Aku mencarimu di setiap kejauhan, aku memujamu dan berkhayal untuk dapat berbagi bersama denganmu meskipun aku sadar mungkin kau bukan yang terbaik untuk diriku. Begitu pula aku yang terus berharap akan kehadiran dirimu, aku hanya bisa menanti dalam setiap do'a ku akankah kita dapat bertemu ataukah akan berpisah.
Seperti layaknya burung yang berterbangan, aku dan kau berbeda tapi cinta menyatukan, bukan soal asa dan juga penantian namun sebuah rasa tuk berbagi dan memberi tapi sayangnya setiap luka yang terukir bagaikan duri dalam daging yang selalu memberikan ku keputusan asaan namun aku sadar setiap ikatan cinta yang terus terjalin juga seperti layaknya bahtera yang akan terus membuatku berfikir akankah aku terus bertahta di dalam hatimu atau aku hanya teman biasa.
Aku disini masih menanti dalam kesendirian, aku disini masih berharap terhadap ratusan khayalan yang ku buat namun tanpa sengaja setiap hal terukir tanpa sengaja dan membuatku mencoba mencari tentang jati diriku.
Siapakah aku dan harus bagaimana, setiap hal yang terjadi dalam hidupku bagaikan sebuah problema yang membuka mataku dan membawaku tenggelam dalam alam bawah sadarku. Hanya diam dan merenung, tanpa mengucapkan sepatah atau dua patah kata, hanya saja hati ini mencoba melukiskan setiap kisah dalam sebuah secarik kertas.
Biarkan hati yang berbicara dan biarlah semua berusaha mencoba mengartikan setiap kata-kata karena setiap hati hanyalah milik sang pencipta seperti sebuah garis tangan yang juga akan memberikan secercah harapan akan indahnya masa depan, meski ku tahu di dunia ini tak akan ada yang abadi.
Ini hanya sebuah kisah cinta, tapi aku tidak mengerti apa itu cinta?
Ini hanya sebuah cerita, tapi aku tidak mengerti apa itu rasa sayang?
Aku hanya seorang diri bersandar di bawah pohon, sambil berkata aku tak sanggup berkata-kata dengan segala hal yang telah terjadi pada hidupku.
Aku tak mengerti apa itu cinta?
Bisakah kamu ajari aku tentang cinta?
Apakah kamu tahu cinta itu apa?
Jangan biarkan rasa cinta hanya sekedar menggodamu belaka, sementara ini seperti sebuah ego yang membuat aku malu dengan apa yang telah aku pikul sejak lama. Detik demi detik, jam demi jam, seperti memberi aku sebuah jalan di antara hidup dan mati. Aku selalu bertanya akankah kau selalu berada disini di sampingku indah dalam senyum manis di wajahmu.
Aku hanya ingin kamu tersenyum, aku hanya ingin melihatmu bahagia, aku sangat menyayangimu apa adanya. Aku selalu rindu dengan tawa candamu, meski kau terkadang tidak memperdulikan aku sama sekali. Dan bahkan tak menganggap aku ada, atau hanya sekedar pelampiasan di saat kau berduka saja. Jika kau bersedih biarkan aku mendampingi kamu dan selalu menjadi pendengarmu.
Untuk kamu sang pejuang cinta tetaplah merapat di dalam jiwa dengan penuh semangat dan juga hormat, bukan berarti cinta itu hilang dalam genggaman meski si hati tidak jua berkata namun hanya berteriak dalam hati apa aku bisa menjadi bagian dalam kisah hidupmu. Aku hanya bisa terus menulis dengan secerca harapan indah supaya kamu bisa melihat dan membaca setiap tulisan yang aku tulis, semuanya seperti rasa unik aku tidak mampu mengucapkan kata cinta bahkan kata rindu saja aku tak mampu.
Jangan biarkan saat kamu menangis dan merindu bayangkan saja aku selalu ada di dekatmu disampingmu meskipun aku tidak selama selalu berada disana, tapi tetapkanlah dalam hatimu bahwa aku selalu berada didalam hatimu. Walaupun kebersamaan kita mungkin tidak akan terus selalu bersama dan mungkin aku juga belum tentu ada di dalam lubuk hatimu.
Aku tidak mengerti apa itu cinta, tolong ajari aku tentang cinta, tolong ajari aku tentang rasa sayang dan bagaimana untuk bisa mengasihi meski aku bukan siapa-siapa. Dan meskipun aku bukan seseorang yang spesial yang selalu ada untukmu.
Dalam sebuah keheningan dan kesepian malam kau memberikan cahaya penerang dalam lubuk hatimu. Karna aku selalu ada untukmu, meski hubungan kita hanya sebatas teman.
Jujur tatkala jari jemari ini menggoreskan tinta di atas kertas aku merasa seperti berkhayal dan seorang diri, aku hanya bisa terdiam dan tak ingin siapapun mengetahuinya isi hatiku yang paling dalam.
Hari ini hati berbicara tapi bibir hanya diam dan tak mampu mengucapkan apapun, aku mohon cinta beri nafas pada sang hati agar aku bisa terus bersama dengan kehidupan yang sulit ini. Aku akan selalu menjaga rasa ini bersama dengan kerinduan di dalam hati, meski aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan tapi aku mohon beri aku kesempatan untuk selalu ada untukmu.
Aku tidak mengerti apa itu cinta, aku juga tidak tahu apa itu rasa cinta. Aku hanya bisa bahagia saat melihat kamu bahagia meski bukan bersamaku, aku sangat suka permen lollipop rasanya manis sekali. Sepertinya sudah menjadi kebiasaanku makan permen Lolly tapi apakah ada hubungannya antara lollipop dengan perasaanku?
Aku rasa semua kisah cinta itu sangat berarti bagi diriku karna selaras dengan jiwa, perasaan dan hati yang terus berbicara akan rasa kebimbangan antara rasa ingin mencinta dicintai.
Aku menantimu disetiap hariku yang pelik dan juga misteri yang membuat ku bertanya dan berangan-angan akan adanya cinta sejati, aku tak tahu dan tak mengenal siapa dirimu. Siapa kamu aku hanya bertanya di setiap malam ku, meski kau datang dalam kehidupanku yang tak menentu.
Sebenarnya rasaku padanya seperti sebuah kekaguman, meski aku sadar bahwa mencintai seseorang bukan berarti kau harus memberikan segenap perasaan mu pada dirinya, karna dia hanya manusia biasa rasanya tak pantas saja jika kita terlalu cinta terhadap suatu makhluk ciptaannya melebihi rasa cinta dan juga kagum kepada sang penciptanya.
Begitu pula dengan benih-benih cintaku padanya yang selalu saja muncul, biarlah semua itu terpupuk dan tersemi layaknya pohon yang selalu kau tanam dan kau sirami dengan rasa cinta dan sayang dengan tulus tanpa ada rasa ingin memiliki. Meski begitu aku juga sadar aku mungkin saja rasa cinta kelak akan menjadi benci, ataupun sebaliknya karena Tuhan sang maha membolak-balikkan isi hati maka dari itu emosi di jiwa juga akan terus terlepas bersamaan dengan senyum di benakku.
"Jangan dipendam dalam hati nanti sakit" Ujarnya
"Kamu kenapa menatapku dengan cara seperti itu?" Ucapku
Aku hanya terkesima melihat wajahnya yang senatural itu, bagaimana bisa aku memberikan cinta padahal aku sendiri tidak tahu apa itu cinta, aku hanya berusaha menyadari bahwa aku mungkin tak berarti untuk dirinya, dan begitu juga setiap hal yang telah terjadi biarlah terbuang dengan sia-sia meski aku berharap suatu saat nanti kelak dia menjadi istriku.
"Aku tak mungkin bersamamu!" Serunya polos dengan matanya yang berurai air mata sampai menguras emosi ku
"Tapi aku mencintaimu" Ucapku
"Cinta apa yang kau punya?" Tanyanya lirih
"Kamu hanya akan membuang-buang waktu berharga mu demi diriku" Ucapnya sambil menghela nafasnya
Aku selalu mengeluh dengan setiap kata-katanya dan begitu pula aku tak sanggup melihat matanya yang indah bak bola yang mungil tapi dia teramat cantik bak bidadari, bagaimana bisa aku melupakan gadis cantik yang menjadi primadona di sekolah.
"Jangan menatapku seperti itu" Ucapnya
"Aku bukanlah orang yang pandai dalam hal cinta tapi aku mampu merasakan setiap getaran cinta yang kau ciptakan untukku" Jawabnya lugas
Kemudian tanpa sadar ada seorang perempuan yang tanpa sengaja mendengar ucapan kami dan menguping di dekat jendela, nampaknya aku lupa menutup pintu hingga suara aku dengan Zidan terdengar sampai keluar.
"Nayara, Lo ngapain disini?" Tanya ku
"Gue cuma.." Jawabnya gugup
Dan kemudian Zidan keluar dan melihat aku yang sedang berbicara dengan Nayara yang tak lain adalah teman sekelas ku.
"Kalian ngapain?" Tanyanya
"Ini tiba-tiba ada temanku!" Jawabku
"Katanya dia mau ngambil buku tugasnya" Jawabku
"Lalu cowok ini siapa Din?" Tanyanya
"Pacar kamu ya?" Tambahnya
"Dia...." aku hanya mematung dengan pertanyaan yang dilontarkan Nayara
Aku memang tak pernah bilang sama dia kalau aku telah berhubungan dengan Zidan yang tak lain adalah Kakak tiriku.
"Sudahlah aku mau pergi dulu" Ujarnya
"Yah gue malah dicuekin" Jawab Nayara polos
Aku pernah dalam suatu hal yang berat dan membuat ku putus asa hingga hampir bunuh diri tapi bagaimana bisa aku lakukan meski berulang kali pun aku tak mampu dan membuatku tak sadar akan siapa diriku, meski dalam kejauhan aku hanya berharap agar aku bisa menjadi apa yang ku harapkan meski semuanya mustahil dan tak mungkin. Dan mungkin saja aku tak sadar bahwa sesungguhnya aku bukan orang yang pantas tuk kau cintai dan juga tuk di harapkan karena aku bukan siapa-siapa.
Aku disini masih menanti dalam kesendirian, aku disini masih berharap terhadap ratusan khayalan yang ku buat namun tanpa sengaja setiap hal terukir tanpa sengaja dan membuatku mencoba mencari tentang jati diriku.
Siapakah aku dan harus bagaimana, setiap hal yang terjadi dalam hidupku bagaikan sebuah problema yang membuka mataku dan membawaku tenggelam dalam alam bawah sadarku. Hanya diam dan merenung, tanpa mengucapkan sepatah atau dua patah kata, hanya saja hati ini mencoba melukiskan setiap kisah dalam sebuah secarik kertas.
Biarkan hati yang berbicara dan biarlah semua berusaha mencoba mengartikan setiap kata-kata karena setiap hati hanyalah milik sang pencipta seperti sebuah garis tangan yang juga akan memberikan secercah harapan akan indahnya masa depan, meski ku tahu di dunia ini tak akan ada yang abadi.
Aku mencarimu di setiap kejauhan, aku memujamu dan berkhayal untuk dapat berbagi bersama denganmu meskipun aku sadar mungkin kau bukan yang terbaik untuk diriku. Begitu pula aku yang terus berharap akan kehadiran dirimu, aku hanya bisa menanti dalam setiap do'a ku akankah kita dapat bertemu ataukah akan berpisah.
Seperti layaknya burung yang berterbangan, aku dan kau berbeda tapi cinta menyatukan, bukan soal asa dan juga penantian namun sebuah rasa tuk berbagi dan memberi tapi sayangnya setiap luka yang terukir bagaikan duri dalam daging yang selalu memberikan ku keputusan asaan namun aku sadar setiap ikatan cinta yang terus terjalin juga seperti layaknya bahtera yang akan terus membuatku berfikir akankah aku terus bertahta di dalam hatimu atau aku hanya teman biasa.
“Semua tak seperti yang diharapkan. Cinta hanya ada dalam mimpi, cinta hanya ada dalam hati, cinta hanya terungkap dari tulisan ini.”
“Kali ini pagi menceritakan tentang dingin malam, tentang kopi yang begadang, dan doa-doa sisa air mata.”
“Ternyata aku masih terlalu mentah untuk mekar bersamamu, aku masih terlalu kanak-kanak untuk mengiringi langkahmu. Untuk lembar-lembar berikutnya, tulislah kisah barumu.”
“Hari kemarin atau esok sama saja dengan hari ini. Duka dan suka menjadi seirama lagu, matahari di luar, matahari dalam hati menyatu dalam kepiluan sukmaku.”
"Ada yang meleleh di ujung kedua mataku, begitu goretan-goretan pena itu selesai kubaca. Ternyata bendungan air mataku tidak terlalu kuat sehingga jebol lagi, meski baru sedikit.”
“Hati ini bergetar kala sepasang manik mata indah itu menatapku. Pandanganku terhalang keindahannya. Sekujur tubuh lemas seketika dan mulai tersadar. Kini kau milik orang lain. Apa daya diri ini? Bukan siapa-siapa yang mencintaimu.”
“Maafkan untuk setiap setiap kata yang kuucap. untuk setiap salah sikap yang kuperbuat kini, aku hanya ingin kamu percaya, hatiku masih tetap milikmu, satu-satunya.”
"Setiap lembaran yang diujikan esok pun seakan menjadi tissue, basah oleh tangis dan tetesan air mata. Terima kasih telah menguji sebelumnya ujian yang sebenarnya."
"Harus jadi apa aku ini supaya dekat denganmu? Jadi angin? Percuma, tak bisa kamu lihat. Jadi air? Percuma, tak bisa kamu genggam. Menjadi sosok nyata cukup membatasiku untuk mencintaimu. Dan kini aku hanya bisa diam ditemani rindu yang murung di relung hati. Menumpahkannya lewat syair untukmu."
“Kalau saja takut adalah wujud rasa, seharusnya aku bisa mencoba menikmatinya. Biarlah ketakutan ini membuatku merasa sakit, membuatku sadar betapa kecil, lemah, dan rapuhnya aku. Biarlah pagi ini takut menemaniku.”
"Segala ruang pada akhirnya akan menemui sunyi dan kekosongannya sendiri. Begitu pun tempat yang kau namai hati."
"Tak ada yang tersisa lagi untukku, selain kenangan-kenangan yang indah bersamamu. Mata indah yang dengannya aku biasa melihat keindahan cinta, mata indah yang dahulu adalah milikku, kini semuanya terasa jauh meninggalkanku."
"Selamat tinggal insan yang kukagumi. Aku akan berlayar di atas aliran air mataku. Semoga kau bahagia, begitu pula denganku."
“Ada denting nada luka yang mengalun sepi di relung hati, bila ingatan akan dirimu hadir mengusik. Telah kucoba melangkah menjauh darimu, melupakan beningnya tatap bola matamu. Sayangnya, aku tak pernah bisa.”
"Ketika itu dirimu di sana. Tak dapat kuraih dengan tanganku. Namun, bayangmu yang hadir dalam khayalan selalu dapat kusentuh dengan ingatanku."
"Habiskan waktu dengannya. Pahami ia. Lalu, berjalanlah ke arah pintu dan katakan padanya untuk pergi karena ini adalah waktumu untuk menyambut kebahagiaan."
“Maafkan aku. Aku sudah meragukan cintamu. Aku sadar bahwa dia tidak pantas untukku. Kini hanya sesal menghampiriku. Sekarang sudah percuma untuk menyesal, karena kau sudah pergi jauh dariku.”
"Aku masih di sini, merawat rindu di tepi sunyi, selalu setia menemani, suka duka cinta ikhlas kujalani. Rasa ini, mengurat nadi menyanubari. Kau selalu indah di hati, rindu temani sepiku."
"Jiwa ini telah mati, tak sedikit pun untukku tersisa. Detak waktu pun berlalu dan perih masih terasa. Dua hati dan dua jiwa tak lagi bicara. Kini yang tertinggal hanya rasa sakit dan duka.”
“Aku rela jika harus memandangimu walau tak sedikitpun tersudut senyum di bibirmu. Aku sanggup jika harus berkali-kali ditampar oleh kata-katamu yang tak pernah mau menerimaku. Aku terima jika kau terus-menerus menyuruhku untuk pergi tinggalkanmu dan jangan pernah kembali.”
Kahlil Gibran pernah berkata bahwa hidup tanpa cinta sama halnya dengan pohon tanpa bunga dan buah. Sayangnya, tidak semua buah terasa manis, beberapa justru terasa asam dan pahit. Seperti cerita cinta, tidak hanya berakhir bahagia, tapi ada juga kisah sedih yang bisa bikin kamu nangis.
Cinta Tak Mengenal Waktu
Pagi hari yang terasa sangat melelahkan ini Widiya menuju sekolah barunya. Tahun ini ia memasuki ajaran baru di jenjang SMA. Widiya belajar mengubah sikap dan sifatnya secara perlahan-lahan. Widiya dari SMP sudah dikenal sangat nakal dan dia seorang ketua geng motor yang banyak meresahkan warga. Walaupun dia seorang cewek dia tetap tidak bisa diatur. Karena itu disebabkan masa lalunya yang pernah disakiti oleh seorang cowok yang hanya memanfaatkan ketenaran Widiya dan kedudukan Widiya di geng motor tersebut. Semua orang tidak berani berurusan dengan Widiya. Widiya sangat ditakuti dikalangan anak motor, dan bahkan para preman semua tunduk di hadapanya.
Walaupun Widiya seorang anak yang sangat bangor, dia bisa menempatkan posisinya. Jika dia ada bersama sahabat kecilnya dia tidak akan berbuat keonaran sama sekali. Tapi jika dia berkumpul dengan teman geng motornya akan berubah 180 derajat.
“Boss gawat, dari laporan teman yang lain pacar Tita selingkuh di dekat markas kita.” Lapor Aji.
“Awasi aja dulu, nanti gue akan kesitu secepatnya. Gue lagi kumpul sama teman SMA gue. Bahaya kalau identitas gue terbongkar di kalangan anak SMA tempat gue sekolah.”
“Baik boss, kita awasi dia.”
“Bagus” Jawab Widiya.
“Widiya ada apa, kok muka lo jadi berubah gitu.” Tanya Dewi
“Gak ada apa-apa. Ehh udah jam segini. Ayo pulang, badan gue capek nih.” Ajak Widiya pada kelima teman barunya yang ia kenal di SMA. “Gue duluan ya. Nanti kalau udah sampai rumah kita calling lagi berenam. Oke”
“Oke Widiya”
Widiyapun langsung bergegas menuju tempat yang ditunjukan Aji kepadanya. Namun di tengah perjalanan Widiya mengontak Tita dan menyuruh bertemu di tempat dimana pacarnya selingkuh dengan cewek lain.
Sampai di tempat kejadian Tita menatap pacarnya dengan geram. Dengan emosi yang meluap Tita menghampiri pacarnya dan langsung dia berhambur kearah pacarnya dengan sangat histeris hebat. Widiya dan anggotanya yang berjumlah 2 orang hanya melihatnya dari arah belakang. Namun pacar Tita menampar pipi Tita dengan kerasnya. Melihat keadaan itu Widiya langsung berlari kearah Tita dan memanggil salah satu anggorta yang sangat setia denganya.
“Aji bawa Tita mundur dari tempat ini. Tempat ini terlalu bahaya untuk Tita seorang.” Kata Widiya sambil menatap pacar Tita dengan geramnya. Sesaat itu juga Widiya menarik kerah baju pacar Tita dengan kasarnya. Hingga beberapa kali ia mencoba melepaskan genggaman tangan Widiya pada kerah bajunya.
“Lo apa-apan hah! Cewek sok jagoan.” Bentak dia.
Dengan tanpa ampun Widiya melemparkan beberapa pukulan keras pada muka pacar Tita. Sedangkan cewek yang jadi selingkuhanya diam dan menatap kejadian tersebut dengan menangis.
“Jangan macam-macam sama gue, Tita sahabat gue dari kecil. Jika lo macem-macem sama dia lo akan berurusan sama gue.” Kata Widiya dengan kerasnya tepat di muka cowok tersebut. “Ingat baik-baik gue bukan sembarangan cewek. Nama gue Widiya The Dark Black.” Suara lirih Widiya membuat tampang cowok tersebut tercengang. Memang The Dark Black sangat terkenal sekali di telinga semua orang. Bahkan dia tidak pernah langsung bertemu dengan ketua geng tersebut. Dan baru kali ini cowok terebut langsung bertemu dengan ketua tersebut yang sangat ia takuti.
Dengan langkah tergesa-gesa cowok tersebut meninggalakan tempat area tarung tersebut dan lupa akan selingkuhanya. Dengan tatapan masih nanar, Widiya menatap selingkuhanya dengan mata yang sangat aneh dan langsung menghela nafas panjang.
“Dani anter tuh cewek kerumahnya. Jangan sampai lo berhenti ditengah jalan. Kalau lo berhenti atau cewek itu belum sampai rumah lo berurusan sama gue.” Kata Widiya.
“Ya elah bos, gak-gak kalau gue anter nih cewek ke tempat-tempat aneh atau berhenti di jalan.” Jawab Dani dengan gelak tawanya.
Widiya menghampiri Tita yang masih menagis tersedu-sedu di dekat Aji.
“Ta… lo harus bisa lupain tuh cowok. Gue gak mau air mata lo terkuras habis sama tuh cowok masih ada gue dan Ratna yang siap ada jika lo butuh. Ingat pesan gue, masih ada cowok yang lebih baik dari dia. Udah gue anterin pulang aja ya.” Ajak Widiya kepada sahabatnya itu. “Kalian tunggu di markas aja, nanti gue langsung kesana.”
Selama dalam perjalanan Tita sangat heran dengan apa yang sudah dilakukan Widiya. Dan dia mengetahui sisi lain dari sosok Widiya. Tita merasa Widiya seperti sosok asing. Tapi Widiya tau kegundahan Tita, Widiya menarik nafas dalam-dalam dan menceritakan semuanya.
“Ini gue ketua The Dark Black, tapi gue tahu posisi diri gue dimanapun. Jadi lo tenang aja Ta. Gue gak bakalan segarang yang lo kira. Kalau bisa tolong jangan kasih tau kesiapapun. Gue juga mau tobat.
Tita hanya memangguk pelan.
Keesokan harinya Widiya sudah kembali ke Widiya yang sangat baik dan dikagumi semua orang. Berbeda dengan Widiya yang saat sedang geram dan kalut. Ada salah satu cowok yang sangat dekat dengan Widiya yaitu Farel. Farel tidak mengetahui diri lain dari Widiya yang hanya ia tahu adalah Widiya yang saat hanya di depannya itu. Namun Widiya dan Farel selalu berantem di kelasnya. Menjahili satu sama lain, sampai dimana salah satu dari keduanya mengalah.
“Wid makan yuk, gue laper nih. Temenin gue ke kantin yuk” Ajak Farel.
“Tumben ngajakin gue ke kantin. Ya udah yuk, nanti malah nangis.” Ledek Widiya.
Widiya dan Farel makan berdua di kantin dan bercerita entah tentang apa. Yang penting mereka tidak bosan saat sedang makan. Apalagi mereka berdua akan mengikuti lomba mewakili sekolahnya. Dari situlah mereka berdua sangat akrab sekali. Hingga tak ingin ada yang memisahkan di antara mereka sampai mereka berada di tingkat 3 SMA.
Setelah kelulusan Widiya merasakan ada sesutu yang aneh terhadap Farel. Yaitu perasaan cinta, tapi Widiya hanya memendam perasaan cintanya. Karena Widiya masih merasakan trauma terhadap namanya cowok. Maka dari itu selama kelulusan Widiya hanya mencoba menjauh dari Farel hingga Farel bingung akan sikap Widiya.
Semenjak cinta terhadap Farel, Widiya mengubah sifatnya 180 derajat hingga membuat para anggotanya kaget. Tapi Widiya tidak terlalu memikirkan gengnya lagi, The Dark Black ia serahkan pada Aji dibawah pantauan Widiya.
Namun tiba-tiba saja Widiya mendapatkan sebuah notifikasi dari HPnya dan ternyata dari Farel. Setengah kaget ia buka mesenggernya dan ternyata Farel tau tentang perasaanya kepada Farel. Tapi sangat disayangkan Farel hanya menginginkan Widiya sebagai sahabatnya. Dari itu semua Widiya bisa mengetahui akan jawaban perasaanya selama ini.
Selang beberapa bulan Widiya mendapatkan seseorang yang mampu mengisi kekosongan hatinya, ia bernama Dio. Dio lebih tua dari Widya maka dari itu Widiya brharap Dio menjadi panutan yang terbaik seperti Farel. Dan merubah Widiya seutuhnya. Widiya menjalani kebersaamaanya bersama Dio dan mencoba mencintai Dio seutuhnya walau sebenarnya berat dan batinya tersiksa. Karena dari hati yang paling dalam masih menyimpan perasaan untuk Farel. Widiya mencoba membenci Farel agar Widiya bisa melupkan dia. Tetapi itu semua tak bisa secepat dilakukan seperti membalikkan telapak tangan.
Ia menjalani hubungan bersama Dio selama kurang lebih satu tahun. Disisi lain Farel mencoba bertanya kepada teman dekat Widiya, apakah Widiya benar-benar mempunyai perasaan terhadap dirinya.
“Heyyy Yusuf lo tau gak tentang Widiya.” Tanya Farel.
“Emangnya kenapa?”
“Ya gak sih cuma tanya aja gue kira lo tau sesuatu yang Widiya sembunyikan”.
“Owh begitu gue sih taunya kalau dia itu naksir sama lo Rel udah lama kayaknya. Wajar aja sih lo berdua kan selama 3 tahun berdua terus. Gak diragukan lagi dari itu semua bisa mengetahui karakter masing-masing kan. Ingat cinta tumbuh dengan sendirnya”.
Dengan begitu Farel sadar tentang perasaanya sendiri. Ia juga menyimpan perasaan yang sama untuk Widiya tapi dia takut apakah dia akan bisa membawa Widiya ke yang lebih baik dari sekarang.
Farel mencoba mencari alternatif dan mencoba berkomunikasi tehadap Widiya. Pada saat itu juga Widiya sedang online membuka instagramnya. Langsung ia mengirimkan pesan untuk Widiya dan saat itu juga dia merasa lega dan ingin menjalin hubungan yang serius dengan Widiya. Tetapi sangat disayangngkan Widiya sudah memiliki seorang kekasih. Tetapi Farel tetap mensuport Widiya dari belakang dan bersedia menerima keluh kesahnya selama 24 jam.
Tetapi Widiya tidak bisa terus-terusan menyembunyikan kedatangan Farel terhadap Dio. Widiya dengan percaya diri memberitahu kedatangan Farel di kehidupanya. Sangat disanyangkan usaha Widiya malah salah, Dio sangat marah sekali terhadap Widiya.
“Gue lo anggep apa selama ini hah!!!” Teriak Dio.
“maaf gue gak bermaksud begitu. Gue cuma mau bilang gitu aja. Emang dulu gue pernah mempunyai perasaan sama Farel. Tapi aku juga mencoba menjalin hubungan denganmu kan. Gue berusaha Dio”
“cukup lo itu cewek gak bener yang udah mainin hati cowok. Semua perkataanmu itu bohong. Kamu bakalan mendua dari aku.”
Tanpa penjelasan apa-apa ditingalkanya Widiya sendiri yang sedang termenung dan bingung. Apalagi semua yang berhubungan dengan Farel sudah tidak ada lagi. Widiya sangat kalut hingga dia tersadar, luka dimasa lalunya terulang kembali. Luka yang sangat pedih. Hingga membuat dia frustasi.
“Fitri tolong beliin gue minuman bersoda.” Perintah Widiya.
“Tumben kamu minum kaya gitu. Jangan-jangan kamu mau flying lagi ya” Tanyanya
“Tu lo tau. Cepetan beliin gue juga mau pulang ini”.
“Wid jangan deh kasihan badan lo. Kamu kan udah tobat.”
“Percuma gue jadi orang baik kalau tetap diginiin sama cowok-cowok aneh”
“Gak ahhh aku gak mau”.
“Lo gak mau beli tunggu lo pulang gak slamet.”
Fitri hanya bisa diam terpaku dan segera saja ia lari ke kantin untuk membeli minuman soda untuk campuran. Fitri juga tau diri lain dari sosok Widiya yang ia kenal. Maka dari itu Fitri tidak mau menolak perintah Widiya. Jika menolak tamatlah riwayatnya.
Setelah bel pulang kerja Widiya bergegas keluar dari tempat kerjanya ditemani oleh salah satu rekanya. Tiba-tiba saja teleponnya berbunyi.
“Sialan looo! Gue udah bilang jangan nelfon gue duluan”.
“Maaf bos, bos beneran mau kesini kebetulan temen-temen udah nyiapin minuman yang bos mau”.
“Ya bagus gue udah bawa campuranya nanti gue bawa kesana dan tolong beliin gue makan. Gue laper”.
“Baik bos” Jawaban dari seberang telfonya.
Rekan Widiya sangat kaget melihat perubahan dari sosok Widiya di sampingnya ini. Widiya hanya diam saja dan langsung pergi ke tempat markasnya.
Setelah sampai disana mereka meramu minuman yang diharapkan bosnya untuk membuat flying. Setelah beberapa gelas Widiya merasa pusing yang sangat amat.
Sedangkan disisi lain Dio merasa bersalah dan mencoba menghubungi nomor Widiya tapi ternyata tidak aktif. Dio sangat bingung dan terpaksa dia menelepon Farel orang yang membuat ia frustasi. Untung saja Dio berhasil merebut nomor Farel dàri HP Wdiya.
Namun Farel juga tidak mengetahui keberadaan Widiya dan kedua-duanya sangat khawatir.
“Bos-bos. Kita antar pulang aja ya. Bahaya bos bawa kendaraan saat mabuk berat.” Kata Aji.
“Lo jangan bawel ya gue bikin bonyok mau” Gertak Widiya dan langsung menghidupkan motornya.
Tetapi kedua temanya tidak tega dan terpaksa membuntuti Widiya dari belakang dan selang beberapa menit ada sebuah mobil yang melintas dan langsung menabrak motor Widiya.
Seketika disambar petir kedua rekanya turun dari mobil dan segera saja membawa tubuh Widiya ke dalam mobil dan membawanya ke rumah sakit terdekat. Dengan panik Aji menghubungi Fitri yang dekat dengan Widiya dan tau sosok Widiya yang lain segera saja Fitri dan kedua orang asing yang Aji gak kenal datang ke depan ruang ICU.
Orang tersebut tak lain ialah Farel dan Dio. Seketika Widiya dalam keadaan kritis Farel dan Dio tetap berada di sisi Widiya dengan Farel menjatuhkan air mata kepedihan melihat orang yang ia sayang terbaring di rumah sakit. Sedangkan Dio hanya frustasi terus-terusan dan menyalahkan Farel.
Tiba tiba saja Widiya membuka matanya dan mendapati Farel disisinya.
“Rell… gue sayang lo dari dulu. Maafin gue gara-gara gue lo jadi kena luapan emosi Dio.” Kata Widiya terbata-bata
“Gue juga sayang sama lo. Tapi cinta gue datang disaat waktu yang tidak tepat maafin gue”.
Widiya berbalik mentap Dio
“Dio cukup gue aja yang lo kasarin. Jangan pernah kasarin cewek-cewek yang lain. Gue emang cewek gak bener dan pantas untuk tidak ada disini” Setelah mengucapkan kata-kata itu Widiya menutup mata untuk selamanya meninggalkan orang yang ia cintai dan kedua orang yang mencintainya.
Memang cinta tak bisa dipaksakan dan juga tidak bisa selalu dipendam. Cinta juga tak mengenal waktu untuk bisa datang dan menyadari cinta dari seseorang.
Aku gak tahu berada dititik mana apa aku berada dititik antara cinta atau kebencian atau mungkin aku bisa menjadi apa yang aku inginkan, sebenarnya aku gak mau bersikap seolah-olah aku terlalu sok tahu atau sok polos, hanya saja aku tak bisa berkata-kata aku tak mampu membohongi perasaanku dan juga tak bisa membodohi akal dan juga fikiranku.Aku mencarimu di setiap kejauhan, aku memujamu dan berkhayal untuk dapat berbagi bersama denganmu meskipun aku sadar mungkin kau bukan yang terbaik untuk diriku. Begitu pula aku yang terus berharap akan kehadiran dirimu, aku hanya bisa menanti dalam setiap do'a ku akankah kita dapat bertemu ataukah akan berpisah.
Seperti layaknya burung yang berterbangan, aku dan kau berbeda tapi cinta menyatukan, bukan soal asa dan juga penantian namun sebuah rasa tuk berbagi dan memberi tapi sayangnya setiap luka yang terukir bagaikan duri dalam daging yang selalu memberikan ku keputusan asaan namun aku sadar setiap ikatan cinta yang terus terjalin juga seperti layaknya bahtera yang akan terus membuatku berfikir akankah aku terus bertahta di dalam hatimu atau aku hanya teman biasa.Ketika ku jatuh hati pada seseorang alunan suara indah dengan senyuman, membuat cinta di tengah rembulan bersama mentari yang kan terus bersinar. Cinta yang memberi kesejukan di keheningan malam dan sayap-sayap merpati putih yang terbang beri sebuah tanda akan kehidupan, jangan biarkan sang hati berdusta kala ego menepis rasa cinta. Cukup sudah bahasa kalbu biarkan sang fajar menertawai rembulan malam kala sang mentari bercahaya meski sinarnya tak kau rasa, setetes embun pagi yang kala itu kau lihat biarkan saja dia membasahi pagi biarkan jangan berikan keraguan pada sang mimpi kala ku inginkan seseorang pengisi hati di jiwa yang sepi. Lantunan not demi not dengan penuh bahagia ku rangkai meski tak jua ku mengerti dan ku kenal kenapa? Ada apa dengan sepasang merpati putih yang hinggap di jendela kamar ini? Ada cerita apa yang akan ku petik ataukah ini hanya mimpi belaka? Biarlah sang merpati berterbangan. Mungkin sang fajar dan sayap-sayap burung patah melihat kita berseteru sehingga tak ada cinta. Biarkan sang Melodi menyanyikan lagu cinta dengan syahdunya, meratapi hati yang dengan elok di rasa, entahlah? Mungkin nyanyian tentang cinta atau tentang luka.
Biarkan api asmara menyemangati sang bidadari, biarkan sang fajar di ufuk timur berikan kehangatan di ujung senja. Cinta adalah rasa sempurna tidak semua orang memilikinya setiap rasa dan kisah dalam cinta baik dalam pengorbanan maupun kebahagiaan yang muncul, biarlah sang fenomena berikan kekayaan kemegahan dalam pesta cinta kala jantung ini berdebar berdegup kencang ingin ku pandang wajahnya dikeheningan malam dan ku bayangkan sebuah cincin melingkar di jari manisnya sang bidadari. Kala malam yang sunyi sepi dingin kau peluk aku dan beri kehangatan di malam itu dan kesejukan dengan tetap memandang indah wajah mu saat itu kau bisikkan kata cinta kau buat aku merajuk bahagia sambil merajut kebersamaan atas nama cinta, sungguh benih-benih cinta yang kau tumbuhkan setiap menit detik kau beri aku rasa itu dengan penuh ketulusan hati dengan siap memberi dan kau beri aku kesempatan meskipun aku tidak mengerti mengapa? Apa? Dan siapa diriku? Mengapa aku begitu mencintai? Mengapa aku begitu menginginkanmu. Lalu pandanganmu penuh liar menggodaku dengan tatapan polos namun dengan senyuman manis kau bakar hatiku dengan penuh kemewahan hati, terimakasih cinta atas apa yang kau beri.Kala itu hujan turun sangat lebat rasanya dingin sekali tetapi teduh kemudian ada cahaya yang melintasi sang langit, rasanya aku ingin pergi dan juga terbang aku ingin sekali punya sayap aku ingin terbang dan juga bisa membuat kebahagiaan sendiri untuk diriku.
Aku bukan dia dan mungkin juga dia bukan aku rasanya aku seperti orang bodoh, aku tak pernah segelisah ini. Awalnya semua berjalan baik-baik saja tetapi kenapa jadi seperti ini, aku merasa setiap problema yang aku alami semua akan berjalan seperti biasa-biasa saja meski terlintas dibenak ku untuk bertanya kepada sepasang merpati yang sedang hinggap di dekat jendela kamarku. Apa ini jalan yang harus aku tempuh atau aku salah dalam menghadapi jalan yang aku alami. Aku mencoba menghela nafas panjangku, aku heran dengan burung merpati mengapa mereka bisa terbang dan hinggap di manapun dia mau rasanya mudah bagi burung merpati untuk lepas dan juga terbang di angkasa, rasanya ini membuatku iri andai saja aku punya sayap dan bisa terbang layaknya burung merpati.
Saat matahari terbenam, itulah saatnya aku untuk tidur tetapi malam ini rasanya aku sulit untuk tidur dan memejamkan mataku, aku bertanya akankah esok akan baik-baik saja dan bagaimana apa yang akan terjadi esok hari?.
Mungkin saja aku bukanlah bagian dari hidupmu lalu bagaimana bisa kau melupakan semua kisah manis tentang kita bersama dengan sejuta sejarah yang terukir di dalamnya, hanya saja aku memilih untuk setia. Sebelumnya aku merindukan setiap tawa dan juga bahagia yang pernah terlukis indah bersama dengan kenangan yang terindah yang pernah kita lalui bersama. Andai saja ke egoisan diri dapat membuatku belajar menjadi lebih dewasa, tapi aku sadar aku hanya bersikap seperti layaknya seseorang yang dari kejauhan hanya membisu dan tak tahu harus melakukan apa.
Aku disini masih menanti dalam kesendirian, aku disini masih berharap terhadap ratusan khayalan yang ku buat namun tanpa sengaja setiap hal terukir tanpa sengaja dan membuatku mencoba mencari tentang jati diriku.
Siapakah aku dan harus bagaimana, setiap hal yang terjadi dalam hidupku bagaikan sebuah problema yang membuka mataku dan membawaku tenggelam dalam alam bawah sadarku. Hanya diam dan merenung, tanpa mengucapkan sepatah atau dua patah kata, hanya saja hati ini mencoba melukiskan setiap kisah dalam sebuah secarik kertas.
Biarkan hati yang berbicara dan biarlah semua berusaha mencoba mengartikan setiap kata-kata karena setiap hati hanyalah milik sang pencipta seperti sebuah garis tangan yang juga akan memberikan secercah harapan akan indahnya masa depan, meski ku tahu di dunia ini tak akan ada yang abadi.
Pada Suatu Malam Yang Pekat
Di dalam kamar berukuran 3×3 m2 itu Zeni mengemasi pakaian dan beberapa barang miliknya, tampak kesedihan yang terlihat dari perempuan tiga puluh dua tahun itu, sesekali ia menyeka air matanya sebagai luapan emosi atas apa yang baru saja terjadi, sementara, di balik pintu kamar Zeni, terlihat Jojo yang tengah berdiri menyaksikan Ibu sambungnya itu sedang mengemasi barang-barangnya, Jojo terlihat ketakutan, bocah laki-laki yang kini duduk di bangku kelas enam SD itu hanya berdiri di depan pintu kamar Zeni.
Di sudut ruangan keluarga, tampak sosok pria bule tengah menghisap sebatang rok*k sambil menyeruput secangkir kopi hitam, kepulan asap menyembul ke langit-langit atap, lelaki brewok itu sibuk dengan kebiasaannya sendiri, dia tidak memedulikan perempuan yang bernama Zeni itu tengah menangis, sesaat setelah keduanya bertengkar hebat karena sesuatu yang menurutnya itu adalah hal yang sepele dan biasa. Zeni, istrinya yang baru tujuh bulan dinikahinya itu menuntut untuk pulang ke rumah orangtuanya, dan laki-laki itu tidak peduli dengan apa yang diinginkan Zeni, dia membiarkan istrinya mengemasi barang-barangnya begitu saja tanpa dicegahnya. Jojo mencoba mendekati Zeni, Ibu sambungnya yang sudah dianggapnya seperti Mama Ken wanita yang mengandung dan melahirkan Jojo dua belas tahun yang lalu, diantara ketakutan dan keberanian, Jojo memeluk Zeni Ibu tirinya.
“Mami Zeni mau ke mana?” tanyanya polos
“Mami Zeni jangan tinggalin Jojo, Jo takut sendirian di rumah” anak laki-laki itu memaksa menghentikan aktifitas Zeni, Zeni pun terpaksa menoleh memandangi anak tirinya.
“Jojo, Mami Zeni mohon maaf, Mami Zeni sudah tidak bisa lagi untuk tinggal di sini” kedua tangan Zeni memegangi tubuh Jo, sementara Jo sendiri menangis selayaknya anak kecil yang tidak ingin ditinggal pergi jauh oleh Ibunya, Jo kembali memeluk tubuh Zeni tetapi kali ini lebih erat, entah kenapa Jo teringat kembali kepada Mama Ken Ibu kandungnya yang sudah meninggal sekitar empat tahun yang lalu. Bagi Jo Mama Ken adalah perempuan yang selalu menjadi malaikat pelindungnya karena kemana pun Jo pergi Mama Ken tidak pernah absen untuk selalu mendampinginya.
Jo ingat betul saat itu usinya delapan tahun, Mama Ken yang kerap menjemput sekolah Jo dengan mengendarai motor maticnya hari itu datang telat untuk menjemputnya dikarenakan Mama Ken harus menghadiri rapat di panti asuhan yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggalnya kini, panti asuhan itu dulu pernah menjadi tempat singgahnya sebelum Ayah Jo datang mempersunting dirinya. Sebagai salah satu pengurus panti sekaligus donatur tetap sejak menjadi istri Tommy, Mama Ken kerap bolak balik mengunjungi panti asuhannya.
Dan, siang itu, tepat jam 1 lewat, di waktu yang sudah melewati batas kepulangan anak-anak sekolah, Ken membawa motornya dengan kecepatan yang sangat tinggi karena Ken mengejar waktu, ia tidak ingin anak lelakinya itu kecewa karena telat menjemputnya. Ken memutar balik arah, dilihatnya di seberang jalan ada sebuah sekolah tempat di mana Jo menunggunya di depan gerbang, tiba-tiba sebuah truk barang menabrak motor yang dikendarai Ken hingga tubuhnya terpental beberapa kilometer, dan Jo ingat betul, motor yang dilihatnya saat dirinya tengah berdiri gelisah di depan gerbang sekolah adalah motor milik mamanya, Jo lantas berlari menghampiri tubuh mamanya itu dan berteriak histeris saat dilihatnya perempuan itu tengah meregang nyawa.
Bukan hanya Jo yang kehilangan Ken, Tommy, suami Ken, juga merasa sangat kehilangan perempuan yang sudah sembilan tahun menemani hidupnya. Tidak jarang Tommy mengenang kembali perjalanan kisah cintanya dengan Ken, setelah menangis biasanya Tommy langsung mengajak bicara Ken, meskipun hanya sebuah foto Ken yang dipajangnya di atas piano yang terletak di sudut ruang tengah, Tommy tampak seperti sedang berhadapan langsung dengan istrinya itu.
“I will always love you, Ken, until the end…” kata Tommy yang dilanjutkan dengan ritual menciumi foto Ken berkali-kali.
—
Lelaki bule Australia itu memiliki jiwa sosial yang tinggi, kedermawanannya pada kaum papa sudah tidak diragukan lagi, seringkali Tom mengunjungi panti asuhan yang ada di sekitar Badung, Bali, daerah dekat tempat tinggalnya kini. Tidak jarang juga Tom mengajak beberapa rekan kerjanya untuk menyisihkan sebagian rezeki mereka untuk anak-anak panti, dan kegiatan rutin itu ia lakukan sebelum dirinya menikah, tepatnya setelah satu tahun dia bekerja di perusahaan swasta bagian periklanan. Warga negara asing yang sudah memiliki hak berkewarganegaraan Indonesia itu sudah jatuh cinta pada negeri ini, kecintaannya itu dia buktikan dengan mencintai seorang gadis yang bernama Ken Janneta Riyadi, perempuan berdarah campuran Jawa-Bali, yang mana ibu bapaknya meninggal sejak Ken berumur lima tahun karena penyakit yang sama yaitu, tuberculosis.
Ken merupakan salah satu penghuni panti yang sering dikunjungi Tom, karena seringnya dia bertemu, benih-benih cinta itu tumbuh di hati Tom. Tom ingin serius menjalin hubungan dengan gadis itu, dan ternyata Ken menyambut cinta Tom hingga akhirnya mereka berdua menikah. Ken adalah perempuan yang memiliki paras ayu, seperti kebanyakan perempuan Bali pada umumnya, Ken memiliki tubuh yang hampir nyaris sempurna, dengan lekuk tubuh bak model papan atas dia memiliki bentuk lekuk tubuh yang tinggi semampai, rambutnya dia biarkan panjang tergurai, dan itu adalah salah satu alasan Tom mencintai Ken, cinta yang tulus yang dia persembahkan untuk seorang perempuan yang telah berhasil memikat hatinya dari sekian banyak perempuan yang dikenalnya, Tom bersumpah atas namanya, bahwa dia ingin menghabiskan masa tuanya dengan perempuan yang menjadi cinta pertamanya.
Seperti halnya Tom yang mencintai Ken dengan tulus, perempuan yatim piatu itu juga membalas cinta Tom dengan hangat, kedua insan itu saling mencintai satu sama lain, saling berbagi kasih dan saling berikrar dalam suatu ikatan suci pernikahan untuk sehidup semati. Bali memang memiliki pesona tersendiri, semua mata dunia tertuju padanya, tak hanya indah panoramanya, tapi juga indah karena ada kekuatan cinta di dalamnya, seperti cinta Tom dan Ken yang terpatri di Pulau Bali.
Kebahagiaan mereka sebagai pasangan suami istri semakin lengkap dengan kehadiran Jonathan yang telah lahir tepat setelah mereka merayakan hari pernikahannya yang pertama, Jo, panggilan kesayangan bayi laki-laki itu membawa banyak harapan untuk pasangan yang beda usia enam tahun itu. Tom berharap kelak Jo tumbuh menjadi manusia yang dapat menggantikan posisinya dalam mencintai istrinya, merawat dan menjaga perempuan yang dicintainya manakala Tom harus lebih dahulu menghadap kepada Tuhan.
“You are a wonderful woman in my life…” Tom mencium mesra kening istrinya, beberapa jam setelah Ken melahirkan bayi laki-lakinya melalui Operasi Caesar.
“Thanks for the love you have given me, for our baby…” tak terasa Ken menangis saat laki-laki itu kembali melayangkan ciumannya bertubi-tubi ke kening Ken. Dan peristiwa itu selalu terngiang dalam ingatan Tom, saat dirinya memilih menyendiri di sudut ruang tengah sambil memandangi foto mendiang istrinya.
Saran agar Tom menikah lagi datang dari beberapa rekan kerjanya, mereka kasihan melihat perubahan drastis yang terjadi pada diri Tom, seringkali Tom menyendiri baik itu di kantor pada saat jam bekerja atau di rumah pada saat istirahat. Saat rekan-rekannya mengunjunginya ke rumah, mereka melihat Tom terus melamun sambil menghisap sebatang rokok. Tom sendiri adalah lelaki bule yang tidak pernah merokok dan meminum alkohol sebelumnya, menurutnya itu semua adalah pekerjaan yang hanya menghambur-hamburkan uang, bagi Tom, memberi sebagian rezekinya kepada anak-anak panti asuhan akan lebih bermanfaat ketimbang untuk membeli rokok dan minuman beralkohol. Tapi sejak ditinggal pergi Ken untuk selamanya, Tom justru memilih rokok dan minuman sebagai teman sehari-harinya.
Tiga tahun lima bulan adalah waktu yang cukup untuk berkabung, ia pun belum begitu tua untuk menikah lagi, selain itu, dia juga masih memiliki seorang anak laki-laki yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari seorang ibu. Dengan pertimbangan itulah, Tom akhirnya menyetujui saran dari teman-temannya untuk menikah lagi, asalkan dengan satu syarat, perempuan itu harus memiliki kesamaan fisik seperti Ken, mendiang istrinya.
Adalah Zeni Tirtamayasari satu-satunya perempuan yang tujuh puluh persen memiliki kesamaan dengan Ken, dari mulai bentuk wajahnya, rambutnya, lekuk tubuhnya, hingga cara bicaranya, mereka berdua seperti pinang di belah dua, padahal tak ada ikatan persaudaraan sama sekali diantara keduanya. Tom mengenali Zeni dari sahabat dekatnya, Dave. Setelah beberapa kali bertemu dengan Zeni, akhirnya hati Tom luluh juga.
Tujuh bulan yang lalu Tom memutuskan untuk menikahinya, Zeni mengiyakan ajakan Tom, meskipun laki-laki itu adalah seorang duda beranak satu yang memiliki perbedaan usia yang cukup jauh yaitu sepuluh tahun, tapi itu semua tidak menyurutkan keyakinan Zeni untuk tetap memilih Tom sebagai suaminya, Zeni juga sangat mencintai dan menyayangi Jo layaknya anak kandungnya sendiri, kedekatan mereka makin terjalin erat saat Jo merasa bahwa hadirnya Zeni adalah reinkarnasi dari Ken, mamanya.
Satu bulan pernikahan semuanya baik-baik saja, Zeni menikmati kehidupan barunya sebagai seorang istri sekaligus ibu sambung bagi Jo. Tapi di bulan ke dua pernikahan, sikap Tom mulai tampak aneh dan Zeni merasa ada yang salah pada diri Tom.
“Ken, bisakah kamu menyiapkan sarapan untuk kami lebih pagi lagi? Seperti yang sudah kamu lakukan sebelumnya!” Tom memandangi serius wajah Zeni, tampak Zeni mengernyitkan dahinya.
“Aku juga sangat suka salad, kau biasa membuatkan itu untuk sarapanku sebelum ke kantor kan? Ayolah Ken, kamu lupa dengan itu semua?” Tom tidak menyentuh roti panggang buatan Zeni karena dia menginginkan salad.
“Kamu juga tampak berbeda hari ini, polesan make up mu terlalu tebal, padahal aku tidak suka dengan itu, aku lebih suka dengan gaya sederhanamu!” Tom berbisik ke telinga Zeni, kebiasaan pagi Zeni memang sudah dilakukannya sejak dirinya belum menikah dengan Tom, berpakaian rapi dan ber make up sebelum dirinya berangkat ke kantor sebagai konsultan keuangan di daerah Badung, Bali.
“Aku berangkat dulu, I love you, Ken!” Tom bergegas pergi menuju ke kantornya, dan Zeni baru menyadari atas apa yang baru saja terjadi, Tom memanggilnya dengan panggilan Ken.
Tom selalu begitu, padahal Zeni sudah berkali-kali mengingatkan bahwa dia bukanlah Ken. Tapi Tom tidak bergeming, dan malam itu, di bulan ke tujuh pernikahannya, Zeni mulai tampak kesal karena Tom tidak juga berubah, dia masih terus menganggap Zeni adalah Ken, masa lalunya.
“Tom, aku Zeni, bukan Ken, please!” malam itu mereka tengah menikmati makan malam, untuk yang kesekian kalinya Tom memanggilnya dengan nama Ken, dan Zeni mulai tidak nyaman dengan panggilan itu.
“Aku tidak peduli sayang, bagiku, kamu tetaplah Ken!” Tom tidak juga bergeming atas ketidaknyamanan istri keduanya itu.
“Stop Tom, aku bukan Ken, kalau kamu masih menganggap aku Ken, dan bahkan bayangan Ken, sebaiknya aku pergi!” puncak marah Zeni sudah tidak bisa terbendung lagi, dia pergi meninggalkan makan malam yang masih belum tersentuhnya sama sekali, sementara Jo yang duduk di samping Tom mulai ketakutan, dia memilih mengikuti langkah Zeni dari belakang.
“Mami harus pergi, Jo. Mungkin ini yang harus mami lakukan agar papi bisa lebih baik lagi” Jo menghampiri Zeni yang tengah mengemasi pakaian dan barang-barangnya.
“Kalau begitu Jo ikut, biar Jo tinggal dengan mami Zeni” katanya dengan nada yang melas. Zeni memandangi wajah Jo dengan lama, ingin sekali ia membawa anak tirinya itu, dan mengasuh serta membesarkannya layaknya anak kandungnya, tetapi kemudian pikiran itu segera ia tepis, Zeni takut terjebak dalam memori masa lalu antara bapak dan anak itu, dia tidak ingin Jo juga menganggapnya sebagai Ken, ibu kandungnya.
“Tidak Jo, kamu harus tetap tinggal di sini bersama Papi…” akhirnya Jo meninggalkan Zeni seorang diri di dalam kamarnya.
Malam semakin pekat, saat itu pukul setengah sepuluh malam waktu Bali, langkah Zeni mengendap seperti seorang pencuri yang tidak ingin diketahui aksinya, tangan kirinya menenteng satu buah koper, Zeni sedikit mengangkat tas kopernya agar tidak menimbulkan suara. Saat dia ingin membuka pintu, hati Zeni tampak bergemuruh, ia begitu sulit membuka pintu rumah itu yang tampaknya sudah terkunci rapat. Jantung Zeni kian berdegup kencang, aroma ketegangan mengaliri aliran darahnya, raut wajah Zeni semakin terlihat tegang manakala sosok anak tirinya itu tiba-tiba saja berdiri tepat di depannya sambil memegang sebuah kunci, bocah itu tampak menyeringai, mulutnya mengucapkan sesuatu dengan sangat pelan, sesuatu yang tidak dapat didengar oleh Zeni.
“Mama Ken, don’t leave me alone!” sebuah benda keras mendarat tepat di pelipis mata Zeni, Zeni terjatuh dan tidak sadarkan diri.
Kala itu hujan turun sangat lebat rasanya dingin sekali tetapi teduh kemudian ada cahaya yang melintasi sang langit, rasanya aku ingin pergi dan juga terbang aku ingin sekali punya sayap aku ingin terbang dan juga bisa membuat kebahagiaan sendiri untuk diriku.
Aku bukan dia dan mungkin juga dia bukan aku rasanya aku seperti orang bodoh, aku tak pernah segelisah ini. Awalnya semua berjalan baik-baik saja tetapi kenapa jadi seperti ini, aku merasa setiap problema yang aku alami semua akan berjalan seperti biasa-biasa saja meski terlintas dibenak ku untuk bertanya kepada sepasang merpati yang sedang hinggap di dekat jendela kamarku. Apa ini jalan yang harus aku tempuh atau aku salah dalam menghadapi jalan yang aku alami. Aku mencoba menghela nafas panjangku, aku heran dengan burung merpati mengapa mereka bisa terbang dan hinggap di manapun dia mau rasanya mudah bagi burung merpati untuk lepas dan juga terbang di angkasa, rasanya ini membuatku iri andai saja aku punya sayap dan bisa terbang layaknya burung merpati.
Saat matahari terbenam, itulah saatnya aku untuk tidur tetapi malam ini rasanya aku sulit untuk tidur dan memejamkan mataku, aku bertanya akankah esok akan baik-baik saja dan bagaimana apa yang akan terjadi esok hari?.
Mungkin saja aku bukanlah bagian dari hidupmu lalu bagaimana bisa kau melupakan semua kisah manis tentang kita bersama dengan sejuta sejarah yang terukir di dalamnya, hanya saja aku memilih untuk setia. Sebelumnya aku merindukan setiap tawa dan juga bahagia yang pernah terlukis indah bersama dengan kenangan yang terindah yang pernah kita lalui bersama. Andai saja ke egoisan diri dapat membuatku belajar menjadi lebih dewasa, tapi aku sadar aku hanya bersikap seperti layaknya seseorang yang dari kejauhan hanya membisu dan tak tahu harus melakukan apa.
Ketika ku jatuh hati pada seseorang alunan suara indah dengan senyuman, membuat cinta di tengah rembulan bersama mentari yang kan terus bersinar. Cinta yang memberi kesejukan di keheningan malam dan sayap-sayap merpati putih yang terbang beri sebuah tanda akan kehidupan, jangan biarkan sang hati berdusta kala ego menepis rasa cinta. Cukup sudah bahasa kalbu biarkan sang fajar menertawai rembulan malam kala sang mentari bercahaya meski sinarnya tak kau rasa, setetes embun pagi yang kala itu kau lihat biarkan saja dia membasahi pagi biarkan jangan berikan keraguan pada sang mimpi kala ku inginkan seseorang pengisi hati di jiwa yang sepi. Lantunan not demi not dengan penuh bahagia ku rangkai meski tak jua ku mengerti dan ku kenal kenapa? Ada apa dengan sepasang merpati putih yang hinggap di jendela kamar ini? Ada cerita apa yang akan ku petik ataukah ini hanya mimpi belaka? Biarlah sang merpati berterbangan. Mungkin sang fajar dan sayap-sayap burung patah melihat kita berseteru sehingga tak ada cinta. Biarkan sang Melodi menyanyikan lagu cinta dengan syahdunya, meratapi hati yang dengan elok di rasa, entahlah? Mungkin nyanyian tentang cinta atau tentang luka.
Biarkan api asmara menyemangati sang bidadari, biarkan sang fajar di ufuk timur berikan kehangatan di ujung senja. Cinta adalah rasa sempurna tidak semua orang memilikinya setiap rasa dan kisah dalam cinta baik dalam pengorbanan maupun kebahagiaan yang muncul, biarlah sang fenomena berikan kekayaan kemegahan dalam pesta cinta kala jantung ini berdebar berdegup kencang ingin ku pandang wajahnya dikeheningan malam dan ku bayangkan sebuah cincin melingkar di jari manisnya sang bidadari. Kala malam yang sunyi sepi dingin kau peluk aku dan beri kehangatan di malam itu dan kesejukan dengan tetap memandang indah wajah mu saat itu kau bisikkan kata cinta kau buat aku merajuk bahagia sambil merajut kebersamaan atas nama cinta, sungguh benih-benih cinta yang kau tumbuhkan setiap menit detik kau beri aku rasa itu dengan penuh ketulusan hati dengan siap memberi dan kau beri aku kesempatan meskipun aku tidak mengerti mengapa? Apa? Dan siapa diriku? Mengapa aku begitu mencintai? Mengapa aku begitu menginginkanmu. Lalu pandanganmu penuh liar menggodaku dengan tatapan polos namun dengan senyuman manis kau bakar hatiku dengan penuh kemewahan hati, terimakasih cinta atas apa yang kau beri.Aku disini masih menanti dalam kesendirian, aku disini masih berharap terhadap ratusan khayalan yang ku buat namun tanpa sengaja setiap hal terukir tanpa sengaja dan membuatku mencoba mencari tentang jati diriku.
Siapakah aku dan harus bagaimana, setiap hal yang terjadi dalam hidupku bagaikan sebuah problema yang membuka mataku dan membawaku tenggelam dalam alam bawah sadarku. Hanya diam dan merenung, tanpa mengucapkan sepatah atau dua patah kata, hanya saja hati ini mencoba melukiskan setiap kisah dalam sebuah secarik kertas.
Biarkan hati yang berbicara dan biarlah semua berusaha mencoba mengartikan setiap kata-kata karena setiap hati hanyalah milik sang pencipta seperti sebuah garis tangan yang juga akan memberikan secercah harapan akan indahnya masa depan, meski ku tahu di dunia ini tak akan ada yang abadi.
Aku mencarimu di setiap kejauhan, aku memujamu dan berkhayal untuk dapat berbagi bersama denganmu meskipun aku sadar mungkin kau bukan yang terbaik untuk diriku. Begitu pula aku yang terus berharap akan kehadiran dirimu, aku hanya bisa menanti dalam setiap do'a ku akankah kita dapat bertemu ataukah akan berpisah.
Seperti layaknya burung yang berterbangan, aku dan kau berbeda tapi cinta menyatukan, bukan soal asa dan juga penantian namun sebuah rasa tuk berbagi dan memberi tapi sayangnya setiap luka yang terukir bagaikan duri dalam daging yang selalu memberikan ku keputusan asaan namun aku sadar setiap ikatan cinta yang terus terjalin juga seperti layaknya bahtera yang akan terus membuatku berfikir akankah aku terus bertahta di dalam hatimu atau aku hanya teman biasa.Aku gak tahu berada dititik mana apa aku berada dititik antara cinta atau kebencian atau mungkin aku bisa menjadi apa yang aku inginkan, sebenarnya aku gak mau bersikap seolah-olah aku terlalu sok tahu atau sok polos, hanya saja aku tak bisa berkata-kata aku tak mampu membohongi perasaanku dan juga tak bisa membodohi akal dan juga fikiranku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!