku tuan muda" Kata Jenny dengan seringai di wajahnya. Sesekali kali dia memperbaiki make up nya agar terlihat sempurna. Hingga beberapa menit kemudian, Syam masuk dengan gagahnya.
"Tu-tuan" Panggil Jenny dengan suara manja. Tanpa basa basi Syam langsung me*****h Jenny dan mulai men****h tubuh Jenny. Namun bayang-bayang Kirana terus muncul di pikirannya.
"Sial, ada apa denganku" Kata Syam kemudian menghempaskan tubuh Jenny dan berlalu meninggalkan Jenny.
"Tuan, anda mau kemana?" Tanya Jenny.
"Aku tidak bernafsu padamu" Kata Syam kemudian pergi dan keluar meninggalkan Klub itu.
"Kurang ajar" Teriak Jenny sambil menghentakkan kakinya.
Tut Tut
"Hallo, cari tahu gadis yang dikirim papa padaku" Kata Syam kemudian panggilan terputus.
-Bersambung-
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!