NovelToon NovelToon

Senja Untuk Elang

Episode 1 (Pengenalan)

Erlangga Abraham Parvis atau yang sering di sapa Elang ataupun El, Putra sulung dari pasangan Alex Abraham Parvis dan juga Aneska Salsabila Putri itu kini tumbuh menjadi sosok pria tampan dan dingin. Bahkan sifat dingin Elang melebihi sang daddy.

Elang menolak ketika sang ayah memintanya untuk menggantikan posisi presdir di Parvis Group ketika usianya 20 tahun kala itu. Ia lebih memilih untuk membuka perusahaannya sendiri, dan perusahaan tersebut kini berkembang pesat setelah 8 tahun ia bangun. Bahkan perusahaan bernama Elang Corp. tersebut kini mampu bersanding dengan perusahaan milik sang ayah.

Alex yang awalnya ragu, kini merasa bangga dengan hasil kerja keras putra sulungnya tersebut.

Walaupun demikian, Elang tetap membantu sang ayah di Parvis Group sampai kedua adiknya yang bernama Gavindra Abraham Parvis dan Gisellda Abraham Parvis siap untuk mewarisi Parvis Group suatu saat nanti ketika mereka sudah menyelesaikan kuliah mereka.

Dari nama mereka saja sudah dipastikan jika Alex kurang kreatif dalam memberikan nama terhadap anak-anaknya, hanya satu kata diikuti namanya. Antara kurang kreatif atau malas untuk berpikir, entahlah...

Di balik sifat dinginnya, Elang akan sangat hangat terhadap mommy dan kedua adiknya yang kembar.

Selain mereka, ada sosok wanita yang mampu meluluhkan hati El, yaitu Bianca Khalisa Wijaya, putri dari pasangan Arjuna Wijaya dan juga Evelyn, yang tak lain adalah sahabat Elang sejak kecil. Bianca yang merupakan seorang aktris dan model papan atas tersebut sudah resmi menjadi pacar Elang sejak 7 tahun terkahir. Hanya bianca wanita satu-satunya yang berhasil mencuri hati Elang.

Elang selalu memanjakan Bianca sejak kecil, bahkan ia mendirikan rumah produksi untuk mewujudkan cita-cita kekasihnya untuk menjadi artis papan atas. Namun, sayangnya wanita tersebut selalu menolak jika Elang mengajaknya untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius dengan alasan karirnya sedang bagus-bagusnya, sayang jika harus ia korbankan, dan menikah bukanlah hal yang tepat untuk di lakukan saat ini.

Hal itulah yang membuat Alex dan Anes, tidak begitu menyetujui jika Elang menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih karena sifat Bianca yang egois. Mereka lebih suka jika Elang dan Bianca menjalin hubungan sebagai kakak adik saja.

SENJA KHAIRA DEWI Seorang gadis berusia 23 tahun yang bekerja di salah satu perusahaan yang cukup besar. Senja adalah seorang gadis cantik dan periang. Dia di rawat dan di besarkan oleh kakek angkatnya sejak usianya 3 tahun. Orang tuanya merupakan majikan dari sang kakek, terpaksa menitipkan Senja kecil kepada sang kakek demi keselamatannya, sebelum akhirnya kedua orang tua Senja di kabarkan meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil.

Senja memiliki seorang kekasih bernama Niko, mereka menjalin hubungan sejak Senja lulus SMA. Niko adalah manager di tempat senja bekerja sekarang. Namun, siapa sangka, jika kekasih yang selalu ia banggakan tersebut ternyata selingkuh di belakangnya. Yang lebih menyakitkan, Niko berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.

🌼🌼🌼

Pagi hari di kediaman Parvis...

Seluruh anggota keluarga Parvis sibuk dengan aktivitas pagi mereka. Anes yang sibuk menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya. Alex yang selalu saja masih heboh dan ingin selalu di manjakan oleh Anes meskipun kini anak-anak mereka sudah dewasa. Dan kedua anak kembar mereka yang selalu saja bertengkar, ada saja hal yang menjadi topik untuk mereka perdebatkan.

"Sayang dasinya mana? Apa belum di siapkan!" teriak Alex ketika Anes baru saja ingin keluar kamarnya untuk menyiapkan sarapan untuk keluarganya.

Anes menghentikan langkahnya dan berbalik mendekati suaminya yang kadar manjanya belum berubah meski kini mereka tak lagi muda, atau bisa di sebut pengantin lawas.

Anes mengambil dasi yang tertutup jas yang sudah ia siapkan.

"Ini dasinya mas, astaga dasi di sini kenapa tidak lihat sih, faktor usia kali ya?" omel Anes.

"Astaga, faktor usia apa, kita masih muda sayang. Mas tidak melihat karena fokus mas teralihkan oleh istri mas yang semakin cantik ini," Alex mencolek dagu Anes.

"Semakin cantik apanya, semakin tua iya! Udah cepetan pakai, aku mau panggil anak-anak dulu," ucap Anes.

"Bantuin," rengek Alex.

"Apa?"

"Pasangin dasinya," ucap Alex tersenyum.

"Mas mas, anak-anak udah pada dewasa masih aja manja kamu. Sini!" ucap Anes mengambil dasi yang di pegang oleh Alex.

Alex hanya tersenyum, mendengar macannya mengomel. Baginya omelan Anes terdengar merdu di telinganya. Wanita yang sudah melahirkan ketiga anaknya tersebut tetap terlihat cantik dan awet muda. tak ada kerutan di wajahnya. Pun dengan Alex, laki-laki tersebut tetap tampan dengan sejuta pesonanya.

"Udah, yang lain pakai sendiri. Aku mau ke kamar twins dulu," ucap Anes meninggalkan suaminya yang masih harus memakai jas dan celana kerjanya.

"Gavin! cepat katakan di mana kau menyembunyikan pengeriting rambutku!" Suara Gisell terdengar oleh Anes dari kamar Gavin.

"Astaga, kenapa pagi-pagi kalian sudah ribut? apa yang kalian ributkan?" tanya Anes yang baru saja masuk ke dalam kamar Gavin.

"Mommy! Gavin mengambil pengeriting rambut Gisel " Ucap Gisel mengadu kepada Anes.

"Gavin," Anes menatap tajam ke arah Gavin.

"Apa?Kenapa Gavin mom? dia sendiri yang lupa menaruhnya, bukan Gavin. Lagian buat apa Gavin memakai barang seperti itu, dia aja yang pelupa," ucap Gavin tak mau di salahkan karena memang bukan salahnya.

"Sayang coba kaku ingat-ingat dimana menaruhnya? Lagian rambut kamu sudah cantik begini, mau diapain lagi sih?"

"Mau buat curly rambut Gisell mom, hari ini Gisell mau tampil beda ke kampusnya," sahut Gisel.

"Ngapain ke kampus? Hari ini kau tidak ada kuliah," cebik Gavin.

"Diam kamu, hari ini Abang mau mengisi seminar di fakultas kedokteran, aku enggak boleh ketinggalan momen itu, sebagai calon istri yang baik aku ingin melihat pesonanya saat dia sedang bicara di depan para mahasiswa calon dokter, terlebih lagi aku harus menjaga mata genit mereka yang seperti ingin memakan abang hidup-hidup," ucap Gissel dengan percaya diri.

"Calon apa tadi? Istri? Hadeh, pagi-pagi dah halu!" Gavin mengusap wajah Gisel lalu pergi meninggalkan Anes dan Gissel menuju kamar mandi.

"Tuh kan ma, Gavin jahat!" rengek Gisel kepada Anes.

Anes hanya bisa geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat tingkah kedua anak kembarnya tersebut.

"Ah iya, Gisel ingat! kapan hari gisel curly rambut Gisel di kamar kakak, dan Gisel lupa membawanya," ucap Gisel tiba-tiba.

"Tuh kan, lain kali letakkan barang pada tempatnya kembali. Kalian punya kamar dan room closet masing-masing, kenapa kamu ke kamar kakak? untung kakakmu sedang tidak di rumah, coba kalau dia di rumah, marah pasti," ujar Anes.

"Ya sudah, cepetan siap-siap, mommy mau ke bawah nyiapin sarapan," lanjut Anes.

"Oke, siap mom!" seru Gisel.

🌼🌼🌼

"Kakak!" Gisel langsung memeluk Elang ketika ia masuk ke kamarnya dan mendapati Elang sudah rapi dengan setelan kerjanya.

"Kapan kakak pulang?" tanya Gisel dengan tetap memeluk sang Kakak.

"Semalam, ada apa kau masuk ke kamar kakak?" tanya Elang. Gisel menceritakan kalau ia ingin mengambil pengeriting rambutnya.

"Benda itu?" Elang menunjuk ke atas nakas samping tempat tidurnya.

"Yups!" seru Gisel. Ia langsung melepas pelukannya dan mengambil apa yang di carinya.

"Aku keluar dulu," ucap Gisel sambil ngeloyor, karena ia tahu pasti kakaknya akan menginterogasinya kenapa ada barang Gisel di kamarnya, hal yang paling tidak ia sukai.

"Jelaskan!" ucap Elang tegas dan langsung menghentikan langkah Gisel.

"Hehehe, waktu itu Gisel rindu kakak, jadi Gisel masuk ke kamar kakak dan membawa ini, eh lupa enggak Gisel bawa keluar," ucap Gisel sambil cengar-cengir.

"Lain kali, perhatikan setiap barang yang kamu miliki dan letakkan kembali ke tempatnya jika sudah memakai," ucap Elang.

"Siap kakakku paling ganteng sejagad raya," sahut Gisel.

"Ck.dasar udah sana keluar!" Elang mengacak rambut adik perempuan satu-satunya tersebut.

🌼🌼🌼

Episode 2 (Ketahuan selingkuh)

"Ya ampun, kenapa setiap pagi ada aja drama di rumah ini, sampai hal pengeriting rambut saja jadi bahan drama," Anes masih saja mengomel sambil menyiapkan sarapan di meja makan di bantu dengan bibi.

"Kalau enggak ada drama, bukan keluarga Parvis namanya mom," ucap Elang seraya memeluk Anes dari belakang. Anes menoleh.

"El? Sayang!" Ya ampun Nak, kapan kamu kembali, mommy merindukanmu!" ucap Anes bahagia , sambil membelai wajah sang putra. Pasalnya sudah beberapa bulan El mengurus perusahaannya yang sedang ada masalah di luar negeri.

"Semalam mom, El juga merindukan mommy," jawab El, ia langsung menyalami Anes dan mencium punggung tangan mommynya.

"Mommy senang sekali kau sudah kembali, duduklah kita sarapan bareng," ucap Anes antusias sekali karena jarang-jarang El ulang ke rumah utama tersebut, biasanya ia lebih sering pulang ke apartemennya.

Tak lama kemudian, Gavin dan Gisel datang ke meja makan, mereka berebut kursi untuk duduk seperti biasa.

"Gavin, Gisel!" ucap Elang tegas. Twins yang sedang sibuk berebut kursi pun menghentikan aksi mereka dan menoleh ke arah Elang.

"Duduk, jangan berebut," ucap Elang. Tidak marah, galak ataupun dengan nada kasar, akan tetapi berkharisma, sehingga membuat kedua adiknya langsung diam dan menurut.

"Kau terbaik El," puji Anes.

"Daddy mana mom?" Elang menanyakan sang ayah yang belum kelihatan.

"Daddy mu sedang di atas tadi, sebentar mommy panggil jika belum turun juga," ucap Anes.

"Apa kau merindukan daddy mu yang ganteng ini El?" suara Alex mampu membuat yang berada di sana menoleh ke arahnya.

"Dad," sapa Elang, ia berdiri dan menyalami Alex.

"Pagi sayang, morning kiss," Alex mencium bibir Anes sekilas.

"Astaga mas, malu di lihat anak-anak, udah tua juga," ucap Anes.

"Kenapa? Usia boleh dewasa, tapi jiwa tetap muda, iya gak?" ucap Alex yang menolak mengatakan dirinya tua.

"Yoi bro!" sahut Gavin.

"Kapan kau kembali El?" Alex menanyakan hal yang sama dengan Anes dan Gisel.

"Semala dad," sahut Elang.

"Bagaimana bisnismu yang di sana?"

"Alhamdulillah lancar, berkat doa daddy dan mommy," sahut El.

"Kenapa kamu tidak tanya kapan kakak pulang?" Gisel melihat ke arah Gavin.

"Buat apa? Kakak semalam pulang, aku masih terjaga, jadi aku tahu," sahut Gavin cuek.

Elang melihat jam mewah yang bertengger di tangan kanannya.

"Aku harus berangkat sekarang, ada meeting penting pagi ini," ucap El seraya menyesap segelas susu yang ada di depannya.

"Tapi kamu belum sarapan El?" ujar Anes.

"Tidak sempat ma, El berangkat dulu," El menyalami Anes dan bergantian dengan Alex.

"Jangan lupa sempatkan sarapan di kantor El!" teriak Anes.

"Ya ampun, kebiasaan tuh anak. Selalu pekerjaan yang di pikirkan, sering melewatkan sarapan. Padahal baru semalam di kembali, sekarang sudah mikir pekerjaan lagi," omel Anes.

"Namanya juga anak muda sayang, seperti mas dulu. Udahlah, daripada ngomel lagi, nanti cantiknya bertambah kan mas yang repot bisa-bisa mas overdosis dengan kecantikan kamu, mending sekarang kamu layani suami kamu ini,"

Twins terkekeh melihat orang tua mereka yang masih saja romantis di usia mereka kini.

"Mas, malu sama umur," sahut Anes.

"Kenapa lagi sama umur? Jangan salah, mas masih kuat dan jago kalau ingin nambah adik buat mereka," menunjuk ke arah Gavin dan Gisel.

"No!" seru Gavn dan Gisel kompak.

"Tumben kompak," ledek Alex.

"Udah, udah! ayo makan. Kasihan makanannya dari tadi di anggurin," ucap Anes.

"Yang penting bukan kamu yang di anggurin," ucap Alex.

"Daddy stop! kasihanilah kami yang setiap hari hanya mampu menjadi penonton kebucinan kalian," ucap Gisel.

Alex terkekeh mendengar ucapan anak gadisnya yang sedang dalam masa puber tersebut.

🌼🌼🌼

Di kantor....

"Bos..."

"Katakan!" perintah Elang yang kini sedang duduk di kursi kebesarannya setelah selesai memimpin rapat.

"Nona Bianca sudah kembali dari Paris semalam," ucap Kendra, asisten kepercayaan Elang.

Mendengarnya, Elang langsung mengecek ponselnya, tidak ada pemberitahuan dari kekasihnya tersebut jika ia sudah kembali. Padahal Elang sudah mengirim pesan jika ia juga sudah kembali dari perjalanan bisnisnya namun tidak di balas. Mungkin Bianca lelah, jadi belum sempat mengabarinya, pikir Elang.

"Siapkan makan siang, seperti yang sudah di rencanakan," ucap Elang.

"Baik bos, saya akan menyiapkan semuanya,"

"Hem," sahut Elang.

Setelah Kendra pergi dari ruangannya, Elang mencoba menelepon Bianca dan mengajaknya makan siang, karena ia sudah merindukan kekasihnya tersebut, mengingat kesibukan masing-masing yang membuat mereka jarang bertemu. Ia menutup teleponnya setelah bianca menyetujui untuk makan siang dengannya dan mengatakan masih ingin tidur karena capek.

Elang mengambil sesuatu dari dalam lacinya.

"Kali ini apa kamu akan menerimanya Bie?" gumamnya sambil membuka cincin mewah yang sudah ia persiapkan untuk melamar wanita yang sudah ia pacari selama tujuh tahun tersebut.

🌼🌼🌼

Jam makan siang tiba, Senja mengambil tas dan paper bag berisi makan siang yang sudah ia siapkan dari rumah.Ia akan membawakan makan siang untuk Niko, manager sekaligus kekasihnya karena hari ini Niko idak masuk ke kantor dengan alasan tidak enak badan.

"Mau kemana sen?" tanya Sarah, sahabat sekaligus teman sekantornya.

"Mau ke apartemen mas Niko Sar, hari ini dia tidak masuk katanya sakit, sekalian aku bawain makan siang buat dia," ucap Senja.

"Cieeee pacar yang perhatian, iri deh sama hubungan kalian, sweet sekali. Satu ganteng, satunya cantik. Kapan aku punya pacar kayak pak Niko, udah ganteng manager pula," ucap Sarah. Hubungan Senja dan Niko sudah bukan menadi rahasia lagi, Niko yang selalu memperlakukan senja dengan baik dan romantis membuat kaum hawa di kantor yang mengetahui hubungan mereka selalu merasa iri dengan Senja.

"Ah kamu bisa aja Sar, nanti juga kamu dapat, sabar aja sayang, tinggal tunggu tanggal mainnya Allah kasih yang terbaik buat kamu," ucap Senja.

"Ya udah aku pergi dulu ya, nanti keburu jam makan siang habis," pamit Senja.

"Hati-hati!" ucap Sarah sedikit berteriak karena Senja sudah berjalan menjauh.

Tap tap tap suara langkah kaki Senja memenuhi koridor menuju ke apartemen Niko. Di tangan kanannya, ia membawa paper bag berisi makan siang yang sudah ia siapkan.

"Mas Niko pasti senang, aku menjenguknya sekalian bawain makan siang buat dia," gumamnya penuh semangat dan ceria.

Sambil bersenandung ria, Senja membuka pintu apartemen Niko, hal itu sudah biasa ia lakukan karena ia sering membantu kekasihnya tersebut membersihkan apartemennya. Sehingga Niko memberikan kode apartemen kepada Senja, sehingga jika ia sedang tidak berada di apartemen, Senja bisa masuk dan beres-beres.

Sesampainya di depan pintu kamar Niko yang tidak terkunci, bahkan tidak tertutup dengan sempurna, Senja menghentikan langkahnya, Ia mendengar suara yang sangat membuatnya tidak nyaman, yaitu seorang wanita yang sedang mendesah dari dalam kamar tersebut.

Perasaan Senja mulai tidak enak, antara penasaran dan takut. Takut di dalam terjadi hal yang tidak ia inginkan.

Pelan-pelan, Senja membuka pintu kamar Niko. Di lihatnya pakaian bercecer di lantai kamar tersebut. Matanya langsung tertuju kepada sepasang kekasih yang sedang asyik melakukan hal yang tidak sepantasnya di lakukan oleh dua orang yang bukan suami istri.

"Mas Niko, Mitha! Apa yang kalian lakukan?" Seru Senja yang melihat aksi tak pantas dari kekasih dan juga sahabatnya tersebut. Ia menjatuhkan paper bag yang ia bawa begitu saja di lantai. Senja hampir tak percaya dengan apa yang di lihatnya

Niko dan Mitha menghentikan aksi mereka ketika mendengar suara Senja. Buru-buri Niko beranjak dari atas tubuh Mitha dan memakai bajunya.

Sementara Mitha menutupi badannya menggunakan selimut tebal milik Niko.

"Sayang, kamu datang. Kenapa tidak bilang kalau mau ke sini?" tanya Niko mendekati Senja. Senja mundur satu langkah menjauhi Niko. Apa yang baru saja ia lihat membuatnya langsung kehilangan respect terhadap laki-laki di depannya tersebut.

"Kamu bilang kamu sedang sakit mas, makanya akau ke sini buat jenguk dan bawain kamu makan siang. Tapi ternyata ini yang kamu lakukan di belakang aku!"

"Senja, sayang aku bisa jelasin, dengarkan penjelasan aku dulu," Niko berusaha meraih tangan Senja, Namun senja menepisnya.

"Sen, maafkan aku, aku tidak bermaksud," ucap Mitha yang masih berada di atas tempat tidur.

"Diam kamu!" Bentak Senja.

"Sejak kapan kalian bermain di belakang ku?" tanya Senja penuh amarah dan kecewa.

Niko dan Mitha terdiam.

"Sejak kapan!" Senja semakin meninggikan suaranya.

"Sejak kalian resmi berpacaran," jawab Mitha jujur.

Deg! Dada Senja terasa sesak sekali mendengarnya. Itu artinya sudah lima tahun mereka berselingkuh di belakang Senja. Betapa bodohnya dia karena tak bisa melihat pengkhianatan mereka selama ini.

"Kenapa? Kenapa kalian tega melakukan ini di belakang aku!" Senja tak tahu lagi harus bersikap seperti apa menghadapi dua makhluk yang membuatnya muak tersebut.

"Karena kamu selalu merebut apa yang aku inginkan, kamu cantik dan banyak yang menyukai kamu, bahkan tidak jarang laki-laki yang aku suka, malah menyukai kamu. Sejak pertama kali aku melihat Mas Niko, aku juga menyukai mas Niko," jelas Mitha tanpa Malu lagi.

Sekuat tenaga Senja menahan air matanya supaya tidak keluar. Namun, tetap saja buliran bening itu keluar dari sudut matanya yang terasa pedih.

"Senja, maafkan aku. Kamu tahu aku Cinta sama kamu,"ucap Niko.

"Apa? Cinta? Dasar laki-laki tidak tahu diri! Semudah itu kamu mengucapkan kata cinta, tapi kamu bermain di belakangku, dengan sahabatku sendiri! Lebih tepatnya mantan sahabat!"

"Jangan nyalahin Mas Niko terus, seharusnya kamu introspeksi diri, apa yang kurang dari kamu sehingga mas Niko berselingkuh di belakang kamu," ucap Mitha.

"Hah lucu sekali, kalian yang selingkuh, aku yang harua introspeksi diri? Apa tidak ada laki-laki lain Mith selain pacar sahabta kamu sendiri, segitu enggak lakunya kamu sampai pacar sahabat sendiri kamu tikung?"

"Jaga ucapan Kamu senja, mas Niko sendiri yang datang padaku karena kamu sebagai pacarnya tidak bisa memberi apa yang dia inginkan," ucap Mitha dengan sinis.

"Benar ucapannya Mas?" Senja menunjuk ke arah Mitha.

Niko terdiam menunduk.

"Jawab Mas!"

Pelan-pelan Niko menganggukkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Dia bisa memberikan apa yang tidak kamu berikan kepadaku," jawab Niko lirih, yang ia maksud adalah hubungan suami istri, karena prinsip Senja tidak mau melakukan hal terlarang tersebut sebelum mereka reski menikah.

Plak! Senja menampar Niko dengan keras. Dia tidak menyangka, Niko menilai sebuah hubungan sedangkal itu. Lalu apa arti hubungan mereka selama ini. Niko yabg selalu memperlakukan senja dengan romantis bahkan membuat iri siapa saja yang melihatnya.

Laki-laki tersebut juga berjanji akan segera melamar Senja secepatnya. Gugur sudah semua impian dan bayangan Senja tentang masa depannya bersama laki-laki yang baru saja kepergok selingkuh dengan sahabatnya sendiri tersebut.

Niko hanya mampu terdiam menerima tamparan keras dari Senja.

"Cih! Memuakkan!" sentak Senja, sambil berjalan menuju ke pintu.

"Senja tunggu!" Niko mencoba menahan Senja.

"Biarkan saja dia pergi sayang, kau tak butuh dia, hanya aku yang bisa menyenangkan mu," ucap Mitha tersenyum mengejek, Senja yang mendengarnya berhenti dan menoleh, merasa jijik dan muak mendengarnya.

"Silahkan ambil! pengkhianat cocoknya sama pengkhianat! Kamu pikir aku akan sedih? Tidak! justru aku bersyukur, Tuhan menunjukkan siapa kalian sebenarnya sebelum semua terlambat!" cibir Senja lalu menghentakkan kakinya dan melangkah pergi.

🌼🌼🌼

Episode 3 (Lebih mencintai karir daripada Elang)

Sementara itu di tempat yang berbeda...

Elang sudah tak sabar ingin bertemu kekasih yang ia rindukan. Kini ia sudah berada di sebuah restoran mewah yang khusus di booking hanya untuk dia dan Bianca siang ini.

Meskipun siang hari, namun suasana yang romantis tetap begitu terasa. Semua sudah di siapkan dengan baik oleh Kendra.

Menunggu adalah hal yang Elang paling benci, tapi jika itu bianca dia akan dengan senang hati melakukannya.

Beberapa saat menunggu, akhirnya Bianca datang. Elang berdiri dari duduknya untuk menyambut bianca.

"Kau sudah datang," ucap Elang. Ia memberikan buket bunga kepada kekasihnya tersebut.

"Terima kasih," sahut Bianca tersenyum seraya menerima bunga yang di berikan oleh Elang.

"Duduklah!" Elang memundurkan kursi untuk di duduki Bianca. Bianca duduk, ia melihat ke sekeliling, sepi hanya ada mereka berdua dan beberapa orang yang berperan sebagai penyanyi dan pemain musik.

"Aku kira cuma makan biasa," ucap Bianca.

"Makanlah dulu Bie, baru nanti ada yang ingin aku katakan," ucap Elang.

Mereka berdua pun mulai makan. Mereka makan sambil ngobrol dan bercerita apa yang terjadi selama tidak bertemu. Begitulah hubungan keduanya, katanya mereka saling mencintai dan merindukan, tetapi seperti ada jarak di antara mereka tanpa mereka sadari.

Selesai makan, Elang mulai mengeluarkan cincin yang sudah ia siapkan. Lagu romantis mulai di nyanyikan.

Elang berlutut di depan Bianca dan menyodorkan cincin yang ia pegang kepada wanita di depannya tersebut. Tanpa ada kata-kata puitis yang romantis, Elang langsung to the point untuk melamar Bianca. Harapannya, kali ini Kekasihnya tersebut akan menerima dan bersedia untuk menikah dengannya.

Tidak sesuai harapan, Bianca mundur satu langkah ketika Elang ingin meraih tangannya untuk di pasangkan cincin di jarinya.

"Apa ini kak?" pertanyaan Bianca langsung ditangkap oleh Elang sebagai sebuah penolakan.

"Kenapa Bie? Sampai kapan lagi aku harus menunggu? Kita menjalin hubungan sudah lama, dan apa tujuan kita sebagai kekasih jika tidak untuk menikah?" El mulai mempertanyakan keseriusan Bianca selama ini.

"Tentu saja untuk menikah, tapi bukan sekarang. Kakak tahu, saat ini karirku sedang berada di puncak, kalau tiba-tiba menikah, semua bisa hancur. Susah payah aku untuk berada sampai ke titik ini. Lagian aku masih muda, mimpiku di dunia hiburan masih panjang. Bagaimana mungkin aku menikah sekarang, membayangkannya saja tidak. Seharusnya kakak tahu hal itu, sudah berapa kali kan Bie bilang," ucap Bianca panjang lebar.

"Menikah pun, kamu tetap bisa menjadi artis seperti yang kamu mau Bie," ucap Elang. Meskipun ia tahu ini tak kan berhasil menggoyahkan pendirian Bianca.

"Jika kamu terus tidak puas dengan apa yang kamu capai, sampai kapan aku harus menunggu, sepuluh? Atau dua puluh tahun lagi? Kau tahu, orang tuaku juga sudah menginginkan aku menikah Bie..."

"Berhentilah menjadi artis, aku bisa memberikan apa yang kamu mau, aku bisa menjamin kau tidak akan kekurangan apapun," lanjut Elang. Baru kali ini dia bicara begitu panjang, biasanya ia hanya akan bicara seperlunya. Mungkin ini adalah puncak dari kesabarannya selama ini.

"Apa? Berhenti? Semudah itu kakak bilang? Ini mimpi Bie! Ini hidup Bie! Berhentilah egois Kak!" ucap Bianca marah.

"Egois? Hah," gumam Elang kecewa. Benar-benar kecewa.

Elang sendiri tak percaya, bisa bisanya Bianca bilang jika dia egois. Selama ini dialah orang yang paling mendukung karirnya meskipun bertentangan dengan hatinya.

Sebenarnya Elang tak begitu menyukai jika Bianca menjadi artis dan model, ia tak suka kecantikan dan kemolekan tubuhnya menjadi konsumsi publik. Tapi, karena itu adalah impian Bianca sejak kecil, Elang tak bisa mencegahnya, ia justru membangun sebuah rumah produksi untuk mewujudkan impian sang kekasih sebagai bentuk dukungannya terhadap Bianca.

"Sepertinya kita tidak cocok menjalin hubungan sebagai pasangan. Kakak tidak pernah mengerti Bie. Mungkin sudah saatnya kita menempuh jalan masing-masing dan kakak bisa mencari wanita yang bisa kakak ajak nikah secepatnya demi membahagiakan om dan tante, dan orang itu mungkin bukan Bie," ucap Bianca tanpa ragu karena memang sudah lama ia ingin mengatakan hal ini. Ia merasa terbebani jika harus terus menolak saat di ajak ke jenjang lebih serius oleh Elang.

Bianca masih ingin bebas, menikmati karirnya yang sedang berada di puncaknya. Ia tak ingin menyakiti Elang lebih jauh lagi jika mereka terus menjalin hubungan. Selain itu, permintaan Elang yang ingin segera menikahinya ia anggap sebagai penghalang mimpinya.

"Apa maksud kamu Bie?" Elang mulai kehilangan rasa percaya dirinya terhadap cinta wanita di depannya tersebut.

"Kita putus!" Bie memperjelas maksud dari ucapannya dengan nada bergetar dan menahan tangis. Laki-laki di depannya begitu sempurna, laki-laki yang selalu ada buat dia kapanpun. Selalu mendukung setiap mimpinya. Namun, Bianca lebih mencintai karirnya, dengan berat hati ia memutuskan hubungan mereka.

"Bie...?" Elang tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Kakak akan tetap menjadi kak Elang yang Bie sayangi, kita akan tetap menjadi kakak adik seperti dulu. Ini sudah keputusan Bie, Bie harap kakak mengerti. Maaf Bie harus pergi sekarang, Bie masih ada syuting setelah ini," Bianca mengambil tas kecilnya di atas meja dan pergi meninggalkan Elang yang masih bekum percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Semua berakhir, apa yang menjadi impiannya selama ini hancur begitu saja.

Kendra yang menunggu di luar, tercengang melihat Bianca keluar begitu cepat. Bianca berhenti sejenak saat berpapasan dengan Kendra.

"Nona...." sapa Kendra, Namun Bianca tak menyahutnya, ia melanjutkan langkahnya dan berlari menuju ke mobilnya.

"Apa acara lamarannya sudah selesai?" gumam Kendra bingung, pasalnya Bianca baru saja masuk dan kini sudah pergi.

"Ada yang tidak beres," gumamnya lagi.

Tak lama kemudian, Elang menghampiri Kendra.

"Kunci mobil!" Elang menyodorkan tangannya kepada Kendra. Langsung bisa di baca oleh Kendra raut wajah bosnya tersebut. Ia langsung menangkap situasi yang ada.

"Biar saya yang nyetir bos," ucap Kendra, ia tahu suasana hati bosnya sedang buruk.

Elang tak menggubris, di ambilnya paksa kunci mobil yang ada di saku celana kendra.

"Bos, biar saya yang mengemudi," Kendra berusaha mencegah Elang untuk mengemudi mobil sendirian. Ia menghalangi Elang untuk membuka pintu kemudi mobil.

"Minggir!" seru Elang.

"Tapi bos,"

"Aku bilang minggir Ken!" sentak Elang. Kendra pun menggeser badannya dan membiarkan Elang membuka pintu mobilnya.

Elang langsung masuk ke dalam dan melajukan mobilnya.

"Sudah kuduga, pasti begini jadinya, Cinta Anda tidak bisa mengalahkan cinta nona Bianca terhadap karirnya," ucap Kendra dalam hati. Ia sangat menyayangkan sikap Bianca yang selalu egois dan ingin di mengerti oleh bosnya tersebut.

"Perasaanku tidak enak," gumam Kendra melihat Elang melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

🌼🌼🌼

💠 Selamat membaca...jangan lupa tinggalkan jejak like, komen n votenya...tetima kasih 🙏🙏

Salam hangat author 🤗❤️❤️💠

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!