NovelToon NovelToon

Bimbing Aku Istriku

Daniel

Note:.

Silahkan baca cerita Muslimah itu milik seorang mafia terlebih dahulu jika ingin tau apa kejahatan masa lalu Daniel.Bisa klik profil author dan klik judul di atas🥰

...****************...

...****************...

Mansion Raymond Family.

Pranggg.

"Daniel!" teriak Malik sembari menjatuhkan gelas ketika melihat tangan Daniel berlumuran darah dengan sebuah pisau kecil di tangannya.

Malik mendekat pada Daniel yang masih memasang wajah santai dan damai.

"Apa yang kau lakukan? Darimana darah ini!" bentak Malik.

"Ada ular di belakang rumah, jadi Daniel bunuh saja." Daniel menjawab dengan polos nya sembari tersenyum.

"Tunjukkan pada Abi!" Daniel pun berjalan menuju belakang rumah, di sana ada beberapa pelayan yang sedang membersihkan sisa-sisa darah yang di sebabkan oleh Daniel.

"Besarkan ularnya," ucap Daniel menunjukkan bangkai ular. Malik hanya bisa memijit-mijit kepalanya, ia pun menarik Daniel berjalan ke sebuah kran air yang ada di dekat situ lalu mencuci tangan Daniel.

"Jangan lakukan lagi yah, Abi tidak suka melihat darah." Daniel mengangguk sembari melihat tangan Abi nya yang masih membersihkan tangannya dari darah.

Malik menoleh pada Daniel yang fokus pada tangannya, ia menghela nafas berat melihat putra semata wayangnya yang belum kunjung sembuh juga.

Karena kondisi mental Daniel yang belum sembuh, Malik pun akhirnya memutuskan untuk membawa Daniel dan keluarganya pergi ke negara tempat Daniel pernah berkuliah. Negara itu adalah negara mayoritas Islam, jadi pastinya nanti Daniel akan lebih mudah lagi beradaptasi.

Sayangnya harapan Malik untuk Daniel agar sembuh seakan terkubur semakin dalam. Anaknya itu semakin parah. Oleh karena itu, Malik pun tidak mengizinkan Daniel keluar dari rumah dan hanya menempatkan beberapa pelayan kepercayaannya saja.

Anaknya itu memang tidak membunuh manusia, hanya saja anaknya itu masih suka membunuh mahluk hidup yang ada di belakang rumah. Contohnya saja seperti hari ini.

"Abi, ayo kita masuk. Daniel ingin membersihkan diri," ucap Daniel membuyarkan lamunan Malik.

"Iya, ayo."

Daniel dan Malik pun pergi masuk ke mansion. Daniel berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya.

Setelah membersihkan diri, Daniel duduk di atas ranjang membawa sebuah foto di dalam laci nakas.

Ia tersenyum sendu melihat foto itu lalu meletakkan nya kembali ke leci nakas.

Ia merebahkan tubuhnya memandangi langit-langit kamar, bayangan masa lalu terus menghantuinya membuat kepalanya sakit dan ia ingin melukai seseorang.

"Ck, mengapa ingatan itu selalu saja menghantui ku!"

Daniel memukul kepalanya karena merasa pusing. Tak ada jalan lain, ia harus melakukan sesuatu. Sudah berapa kali ia meminum obat penenang namun obat itu tidak mempan untuk nya.

Ia pun membawa sebuah pisau silet di dalam laci nakas lalu tersenyum menyeringai, bola mata hitamnya berkilap karena sebuah ide terlintas di kepalanya.

Daniel memasukkan pisau itu di dalam saku celananya lalu berjalan keluar kamar. Tidak ada siapa-siapa karena memang ini masih siang, orang-orang mungkin sedang beristirahat karena lelah bekerja.

Daniel berjalan menuju pos depan tempat scurity berjaga. Ia tersenyum menyeringai melihat dua orang scurity sedang duduk berbincang.

Melihat kedatangan Daniel, kedua scurity itu menelan ludah kasar. Apalagi melihat tatapan membunuh dari Daniel.

"Tu-tuan muda," sala mereka.

Daniel berdiri tepat di depan mereka lalu mengeluarkan beberapa lembar uang.

Kedua scurity itu saling menatap.

"Terimalah," ucap Daniel mendesak agar mereka menerima uangnya. Para penjaga itu pun mengambil uang yang nominalnya banyak bagi mereka.

"Untuk apa ini tuan? Apa anda ingin membeli sesuatu?" tanya salah satu penjaga.

Daniel tersenyum sembari menatap mereka seperti akan menelan kedua pria itu. "Berikan aku tangan kalian sebentar," pinta Daniel membuat kedua penjaga itu gugup.

"Un-untuk apa Tuan?" tanya mereka gemetar ketakutan. Bekerja di sini memanglah butuh nyali yang besar karena harus berhadapan dengan tuan muda yang gila.

"Berikan saja. Kalau kalian menuruti keinginan ku, maka aku akan memberikan uang lebih." Daniel berjalan perlahan mendekati kedua penjaga itu.

"Kau, tolong ambilkan air minum. Aku ingin berbincang dengannya," ucap Daniel memerintahkan satu di antara mereka. Penjaga yang di beri perintah pun dengan cepat meninggalkan Daniel bersama penjaga satunya lagi.

"Tu-tuan." Tubuh penjaga itu gemetar ketakutan ketika Daniel menariknya ke dalam pos jaga.

"Shuuutttt, jangan berisik. Aku akan melakukan nya secara pelan-pelan," ucap Daniel mengeluarkan pisau silet kesayangannya.

"A-apa yang ingin anda lakukan Tuan? Bagaimana kalau tuan besar melihat ini?" tanya penjaga itu berusaha lepas dari Daniel.

"Tidak akan sakit, aku hanya ingin melukai mu sedikit saja. Setelah itu pergilah ke rumah sakit untuk mengobati luka mu."

Setelah mengatakan itu. Tanpa basa basi lagi, Daniel langsung menggores mata pisau di lengan penjaga malang itu. Laki-laki tua itu berusaha menahan rasa perih di tangan nya. Kalau saja bukan karena gaji dan kontrak, ia tak akan mau bekerja di lubang harimau ini.

"Sudah, aku hanya ingin melihat sedikit darah saja. Terimakasih," ucap Daniel tersenyum lalu memberikan lagi sejumlah uang untuk penjaga itu.

"Terimakasih, " ucap Daniel pergi meninggalkan penjaga yang sudah pucat pasi dan masih gemetaran.

"Kapan aku bisa keluar dari tempat ini?" lirih penjaga itu.

Bagaikan di jerat di dalam sebuah sarang laba-laba. Para pekerja di mansion ini dulunya tidak tahu akan keadaan Daniel, mereka yang tergiur dengan gaji yang fantastis pun dengan anteng melamar kerja di mansion mewah ini.

Tak lupa pula selembar surat kontrak di berikan pada mereka. Di sana tertulis, jika mereka akan bekerja untuk selamanya sampai usia menua dan memang tak sanggup lagi bekerja.

Melihat keramahan Malik, tentunya mereka pikir tempat itu tidaklah bermasalah.

Hingga satu dua Minggu mereka baru menemukan wujud sebenarnya keadaan mansion itu. Mereka harus selalu was-was kalau tuan muda mereka sedang dalam keadaan suasana hati yang buruk.

Ingin keluar dari pekerjaan, namun kontrak sudah mengikat mereka. Ingin melanggar kontrak, namun mereka bukanlah orang kaya yang bisa membayar denda yang mahal.

Di sinilah suka duka di lewati setiap harinya. Bertemu dengan tuan muda adalah salah satu hal yang sangat di hindari.

****

Di dalam kamar Daniel. Pria itu kembali membersihkan dirinya, ia kembali termenung mengingat apa yang sudah ia lakukan tadi. Rasa bersalah terus menghantuinya, ingin ia berhenti melakukan hal-hal keji itu, namun dorongan kuat dari dalam jiwa nya membuat ia buta akan penderitaan orang lain.

"Ya Allah, hamba ingin berubah," lirih Daniel menangisi kesalahannya tadi.

Seandainya Malik mengerti. Bahwa mengurung Daniel yang gila di rumah bukanlah hal yang benar. Mengurung seseorang hanya akan membuat orang itu semakin stress.

Sungguh jalan yang salah!

_

_

_

_

Hai-hai readers, jumpa lagi sama Dede author yang baik dan penuh kasih sayang😂. Ramah lingkungan dan tidak rajin menabung.

author membawa kan cerita Daniel si pshycophat ramah untuk kalian yang penasaran sama kehidupannya.

Kalau penasaran sama kesalahan Daniel di masa lalu bisa baca Muslimah Itu milik seorang mafia yah🥰

Untuk menghindari adegan-adegan kekerasan yang berlebihan, teman-teman bisa membaca judul babnya Karena author akan memberi kode ❎ pada bab yang mengandung kekerasan 🥰

selamat membaca.

Jangan lupa beri dukungan kalian untuk author.

tbc

Daniel#2

Hari sudah menjelang malam. Daniel yang baru saja selesai shalat Maghrib kini tengah bersiap untuk makan malam bersama Abi dan Umi tercinta.

Daniel pun berjalan keluar menuju meja makan. Di sana Abi dan Uminya sudah menunggu kedatangannya.

"Selamat malam, Abi, Umi." Daniel menyapa lalu duduk di kursi dan menatap makanan yang ada di meja makan.

"Selamat malam."

Setelah sapa menyapa, Aisyah mengambilkan makanan untuk suaminya sedangkan Daniel hanya diam menatap makanan lezat di hadapannya.

"Ada apa?" tanya Malik.

"Hmmm, Daniel tidak berselera." Daniel menatap Uminya yang mulai menyendoki nasi ke dalam piring milik Daniel.

"Umi, Daniel tidak mau makan." Walaupun Daniel mengatakan bahwa ia tak ingin makan, tetap saja Umi nya terus meletakkan makanan di dalam piring Daniel.

"Kata pak Lim, kau tidak makan nasi tadi siang. Jadi, malam ini kau harus makan nasi," ucap Aisyah sembari meletakkan sepiring nasi dan juga lauk-pauknya.

Daniel hanya menatap makanan yang di berikan Umi nya, sungguh tidak menggugah selera. Ia bahkan rasanya sudah kenyang hanya dengan menatap makanan itu saja.

"Makanlah Daniel," pinta Aisyah khawatir melihat kondisi anaknya.

"Daniel tidak mau makan, Daniel ingin makan buah saja. Pak Lim, tolong antarkan buah ke kamar," ucap Daniel bangun dari duduknya.

"Baik tuan," ucap pak Lim selaku kepala pelayan di mansion.

"Kalau kau hanya memakan buah, lalu kapan kau akan makan nasi. Kau ingin sakit?" kata Malik menghentikan kunyahan nya.

"Abi, Daniel tidak berselera untuk makan. Makanan itu tidak.....hmm begitulah," ucap Daniel.

Malik tampak menghela nafas panjang. Sangat sulit agar anaknya ini makan.

"Umi, carilah koki baru besok. Para koki di sini masakannya tidak cocok dengan lidah Daniel," ucap Daniel sembari menatap para koki yang berbaris dan gemetar ketakutan.

"Umi baru saja mengganti koki 2 hari yang lalu dan kau ingin Umi mencari yang baru. Yang benar saja, sayang. Beribu-ribu koki pun yang akan bekerja di sini, kau tetap tak menyukai makanan mereka."

"Hmmm, di coba saja Umi. Siapa tahu ada yang cocok nanti, Daniel ke kamar dulu."

Daniel pun akhirnya pergi meninggalkan meja makan dan kembali masuk ke dalam kamar. Di meja makan Aisyah menatap khawatir anaknya yang sudah pergi ke kamar. Ia harus mencari koki handal yang dapat membuat Daniel mau makan.

"Pak Lim, jangan lupa vitaminnya taruh saja di dalam jus," titah Malik. Pak Lim pun mengangguk mengerti lalu pergi mengambil buah-buahan dan juga jus.

Di dalam kamar, Daniel duduk di balkon sembari memandangi langit-langit berbintang.

Tok...Tok... Tok....

"Tuan, saya membawa makanan untuk anda," ucap pak Lim dari luar kamar.

"Masuklah."

Pak Lim pun masuk ke dalam kamar lalu meletakkan potongan buah dan juga jus di meja.

"Saya undur diri, tuan."

"Hmm."

Pak Lim sudah keluar, tinggal Daniel yang kini sedang menikmati buah dan jus. Hatinya yang tak pernah tenang membuat ia selalu saja ingin menangis dan menyakiti diri sendiri.

Daniel POV

Hai, namaku adalah Daniel Lahanta Raymond. Anak tunggal dari pasangan Abi Malik dan juga Umi Aisyah. Umurku 23 tahun dan aku adalah seorang pria yang di kurung dalam sangkar.

Orang-orang menganggap aku adalah anak yang paling beruntung, lahir di keluarga ramah dan juga penuh kekayaan. Tapi, sebenarnya mereka tidak tahu bahwa aku adalah orang yang kesepian.

Tak ada yang tidak bisa aku dapatkan, semuanya bisa aku dapatkan hanya dengan sekali meminta. Namun, aku baru sadar bahwa ada satu yang tak bisa aku dapatkan walau aku punya uang setinggi gunung.

Apa itu?

Itulah Ketenangan jiwa.

Tanpa ketenangan jiwa, kita akan merasa was-was. Tanpa ketenangan jiwa, rasanya semua yang kita miliki hanyalah sia-sia.

Aku ingin ketenangan jiwa!

Meski aku orang kaya, aku tidak terlalu memiliki banyak teman. Aku hanya memiliki beberapa teman saja yang benar-benar mau berteman apa adanya, sedangkan teman yang lain, hanyalah teman yang datang pada waktu membutuhkan saja.

Bahkan sekarang aku merasa sangat sendirian karena tak ada teman di mansion ini. Para pelayan dan penjaga menjauhiku, betapa menyedihkannya hidupku ini. Tapi, aku tetap bersyukur.

Abi tak mengizinkan aku keluar rumah kalau tidak ada keperluan. Teman-teman ku hanya datang sesekali ke mansion.

Aku benar-benar di perlakukan layaknya orang gila.

Yah aku memang gila.

Siapapun yang melihat ku dengan keadaan seperti ini mereka akan menyimpulkan bahwa aku adalah orang gila.

Orang gila!

Tidak bisa di pungkiri bahwa aku tergolong laki-laki tampan dan ramah. Orang-orang yang melihat senyumanku pastinya ingin berteman dengan ku.

Hanya saja, aku yang tidak bisa menahan hasrat membunuh ku terpaksa harus menjauhi mereka dan berteman hanya dengan orang-orang yang aku percayai.

Apa kalian percaya akan tentang cinta?

Apa kalian pernah menderita karena cinta?

Apa kalian pernah menjadi monster hanya karena cinta?

Kalau aku jawabannya "iya."

Aku mengenal apa itu cinta karena aku pernah mencintai seseorang yang ternyata istri orang lain.

Aku pernah menderita karena cinta ketika tahu ternyata cinta ku tak terbalas.

Aku juga pernah menjadi monster hanya kerena cinta. Membunuh bahkan memperkosa.

Seharusnya aku mati saja agar rasa bersalah ini tak terus menghantuiku. Tapi, Sang Maha Pencipta belum berkehendak. Mungkin aku sedang di beri kesempatan untuk berubah agar bisa menebus dosa-dosa di masa lalu.

Aku berharap aku bisa berubah dan darah monster yang ada di tubuhku lekas hilang. Aku lelah.

Ya Allah, tunjukkan hamba jalan yang benar. Hamba ingin berubah.

Aamiin.

_

_

_

Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah

jangan lupa beti dukungan

Tbc.

Zahra

Braakkk

Suara pintu di tutup dengan keras. Seorang gadis masuk ke dalam kamar lalu melempar tas ranselnya, membuka jilbabnya dan juga kaus kaki serta handsock nya. Tak lupa pula ciput dan gamis yang ia kenakan hingga hanya bersisa celana tidur dan tentop.

Dengan lemah ia membaringkan tubuhnya memeluk guling kesayangan nya. Suara isak tangis terdengar menembus hening nya kamar.

Tok..Tok...Tok...

Suara pintu di ketuk, gadis itu hanya diam tak ingin bergerak sedikit pun.

"Zahra buka pintunya," suara orang dari luar kamar. Dengan lemas gadis itu melangkahkan kakinya membuka pintu.

Di sana sudah ada seorang wanita dewasa cantik dengan memakai pakaian minim.

"Ada apa?" tanya wanita itu.

Gadis itu hanya memalingkan wajahnya lalu kembali membaringkan tubuhnya di kasur.

"Zahra," panggil wanita dewasa itu.

"Tidak apa-apa, Bu. Aku hanya lelah," lirih gadis yang sering di sapa Zahra.

"Oh, ibu kira kau sedang sakit. Tumben pulangnya cepat. Apa restoran nya sudah tutup?" tanya ibu Zahra.

Tampak gadis itu hanya diam, sesekali terdengar isakan kecil dari balik guling.

"Kau menangis sayang?"

"Tidak! Tidak bisakah ibu berhenti dari pekerjaan itu! Zahra lelah Bu, Zahra lelah. Kita tidak perlu uang yang banyak, rumah yang mewah. Kita hanya perlu rezeki yang halal Bu," lirih Zahra menangis membuat wanita dewasa itu menunduk.

"Ibu minta maaf," lirihnya memegang tangan Zahra.

Zahra yang melihat wajah sedih ibunya, langsung memeluk wanita dewasa itu. Raut wajah yang sendu dan juga lelah.

"Ibu, kalau ibu berhenti bekerja. Zahra akan mencari pekerjaan yang gajinya besar, Zahra janji akan memenuhi semua kebutuhan ibu." Zahra mencoba menyakinkan ibunya agar bisa meninggalkan pekerjaan haram itu.

"Bukan nya kau sudah punya pekerjaan?"

"Zahra baru saja di pecat Bu, orang-orang sudah tahu kalau Zahra anak seorang... seorang...." Zahra bahkan tak bisa melanjutkan ucapannya karena begitu terpukul.

"Maafkan ibu."

Rasa bersalah melihat anak gadisnya yang harus putus sekolah karena kekurangan biaya dan juga Bullyan dari teman-temannya membuat wanita berusia 41 tahun itu tak kuasa menahan tangisnya.

Di usianya yang sudah tua, ia masih terlihat cantik dan muda karena memang ia melakukan perawatan agar bisa memuaskan pelanggan nya. Yah, dia adalah pekerja seksual. Bukanlah keinginan nya untuk bekerja di tempat hina itu. Tapi, sesuatu mengharuskan ia bekerja di sana.

Suara deringan ponsel terdengar, Saras ibu dari Zahra langsung mengangkat panggilan sedikit menjauh dari Zahra.

"Iya..Iya.. Maaf, aku akan ke sana. Iya.. Maaf tuan," ucap Saras tampak panik.

"Sayang, ibu membuatkan mu makanan kesukaan mu. Makanlah, masalah pekerjaan jangan kau pikirkan. Ibu akan mencarikan pekerjaan halal untuk mu yah. Makanlah dengan lahap, ibu membeli bahan-bahan nya dari uang jualan online ibu. Selamat malam sayang, " ucap Saras mengecup kening Zahra lalu pergi keluar dari kamar menuju jalan.

Di sana sudah ada sebuah mobil yang menunggu nya. Saras langsung naik ke dalam mobil mewah itu dan mobil pun berjalan menuju tempat tujuan.

Saras memandangi rumah sederhana nya, ia harus bisa menerima ini semua. Setelah semua urusannya selesai, ia janji akan segera meninggalkan pekerjaan hina ini.

Ia janji.

"Kau terlambat 12 menit. Kau tahu, waktu sangatlah berharga. Bagaimana jika klien ku pergi, ha!" bentak pria yang sedang mengemudikan mobil. Saras hanya bisa menunduk sesekali mencengkeram ujung bajunya.

"Maaf. Tadi Zahra sedang sedih."

"Oh, hahahaha. Zahra, ternyata keponakan ku sudah semakin besar yah." Saras mengangkat kepalanya melihat ekspresi yang di berikan pria itu. Sangat menjijikan.

"Jangan pernah macam-macam dengan anak ku, tuan Zaki!" tegas Saras tak suka.

Laki-laki itu tergelak. "Tenang saja. Selama kau bisa mengumpulkan uang untuk membayar hutang mu, maka Zahra akan aman." Laki-laki itu tersenyum genit menatap Saras.

"Kalau saja kau mau menjadi simpanan ku waktu itu, pastinya kau tidak perlu melayani laki-laki hidung belang laim."

Saras kembali mengingat itu, kejadian bertahun-tahun lalu dimana semuanya awal dari yang terjadi hari ini.

Flashback on

Saat itu adalah saat dimana rasanya dunia Saras hancur. Kehilangan suaminya di saat anak mereka masih berumur 5 tahun.

Suami Saras sekaligus ayah Zahra meninggal dalam keadaan sedang shalat subuh.

Hal itu membuat Saras mau tak mau harus menjadi seorang single parent yang tangguh.

Pada saat 12 hari setelah suaminya berpulang ke Rahmatullah. Keluarga suaminya datang padanya untuk meminta uang.

"Apa-apaan ini?" tanya Saras tak habis pikir setelah membaca detail hutang yang harus ia bayar.

"Itu adalah rincian hidup dari suamimu. Dari dia masih di kandungan sampai di menikah, yah aku hanya menuliskan sesuatu yang memakan uang besar saja. Kalau yang kecil-kecil anggap saja itu sedekah. Jadi, kau harus membayar uang kehidupan suamimu!"

Saras tak habis pikir. Bisa-bisanya wanita tua yang berstatus ibu dari suaminya itu menagih uang hidup dari suaminya. Apa dia pantas dikatakan sebagai ibu?

"Kau adalah ibunya. Sudah menjadi kewajiban mu untuk membesarkan nya. Lalu mengapa kau memperincikan semua kebutuhan hidupnya selama ini?"

"Jangan banyak bicara! Itu urusan ku! Ketika dia memilih untuk menikahi gadis desa seperti mu, di situlah aku memutuskan tali ikatan darah kami! Dia bukan lagi anak ku, jadi kau harus mengganti semua uang ku itu!" tegas wanita tua itu yang bernama Nonik ibu dari suami Saras.

Saras kembali melihat isi surat perincian hutang suaminya. Matanya terbelalak kaget melihat nominal uang yang harus ia bayar.

750 juta.

"Ini pemerasan!" ucap Saras tak terima. Bagaimana bisa ia yang masih berduka atas kepergian suami tercintanya bisa membayar hutang sebanyak ini.

"Pemerasan? Apa kau tidak bisa berhitung. Sudah aku bilang biaya ini adalah biaya hidup suamimu selama dia bersama ku, mulai dari dalam kandungan sampai di memilih menikahi gadis kumuh seperti mu!" tegas Nonik.

Laki-laki yang ada di samping Nonik dan juga wanita yang di sampingnya tersenyum mengejek melihat kesengsaraan Saras. Yah, laki-laki itu adalah anak kedua Nonik bernama Zaki, ipar Saras. Sedangkan wanita yang satunya lagi adalah istri dari Zaki yang bernama Lia.

Lihatlah, betapa senangnya raut wajah mereka melihat Saras tertekan. Memang pasangan laknat!

"Aku akan membayar nya kalau aku sudah mempunyai pekerjaan, aku janji akan membayarnya," ucap Saras berharap ia di beri waktu untuk melunasi hutang-hutangnya.

"Ibu.... Adek mau minum susu," rengek anak perempuan berusia 5 tahun memeluk kaki Saras. Dia adalah Zahra kecil.

Mata ketiga tamu tak di undang itu langsung melirik anak balita yang ada di kaki Saras.

"Sayang, masuklah dulu. Nanti, ibu akan membuatkan susu hangat untuk mu." Zahra pun langsung masuk dan melanjutkan mainnya. Sebuah seringaian licik terukir di bibir ketiga tamu tak di undang itu.

"Anak mu cantik. Sama seperti ibunya. Bagaimana kalau nanti anak mu saja yang membayar hutang ayah nya," saran Nonik.

"Apa maksud mu?" tanya Saras sudah tak memperhatikan sopan santun lagi.

Nonik tersenyum sembari menatap putra dan menantunya. "Jadikan anak mu sebagai pel*cur bila besar nanti, dia pasti akan menghasilkan uang yang banyak. Dan hutang mu bisa terbayar."

"Kalian gila!"

_

_

_

_

_

Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah

tbc.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!