NovelToon NovelToon

RE: God Creator

CH.1 Awal yang Tidak Jelas

ARC 1 Other World

Yang depan mataku sekarang hanyalah muka seorang yang paling mengesalkan buatku. Hanya satu orang saja, hanya satu yang membuatku melewati semua ini hanya karena kesenangan sematanya.

Sudah puluhan orang yang dekat denganku menghilang dari hadapanku hanya untuk ‘mempermainkan’ diriku. Kuroshin, hanya satu raja dewa sialan yang membuatku muak bahkan dengan sekali pandangan saja.

Saatnya aku mengakhiri semua ini dengan kedua tanganku. Kekuatanku sudah setara dengannya. Semua ini kudapatkan dengan cara kasar bahkan aku harus mengakhiri hidup banyak orang yang bersalah. Tentu, aku tidak sama sepertinya, ini semua permohonan dari mereka semua untuk menyelesaikan Kuroshin melaluiku.

“Kuroshin!!!! Mati saja kau!!”

“Hahaha, anak kecil sepertimu ingin membunuhku? Masih butuh ratusan ribuan tahun lagi sebelum kau bisa melawanku. Mati saja dan hidup lebih lama lagi kau dalam penderitaan.”

Penderitaan ya? Kalau saja aku tidak mengalami kematian waktu itu karena perbuatanku yang bodoh, aku tidak harus mengalami semua ini. Semua itu dimulai karena aku ikut campur dengan masalah sorgawi di kehidupan pertamaku sebagai Lucifer.

Dimulai dari situlah kehidupanku mulai terarah yang salah. Ditambah lagi saat aku bertemu seorang dewa yaitu Shiniurga. Hanya karena Jurai mati dan tereinkarnasi, lalu melawan dewa dan menang, dewa lain akhirnya turun memberi tahuku hal itu.

Kenapa? Kenapa? KENAPA!? Sebenarnya kalau aku bisa, aku akan menyiksa Kuroshin terlebih dahulu sebelum membunuhnya untuk membalaskan dendam semua orang yang hilang dari paruhan hidupku. Namun aku tidak bisa menahan diri sejak dia adalah dewa yang sudah terlalu gila kuatnya.

“Sin… jangan kalah kami mohon, semuanya kami serahkan padamu….”

“Shin… Jurai… tenang saja, semua pengorbanan kalian tidak akan sia-sia. Istirahatlah dengan tenang. Aku akan menyusul kalian setelah semua ini selesai.”

Semua itu kembali kepada dulu, saat aku mati dan tereinkarnasi di Terra, di tubuh seorang manusia biasa, dan namaku adalah Guirusia Sin. Sejak itu aku hidup tanpa mengetahui masa laluku sebagai Lucifer, tetapi itu tidak bertahan lama sebelum kehidupanku mulai dilanda masalah yang bertubi-tubi lagi.

~~

Langit gelap dengan petir menyambar disetiap tempat. Aku melihat kelangit di mana naungannya tidak menentu. Pinggir kota ini sangat tidak enak ditempati. Aku yang hanya seorang pelajar SMA tanpa orangtua ditemukan dan dibesarkan dipanti asuhan. Kota yang berada di pinggir negaraku ini hanya ditempati oleh sedikit penduduk.

"Mulai lagi, pagi, pagi mau berangkat saja sudah hujan lebat begini, mana hanya ada sepeda untuk pergi kesekolah pula." aku bergumam.

"Mau bagaimana lagi, harus menerjang gelapnya dunia ini."

Aku menaiki sepedaku yang masih belum basah.

"Aku harus cepat, sekolah hampir dimulai. Semangat!" aku bersorak untuk diriku sendiri.

Aku mengayuh sepedaku dengan secepat mungkin melawan arus hujan.

"Hujan seperti ini tidak seberapa, sebentar lagi, ayo!" aku menyoraki diriku.

Perjalananku melewati jalan raya kecil tidak terhambat karena tidak ada mobil sama sekali dijalan raya ini, motorpun tidak ada. Kota kecil ini sangat terpencil, untung saja masih ada sekolah yang bisa kutempati untuk belajar.

Sebenarnya untuk pendidikan dan uang tidak perlu diragukan, karena...

"Sin-san cepat! Gerbang akan kututup dalam 5 detik, 5...4...3...2.." pak satpam menegurku.

"Tunggu pak!!" aku menyoraki.

Dengan cepat sekali aku mengayuh dan melewati gerbang yang hampir tertutup. Karena dengan kecepatan penuh dan jalan yang licin, aku mengosek di jalan dan hampir terjatuh.

"Wah bapak sialan, aku hampir jatuh gara-gara bapak membuatku terkejut tau?" aku sedikit marah.

"Siapa suruh selalu terlambat? Udah buruan masuk, nanti dapat omelan dari wali kelas baru tahu rasa." bapak satpam menasihatiku.

"Yaa pak, tolong jangan bilangin kalau hampir terlambat ya?" aku memohon.

"Jangan diulangi pokoknya, kalau diulangi akan kubicarakan ke wali kelasmu." pak satpam mengacamku.

"Hii, iya, iya." aku dengan takut memakirkan sepedaku dan berlari masuk kedalam sekolah.

Untung saja tidak ada orang yang ada di lobi, kalau ada pasti sudah diomeli. Aku langsung berlari kearah kelasku. Dari luar saja aku tahu pasti, wali kelasku belum datang, karena kegaduhannya.

"Yo!" dengan kasar aku membuka pintu mengagetkan semua temanku yang ada didalam.

"Sialan kau Sin-kun, mengagetkanku." ucap salah satu temanku.

"Biarlah, kalian juga ribut dari luar kedengaran tahu." ucapku kasar.

"Terserah kaulah Sin." ucap temanku yang tadi menyaut.

"Memanglah terserahku, Chris-kun." aku menjawab dengan tidak peduli kepada teman dekatku Chris.

Aku berjalan masuk dan menutup pintu yang kubuka dengan kasar tadi. Aku berjalan menuju tempat duduk disebelah Chris Jim.

"Kau selalu saja mandi ya? Nih handuk." Chris mengejekku sambil memberi handuk kecil.

"Mau bagaimana lagi? Di panti asuhan selalu kekurangan air, jadi aku mandi saja sewaktu hujan, air alami, ahahaha." balasku dengan candaan dan menggunakan handuk yang diberi Chris.

Sebagai anak yang tidak memiliki orang tua, sebenarnya aku cukup beruntung. Lagipula soal dana yang terbatas maka air kurang itu benar. Aku selalu kesulitan mandi karena air yang terbatas dan berebut dengan anak panti asuhan yang lain.

Aku sudah tau susahnya hidup, makanya aku bercanda dengan temanku untuk mengurangi beban yang ada. Bisa makan, minum, dan hidup saja termasuk anugrah yang luar biasa untukku.

"Sial, seharusnya aku tidak hujan-hujanan, sekarang pusing kan? Gimana coba, mana pelajaran udah mau mulai." aku menggersah.

"Mau bagaimana? Itu salahmu juga, aku sudah membantu membawakan handuk untuk mengeringkan dirimu." Chris menjawab.

"Nanti sajalah, pelajaran lebih penting." aku menjawab dengan nada tidak peduli.

Guru pelajaran pertama masuk setelah perwalian selesai. Baru saja pelajaran pertama dimulai 10 menit, pusing ini sudah memuncak.

"Bu, maafkan aku, bolehkah aku izin ke UKS untuk meminta obat? Saya pusing berat bu.." aku mengacungkan tanganku dan berbicara dengan lemah.

"Sin ya? Bolehlah, Jeanne-san tolong temani Sin ke UKS." ibu guru itu meminta teman perempuan disebelah kiriku yang bernama Jeanne Arc.

"Baiklah bu." Jeanne menyanggupi permintaan dari ibu guru itu.

Aku bangkit berdiri dengan pelan, dan berjalan keluar dari kelas. Jeanne yang berjalan disampingku, mengawasiku dengan sangat. Aku, Chris, dan Jeanne adalah teman baik sejak SMP jadi tidak heran kalau mereka selalu membantuku.

""Ohhhhhhh!!!"" teman-teman sekelasku menyoraki diriku dan Jeanne yang berjalan bersamaan.

Mereka menyoraki karena... ya mereka iri lah. Sesuai penjelasanku, aku dan Jeanne hanya teman dekat saja, bukan lebih. Walaupun Jeanne cantik, tetapi aku tidak pernah berpikir untuk menjadikannya pacar.

"Dasar kawanan goblin nafsuan." aku bergumam sedikit tanpa kusadari bahwa Jeanne mendengarkan ucapanku.

"Ahahaha, kau selalu lucu Sin-kun, tetapi sebaiknya kita cepat ke UKS, aku takut kalau kau jatuh sakit lebih lagi." Jeanne membalas dan dilanjutkan dengan nada khawatir.

"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku Jeanne-chan, aku baik-baik saja." aku menjawab pelan.

Kami berjalan keluar dari ruang kelas dan pergi ke UKS dengan berjalan pelan. Namun sialnya di tengah perjalanan ke UKS aku mengalami pusing yang sangat berat dan aku tersandung. Jeanne yang ada disampingku mencoba membantuku agar tidak jatuh, namun apa dayanya karena perbedaan berat tubuh kami berdua malah jatuh bersamaan.

"Itatatatataii, sialan penyakit ini, kenapa sampai harus jatuh sih? Sebentar ini apa?" aku yang masih terjatuh dan indera mataku tidak bekerja jelas, memegang sesuatu yang halus.

"Bodoh!!!" aku mendapat tamparan keras dari Jeanne, walaupun aku tidak tahu aku memegang apa.

Setelah pandanganku kembali jelas, aku melihat bahwa aku memegang pipi dari Jeanne dan wajahku didepan wajah Jeanne, bibir kami juga hampir bertemu, untung saja aku masih bisa menahan diriku.

Masih dalam posisi yang sama, tiba-tiba ada sorakan dari siswa kelas lain yang melihat kejadian ini dari jendela. Mungkin mereka mengamati kejadian ini karena suara Jeanne yang keras tadi.

Tanpa berpikir panjang aku langsung mencoba berdiri, namun alhasil nihil, yang ada aku jatuh pingsan dengan tubuh yang terbaring disamping Jeanne.

****************

Kesadaranku mulai kembali padaku. Aku masih merasa sedikit pusing, tetapi setidaknya lebih baik daripada yang tadi.

"Ughh, dimana aku?" aku sedikit bangun dan menegakkan badan. Masih saja kupusing maka kupegang kepalaku.

"Jangan bangun dulu, sebaiknya kau mengistirahatkan badanmu dulu Sin-kun. Kau berada di UKS sekarang." jawab seorang perempuan yang duduk di kursi pinggir kasur.

"Jeanne? Bagaimana aku bisa sampai kemari?" aku menidurkan badanku kembali dan menanyakan pertanyaanku Jeanne, perempuan itu.

"Aku yang menggendongmu sampai kemari." jawab Jeanne dengan nada khawatir.

"Hah? Aku tidak percaya, mana mungkin, apalagi dengan perbedaan berat badan." aku menjawab dengan tidak percaya.

"Ya mana mungkinlah. Aku tadi saja menyanggul tanganmu tidak kuat, apalagi menggendong." jawab Jeanne dengan sedikit tekanan.

"Ahaha, lalu siapa yang membawaku kemari kalau begitu?" aku menjawab perkataan Jeanne dengan tawa kering dilanjutkan pertanyaan.

"Tadi ada guru yang kebetulan lewat melihat Sin-kun sedang pingsan dan aku kebingungan, jadi dia membantuku membawamu kemari." jawab Jeanne dengan bosan.

"Begitukah? Untung saja bukan siswa, bisa ditertawakan nantinya." jawabku dengan nada takut.

"Ahahahaha, mungkin?" canda Jeanne.

Kami berbicang-bincang cukup lama. Setelah beberapa saat, pintu UKS terbuka dan menunjukan seseorang yang kukenal.

"Yo Sin-kun, tadi mandi sewaktu hujan, sekarang apa? Kudengar sebentar setelah kau keluar bersama Jeanne-chan, ada sorakan dari luar kelas." seorang bernama Chris yang menjengkelkan itu mengatakan seolah-olah aku selalu berbuat salah.

"Tidak ada apa-apa kok, hanya masalah kecil saja." aku menjawab dengan tenang.

"Yakin? Lihat Jeanne-chan tuh, pipinya memerah seperti tomat segar." kata Chris menggoda.

"Diam kau Chris-kun!!" jawab Jeanne dengan menyentak karena malu.

"Ah sudah, ini tidak perlu dilanjutkan lagi, itu juga terjadi saat aku sedang sakit jadi bukan sengaja atau keteledoran." aku menengahi pertengkaran kecil ini.

Tiba-tiba untuk kedua kalinya, pintu UKS terbuka dan menunjukan seorang perempuan muda yang menggunakan jas labotarium. Dialah dokter UKS ini.

"Ayo, yang lain keluar dulu, biarkan Sin-san istirahat dulu." kata dokter itu.

"Ah baiklah, aku tinggal dulu ya Sin-kun, nanti lagi." kata Chris.

"Istirahatlah dulu Sin-kun, aku akan kemari lagi nanti." kata Jeanne dengan senyuman yang menghiasi bibirnya.

"Baiklah." aku membalas perkataan mereka.

Lalu Chris dan Jeanne meninggalkan ruang UKS. Karena masih jam 12 aku memutuskan untuk istirahat lagi. Walau sudah siang, masih saja diluar langitnya gelap dan hujan masih menghiasi langit. Karena bosan dan karena badanku sedang sakit, akhirnya aku tertidur kembali.

****************

Setelah beberapa saat aku kembali bangun dari tidurku. Aku melihat jam menunjukan pukul 4 sore, 1 jam setelah pulang sekolah. Aku tertidur sangat lama, bahkan aku mengira bahwa temanku sudah mencoba untuk membangunkanku. Aku bergegas pulang ke panti karena hari sudah sore, aku takut kalau kelamaan bisa hujan lagi.

Baru saja aku keluar dari pintu UKS, aku merasakan kegelapan yang sangat pekat. Bukan hanya kegelapan itu saja, aku juga merasakan kekuatan yang tak pernah aku ketahui sebelumnya. Kekuatan itu membuat aku tidak sadar. Aku terjatuh karena begitu besarnya kekuatan yang merasuki diriku. Karena kekuatan itu aku pingsan kedua kalinya untuk hari ini.

****************

Aku terbangun di suatu tempat yang gelap, tetapi yang pasti bukan terakhir kali aku pingsan. Aku melihat tempat yang sangat suram dan banyak barang berserakan. Juga ada bercak merah yang mungkin saja itu darah.

Aku melihat ke sekitar untuk memastikan dimana aku berada. Aku berada dalam keadaan terikat dengan kursi yang kududuki. Setelah melihat-lihat beberapa saat aku melihat cahaya yang sangat terang dan mendengar beberapa suara langkah kaki dari beberapa orang. Aku sempat berpikir kalau mereka menakutkan karena meninggalkan dan mengikat aku ditempat seperti ini.

Aku melihat orang-orang tersebut berjalan kearah aku tetapi rasanya mereka tidak menakutkan seperti yang kukira. Salah satu dari mereka memulai pembicaraan, seorang laki-laki.

"Kamu sudah bangun, bagus, kamu, lepaskan ikatan tali tersebut, siapa juga yang suruh mengikat dia." katanya kepadaku dan kepada orang yang mengikuti dia.

Satu orang dari orang tersebut melepas ikatan tali yang mengikatku.

"Bolehkah aku bertanya, kenapa aku bisa disini?" kataku pelan.

"Namaku Blake, aku ketua di sini, lengkapnya mari ikuti aku." orang itu menjawan dengan tersenyum.

Orang itu dan orang yang mengikuti dibelakangnya berjalan ke suatu tempat, dengan rasa penasaran aku mengikuti. Orang bernama Blake itu berjalan sampai disuatu tempat seperti kantor. Aku mulai berpikir kalau itu kantornya.

"Kalian semua keluar terlebih dahulu." perintahnya kepada orang yang tadi mengikutinya. Dengan segera mereka keluar mengikuti perintahnya.

"Kamu tadi bertanya, kamu pasti punya banyak pertanyaan." katanya.

"Ya, kenapa aku disini, apa alasanmu membawaku kemari, dimana-" kata-kataku terpotong karena ucapan darinya.

"Ok, ok, aku akan menjelaskan semuanya dari awal. Kami adalah orang-orang dari organisasi tertutup bernama 'Dark Society'. Pendiri dari organisasi ini adalah Carson, Carson Shadow, dan namaku adalah Blake, Blake Shadow, akulah anak serta penerusnya. Alasan kamu disini hanya satu, yaitu 'True False'."

"'True False', apa itu?" tanyaku.

"Hahaha, lucu sekali, jadi selama ini kamu tidak tahu. Kamulah pemilik 'True False'!"

"Pemilik? Aku masih belum mengerti." tanyaku kembali.

"'True False'... adalah sebuah kemampuan langka dan hanya satu. Kemampuan yang kamu miliki itu sangat dibutuhkan oleh kami, 'Dark Society'. 'True False' sendiri adalah inti dari cabang-cabang kemampuan lainnya. Aku tidak tahu banyak, tetapi kamu lebih mengertinya karena kamu pemiliknya." penjelasan darinya.

"Aku masih belum paham, tetapi apa alasanmu untuk aku membantumu? Kamu tahu bahwa aku belum tentu akan ikut organisasi ini."

"Hahaha." tawanya dengan licik.

"Jika kamu tahu alasannya kamu pasti sangat ingin mengetahuinya." katanya.

"Apapun alasannya aku tidak peduli!" dengan tegas aku berkata.

"Aku tahu latar belakangmu, tinggal di panti asuhan, tentang teman-temanmu, dan yang lainnya, termasuk alasan kenapa kamu tinggal di panti asuhan." katanya dengan licik.

"Cih, aku memang ingin mengetahui alasan kenapa aku hidup tinggal di panti asuhan, tetapi tetap aku tidak akan membantumu, bahkan aku belum mengenalmu dengan baik, aku tidak akan membantu orang yang tidak kukenal!" emosiku meluap.

"Ok, kalau kamu bilang begitu, kalau aku bilang orang tuamu masih hidup dan aku tahu dimana, bagaimana?"

"Ok, ok, aku akan membantumu tetapi jangan apa-apakan orangtuaku!" aku memohon dengan paksa.

"Ok, karena kamu sudah mengakui akan membantu maka dirimu akan dikenal sebagai Agent Souler, tetapi kamu butuh sebuah nama supaya kamu tidak dikenal oleh publik." katanya.

"Nama? Buat apa? Ya sudah, aku akan menerimanya." tanyaku, tetapi pasrah dengan keputusannya.

"Bagus, mulai hari ini namamu akan menjadi..."

CH.2 Kemampuan yang Bangkit

Keheningan ini menyiksaku, tetapi aku harus menunggu dengan sabar untuk mengetahui semuanya. Jujur semua ini terbilang tidak masuk akal buatku, tetapi semua yang diucapkannya memaksaku untuk mengambil keputusan ini.

Jangan katakan aku pengecut, sudah terlalu lama aku tidak mendengar kabar soal orang tuaku. Jujur aku sudah melakukan banyak hal sebenarnya untuk mencari tahu, tetapi nihil hasilnya walau sudah memakai berbagai cara.

“Namamu adalah Alpha Grim.”

“Alpha Grim? Yakin tidak ada yang lain? Bukankah itu terlalu mencolok?”

“Ya lebih mending daripada yang lain lagipula tidak jauh berbeda dengan nama aslimu, Guirusia Sin.”

Nama pemberiaan yang sudah merawatku di panti asuhan ini, atau yang biasa disebut dengan nama sister ini memang nama yang sedikit unik. Namun aku tidak bisa menolak, dari awal nasib hidupku memang selalu begini.

Juga sebenarnya aku memiliki seorang ‘saudara’ yang bisa kukatakan adalah anak yang terbuang di sampingku. Kami tidak kembar, juga bukan dari keluarga yang sama, tetapi nama keluarga kami sama-sama Guirusia.

“Jadi sebagai Agent Souler kamu bilang? Apa yang harus aku lakukan, dan tolong jelaskan maksud dari Agent Souler.”

“Ok, sebagai Agent Souler, yang disebut Agent adalah orang yang menerima misi bedasarkan standar kemampuan. Karena kamu masih baru bergabung nanti akan kutunjukan. Dan kata-kata Souler adalah kemampuan yang akan kamu dapatkan nanti yaitu, ‘Soul Linking’, ‘Deep Dive Mind’, ‘Soul Exploder’, ‘Read Mind’, ‘Soul Cracking’, itu adalah kemampuanmu sebagai Souler. Jadi sebagai Agent Souler atau singkatan AS, kamu, Alpha Grim atau singakatannya AG-1, akan menerima misi yang bermacam-macam. Namun sebelum mulai, kamu butuh senjata.”

Penjelasannya panjang lebar kuadrat pangkat dua. Tidak ingin kudengarkan sebenarnya, tetapi penjelasan sesimpel apa pun akan berarti buat nantinya. Buat aku yang menjalankan sebuah perusahaan, kalau saja ada salah data sedikit, bisa fatal jadinya.

“Senjata? Apakah itu? Sepenting itukah?”

“Ya, sangat penting, misi-misi yang dijalankan berhubungan dengan orang-orang penting… dan berbahaya. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi lebih baik bersiaga terlebih dahulu.”

Hidupku sudah dipenuhi oleh hal-hal yang di luar yang normal sejak awal. Jadi tertambah satu hal baru tidak akan ada bedanya. Semuanya akan kulakukan demi yang terbaik, aku tidak ingin menyesali perbuatanku nanti kalau tidak kulakukan.

“Sebelum aku memberimu senjata, mari kita ke bagian daftar anggota baru supaya kamu mendapatkan apa yang kamu butuhkan.”

Kami berjalan keluar dari ruangan tersebut, menuju bawah tangga, dan berhenti tepat di depan bagian daftar anggota baru. Untuk sekarang mari aku ikuti perkataannya juga perintahnya, tidak banyak yang bisa kulakukan dan membantah permintaannya.

“Kamu isi informasi di form itu, nanti aku akan kembali menemuimu.”

Jadi sesuai permintaanya aku memnint formulir itu dan mulai mengisi. Setelah selesai, form itu kuberikan kepada orang yang tadi memberi form itu. orang itu mengarahkan aku ke suatu tempat.

Di tempat itu, orang itu memberikan pakaian yang harus dipakai sebagai Agent Souler. Dengan segera aku memakai pakaian itu. Cukup bagus, itu yang pikirku. Lalu orang itu menyuntikan sebuah cairan kepadaku. Katanya itu berisi kemampuan yang dimiliki Souler. Setelah selesai, orang itu pergi, dan Blake datang.

 “Bagaimana? Sudah siap? Ikuti aku!”

Blake menunjukan arah untuk menuju suatu tempat. Suasana di dalam organisasi ini cukup suram karena gelap pencahayaannya. Kami berjalan hingga masuk ke suatu ruangan yang cukup kosong hanya ada 2 pasang kursi dan meja. Selain itu ada beberapa rak buku yang berisi beberapa buku. Tempat itu lumayan berdebu. Di ruangan itu selain ada kami, aku dan Blake juga ada seorang perempuan.

 “Ini sekarang menjadi ruanganmu dan ini senjatamu, sebuah pedang tradisional Jepang atau dikenal sebagai Katana bermana ‘Zero Eye Zero’ (0ʘ0).”

Hawa pedang ini terasa begitu berbeda dari aura yang normal dirasakan orang biasa. Ada hawa yang kuat yang menarikku untuk rasanya segera memilikinya juga memakainya juga mencobanya.

Kata Blake, pedang ini juga punya kemampuan khusus. Totalnya ada 2, ‘Dark Eye Sense’, mampu meningkatkan indera penglihatan secara drastis, juga mendeteksi bahaya, juga lainnya. Tentu, untuk memakainya perlu syarat khusus yaitu sinkronisasi.

“Lumayan juga. Namun yang satu lagi apa?”

Yang satu lagi juga dijelaskan secara rinci. Namanya adalah ‘Bloody Tears’. Sebenarnya dari namanya terdengar menakutkan, sesuai dengan efek sampingnya. Namun karena efek sampingnya itu, kekuatannya juga mengerikan, dampak serangan dari kemampuan ini akan berkali-kali lipat. Untungnya dengan menggabungkan dua kemampuan, efek samping dari ‘Bloody Tears’ bisa dikurangi.

Begitu Blake selesai menjelaskan, dia menyerahkan pedang bertipe katana ini kepadaku. Pedang ini terasa sangat berat. Mungkin akan sedikit sulit untuk menggunakanya. Namun aku akan bisa mengatasinya dengan latihan yang cukup.

“Aku masih punya satu hal lagi. Orang tuamu punya alasan kenapa mereka tidak bisa bersamamu. Walau begitu orang tuamu tetap peduli padamu, ini, pedang yang dititipkan padaku untuk diberikan padamu. Pedang ini bernama ‘Akinator’. Aku tidak tahu banyak tentang orang tuamu dan aku hanya mengenal sedikit tentang latar belakang mereka, itu pun dirahasiakan oleh mereka. Aku tidak bisa menggunakan pedang ini, tetapi mungkin kamu bisa!”

Aku mengambil pedang ‘Akinator’ tersebut. Pedang itu memiliki gaya pedang tradisional Jepang sama seperti ‘Zero Eye Zero’. Pedang ‘Akinator’ ini lebih ringan dan mungkin akan mudah menggunakannya. Pedang itu terasa sangat kuat walaupun aku tidak tahu apa penyebabnya.

Dengan dua pedang ini, kekuatanku akan terbantu dengan luar biasa hebatnya. Memang seharusnya aku tidak boleh bersemangat akan ini, tetapi aku harus melakukan semuanya ini sampai ke titik akhir.

“Kalau begitu sekarang akan kukenalkan seseorang, dialah yang akan menjadi asistenmu.”

“Halo. Namaku Christina Grim, kamu juga bisa memanggilku AS/CG-1. Aku akan menjadi asistenmu selanjutnya.”

“Salam kenal. Tunggu… aku lupa, aku harus kembali ke panti asuhan!”

Mendapat peringatan dari Blake untuk jangan berbicara apa pun tentang ‘Dark Society’, tentu saja aku akan tutup mulut. Jujur aku sudah terbiasa menyembunyikan kebenaran, sejak dulu saja aku sudah menyembunyikan bahwa aku punya perusahaan Guirusia.co.

Christina dan aku menuju pintu keluar dengan secepatnya. Dengan bergegas pula masuk kedalam mobil. Aku menyuruh supir membawa mobil ke panti asuhan dengan cepat. Mobil mulai berjalan ke arah panti asuhan dengan cepat sesuai permintaanku.

Saat aku melihat keluar dari jendela, aku mendapati bahwa waktu sudah siang hari, jadi kira-kira aku terbangun dari pingsan tadi pagi, mengurus semuanya, dan sekarang ini pergi ke panti asuhan.

Setelah beberapa saat, mobil mencapai panti asuhan. Masih saja kulihat langit berwarna abu-abu kehitaman yang menandakan hujan akan datang. Dengan segera aku masuk ke dalam panti asuhan, bertemu dengan pengurusnya.

Aku mengucapkan terima kasih karena sudah merawat hingga saat ini dan minta maaf akan kejadian tidak pulang semalaman yang pasti membuat khawatir. Aku dengan segera membereskan barang-barang yang ada dan memasukannya ke dalam bagasi mobil. Aku mengucapkan salam terakhir dan melambaikan tangan.

Aku masuk ke dalam mobil dan melihat ke arah kerumunan yang melihat ke arahku. Banyak kudapati muka sedih dan muka senang. Pengalaman di panti asuhan memang tidak terlalu banyak, tetapi tetap menyenangkan walau tanpa tahu siapa orang tuaku. Setelah itu, aku mendengar suara dari hpku menandakan ada panggilan suara masuk. Kulihat ada nomor asing di layar hp dan aku mengangkat panggilan itu.

 “Bagaimana? Sudah? Setelah itu kamu harus pergi ke sekolah dan membereskannya.”

“Ok, akan kulaksanakan.”

Panggilan suara itu berakhir saat aku mengatakan hal itu. Mobil pun berjalan ke arah sekolahku. Di tengah perjalanan aku sedikit berbincang dengan Christina, asistenku. Namun tidak kusangka dia adalah orang yang dingin, pertanyaanku untuk mengetahui dia lebih lagi dijawab dengan begitu polosnya.

“Jadi bagaimana, selama ini apa pernah yang kamu lakukan di ‘Dark Society’?”

Sebagai informasi tambahan dari Christina, dia berumur 2 tahun lebih muda dariku, tidak buruk juga. Namun yang lebih penting adalah dia sudah berpengalaman, 4 tahun lebih lama dariku.

Christina menjelaskan dengan terperinci semua yang menjadi pengalamannya. Hanya dengan mendengarkannya saja, itu sudah membuatku terbuka akan pengetahuan yang baru. Mungkin ini juga perintah dari Blake kepada Christina, jadi tidak sengaja menanyakan juga memperingatkan yang jadi suruhan Blake.

Tipe-tipe misinya juga bermacam-cama, dari grade E sampai A, tingkat kesulitan dan apa yang harus dilakukan juga bervariasi mengikuti. Kami juga berbincang tentang grade A yang menjadi paling sulit dan hanya dilakukan oleh para senior yang sudah berada di ‘Dark Society’ lebih dari 10 tahun.

Setelah kami selesai berbincang, kami sampai di destinasi kami yaitu sekolah. Karena hari masih siang, murid-murid masih ada disekolah. Dan juga saat itu sedang jam istirahat jadi banyak yang melihat kedatanganku tanpa seragam sekolah, tetapi mengenaliku.

Tanpa menghabiskan waktu aku segera menuju ruang kepala sekolah. Aku berkata kepada kepala sekolah tentang memundurkan diri dari sekolah, tetapi katanya belum bisa sepenuhnya disetujui jadi aku tetap harus masuk sekolah walaupun tidak senormal biasanya. Setelah aku menyelesaikan urusanku diruang kepala sekolah dan keluar dari ruangan tersebut, aku bertemu dengan kedua temanku, Chris Jim dan Jeanne Arc.

 “Sin? Itu kamu? Apa yang terjadi? Aku tidak melihatmu tadi pagi. Sekarang kamu datang dengan bukan seragam sekolah dan ada seorang wanita dibelakangmu!”

“Christina, kamu kembali dahulu ke mobil, nanti aku akan menyusul.”

Dengan singkat aku menjelaskan kepada Chris dan Jeanne, hanya saja mereka tetap memaksaku untuk memberi tahu mereka lebih lagi. Bahkan Jeanne sampai mengira bahwa ini adalah salahnya, tentu aku menyangkalnya.

“Seperti yang aku katakan kepada kalian. Maaf… aku tidak bisa menjelaskannya kepada kalian. Dan juga ini tidak ada hubungannya dengan kalian.”

“Kau… tidak membenci kami kan?”

“Tidak… aku tidak-“

Sekejap saat aku berkata-kata, ada suara teriakan dari tempat yang tidak jauh dariku. Aku langsung berlari ke arah teriakan dan melihat….

CH.3 Serangan Kejutan Dan Lepaskan

Aku langsung berlari ke arah teriakan tersebut dengan kedua temanku mengikutiku. Aku melihat beberapa monster sejenis yang menyerang murid-murid disitu. Setelah beberapa detik, Christina datang.

Christina dengan sigap memberiku alat komunikasi yang simpel dan senjataku. Kalau begini melawan monster jadi memungkinkan. Semoga saja aku bisa menangani ini walau sendirian. Lupa kuberi tahu, Christina adalah agen sampingan, bukan utama sepertiku.

“Kalian semua mundur dan pergi!”

Semua murid kabur dan melarikan diri dengan cepat sesuai dengan perintahku. Dalam kondisi ini aku harus mementingkan keselamatan orang lain. Juga sesuai perintah Blake, aku jangan menarik banyak perhatian dan akhirnya rahasia ‘Dark Society’ terbongkar.

“Tes. Alpha, ini Blake. Pertama-tama alihkan perhatian semua monster itu ke tempat lain!”

Dengan cepat aku bersiul untuk mengalihkan perhatian monster itu. Lanjutan dari perintah Blake adalah untuk pergi ke tempat terbuka. Sebenarnya aku ingin menutupi agar tidak diketahui orang banyak, tetapi apa boleh buat.

Aku berlari ke arah lapangan, karena disitu satu-satunya tempat terbuka di sekolah. Sementara itu Blake menjelaskan dan banyak murid mengikuti karena ingin mengetahui apa yang terjadi. Ini sangat buruk, padahal tadi sudah kusuruh pergi mereka.

“Alpha, ini sebenarnya dadakan, tetapi aku akan anggap ini misi pertamamu.”

“Ok, tidak apa-apa.”

“Misi pertamamu ini grade D dan misinya adalah mengeliminasi semua monster tersebut.”

Aku sudah bersama beberapa monster tersebut di lapangan. Pandanganku sempat teralih kepada kerumunan siswa yang melihat ke arahku. Namun aku tidak boleh mengalihkan pandanganku pada mereka, sejak lawanku sudah ada di depan mata.

 “Blake, bagaimana cara menggunakan kemampuan senjata ‘Zero Eye Zero’?”

“Oh ya aku lupa memberi tahumu. Kemampuan itu bisa kamu gunakan dengan mengucapkan kata ‘Active’ disertai dengan nama kemampuannya.”

Aku kembali melihat sekelilingku dan memastikan semuanya kosong sehingga tidak ada yang terluka nanti saat aku bertarung. Sekejap aku menarik pedang ‘Zero Eye Zero’ dari sarungnya dan menyiapkan posisi untuk menyerang. Monster-monster itu dengan cepat berlari ke arahku.

Sebenarnya diriku masih belum menggunakan kemampuan yang ada pada pedang ini. Untuk awalan, aku bertarung dan bertahan, tetapi karena belum terbiasa dengan pedang ‘Zero Eye Zero’ maka aku kesulitan.

“Grim, ganti pedangmu menjadi ‘Akinator’ dan berfokus kepada pedang itu sehingga kamu tersinkron.”

Dengan cepat aku beralih senjata dari ‘Zero Eye Zero’ ke ‘Akinator’. Walaupun aku secepat mungkin ketika aku beralih senjata, tetap saja aku terkena serangan dan tidak bisa menghindar. Sebagai efeknya, diriku terlempar ke belakang beberapa kali, sampai aku bisa kembali berdiri dengan kedua kakiku.

“Kau tidak apa-apa Alpha?”

“Ya, aku tidak apa-apa.”

Aku berkonsentrasi dan mencoba mensinkronkan dengan pedang ‘Akinator’. Tepat sebelum aku kena serangan dari monster-monster itu, aura merah, biru, hitam pekat mengelilingi pedangku dan monster-monster itu terlempar. Tiba-tiba sesaat setelah aku tersinkron kata ‘Unleash’ muncul dibenakku.

“’Unleash’.”

Aura tadi itu menyebar ke seluruh tubuh dan auranya sangat besar. Dengan segera aku berlari ke arah monster itu dan menyerang mereka semua dengan sekali tebas. Hanya dengan sekali tebas itu sudah menimbulkan serangan yang sangat besar. Pedang ‘Akinator’ itu bukan hanya menimbulkan luka fisik, tetapi juga luka aura yang besar.

Semua monster itu mati sekejap dan hilang dalam bentuk serpihan kristal yang hilang. Setelah monster-monster itu hilang, murid-murid yang melihat terhening sejenak. Lalu mereka menepuk tangan dan bersorak memanggil namaku. Kudapati Christina berjalan ke arahku setelah aku selesai.

 “Bagus sekali Alpha. Kamu melakukan misi ini dengan baik.”

“Terima kasih. Namun ada yang aneh tadi.”

“Apa yang aneh?”

“Di tengah-tengah pertarungan tadi-”

Baru saja aku ingin berbicara dengan Christina, ucapanku langsung saja dipotong oleh kedatangan Chris dan Jeanne. Jujur aku sebenarnya dekat dengan mereka, tetapi boleh kukatakan mereka cukup mengesalkan kadang-kadang.

“Kau sangat keren Sin!!”

“Alpha, Blake sudah menyuruh kita kembali secepatnya.”

Belum sempat Chris dan Jeanne mengucapkan sepatah kata lain, aku sudah pergi dari situ menuju ke mobil. Namun sebagai gantinya, aku setengah berteriak dari kejauhan kalau kapan-kapan akan kujelaskan semuanya kepada mereka.

“Jadi… apa yang aneh? Apa yang ingin kamu katakan tadi?”

“Di tengah-tengah pertarungan tadi, tiba-tiba kata ‘Unleash’ terpikir dibenakku secara tiba-tiba.”

“Aku kurang mengerti maksudmu dan aku tidak bisa menjelaskannya kepadamu. Nanti Blake akan menjelaskannya kepadamu.”

Mobil terus berjalan sampai di markas. Kami turun dan kembali ke ruangan kami. Sesaat setelah kami masuk, Blake juga masuk menyusul. Kurasa Blake ingin menjelaskan tentang situasi tadi juga memberi aku penjelasan lain sebagai tambahan.

“Kamu sangat hebat! Hebat sekali! Aku tahu kamu pasti bisa. Tanpa latihan pun kamu bisa menyelesaikan misi grade D tanpa gagal.”

“Ah biasa saja, aku cuma beruntung.”

“Beruntung tidak beruntung, jarang ada bahkan tidak ada selain kamu yang bisa menyelesaikan misi pertama tanpa latihan dan itu misi grade D pula!”

Jarang sekali aku dipuji oleh siapa pun. Sejak aku bekerja tersembunyi, tidak pernah ada yang tahu soal diriku melakukan pekerjaan yang luar biasa sulit bagi anak sekolahan juga berhasil. Jujur, ini membuatku sedikit senang.

Kembali ke pembahasan, aku menanyakan saja apa yang tidak bisa dijawab Christina tadi. Setelah menjelaskan ke Blake, dia juga tidak bisa menjawabnya layaknya Christina juga tidak bisa menjawab.

“Ah… Blake juga tidak tahu ya?”

“Aku bisa menjelaskannya.”

Menurut penjelasan Blake walau tadi dia mengatakan bahwa dia tidak tahu, ’Unleash’ adalah kemampuan aktif karena aku tersinkron dengan pedang ‘Akinator’. Dengan tersinkron juga, aku jadi mengetahui kesadaran pedang itu katanya.

Intinya setiap senjata atau pun pedang punya latar belakang terbentuknya masing-masing. Tidak banyak penjelasannya, tetapi cukup untuk menenangkan rasa penasaranku. Semuanya ini pada dasarnya memang aneh, tidak bisa dipungkiri.

“Ok deh, aku sudah dapat jawabannya. Bolehkah aku beristirahat terlebih dahulu? Aku lelah karena pertarungan tadi.”

“Ya, lebih baik kamu beristirahat supaya besok waktu kamu latihan kamu sudah segar dan memiliki tenaga.”

“Tetapi dimana aku akan beristirahat?”

“Tepat disamping ruang kerjamu, pintu masuknya dari dalam ruang kerjamu.”

Aku berjalan menuju ke ruanganku. Saat berjalan ke ruanganku, pikiranku sedikit teralih kepada kejadian yang terjadi tadi di sekolah. Kenapa tiba-tiba ada monster yang menyerang ke sekolah dan bagaimana mereka bisa masuk tanpa disadari seorang siswa pun?

Merasa terlalu sulit, aku menghilangkan pikiran itu dari benakku. Walaupun aku biasa membaca buku dan cepat mengerti isinya, tetapi untuk kasus ini masih di luar pikiranku. Mungkin besok aku akan menanyakan apa ada perpustakaan di gedung yang gelap ini untuk mencari banyak informasi.

Tanpa asalan, aku menutup mata walau aku sedang berjalan. Tanpa peringatan, tiba-tiba ada seseorang yang menabrakku dari depan. Otomatis saja aku terjatuh ke belakang dengan dia berada di atasku. Saat membuka mataku dan tampak seorang perempuan yang sangat cantik rupanya. Namun dia justru terlihat sedang menangis dan ketakutan.

Sudah kucoba bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab pertanyaanku. Karena rasa iba dan penasaran yang besar, aku membawa perempuan itu ke ruang kerjaku. Sesampainya di ruang kerjaku, aku mendudukan perempuan itu di kursiku.

Dia terlihat sangat ketakutan. Seluruh badannya dingin dan kelihatannya dia sangat lemas sekali. Karena dia sangat lemas dan tidak ada tenaga, aku menggendong dia di tanganku. Aku menaruh dia di atas kasur yang seharusnya menjadi tempat tidurku. Karena aku kelelahan dan sudah terlalu capek untuk bergerak, aku tidur di samping pinggiran kasur.

Pagi telah datang, alarm di hpku menunjukan waktu pukul 7 pagi. Alarm itu biasanya kugunakan sewaktu aku masih di panti asuhan. Karena tidak banyak yang harus kupersiapkan jadi aku bangun jam segitu. Lagi pula, sekolah masuk jam 8 pagi. Aku berdiri di samping tempat tidur dan meregangkan badanku yang pegal ini.

Ketika mataku melihat perempuan itu, kudapati dia masih tertidur. Tidak lama menunggu, aku meninggalkan ruang tidur itu dan pergi ke ruang kerja. Ngomong-ngomong aku belum mandi, ah lupakan. Aku mencari makanan dan minuman terlebih dahulu. Menemukan beberapa potong roti juga selainya dan beberapa bungkus plastik berisi susu bubuk, aku langsung membuat roti lapis dan susu hangat.

‘Mungkin aku harus membuat untuk dia juga.’

Aku membuat 2 porsi, untukku dan untuk perempuan itu. Total, aku membuat 4 potong roti isi dan membuat susu dua cangkir. Sesaat setelah selesai membuat makan pagi itu, perempuan itu keluar menuju ke ruang kerjaku.

“Halo, maaf membawamu kemari. Makan dan minum ini terlebih dahulu.”

Aku menyerahkan satu porsi makan pagi yang kubuat tadi ke perempuan itu. Dengan lahap dia memakan itu. Kurasa dia kelaparan karena terlalu banyak menangis semalam, badannya juga terlalu lemah.

Pernah kuketahui kalau seseorang menangis, tidak lama setelah itu biasanya dia akan merasa lapar karena energinya tersalurkan untuk menangis. Lebih dari itu, aku tidak tahu banyak karena melakukan eksperimen seperti itu bukanlah kebiasaanku.

“Jadi, sebelum aku bertanya hal lain, boleh aku tau namamu? Namaku Guirusia Sin.”

“Oh… namaku Marie, Kunosaki Marie.”

“Maaf jika membuatmu takut, tetapi bolehkah kamu katakan apa yang terjadi tadi malam, dan kenapa kamu lari ketakutan dan menangis?”

“Kemarin, aku terbangun di suatu ruangan dalam keadaan terikat dan aku mengerahkan tenagaku untuk keluar dari ikatan itu. Juga disitu banyak alat-alat aneh.”

Sandera? Untuk eksperimen? Seharusnya kalau banyak alat-alat itu ruang medis atau ruang interogasi. Banyak kemungkinannya sekarang, tetapi aku diam dan mencari tahu lebih dulu. Masih terlalu cepat untuk menyimpulkan.

“Hmm, lalu kamu melarikan diri begitu karena kamu ketakutan?”

“Ya, aku berlari entah tahu arah dan menangis karena takut sekali.”

“Aku akan mengurusinya nanti, panggil aku Guirusia saja ya, Kunosaki.”

“Ya, salam kenal Guirusia.”

Saat aku tersenyum kecil kepadanya, aku mendapat balasan senyuman juga walau begitu kecil, tetapi lumayan imut. Tiba-tiba saja, aku mendengar ada keributan di luar ruang kerjaku. Dengan berjalan ke arah pintu keluar, aku menguping sedikit percakapan di luar.

“Sial, di mana gadis iblis itu!? Cepat cari diseluruh gedung ini!”

Aku sedikit curiga dengan kata-kata mereka. Saat menengok ke arah Kunosaki, pandangan dia kosong entah melihat kemana. Dengan meminta izin kepadanya untuk keluar sebentar, dia menjadi sedikit takut, tetapi akhirnya memperbolehkan. Aku keluar dari ruangan kerjaku dan melihat banyak petugas keamanan yang berlari dan berhamburan kesana-kemari.

“Apa yang sedang terjadi? Kenapa banyak petugas yang berlari kesana-kemari?”

“Begini, kemarin malam ada seorang gadis iblis yang melarikan diri dari suatu ruangan percobaan dan sekarang tidak tahu entah dimana.”

“Oh begitu, terima kasih atas informasinya, aku akan membantu sebisaku kalau aku menemukannya.”

Aku masuk kembali ke dalam ruang kerjaku dan duduk di kursi asistenku karena Kunosaki duduk di kursiku. Lagi pula, Christina belum datang jadi kutempati terlebih dahulu. Dengan duduk dan merenung, aku mengolah informasi yang sudah dapatkan menjadi suatu kesimpulan.

Jadi tadi malam ada seorang gadis ras iblis kabur, tunggu… bukannya di Terra ini hanya ada manusia saja bukan? Mungkin aku akan mempelajari lebih nanti. Jadi kemungkinan juga Kunosaki yang dibahas oleh petugas tadi itu. Nanti akan kubicarakan dengan Blake.

Setelah beberapa saat aku menuju ke kamar mandi yang pintunya ada di kamar tidurku. Aku menenangkan pikiran sehingga aku bisa berpikir jernih. Ngomong-ngomong ini pertama kalinya sejak lama aku mandi di kamar mandi. Sekejap saja aku mengeringkan badanku setelah selesai mandi dan memakai pakaianku.

Aku kembali menuju ke ruang kerjaku. Karena Kunosaki juga belum mandi, aku mempersilahkan dia mandi. Ah… aku lupa kalau dia perempuan dan tidak memiliki ganti baju. Arghh… semuanya ini terlalu ribet. Saat memberikan dia bajuku, baru kusadari gaya pakaiannya yang aneh tidak mungkin dibuat di Terra, jadi kesimpulanku memang benar.

‘Benar-benar mencurigakan.’

Tiba-tiba Christina masuk ke ruang kerjaku dan berkata dengan setengah berteriak. Tidak bisa ya masuk dengan sopan dan bertanya dengan sopan juga? Hah~ biarkan deh, lagipula dia masih muda juga.

“Alpha, apakah kamu melihat seorang gadis yang hilang?”

“Nee~ Guirusia tidak adakah pakaian yang lebih kecil? Pakaian yang kau berikan terlalu besar.”

“….”

“Nee~ Guirusia kenapa kau-”

‘Sial, aku melupakan hal ini.’

Mereka terhening sejenak sampai akhirnya kesadaran mereka kembali penuh dan….

“APAAAA!!”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!