NovelToon NovelToon

Ineffable Life (Ms. Mafia & Mr. Idol)

Part 1 : Anavalia Grey / Ms.Grey

Hujan petir berlangsung cukup lama, sudah berhari-hari Ana disekap di sebuah kamar bawah tanah. Seseorang telah mengikat Ana di atas sebuah tempat tidur tua, pria itu hanya berdiri di depan tempat tidur itu sambil menatap dingin dengan tatapan kosong pada Ana.

Sekujur tubuh Ana sudah dipenuhi luka memar karena pukulan dan siksaan dari pria berusia sekitar 50 tahunan itu.

"Lepaskan akuuu..tolong...aku mohon tolong aku..hentikan paman..tolong..aku mohon.." Ana tampak menghentak hentakkan kakinya di atas tempat tidur, iya berusaha melawan, terus berusaha teriak meminta pertolongan. Meski ia tahu itu hanya usaha yang sia-sia.

Pria itu lalu mendekat dan kembali akan melayangkan tamparan keras pada wajah Ana.

Deg !!

Mata Ana terbelalak, nafasnya terengah-engah, keringat mengucur diseluruh tubuhnya. Ia bangkit dari tidurnya, mimpi buruk itu masih selalu hadir meski sudah 20 tahun berlalu. Ana segera bangkit dari tidurnya dan duduk di pinggir tempat tidur yang luas, diliriknya jam digital hitam di atas meja samping tempat tidur "masih pukul 2.05 dini hari.." gumam nya dalam hati. Ia menghela nafas dengan berat, Ana berusaha meraih gelas kaca disamping jam itu lalu segera meneguk air didalamnya dengan cepat. Sesekali ia mengusap kasar wajah cantiknya mencoba melupakan bayangan bayangan dari mimpi buruknya.

Ana lalu meraih ponselnya dan mendapati sebuah pesan dari B1.

"Itu informasi palsu Ms.Grey.. dan pengiriman ke rusia selesai..".

Ana segera menekan menu call pada layar ponselnya, tak peduli meski sudah larut malam.

"Teruskan pencarian.. dan kau tau kan apa yang harus dilakukan pada penipu-penipu busuk itu..??" suara Ana terdengar agak lirih, ia juga segera menutup teleponnya tanpa menunggu jawaban dari orang yang ia telepon lalu kembali meletakkan ponselnya ke atas meja.

Ana bangkit dari tempat tidurnya. Membuka laci meja kecil tadi dan mengambil sebungkus rokok miliknya beserta mancis tua peninggalan mendiang ayahnya. Ana berjalan ke teras kamarnya yang langsung berhadapan dengan kolam berenang super mewahnya. Tak disadarinya ia sudah menghabiskan 4 batang rokok dengan cepat. Tersadar akan hal itu ia segera kembali ke kamar, menyimpan kembali rokok dan mancisnya di laci.

Kemudian ia mengambil sebuah botol obat berwarna abu-abu dan mengeluarkan 1 butir tablet berwarna putih kecil, ia segera menenggak obat tidur itu agar ia segera bisa kembali tidur.

Ana sudah ketergantungan obat tidur 10 tahun terakhir sejak ia berusia 18tahun. Ia mengalami susah tidur yang cukup parah dan selalu bermimpi buruk seperti yang baru saja ia alami. Ia bahkan pernah hampir 5 hari tidak tidur. Dengan nafas yang masih tersengal Ana kembali merebahkan tubuhnya lalu menarik selimut hingga di bawah dagunya dan mencoba kembali untuk tidur.

***

Keesokan paginya..

Ana dibangunkan oleh alarm nya.

Pukul 6.00 pagi.

Ana segera duduk dan menggeliatkan badannya, meregangkan seluruh ototnya yang masih terasa tegang. Tanpa menunggu terlalu lama Ana segera bangkit dari tempat tidur, meraih sebuah remote di dinding dan menekan tombol 'open' yang seketika seluruh gorden di sekeliling kamarnya terbuka otomatis, ia kembali menaruh remote itu dan berlalu keluar kamar menuju ruang gym-nya.

Tiap Pagi Ana biasanya menyempatkan diri untuk berolahraga sekitar 20 menitan, setelahnya ia akan membuat sarapan sendiri, dan kali ini ia membuat omlette dengan sosis dan semangkuk salad buah+sayur.

***

Ana mengenakan stelan blazer berwarna coklat tua, ia juga sudah mengenakan heels yang senada dengan pakaiannya, rambutnya dikuncir tinggi menambah pesona tegas pada wajahnya yang cantik hampir sempurna. Ia melangkah menuju mobilnya yang sudah stand by di halaman depan, ia selalu berkendara sendiri kemanapun ia pergi jarang sekali menggunakan supir, kini ia berkendara dengan mobil baru yang didapat dari neneknya Jane sebagai hadiah ucapan selamat atas jabatan barunya sebagai Presdir di Grey World perusahaan ayahnya.

***

Beberapa hari yang lalu..

"Grandma, kau tidak perlu membelikanku mobil ini..simpan saja uangmu untuk kesenangan dirimu sendiri.." tukas Ana dengan nada kesal.

"Aku hanya memberikanmu barang yang pantas untuk kau kenakan.." ucap neneknya terdengar sinis.

"Ini terlalu berlebihan.." gusar Ana lirih sambil memperhatikan sebuah mobil Bugatti Veyron berwarna hitam seharga $ 3,4 juta atau setara 34 milyar di depannya itu.

"Kau bisa merubah warnanya jika kau mau.." Jane berusaha merayu Ana yang ia tahu pasti enggan menerima pemberiannya itu.

"Aku rasa ini bukan soal warna" gumamnya dalam hati. "Apa ada hal lain yang ingin kau katakan?" Potong Ana mengalihkan pembicaraan.

"Tidak.. ucapan terima kasihmu sudah cukup.."

"Baiklah.. terima kasih.. aku harus membereskan barang-barangku.." Ana berusaha mengakhiri drama ini dan tentu saja segera memutus panggilannya begitu saja.

"Dia benar-benar sangat sulit untuk ku kendalikan.." gumam Jane dalam hati kesal karena teleponnya selalu dimatikan begitu saja oleh Ana, bahkan terkadang di abaikan olehnya.

***

Tampak dari depan 2 orang penjaga berdiri siaga di depan pintu masuk gedung dengan mengenakan stelan jas hitam. Ana memperlambat laju mobilnya, tapi justru terus berjalan menuju arah parkiran bawah tanah yang mana parkiran itu hanya untuk karyawan. Sebelumnya Pak Kim sudah memberitahukan pada para penjaga plat mobil yang di kendarai Ana agar di sambut dengan baik dan hormat. Tapi mereka justru bingung melihat Ana tidak berhenti di depan pintu masuk, sebagaimana biasanya dilakukan para eksekutif di perusahaan itu.

Mereka segera menghubungi Pak Kim.

"Pak Kim mobil Ms.Grey sudah tiba tapi ia menuju parkiran bawah tanah.." jelas salah seorang penjaga.

"Apa?? Baik..aku segera menunggunya di depan lift.." Pak Kim segera berlari menuju pintu lift di dekat loby kantor.

Tak lama kemudian Ana memang muncul disana bersama beberapa karyawan lain di dalam lift itu.

Pak Kim segera menunduk menyambut Ana di depan lift. Bersama beberapa pengawal untuk Ana.

"Hello Ms.Grey, selamat datang di Grey World.." sapa Pak Kim sambil menunduk menyapa.

Seketika sekeliling Ana terkejut mendengar nama yang disebut Pak Kim. Saat tersadar mengingat nama Grey, seketika karyawan di sekeliling Ana ikut membungkuk menyapanya.

Ana yang merasa risih hanya tersenyum tipis.

"Hallo.." jawabnya singkat segera berjalan menuju ruangan meeting di lantai 1 serambi di dampingi Pak Kim dan pengawalnya.

Selama menuju ruang meeting terdengar samar-samar semua karyawan di lantai 1 itu saling berbisik satu sama lain membicarakannya.

"Apa dia anak presdir Thommas.."

"Aku dengar dia akan menggantikan ayahnya disini.."

"Dia tampak sinis sekali.. tidak seperti ayahnya.."

"Dia terlihat lebih dingin dari ayahnya.."

"Dia cantik sekali.."

"Wajahnya canyik seperti malaikat.."

"Dia terlihat sangat sempurna.. aku sangat iri !!"

"Aku dengar Tuan Thomas tidak memiliki anak.."

"Jadi siapa dia??" bisik gadis bergaun putih itu lirih.

Deg !!!!

Seketika gadis dengan dress putih itu terdiam terpaku ketika ia sadar saat ini Ana menatapnya dengan tatapan dingin. Ana yang telah menghentikan langkahnya menatap gadis itu dan mulai mendekatinya.

Gadis itu hanya berdiri terpaku menahan napasnya karena merasa terintimidasi oleh tatapan tajam Ana.

"Hallo..saya Anavalia Grey.. aku rasa kau harus mengenalku agar kau bisa berbicara di belakangku sesuai fakta.. hmm.. apakah aku harus meminta izinmu untuk menggantikan ayahku disini??" Ana tersenyum manis tapi dengan tatapan mata yang mematikan.

Seketika semua orang tercengang melihat kejadian itu. Gadis itu tak sanggup berkata-kata, matanya berkaca-kaca menahan tangisnya yang akan pecah.

"Ma..maafkan aku Ms.Grey.." ujarnya tertunduk malu. Pak Kim segera membawa Ana ke ruang meeting.

"Ms.Grey kita harus segera keruang meeting..semua orang sudah menunggu.." sela Pak Kim ditengah suasana tegang itu.

"Sampai jumpa Nona.." Ana segera berpaling melangkah menjauh darinya. Gadis itu seketika terduduk lemas ketakutan akan dipecat setelah mengalami kejadian itu.

***

>> Ilustrasi foto yang author gunakan merupaka artis/aktor ternama dan hanya sebagai imajinasi author saja, untuk memudahkan pembaca membayangkan perawakan masing-masing karakter 😊

Anavalia Grey (Ms.Grey)

Bugatti Veyron

Part 2 : Kesan & Kekacauan Pertama

Saat memasuki ruangan meeting seketika para eksekutif berdiri untuk menyambut Ana, terlihat ada sekitar 30 orang para eksekutif dari berbagai divis yang telah berkumpul di dalamnya.

"Silahkan duduk" timpal Ana segera duduk di kursi nya yang berada di paling depan sambil melirik jam tangannya menunjukkan pukul 07.58 pagi.

"Selamat datang Ms.Grey kami merasa terhormat anda bersedia hadir untuk menggantikan posisi ayahmu disini." Seru seorang pria paruh baya yang menjabat sebagai wakil presdir. Ia adalah kerabat baik ayahnya sejak lama.

"Terima kasih Mr. Lee.." Sahut Ana ramah dengan senyum simpulnya. Ana terakhir bertemu Mr. Lee saat menghadiri pemakaman ayahnya di negara L. "Tapi...bukankah semua ada 30 orang?"

"Betul Ms.Grey" Seketika Mr.Lee melihat sekeliling didalam tetapi ia sadar bahwa hanya ada 29 para eksekutif termasuk dirinya.

Tak lama kemudian..

"Maaf saya terlambat.." seru pria paruh baya dengan stelan jas abu abu dari arah pintu masuk ruang meeting. Ia terlihat tidak rapi dan tampak sangat santai, dari jauh samar-samar Ana dapat mencium bau alkohol dari pria itu.

"Pasti ini orangnya.." gumam Ana dalam hati memperhatikan pria itu dari ujung rambutnya hingga ujung kaki.

Ana melirik jam tangannya pukul 08.05 lalu bergantian menatap pria itu sinis. "Tua bangka yang selalu membuat masalah.." geramnya  dalam hati.

"Keluarlah.." tukas Ana datar.

"A..apa? Anda menyuruh saya keluar Ms.Grey??" Tanya nya kaget.

"Apa alkohol membuat anda menjadi tuli??" timpal Ana sinis. "Aku bilang keluar!" Ana meninggikan nada suaranya..

Semua orang tercengang melihat kejadian itu.

Pria itu berusaha mencium aroma tubuhnya yang memang masih berbau alkohol, bagaimana tidak pria ini sering menghabiskan waktunya di bar bersama wanita malam yang berbeda hampir setiap malam. Tentunya Ana juga sudah mencari tau hal-hal seperti ini sebelum ia masuk ke kantor.

"Aku hanya telat beberapa menit, anda terlalu berlebihan Ms.Grey.." tukasnya enteng dan terkekeh.

"Apa aku harus mengulang perkataanku?" Celetuk Ana dingin dengan tatapan mematikannya.

"Ba..baiklah..aku akan keluar.." pria itu menganggukkan kepalanya segera keluar dari ruangan meeting dengan sangat kesal.

"Awas saja kau.." gumamnya kesal dalam hati sambil melepas dasinya kesal.

Ana hanya menghela nafas berat sampil membuka map diatas mejanya. "Mari segera kita mulai.."

***

3 jam setelah pertemuan akan berakhir, Ana menambahkan beberapa hal penting pada semuanya.

"Hmm..saya akan menambahkan sedikit pemberitahuan.."

Seketika semua bergidik takut kalau-kalau Ana membuat peraturan yang mengerikan.

"Pertama, saya tidak butuh pengawalan khusus selama saya di kantor karena saya tidak ingin ada orang lain di sekitar saya terlalu lama, saya rasa Pak Kim sudah cukup, kedua saya akan menindak tegas siapapun yang membuat kesalahan yang menyangkut pekerjaan, lalai, tidak menghargai pekerjaan, prostitusi, narkoba, dan korupsi, ketiga.." Ana menghentikan ucapannya sesaat yang membuat semua orang menanti dengan tidak sabar.

"Apa yang ketiganya Ms.Grey?" Tanya Mr.Lee penasaran.

"Ketiga..saya akan membuat kopiku sendiri, akan selalu makan siang di cafetaria.. Jadi tolong jangan perlakukan saya istimewa, cukup hormati dan hargai saya layaknya atasan, tegur saya jika saya melakukan kesalahan.."

Semua orang hanya bisa terbengong dan saling menatap satu sama lain.

"Baiklah Ms.Grey kami mengerti.." jawab Mr.Lee tersenyum ramah.

"Baiklah kalau begitu sampai disini saja.. silahkan kembali bekerja.." Ana segera bangkit dari kursinya berjalan keluar ruang meeting menuju lift. Lalu Pak Kim segera menekan tombol 10 pada dinding lift menuju ruangannya dan Ana.

Semua mata tertuju pada Ana. Bagaimana tidak dia memang terlihat cantik tapi juga dingin dan menyeramkan.

"Pak Kim..apa anda ingin mengatakan sesuatu?" Celetuk Ana memecahkan keheningan antara mereka berdua di dalam lift. Ana sadar Pak Kim tampak berusaha menahan diri untuk berkata sesuatu pada Ana.

"Hmm..tidak ada Ms.Grey.. Ohiya, semua berkas yang ingin anda periksa dan pelajari sudah saya letakkan di atas meja anda.." jawab Pak Kim gugup.

Ana memang terlihat sangat mengintimidasi meski dia hanya menatap biasa pada mata lawan bicaranya tanpa bergeming, sehingga membuat orang lain canggung dan gugup saat berada didekatnya.

"Terima kasih.." jawab Ana singkat segera keluar dari lift begitu sampai di lantai 10.

***

Seperti biasa pukul 12 siang cafetaria mulai dipenuhi para karyawan yang mengambil menu makan siang mereka. Itu kenapa Grey World disebut sebagai perusahaan terbaik karena mereka sangat memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Contohnya saja disini menyediakan cafetaria yang berada di 1 lantai gedung penuh, tempat gym, tempat bermain dan bersantai, coffeeshop, dan masih banyak fasilitas lainnya.

Ana melangkah pelan memperhatikan sekeliling.

"Ayahku benar-benar sudah melakukan hal yang luar biasa, perusahaan ini sangat luar biasa.." gumam Ana bangga dalam hatinya.

Tak jauh dari tempat Ana mengantri makanan..

"Aku dengar ada karyawan baru di divisi marketing yang hanya tamatan SMP..." julid seorang gadis berbaju hijau di depan Ana sambil bercerita dengan teman di depannya yang juga sedang mengantri mengambil makan siangnya.

"Entahlah..aku dengar dia punya hubungan khusus dengan eksekutif kita.." sahut temannya setengah berbisik.

"Itu sudah pasti..bagaimana mungkin orang tidak berpendidikan seperti dia bisa mendapatkan pekerjaan disini.." jelasnya gadis itu lagi sambil terkekeh.

"Ohiya..tadi pagi Pak Seo di usir dari ruang meeting.." celetuknya lagi dengan bersemangat.

"Benarkah? Apa yang terjadi?" Mereka saling berantusias menceritakan itu sambil tetap memilih menu makan siang mereka.

"Dia hanyan terlambat 5 menit dan presdir mengusirnya.. bukankah presdir baru itu sangat berlebihan??" Ana hanya terus menguping dengan berlagak biasa, sementara ia tetap memperhatikan 2 orang gadis itu.

"Oh presdir baru itu? Aku dengar dia hanya anak pungut Pak Thommas.. aku masih sangat shock ketika menyadari bahwa perusahaan ini punya banyak rahasia yang mengejutkan.." wanita itu terus berceloteh sambil mengacak-acak potongan daging di nampan meja saji.

Ia tampak hanya mengambil 1 macam sayur tanpa nasi lalu mengambil sangat banyak potongan daging hingga menumpuk di atas piringnya hingga melimpah keluar piring.

Setiap karyawan punya porsi yang sebenarnya sudah sangat lebih dari cukup. Tapi ia tampak sangat serakah. Dan kesabaran Ana benar-benar sudah habis ketika wanita itu tampak mengacak-acak makanan sembarangan dan benar-benar berlaku tidak sopan.

"Permisi..." tegur Ana dengan nada sopan pada gadis di depannya. Seketika mereka menoleh pada Ana.

Gadis itu berbalik menghadap ke arah Ana dengan sombong. "Ada apa?" Tanyanya dengan angkuh.

"Bukankah tidak sopan mengacak-acak makanan seperti itu?? dan juga anda sudah terlalu banyak bicara hal buruk saat ini.. Aku rasa anda pasti sudah cukup kenyang dengan mengatakan hal-hal buruk dengan mulut kotormu itu, jadi sebaiknya anda mengurangi porsi dagingmu agar orang lain juga dapat menikmatinya". Pinta Ana sinis.

Brakkk !!

Gadis itu membanting nampannya ke atas meja, sehingga kini semua orang melihat kearah mereka. "Berani sekali kau mengguruiku?" Bentak gadis itu kesal.

"Anda harus belajar meningkatkan kulitas harga dirimu Nona.. agar kau pantas berada di tempat ini.." timpal Ana datar.

"Kau ini siapa? Terlalu mencampuri urusan orang lain.." bentaknya berkacak pinggang. "Oh.. Apakah kau karyawan baru itu? Huh!! Pantas saja kau sangat merasa hebat, padahal kau itu hanya menjadi simpanan eksekutif kan??" Ucapnya gadis berbaju hijau itu mendorong pundak kanan Ana dengan telunjuk kirinya, teman yang satunya hanya melihat tanpa bergeming.

Ana hanya menyunggingkan senyum tipis di ujung bibir kecilnya. "Perempuan sial*n" gumamnya dalam hati mulai emosi.

Ana segera melepaskan jas coklatnya lalu melemparnya ke muka gadis itu hingga ia tercengang tak sanggup berkata apa-apa.

"Kau !!!" Serunya berteriak kencang. Seketika ia ingin melempar piringnya yang berisi penuh daging ke arah Ana. Tapi Ana berhasil menahan tangan wanita itu sehingga semua daging di atas piring itu justru mengenai diri gadis itu sendiri lalu berjatuhan ke lantai.

"Aku sudah cukup bersabar.." geram Ana segera menghempaskan tangan wanita itu hingga gadis itu tersungkur ke lantai.

"Ms.Grey !!!" Seru Pak Kim berteriak kaget melihat keributan itu dari arah pintu masuk cafetaria dan segera berlari menghampiri Ana.

Semua orang terbelakak kaget melihat ke arah Ana setelah mereka mendengar nama yang dipanggil oleh Pak Kim. Cafetaria dipenuhi bisikan-bisikan semua orang disana, dan mereka juga sedang merekam kejadian itu dengan ponsel mereka. Pak Kim segera berlari melepaskan jasnya dan memasangkannya ke pundak Ana.

"Anda baik-baik saja?" Tanya nya gugup.

"A..anda..?" Gadis yang daritadi masih terduduk di lantai hanya tercengang kaget, bagaimana tidak kalau wanita yang sedang berdiri di depannya adalah Presdirnya yang baru sekaligus pemilik perusahaan tempat ia bekerja sekarang, bukan karyawan baru yang sedang ia ceritakan itu.

"Aku sangat jijik dengan orang-orang seperti kau ini.. hanya sibuk mengurusi hidup orang lain.." Ana berjongkok didepan gadis itu sambil mencengkram kerah baju gadis itu dengan menariknya cukup keras.

"Kau sangat menjijikkan.." gumam Ana lirih di depan wajah gadis itu yang langsung menangis histeris.

Ana segera bangkit lalu pergi meninggalkan cafetaria dengan wajah datarnya.

Pak Kim mendekat ke arah kerumunan

"Berhenti merekam, jangan berani ada yang menyebarnya kalau kalian tidak ingin kena masalah. Cepat bereskan kekacauan ini.." Seru Pak Kim tegas segera berlalu menyusul langkah Ana masuk ke dalam lift.

Gadis tadi masih menangis histeris, temannya hanya bisa menenangkannya, sementara semua orang segera mengabaikannya seperti tidak terjadi apa-apa agar tidak terlibat masalah.

Part 3 : Tidak seperti Ayahnya

Ana melepaskan jas Pak Kim dan menyerahkannya kembali pada Pak Kim sebelum masuk ke ruangannya.

"Biarkan aku sendiri.." Ana segera masuk keruangannya menuju sofa di depan meja kerjanya, ia menghempaskan tubuhnya lemas kesana.

Pak Kim adalah sekretaris ayah Ana sejak 18 tahun lalu. Ia bekerja dengan Ayah Ana saat ia baru berusia 20 tahun. Thommas, ayah Ana mendapati Pak Kim membantu ibunya (Grandma Jane) saat jatuh pingsan di pinggir jalan saat tengah berlibur ke negara itu. Pak Kim saat itu menolak pemberian hadiah berupa sejumlah uang yang sangat banyak dari Thommas dan justru mengatakan..

"Membantu seseorang tidak berarti harus mengharapkan imbalan apapun.. aku melakukan ini karena aku juga memiliki seorang ibu yang sudah cukup tua.. ibuku juga sedang sakit.. aku hanya berpikir bahwa harus menolong ibu tuan, aku tidak tau apa yang akan terjadi jika ia adalah ibuku.."

Hal ini membuat Thommas tertarik padanya dan semenjak itu menawarkan pekerjaan untuk menjadi asisten Thommas yang kebetulan sudah ia pecat beberapa waktu lalu karena lalai dalam pekerjaannya. Pak Kim di ajari banyak hal di perusahaan Thommas yang memang saat itu belum terlalu sukses dan masih sedang merintis di dunia bisnis.

Pak Kim sosok yang hangat dan sabar. Ibunya meninggal saat ia berumur 30 tahun. Setidaknya ia sempat membelikan ibunya mobil mewah, pakaian mewah, serta tinggal di apartemen yang mahal. Tapi ia tetap merasa belum cukup membahagiakan ibunya, terlebih ia belum sempat memberikan ibunya seorang menantu dan cucu. Bahkan hingga saat ini Pak Kim belum juga menikah. Karena ia masih merasa sedih karena ia tak sempat memenuhi keinginan ibunya untuk menikah. Ia merasa tidak perlu menikah karena tidak ada lg orang yang ingin ia bahagiakan. Baginya wanita hanya membuatnya kesulitan karena menurutnya wanita itu sangat rumit.

Ia selalu menyumbangkan sebagian gajinya untuk beberapa panti asuhan di negara K tersebut. Ia selalu melakukan itu setelah ibunya meninggal hingga saat ini.

***

Pak Kim masuk keruangan Ana membawakan nampan berisi semangkok ayam goreng ekstra pedas dan cheese spageti. Ana termenung melihat itu.

"Apa ini?" Tanya Ana heran.

"Anda belum memakan apapun sejak tadi, saya harap ini sesuai dengan selera anda.." jelas Pak Kim tanpa ragu. Tentu saja sebelum menyajikan makan siang untuk Ana di ruangannya Pak Kim sudah menghubungi Grandma Jane untuk menanyakan makanan kesukaan Ana, awalnya Grandma Jane tampak ragu-ragu namun ia menyebutkan beberapa makanan yang pernah ia lihat Ana memakannya dengan lahap.

Ana hanya tak habis pikir bagaimana Pak Kim bisa tau seleranya. "Hmm...terima kasih.." jawabnya singkat.

"Selamat menikmati Ms.Grey" Pak Kim segera berlalu keluar ruangannya.

Ana masih melihat makanan yang menggiurkan itu. Aroma pedas cabe dari ayam itu sangat menggoda ditambah cheese spageti yang tampak sangat nikmat. Tanpa berpikir panjang Ana langsung menyantap makanan itu dengan lahap setelah Pak Kim segera meninggalkan ruangannya.

"Ini benar-benar nikmat, Pak Kim sangat tau seleraku, ia terlihat seperti ayahku.. sangat memahamiku tanpa aku harus mengatakan apapun.." gumamnya dalam hati dengan tenang.

***

"Ana sering membuat spageti, khususnya cheese dan bolognise dengan ekstra daging, ia juga suka makanan apapun yang sangat pedas, ia tidak bisa meminum alkohol sejak beberapa tahun belakangan karena penyakitnya.. ia juga perokok berat, kau harus mengingatkannya untuk mengurangi kebiasaan buruk itu.." ucap Grandma Jane tegas. Lalu ia ingat Ana suka olahraga ekstrim bersama Thommas dulu.

"Dan ia suka semua hal terutama olahraga ekstrim seperti panjat tebing, memanah, arum jeram, berburu di hutan, ia benar-benar seperti seorang anak laki-laki.." panjang lebar penjelasan Grandma Jane pada Pak Kim di telepon tadi sesaat sebelum ia membelikan menu makan siang itu pada Ana, itu membuat Pak Kim kini sedikit banyak sudah mengetahui tentang Ana atasannya.

Terlepas dari Ana bosnya atau bukan, Pak Kim memandang Ana lebih berharga karena Ana anak satu-satunya dari Thommas, orang yang berjasa pada hidupnya saat ia terpuruk di masa muda dulu, ia ingin melindungi dan menjaga Ana seperti Thommas dulu menjaga dan melindunginya saat muda.

Pak Kim dulu sering ditawari untuk mendapatkan promosi, tapi ia selalu menolak karena ia tidak sanggup dan takut menerima beban tanggung jawab yang lebih besar, ia takut mengecewakan Thommas jika ia gagal melaksanakan tugasnya sebagai kepala divisi tertentu. Ia memutuskan hanya untuk menjadi sekeretaris Thomas Grey, selalu setia berada di sisi ayah Ana hingga ia meninggal dunia. Meski ia hanya seorang sekretaris tapi kini gajinya sudah hampir setara dengan Mr.Lee yang seorang Wakil CEO di perusahaan itu.

Drrrt...drrttt..

Ana segera menerima panggilan masuk di ponselnya. Panggilan dari B1.

"Bagaimana??...hmm...benarkah? Kalian harus segera menemukannya... baiklah... jangan kecewakan aku.."

Ana mengakhiri panggilan misterius itu. Mata indahnya menatap keluar jendela ruang kerjanya, membayangkan sosok yang selama ini ia cari, sosok yang selama ini ingin ia temukan bagaimanapun caranya.

***

Tok tok tok..

Pak Kim kembali masuk keruangan Ana. Ana menatap Pak Kim yang berjalan masuk Ana tampak mengenakan kacamata baca dan tengah membaca file-file kerja yang menumpuk di mejanya.

"Ms.Grey.. Nona Hyuna ingin menemui anda.."

"Siapa dia?" Tanya Ana bingung.

"Hmm..gadis di cafetaria tadi Ms.Grey.." jawab Pak Kim dengan nada hati-hati.

Ana hanya tersenyum sinis sambil mengangguk pelan.

"Baiklah.. suruh dia masuk.."

Lalu sosok gadis menyebalkan itu masuk keruangan Ana dan segera berlutut dihadapan Ana dengan terisak pelan.

"Ms.Grey.. aku mohon maafkan aku.. aku khilaf.. aku berjanji tidak akan melakukannya lagi.. aku mohon.. maafkan aku.." ia terisak sambil duduk bersimpuh memohon maaf pada Ana yang segera bangkit dari duduknya.

Ana hanya menatapnya dengan tatapan yang tak bisa di artikan. Pak Kim hanya terdiam berdiri didalam ruangan itu.

"Pak Kim..bawa kemari yang aku minta tadi.." ujar Ana lirih tanpa memalingkan pandangannya dari gadis malang itu.

Pak Kim lalu segera berlalu mengambil barang yang diperintahkan Ana untuk di ambil dari cafetaria siang tadi yang telah ia simpan di dekat meja kerjanya dengan seribu tanda tanya di pikirannya. Setelah kembali ke ruangan Ana, ia segera menyodorkan bungkusan itu pada Ana.

Ana melihat kedalam plastik itu, ia melangkah maju ke depan gadis itu.

Lalu...

Menumpahkan isi plastik itu ke lantai yang ternyata berisi potongan daging yang gadis itu serakkan di cafetaria saat bertengkar dengan Ana tadi.

"Makan itu.." timpal Ana lirih. Padahal daging itu sebelumnya telah dibuang ke dalam tempat sampah, dan bahkan kini berada di lantai ruangan Ana.

"Ms.Grey.." gumam gadis itu lirih dengan mata sembab masih berkaca-kaca. Bibirnya bergetar hebat.

"Makan itu.. maka aku akan memaafkanmu.." Ana bersandar di meja kerjanya sambil melipat kedua tangannya di dada. Pak Kim terperanjat kaget melihat perilaku Ana.

"I..ini..." tangan gadis itu tampak bergetar hebat menunjuk potongan daging yang berserakan di lantai.

"Apa kau tau? Ada jutaan orang di dunia ini yang tidak bisa makan dengan makanan layak.. Dan aku sangat membenci orang yang tidak bisa menghargai makanan.. bahkan aku bekerja keras agar aku bisa membantu orang-orang diluar sana agar mereka mendapatkan makanan yang layak untuk mereka makan.. Sedangkan kau.. dengan mudahnya tidak menghargai makanan itu.. ugh! Aku sangat membencinya.." Ana menatap dengan tatapan sinis.

"Tolong hukum aku dengan hukuman lain Ms.Grey.. makanan ini.. ini sudah sangat kotor.." mohon Hyuna masih menangis terisak.

"Aku rasa kau tidak ada bedanya dengan makanan itu.. karena kau bahkan lebih kotor dari sampah.." celetuk Ana dingin.

"Jika kau tidak sanggup sebaiknya kau segera pergi darisini.. aku sangat sibuk.."

"Ba..baiklah.. aku akan memakannya.." tukas Hyuna segera mengambil potongan daging itu dengan tangannya yang bergetar.

Ana hanya melihatnya dengan tatapan datar. Sedangkan Pak Kim masih berdiri terpaku, tak tau apa yang harus ia lakukan. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Tentu saja Ia terkejut dengan perlakuan Ana pada Hyuna, bahkan Thommas saja tidak pernah berbuat kasar pada karyawannya, apalagi memberi hukuman seperti ini.

Hyuna memasukkan potongan daging itu kedalam mulutnya perlahan, ia tampak mencoba mengunyahnya hingga beberapa kali ia ingin termuntah namun ia tetap menahannya sambil terisak pelan.

Ia berusaha menelan daging didalam mulutnya hingga habis.

Ana tersenyum sinis.

"Baiklah.. kau sudah aku maafkan.. berdirilah.." pinta Ana.

"Pak Kim.. bawa dia keluar darisini.. Dan aku tidak ingin melihatnya lagi.." perintah Ana tegas.

"M..Ms.Grey anda berjanji akan memaafkanku.." tukas Hyuna segera berdiri.

"Aku memang sudah memaafkanmu.. tapi bukan berarti kau bisa tetap bekerja diperusahaan ini.. Pergilah.." Ana segera membalikkan tubuhnya berjalan menuju kursinya.

Hyuna segera berlari memeluk kaki Ana. Memohon hingga meronta-ronta.

"Tolong jangan pecat aku Ms.Grey !! aku akan melakukan apapun untukmu... aku mohon.. aku sangat membutuhkan pekerjaan ini.. aku mohon.."

Ana menepis tangan Hyuna dari kakinya dengan keras. Ana berjongkok ke depan Hyuna.

"Baiklah.. Hanya ada satu keinginanku.." bisik Ana pelan ke telinga Hyuna.

Hyuna mengangguk dengan cepat. "Katakanlah Ms.Grey.."

"Keluar dan pergi dari sini.. dan bawa mulut kotormu pergi jauh dari sini.." bisik Ana lirih.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!