Persaingan yang tidak biasa antara Rin dan Helena. Rin yang Notabene nya anak dari keluarga Leach, yang memiliki kekayaan yang lebih dibanding keluarga Reynaldi yaitu keluarga Helena.
Bukan hanya itu saja tingkah Rin yang So jago dimata Helena, membuat Helena membenci nya setengah mati. Setiap ada masalah disitu ada Rin, yang terbiasa menyelesaikan masalahnya dengan cara yang tidak biasa, sedangkan Helena tidak bisa apa-apa.
Menurut Helena, Rin tidak pernah bisa mensyukuri hidupnya yang lebih dari segala-galanya.
Tapi menurut Rin, Helena adalah manusia yang paling tidak berguna di dunia dan tidak pantas untuk dijadikan seorang teman.
Persaingan semakin memanas dimana seorang pria yang Helena suka, malah menyukai musuh nya dan pada titik itu ia merasa Kalah oleh sosok Rin Leach.
~Happy Reading ~
Sekolah impiannya, Sekolah elite dengan fasilitas digital yang memadai sekolah yang semua orang impikan tidak sembarang orang bisa masuk ke sekolah elite ini, yang mana orang tua siswanya anak orang kaya dan terpandang.
Helena menyunggingkan senyuman nya, ia tak heran bisa lolos disini selain pintar ia anak seorang pengusaha kaya raya.
Helena berjalan angkuh masuk ke dalam berjalan di koridor ia siap jadi orang yang terkenal, ia cantik dan semua orang meliriknya.
Dan semoga saja ia menemukan teman-teman yang oke lah untuk standarnya yang tinggi. dan untuk yang paling penting semoga saja tidak ada si Batu kerikil disekolah ini.
Helena melirik ke kanan kiri kenapa mereka memakai aksesoris seperti itu, yang cowok memakai topi terbuat karton, sedangkan yang cewek memakai pita dengan rambut yang di kuncir kuda.
"Masa disekolah elite harus ada yang namanya MOS."gumam Helena
Bagaimana ini iyah tak tau.
"Bagi Siswa baru dipersilahkan berkumpul di Aula diberi waktu 5 menit cepat."
"Aduh bego bego,"Helena mengutuk dirinya sendiri yang tak liat email dari sekolah, buru buru ia menghubungi mama nya.
"Mama...."
📞"Iya Hel ada apa?"
"Ma tolong bawa pita sama bikinin nama tag Helena,"
📞"Emang buat apa?"
"Ma hele lupa kalau ada Mos juga disekolah, ma cepet sekarang waktunya tinggal 3 menit lagi gimana ini Ma."
📞"Iya nanti ma.. "Sambungan terputus begitu saja, Karena Helena harus cepat cepat ke Aula.
percuma saja ia meminta bantuan mama nya waktunya tidak cukup untuk itu.
Seluruh siswa sudah berhamburan untuk masuk kedalam tapi Helena masih saja berdiam diri di pintu masuk Aula. Ia menggigit bibir bawahnya karena takut bagaimana kalo nanti dihukum, Helena tidak mau itu terjadi
Lalu ada yang menepuk pundaknya, Helena langsung berbalik semoga itu suruhan ibunya.
"Lo nggak masuk?" tanya seorang cewek berambut sebahu dan rambutnya sudah di kuncir kuda dengan pita di kepalanya.
"Lagi nunggu orang, soalnya gue lupa bawa pita sama nama tag."
"Oh lupa,"lalu gadis itu mengeluarkan dua pita di tas nya
"Ini gue punya cadangan banyak pake aja"lalu memberikannya pada Helena
Helena menerimanya
"Thanks yah,"
"Tapi untuk Nam tag–gue nggak punya,"
"Nggak papa, makasih banyak yah seenggaknya gue nggak terlalu berat dihukum."Helena sudah pasrah kalo nanti di hukum.
"Ya udah kita masuk yuk, gue belum punya temen soalnya."ajaknya sepertinya ia asik untuk dijadikan teman.
~o0o~
Sedangkan ditempat lain seorang pria dewasa sedang mencari Adik nya yang lagi-lagi kabur entah kemana.
"Rin...Rinn..."panggil nya
"Tuan diruang komputer tidak ada."
"Di perpustakaan juga tidak ada Tuan."
"Diruang bawah tanah juga tidak ada."
Begitulah sekiranya laporan para Bodyguard dan penjaga rumah kediaman keluarga Leach.
"Kemana anak itu..AKHH RINN LEACH..."teriaknya frustasi sampai urat urat di dahinya terlihat.
~o0o~
"Berbaris di lapangan yang tidak lengkap atribut nya SEKARANG."titah Kakak kelas yang membimbing MOS ini.
Dengan terburu-buru Helena tidak sengaja menabrak seseorang. Helena akui ini hari tersial yang pernah ia alami.
Brakkk
Tapi malah ia yang tersungkur kebelakang mungkin yang di tabrak nya bukan seorang perempuan.
"Sorry, gue buru-buru tadi soalnya."ucapnya sembari membantu Helena berdiri.
Dan sejak saat itu ia sudah menepatkan hatinya pada padangan pertama, orang yang ia tabrak seorang laki laki tampan.
"Hah, ngg–ak pa–pa."ucap nya kaku.
"Sorry yah,"setelah itu cowok itu meninggalkan Helena sendirian dengan imajinasi-imajinasi nya sendiri.
"Astaga gue di tinggal."cepat-cepat ia lari, seperti nya cowok tadi juga akan dihukum karena tidak membawa nam tag, karena ia hanya menggunakan topi saja.
~o0o~
Bener-bener sial ia harus mengelilingi lapangan yang panas seperti ini, katanya ini sekolah elite tapi hukumannya sama saja. Dan sekarang hanya ada beberapa siswa perempuan di lapangan karena siswa laki-laki sudah menyelesaikan hukumannya walaupun berlipat ganda.
Helena memang suka dengan olahraga tapi didalam ruangan yang tidak terkena matahari langsung, seperti basket misalnya.
"MAMA."teriak Helena ditengah larinya, sukses membuat semua orang berhenti dan memandang Helena dengan tatapan bingung.
Dari kejauhan ada seorang laki laki yang tersenyum simpul karena ulah Helena.
Helena sudah menyelesaikan hukumannya ia buru buru masuk kedalam kantin, Untung kantin nya besar.
"Helena sini,"ada yang memanggilnya ternyata teman baru nya Vita.
"Duduk sini Hel, kenalin ini Citra,"saat Helena ingin duduk ternyata ia mengenali siapa yang duduk diujung itu Citra temannya semasa sekolah menengah pertama.
"Cit, lo di sini juga."
"Iya Hel gue dapet beasiswa."
"Wah kok lo nggak bilang sih,"
"Gue kan nggak tau kontak lo."
Vita yang hanya memperhatikan mereka berdua dengan bingung.
"Vit, Citra ini temen gue sewaktu di SMP."Helena mengenalkan Citra kepada Vita.
Vita hanya ber'oh' ria
"Minum Hel,"suruh Vita
"Thanks yah."
Dan ada satu gadis lagi yang datang membawa makanan nya.
"Oh yah Hel, kenalin ini Sandra bapaknya pengusaha batu bara gila nggak tuh."Ucap Vita dengan semangat
"Biasa aja kali Vit,"kata Sandra malu malu
"Oh hai San, bokap gue juga tapi dia punya perusahaan property dibeberapa negara."ujar Helena yang tak mau kalah.
Citra yang tau sikap Helena hanya bisa menghela nafas nya saja, kalau saja ada Rin disini Helena pasti kalang kabut, kesombongan Helena hanya akan patah oleh sikap dingin nan angkuh seorang gadis yang kemana-mana membawa MacBook ditangannya.
~o0o~
Akhirnya kegiatan hari ini sudah selesai tapi besok masih berlanjut walaupun MOS ini berjalan hanya 3 hari tapi Helena merasa bosan.
"Cit nggak mau nebeng sama gue, lumayan irit ongkos,"tawar Helena kepada Citra, Helena tahu Citra bukan lah orang yang berada keluarga nya tidak sebaik keluarganya.
"Nggak deh Hel gue naik angkot aja, duluan yah."ujar Citra lalu berjalan keluar gerbang.
Helena menaiki mobil Alphardnya, tapi disekolah ini bukan hanya ia yang mempunyai mobil Alphard, seharusnya ia bawa Lamborghini saja tadi. Helena sedikit menyesal karena hal itu.
"Jalan pak,"
Saat mobil nya ingin melaju, motor besar tiba tiba melintasi mobil Helena, Pak supir ngerem mendadak.
"Aduh pak hati hati dong."
"Maaf non"
Helena memperhatikan si pengendara yang menyatukan tangannya seperti isyarat meminta maaf setelah itu melaju.
Helena seperti ingat siapa dia.
~o0o~
Baru datang Helena sudah memanja ria dengan Mama nya yang berada di Sofa nama Mama Helena, Hana.
"Mama, Hele tadi dihukum nyebelin banget kan, masa orang kaya dihukum si kata mama sekolahnya elit tapi kalo hukumannya suruh lari di lapangan itu bukan elit namanya,"ia memeluk ibunya dan jangan lupa mulutnya yang mengerucut.
"Yah kan dihukum juga wajib dong kalau siswa nya melanggar peraturan mau sekolah elite atau nggak."ucap Hana sayang sambil mengecup putri semata wayangnya.
"Iya sih tapi yang paling penting nggak ada si Batu krikil, dia juga kayak nya udah nggak mau sekolah deh, eh tapi yang dulu-dulu juga."
"Ehh nggak boleh gitu lagian dia juga lebih pinter kan."
"MAMA."Helena sudah sebel kalau mama nya membela musuhnya.
"Tapi mama denger keluarga Leach udah be..
"Udah deh ma ishh nyebelin, aku mau ke kamar aja, mama bela si batu terus apalagi sama keluarga nya."
Helena menaiki satu persatu tangga dengan kakinya yang diketuk di lantai dan wajahnya yang cemberut.
hari ini benar-benar hari tersial yang ia alami. Pertama tidak ada yang memberitahu nya kalau harus memakai Aksesoris yabg mengakibatkan ia di hukum, yang terakhir mama nya, bukan nya membela nya malah membela musuhnya, yang notabene nya adalah orang yang Helena sangat benci.
Tapi untung saja Rin tidak sekolah, sepertinya dia memang tidak sekolah disitu, hati Helena sedikit bahagia. Helena merebahkan dirinya di atas kasur ia baru saja selesai bersih-bersih.
"Non ini maskernya."teriak seseorang dari luar
"Masuk aja Bi."jawab Helena, memang kebiasaan Helena sesudah pulang sekolah ia pasti maskeran.
Bi Siti pun masuk membawa nampan yang berisikan Masker.
"Mau Bibi pakai kan?"
"Nggak usah Bi Helena bisa sendiri, udah Bibi pergi aja."usir Helena
Bi Siti pun keluar kamar.
Helena mulai memakai maskernya dengan telaten. sesudah memakai masker Helena siap untuk rebahan kembali sambil mainkan benda persegi panjang.
~o0o~
"Rin kamu dimana sih?"ucap seorang laki-laki dewasa yang sudah mulai pasrah akan kehilangan adiknya.
"Apa gue harus lapor polisi yah, tapi disini masalah nya si Rin kabur, semoga Ayah datang nya minggu depan, kalo sampai minggu ini Ayah datang dan Rin tidak ada bisa gawat."katanya, setelah itu ada yang masuk kedalam ruangan.
"Tuan, jadwal untuk besok pagi tuan memberi sambutan di SMA yang sudah dibeli oleh tuan besar."kata sekertaris nya.
"Iya, dan silahkan kamu pergi Sil."titah nya.
Ayahnya sudah membeli sekolah itu dan ia juga yang harus memimpin nya. dalam hatinya merepotkan.
TBC.
~HAPPY READING ~
Hari kedua melaksanakan MOS, Helena berdoa semoga ia tidak di hukum lagi. Helena menyiapkan perlengkapan yang banyak kedalam tas nya.
"Hel, udah siap belum? cepetan turun Mama udah masakin kesukaan mu."teriak Hana dari bawah
"Iya Ma bentar."
"Sekarang gue mau make jam tangan yang mana yah."Helena berpikir sejenak lalu mengambil jam dari koleksi aksesoris nya "Jam Rolex keluaran terbaru aja deh, biar mereka pada mimisan."
(Helena lagi-lagi lupa dia bersekolah di mana:)
Helena turun kebawah membawa tas pink nya, rambutnya di kuncir kuda tidak lupa pita pink nya.
"Wahh harum banget Ma.." Helena mencium nasi goreng cumi kesukaan nya apalagi bikinan Mamanya.
"Papa mana ma?"tanya Helena yang tidak melihat keberadaan Papanya dari kemarin
"Papa kan lagi keluar negri ngurusin bisnisnya yang ada di dubai."
"Emang harus Papa aja gitu, kan Papa bos nya."
"Yah kan papa yang punya dia yang harus mantau semuanya, udah yah cepet makan nanti telat."
~o0o~
"Masih nggak mau pulang?"tanya Cowok yang berperawakan tinggi yang sudah siap dengan pakaian rapi nya untuk Bekerja sebagai dokter, yang biasa di sebut dengan nama panggilan dokter Jef, tapi namanya Jefri.
"Kakak ngusir."ujar gadis yang berambut panjang dengan sorot mata yang tidak bisa terbaca.
"Bukan ngusir kakak takut Ayah kamu khawatir.."
"Gak mungkin dia yang buat aku seperti ini."
"Setidaknya kamu pulang dulu aja yah."
"Besok."ujarnya setelah itu beranjak dari kursi menuju ruangan yang terdapat di ujung.
Helaan nafas panjang berhembus, Jefri lelah dengan gadis yang keras kepala. Saat beberapa menit ia sarapan, keluar lagi gadis berambut panjang ia sudah rapi memakai hoodie Silver ditubuhnya dan celana jeans.
"Mau kemana kamu?"
"Jalan.."jawab nya lalu berjalan keluar.
"RINNN.."Teriak nya frustasi, tidak bisa diatur, ia tidak tau apa pikiran gadis itu mungkin nanti ia bisa mengetahuinya secara perlahan.
~o0o~
Helena sudah sampai ke sekolah yang nampak masih sepi, mama nya menyuruhnya agar cepat takut terlambat katanya terlambat apa nya yang ada hanya kakak kelas yang berlalu lalang Helena yakin mereka panitia nya.
"Cih bikin mainan yang kampungan, kemarin sangatlah membosankan, waktu SMP juga pernah."cibir Helena tapi tidak ada yang mendengar karena suara yang ia buat kecil.
Helena akan memasuki koridor, tapi pandangannya terhenti ditempat parkir, seorang cowok yang waktu itu menabraknya.
Ia berjalan kearah Helena, kenapa ini jantungnya berdetak padahal masih jauh dia semakin mendekat Helena tersenyum kearahnya.
Tapi apa yang dia lakukan hanya menampakan wajah datar saja, beda dengan kemarin.
Cihh bahkan Helena di lewati begitu saja.
"Isshh benci..sok dingin banget sih."gerutu Helena sambil melangkah ke koridor untuk menuju Aula.
yah karena bagi siswa baru semuanya dilangsungkan di aula bahkan tidak dibagi kelas atau kelompok, tapi kalau ada tugas baru akan dibagi.
Helena sudah sampai, di aula hanya ada lelaki itu yang sudah nangkring di kursi nya kepalanya ia masukan ke dalam tas. Aula ini juga dilengkapi dengan kursi saat acara selesai kursi ini sudah tidak ada lagi. Helena berjalan ke kursi nya ia dan cowok itu hanya berjarak 4 pasang kursi saja. Karena kursi Helena berada ditengah hampir dekat dengan kursi para cowok sedangkan dia berada diujung.
Helena mendengar beberapa orang yang akan memasuki Aula, pasti peserta Ospek. Saat Helena melihat kearah cowok itu dan pandangan cowok itu sedang melihat kearahnya tatapannya tajam, Helena melihat kesedihan didalam nya, apa ini kesedihan itu Helena pernah melihatnya dari orang yang sangat Helena benci, Helena langsung memalingkan pandangannya. Siswa baru mulai berhamburan kedalam memasuki Aula.
Helena melirik jam nya, akan dimulai beberapa menit lagi. jadwal sekarang perkenalan ekskul ia ingin memasuki tim basket putri tapi sepertinya besok karena besok disuruh membawa baju olahraga.
"Hel, lo udah sampe aja."ucap Vita yang sudah duduk di sampingnya.
"Iya nih, mama gue cerewet takut telat katanya."
Vita yang mengerti hanya mengangguk saja.
"Vit lo tau nggak dia siapa?"tanya Helena
"Siapa?"Vita yang tak mengerti
"Ituu.."Helena menunjuk cowok yang diujung
Vita menyipitkan matanya.
"oh, si Rendi."
"Rendi."ucap Helena sekali lagi
"Iya dia SMP nya sama kayak gue,"
"Oh yah?"
"Ya, dia kalau dibilang sih cowok yang paket komplit, pinter, jago main basket tapi gitu."
"Gitu apa nya, Vit?"Helena semakin penasaran.
"Ciee lo suka yah.."
Helena jadi serba salah kalo dibilang suka yah ia mengakui ia suka dari awal.
"Vit...
"Untuk Siswa baru yang masih diluar cepat memasuki Aula karena acara akan dimulai..."suruh Kakak kelas yang membawa alat pengeras suara, yang mengharuskan Helena berhenti bertanya.
~o0o~
"Lo udah berapa?"tanya Vita yang masih ngos-ngosan.
beda dengan Helena yang terlihat biasa-biasa saja ia malah asik menyeruput minumannya.
"Belum,"jawab Helena dengan santai nya yang membuat Vita terkejut.
Vita menarik buku tulis Helena, benar belum ada tanda tangan satu pun di sana ia melirik Helena dengan pandangan yang terkejut, bisa-bisa nya Helena asik minum jus di kantin apa dia tidak takut di hukum lagi.
"Hel! lo gila kali katanya nggak mau dihukum."
"Gue nggak mau minta tanda tangan emang nya mereka siapa artis! Heloo nggak yah."Ucap Helena dengan angkuh.
Vita hanya bisa menggelengkan kepala, lalu beranjak untuk membeli makanan.
"Seterah lo lah."ia lapar sudah berlari ke sana kemari hanya karena ingin mendapatkan tanda tangan, Helena benar sih emangnya mereka artis.
"Gio sini lo."Helena memanggil seorang pria dengan kacamata besarnya, yah memang Helena pernah satu kelas dengan Gio di SMP.
"Apa Hel?"tanya Gio yang sudah berdiri di hadapan Helena
"Gue liat buku TTD lo."
"Buku TTD apa? emang gue kekurangan darah."
"Bukan! tanda tangan bego,"Helena langsung merebut buku Gio.
"Hel lo lagi ngapain,"
"Berisik..beri gue waktu 5 menit buat nyalin ini." kemampuan menyalin Helena memang tidak diragukan lagi bahkan tulisan ilmiah pun ia bisa menyalinya.
sebelum Sandra dan Citra datang dan mengacaukan semuanya, Helena dengan cepat menyalin tanda tangan OSIS yang ada di buku Gio
"Hel, lu lagi ngapain."tanya seseorang
Helena mendongkak dan ternyata itu Citra.
"Nggak gue cuman meriksa buku Gio doang, nih Yo makasih "ujar Helena dan memberikan buku Gio sambil melirik Gio dengan tatapan tajamnya mengisyaratkan agar Gio cepat lenyap dari pandangannya. Gio yang mengerti pun pergi dari sana.
"Ohh.."
"Cit, lo belum makan kan beli aja gue yang bayarin, gue tau uang lo nggak cukup buat beli makanan disini. karena harus naik angkot juga kan."
Sontak tawaran Helena lagi lagi membuat Citra seperti orang yang tak mampu, Citra sadar dirinya selalu dianggap rendahan oleh kata-kata Helena.
"Nggak makasih."Ucap Citra sembari tersenyum terpaksa.
~o0o~
Hari terakhir MPLS ini yang ditunggu-tunggu Helena. ia ingin cepat-cepat menjadi Siswa SMA Victoria High School. Hari ini seluruh Siswa wajib memakai kaos olahraga tak terkecuali. karena memang kegiatan hari ini bukan di indoor melainkan outdoor.
Tapi sebelum mengikuti kegiatan olahraga para peserta MPLS diwajibkan untuk berkumpul dulu di Aula sebagai penutupan acara ini ada perwakilan dari kepala sekolah.
"Males banget sih, jadikan kalo gini harus bawa baju dua."gerutu Sandra, yah anak itu selalu malas untuk melakukan apapun padahal hanya membawa baju saja.
"Sekalian aja lo bawa Bi Lis kesini San, biar lo nggak repot-repot."sindir Vita ia sudah tau Sandra tidak bisa sendiri melakukan apapun walaupun sudah besar tapi ia selalu bergantung pada orang lain.
"Bener juga lo Vit, biar gue nggak susah yah, kemarin aja gue kecapean gara-gara disuruh minta tanda tangan."
Vita menghela nafas dan bergeser ke sisi Helena, ia malas berdampingan dengan anak manja kayak Sandra, semoga nanti ia tidak satu kelas bisa-bisa ia dijadikan kacung oleh Sandra.
Seluruh Siswa sudah berkumpul sekarang sambutan-sambutan dan yang terakhir sambutan dari kepala sekolah.
"Hel katanya kepala sekolah kita yang baru ini masih muda lo, om om gemes gitu ganteng lagi."bisik Vita di samping Helena
"Gue nggak peduli mau ganteng, masih muda kek. bodo amat Karena gue udah punya gebetan."ujar Helena sambil melirik kearah Rendi yang nampak serius memperhatikan Mic di depan.
"Oke yang terakhir ada sambutan dari Kepala Sekolah kita yang baru, untuk Pak Rivano Leach dipersilahkan menaiki podium."
Helena yang sedari tadi hanya melihat kearah laki-laki yang ia sukai, sontak saja sekarang pandangannya tertuju ke depan.
Apa ini, apa ia tidak salah dengar Rivano Leach keluarga Leach. jadi benar sekolah ini dibeli oleh keluarga Leach, lagi dan lagi ia kalah tapi dimana si batu kerikil kenapa tidak ada dari awal masuk Batin Helena.
Dan benar kak Rivano sekarang sudah ada di atas podium sambil tersenyum manis.
Seluruh Siswi perempuan bahkan tak bisa mengalihkan pandangannya ke depan karena kepala sekolah nya benar-benar tampan.
Sedangkan Helena sudah mengepalkan tangannya sedari tadi, ia masih penasaran dimana adiknya. yang menyebalkan itu jika sekolah ini punya keluarga Leach lalu dimana adiknya sekolah.
"Tuh kan bener kata gue, ganteng kan malahan mah ganteng banget berwibawa lagi tapi masih lembut gitu kayaknya, iya nggak Hel?"
Helena hanya diam saja tak menyahuti ocehan Vita disampingnya.
"Bagi anak-anak baru saya akan mengenalkan sistem baru disekolah ini. sekarang teknologi semakin canggih jadi saya akan memanfaatkan teknologi untuk membantu kalian belajar dan memantau kalian lewat aplikasi sekolah ini. jadi semua siswa wajib mempunyai nya tak terkecuali guru yang mengajar dan bahkan orang tua kalian juga wajib mempunyai nya, karena orang tua kalian akan tau perkembangan anaknya selama belajar mungkin hanya itu saja Terimakasih."
Dan diakhiri dengan tepuk tangan para murid.
~o0o~
Sedangkan ditempat lain.
"Rin kamu belum pulang,"tanya wanita paru baya, yang biasa dipanggil Bunda oleh anak-anak panti lain nya.
"Belum Bunda."
"Kenapa?"
"Entahlah, Rin mau nunggu kak Jef pulang dulu."jawab Rin
"Tapi kan kamu harus lanjut sekolah."
"Iya nanti pulang."
Wanita itu hanya menatap Rin dengan sendu, lalu ia mendekat kearah Rin dan memeluk nya tanpa banyak tanya Rin pun membalas pelukannya bahkan tanpa sadar air mata nya mengalir tanpa diminta.
"Kakak pulang.."teriak Jefri dan disambut oleh anak panti lainnya tumben ia pulang awal.
"Jefri kamu sudah pulang?"tanya Bunda Hera yang datang dari arah belakang di ikuti Rin.
Rin pun langsung kesamping jefri dan memeluk tangan lelaki itu.
"Rin yang minta Bunda, nggak papa kan."
Bunda Hera hanya menggelengkan kepalanya saja, siapa yang bisa menolak permintaan seorang Rin.
Jefri pun memandang Rin aneh, kemarin saja ia sinis dan jutek tapi tadi tanpa ada angin apa pun ia disuruh cepat-cepat pulang.
"Apa Rin? kamu mau apa."tanya Jefri yang sudah mengganti pakaian nya dengan pakaian santai
"Kak aku mau ke salon"
"Hah!!"kaget Jefri ia buru-buru menghampiri Rin dan memegang kening nya tidak panas seorang Rin mau ke salon.
"Ke salon?"ujar Jefri yang masih tak percaya.
Rin hanya mengangguk saja.
"Oke.."ucap Jefri kaku, ia tidak percaya itu.
~o0o~
Sekarang para peserta MPLS sedang menonton Eskul Basket yang sedang mendemokan eskul nya. waktu Awal Helena semangat tapi sekarang kenapa ia tidak bersemangat.
"Siapa yang akan coba men- dreible bola basket dan memasukannya kedalam Ring, laki-laki sama cewek perwakilan?"
Vita tau Helena suka basket jadi ia mengangkat tangan Helena sehingga sang empu langsung melotot kaget.
Dan ini juga bisa menjadi kesempatan emas Helena karena ada Rendi juga di sana.
"Oke kamu, silahkan."Suruh kakak kelas sambil menunjuk Helena.
Helena yang tak siap pun dengan ogah-ogahan mendrible nya,ada satu senior cowok yang melihat Helena seperti tak bisa,ia mencoba membantu dan sontak itu membuat semua yang ada dilapangan berteriak.
Helena yang risih akhirnya ia memperlihatkan kalau ia bisa, dan yah ia bisa memasukan bola nya kedalam Ring begitu pun Rendi.
Tapi saat Helena dan Rendi sudah untuk dipersilahkan kembali ketempat nya ada bola yang melambung tinggi dan mengenai Helena.
Helena tumbang, untung tidak sampai jatuh karena ada Rendi di samping nya.
~o0o~
"Hell.. Helena lo nggak papa kan,"samar-samar suara Vita masuk ke pendengaran nya.
Saat Helena bangun semuanya serba putih ia melihat ke samping ada Vita,Sandra juga Citra.
"Syukurlah. Hel lo udah sadar."ujar Citra yang ikut menemani Helena
"Lo mening minum dulu nih,"Vita memberikan air putih kearah Helena
"Tapi yah lo beruntung banget bisa digendong sama si Rendi.itu cita-cita gue dari jaman Smp lo Hel,"ucap Sandra yang iri pada Helena
"Gue digendong."
Mereka bertiga pun hanya mengangguk saja.
~o0o~
Rendi sedang istirahat di kantin ia hanya seorang diri mungkin ia belum menemukan teman yang cocok di SMA ini walaupun sudah di ajak untuk bergabung tapi Rendi enggan. Temannya yang di SMP mereka tidak ke terima disekolah ini hanya ia seorang yang diterima.
Sedang asik dengan kesendiriannya, Rendi kaget seperti ada batu es di pipi nya.
Ia menengok kesamping seorang gadis lalau Rendi menghembuskan nafasnya jengah.
"Buat lo,"ujar Helena sambil menjulurkan botol minum kearah Rendi,yah gadis itu Helena.
"Taruh aja."jawab Rendi seperti malas untuk menanggapi orang
"Oke."Helena menaruh botol air mineral selepas itu ia langsung meninggalkan Rendi, jantungnya masih tidak biasa berdekatan sedekat itu.
TBC.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!