Tepat pukul 4 sore aku melangkahkan kakiku menuju ruangan di mana atasanku berada setelah aku menerima telpon darinya. sampainya aku didepan pintu akupun dengan cepat merapikan baju dan rambutku agar terlihat rapi,sambil mengatur nafas agar sedikit rileks akupun mengetuk pintu dan memberikan salam.
'tok ..tok..tok..'
" selamat sore ibu ! " sapaku setelah mengetuk pintu ruangan.
" selamat sore, silahkan masuk." jawab atasanku dari dalam ruangan.
Setelah dipersilahkan masuk aku dengan pelan membuka pintu ruangan tersebut, aku masuk dan segera berjalan menuju ke depan meja atasanku yang sedang memeriksa dokumen. Aku duduk di kursi setelah dipersilahkan duduk olehnya.
" Lusi, ada sesuatu yang mau ibu bicarakan padamu ! " kata atasanku yg bernama ibu Maria Wirajaya.
Ibu Maria sangat baik padaku dari awal aku bekerja pada beliau, sampai sampai aku tidak di perkenankan memanggil beliau nyonya besar seperti karyawan lain di perusahaan keluarga Wirajaya yg di pegang oleh nyonya Maria Wirajaya istri dari tuan Agus Wirajaya. Perusahaan ini bergerak di bidang perhotelan dan kesehatan, perusahaan keluarga Wirajaya memiliki beberapa hotel di 5 kota besar dan 3 hotel di luar negeri Singapura, Australia dan New York. Sedangkan di bidang kesehatan keluarga Wirajaya memiliki 3 rumah sakit di kota besar dan beberapa klinik.
" iya ibu ada apa ? ada yang bisa saya bantu?" tanyaku pada beliau.
" begini Lusi, ibu mau mengajak kamu pergi ke Jakarta untuk membantu ibu menghandel perusahaan pusat di sana, karna ada salah satu hotel di sana yg sedang bermasalah, jadi ibu minta kamu untuk ikut ibu kesana. " ajak ibu Maria yg membuatku terkejut karena walaupun ibu Maria sering pulang pergi antara perusahaan pusat dan cabang ibu Maria tidak pernah sekalipun mengajakku ikut serta selama aku bekerja padanya 3 tahun ini.
Aku bekerja sebagai sekretaris ibu Maria di kantor cabang perusahaan keluarga Wirajaya, kantor cabang ini untuk menghandel semua data perhotelan dan rumah sakit yang di miliki keluarga Wirajaya di kota Surabaya kota di mana ibu Maria di lahirkan dan seluruh keluarganya berada, sedangkan suaminya berasal dari Jakarta dan memegang kendali di perusahaan pusat.
" maaf ibu apa ibu tidak salah mengajak karyawan ? maksud saya, saya cuma sekretaris di sini ibu. " kataku yang masih bingung dengan ajakkan ibu Maria.
" tidak Lusi, justru karena kamu sekretaris ibu di sini makanya ibu mau mengajak kamu untuk ikut ibu ke sana,karena ada satu sekretaris bapak yang disana mengundurkan diri, jadi dari pada ibu harus mencari sekretaris baru lebih baik kamu yg ikut ibu kesana untuk membantu ibu supaya pekerjaan disana cepat selesai, baru setelah itu ibu akan mencari sekretaris yang baru. "kata ibu Maria menjelaskan dengan lemah lembut.
" ini hanya untuk sementara Lusi sampai pekerjaan ibu disana selesai, setelah itu kamu bisa kembali lagi kesini. " kata ibu Maria lagi karena aku hanya diam menatap bingung ibu Maria.
" maaf ibu sebelumnya, saya siap untuk ikut ibu pergi kesana, tapi maaf ibu apa benar tugas ini untuk sementara Sampai masalah di sana selesai dan saya bisa kembali lagi kesini? " tanyaku pelan.
" ibu mengerti kamu terkejut dan bingung karna ini sangat mendadak, tapi ibu lebih percaya kamu saat ini untuk membantu ibu di sana menggantikan posisi sekretaris bapak yang kosong, karena sedikit tidaknya kamu dan sekretaris itu sama sama tahu kondisi perusahaan, apalagi di sana ada masalah yang harus cepat diselesaikan, jadi kalau untuk mencari sekretaris yang baru perlu waktu buat dia untuk beradaptasi mengenai kondisi perusahaan. "
" jadi ibu minta kamu segera bersiap siap dan malam ini juga kita akan berangkat." kata ibu Maria yang tambah buat aku terkejut karena malam ini juga akan berangkat kesana.
" malam ini ibu? " tanyaku tak percaya.
" iya malam ini, besok pagi kita langsung bekerja, dan tenang Lusi ibu janji padamu.." kata ibu Maria dengan tatapan lembutnya.
" begitu ibu mendapatkan sekretaris pengganti kamu akan segera kembali lagi bekerja di sini."
" baik ibu.." kataku sambil menganggukkan kepalaku.
" jadi sekarang lebih baik kamu pulang awal buat mempersiapkan keperluan yang akan di bawa, dan memberitahukan berita ini kepada orangtua kamu, kita berangkat jam 8 malam ini langsung bertemu di bandara, asisten Ari sudah mempersiapkan tiket dan data dokumen serta agenda selama disana yg akan kamu pelajari selama diperjalanan nanti, supaya besok kamu sudah siap langsung bekerja membantu ibu."
" baik ibu saya mengerti dan saya pamit untuk mempersiapkan segalanya. "jawabku langsung berdiri dan menganggukkan kepala tanda hormat.
Setelah ibu Maria juga menganggukkan kepalanya akupun bergegas keluar dari ruangan dan menuju ke meja kerjaku yang berada tak jauh dari ruangan ibu Maria, aku segera merapikan dan mematikan layar komputerku, aku pamit pada Ani teman kantorku yang sama sama menjadi sekretaris Ibu Maria setelah aku menjelaskan padanya kalau aku sementara akan ikut ibu Maria ke kantor pusat untuk membantunya disana.
Sesampainya aku di rumah akupun langsung memberitahukan dan menjelaskan kepada ibu dan ayah kalau aku sementara harus ke Jakarta ikut ibu Maria untuk membantunya di sana sampai masalah di sana selesai dan kantor pusat mendapatkan sekretaris yang baru.
Awalnya ibuku sangat terkejut dan tidak merestuinya karena ini sangat mendadak dan untuk pertama kalinya aku akan keluar kota, tapi setelah pelan pelan aku serta ayah coba untuk membujuk dan merayu ibu, akhirnya ibu pun mengizinkan juga, ibu membantuku mempersiapkan segala keperluanku sambil menasehati ku agar aku berhati hati di kota besar sambil sesekali menghapus air mata yang mengalir di pipinya, aku hanya bisa memberikan senyum manis agar ibu bisa lega melepasku bekerja di luar kota, karena ini untuk sementara saja tapi ibu seolah - olah aku akan pergi selamanya dan tak akan kembali.
Selesai makan malam bersama ayah dan ibu aku segera pamit pergi saat mobil taksi sudah datang didepan rumah, sebenarnya ayah dan ibu ingin ikut mengantarku ke bandara tapi aku melarangnya dengan alasan takut terlalu malam nanti ayah dan ibu pulang, merekapun dapat mengerti walau dengan wajah sedih hanya bisa mengantar sampai didepan gerbang saja.
Tepat pukul 7.30 aku sudah ada di bandara bertemu dengan ibu Maria dan asisten Ari, kami segera check in lalu masuk ke dalam pesawat untuk berangkat ke Jakarta
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi hari pertama di Jakarta sambil menikmati sarapan pagi di restaurant hotel milik ibu Maria. Selama di Jakarta aku akan tinggal di hotel milik ibu Maria untuk sementara waktu, tentunya kamar untuk satu orang sedangkan asisten Ari punya apartemen sendiri karena dia memang asli dari Jakarta.
Aku sarapan sambil mempelajari data laporan yang akan di bahas nanti di kantor pusat serta agenda yang di berikan kemarin oleh asisten Ari, sementara menunggu jemputan dari asisten Ari sesekali aku melihat agenda jadwal ibu Maria satu minggu ke depan.
Akupun mengerutkan alisku karena ada jadwal kunjungan ibu Maria dan Tuan Agus Wirajaya ke Singapura untuk melihat klinik yang baru.
" apa aku juga akan ikut ibu Maria ke Singapura ya? " gumamku sambil mengetuk ketukkan jari telunjukku di buku agenda.
" akukan tidak punya pasport, gimana ini !" kataku sambil menghembuskan nafas lesu.
"ah sebaiknya nanti aku tanyakan ke asisten Ari saja." gumamku yang tidak menyadari kalau asisten Ari sudah berada di depanku karena aku masih fokus ke buku agenda.
"mau tanya apa?" tanya asisten Ari yang membuatku terkejut, dengan cepat aku melihat ke depan, belum sepenuhnya aku sadar asisten Ari menyapaku lagi.
"selamat pagi Lusi !" sapanya
"selamat pagi asisten Ari." jawabku sambil tersenyum manis.
"tadi aku dengar kamu mau bertanya padaku?mau tanya apa?" tanyanya sembari duduk di kursi tepat berada di depanku.
"aahhh ini...ada agenda kunjungan nyonya dan tuan Wirajaya ke Singapura.." kataku sambil menyerahkan buku agenda yg kupegang padanya.
Asisten Ari langsung mengamati apa yang aku maksud.
"aahh yang ini...iya benar Minggu depan nyonya dan tuan akan berangkat kesana untuk melihat perkembangan klinik yang baru di Singapura." jawabnya sembari melihatku dan aku hanya diam sambil tersenyum tipis.
"ada masalah Lusi?" tanyanya lagi.
"aahh itu..." kataku ragu.
"ada apa ?"
"mmmm... begini asisten Ari...apa aku juga akan ikut ke Singapura ?" tanyaku ragu - ragu.
"iya tentu saja kamu akan ikut, kamukan sekretaris nya nyonya Maria, apa ada masalah ?"
"mmmm ituuu...!!!"
"ada apa Lusi ?"
"aku...sepertinya tidak bisa ikut kesana."
"kenapa ?"
"aku tidak punya pasport asisten Ari." jawabku sambil menggigit bibir bawahku.
"apa...? maksud kamu pasport nya ketinggalan di surabaya ?" tanyanya dan akupun hanya menggelengkan kepalaku.
"aku tidak punya pasport karena aku tidak pernah pergi ke luar negeri asisten Ari." jawabku pasrah.
" aduhh...beneran Lusi...?" tanyanya terkejut. Aku hanya menganggukkan kepala.
"apa bisa aku di gantikan dengan sekretaris yang lain asisten Ari ?"
"ahhh..aku kurang tahu Lusi, sebaiknya nanti kamu tanyakan langsung sama nyonya Maria." jawabnya sembari meluruskan badannya dan bersandar di punggung kursi.
"baiklah. "jawabku mengerti.
Percakapan kamipun selesai karena jam sudah menunjukkan untuk segera menjemput ibu atau nyonya Maria ke Mensionnya.
...*********...
Sesampainya kami di depan gerbang mansion keluarga Wirajaya, aku berdecak kagum dengan mansion ini karena besar dan indah seperti istana.
Dengan cepat aku menetralkan sikapku karena melihat lirikkan mata asisten Ari, diapun tersenyum karena aku salah tingkah.
Mobil segera masuk ke halaman mansion dan berhenti di depan teras yang cukup luas sebelum masuk ke dalam mansion. Pintu kayu yang cukup besarpun terbuka oleh seorang pelayan wanita setelah asisten Ari menekan bel pintu tersebut.
"selamat datang, selamat pagi asisten Ari !" sapa pelayan itu dengan membungkukkan sedikit badanx memeberi hormat dan tersenyum manis.
"selamat pagi Anis ! apa nyonya sudah siap ?" jawab asisten Ari juga dengan ramah.
"sudah, nyonya sedang menunggu di ruang makan, beliau baru selesai sarapan pagi."
Aku hanya tersenyum dan sedikit menganggukkan kepala pada pelayan wanita itu yang di balas dengan senyum ramahnya. Kami masuk kedalam rumah, dan lagi - lagi aku terkagum - kagum dengan mansion Wirajaya, di dalam sangat luas dan indah dengan desainnya yang modern.
Tiba - tiba aku merasakan sesuatu yang aneh setelah melihat tangga mewah yang menuju ke lantai 2 mansion, aku merasa sangat familier dengan tangga mewah seperti itu, langkahku terhenti sambil memandang ke arah tangga mewah itu, aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat.
Saat aku ingin mengingatnya lagi aku merasakan kepalaku sedikit pusing, akibatnya aku memegang kepalaku dan terhuyung selangkah kebelakang.
Pelayan wanita yang kebetulan ada di belakangku dengan segera membantuku agar tidak oleng dengan memegang lengan dan punggungku secara halus.
Asisten Ari ikut berhenti dan langsung menoleh kebelakang setelah mendengar pelayan wanita itu bertanya padaku apa yang terjadi.
"kenapa nona ? Anda tidak apa - apa ?" tanya Anis padaku.
Aku hanya menggelengkan kepalaku untuk sekedar meringankan pusing di kepalaku, asisten Ari yang melihat aku memegang dan menggelengkan kepalaku segera mendekat memegang pundak ku dan bertanya.
"ada apa Lusi ?" tanya asisten Ari.
"aahhhh...tiba - tiba kepalaku pusing setelah melihat tangga itu. " jawabku sambil menunjuk ke arah tangga, kedua orang yang berada di dekatku pun ikut menoleh ke arah tangga yang aku tunjuk.
"ada apa dengan tangga itu Lusi ?" tanya asisten Ari.
"aku merasa pernah melihat tangga yang seperti itu, tapi aku tidak tahu dimana, setelah aku coba buat mengingatnya kepalaku pusing." jawabku sambil menggeleng kepala.
Asisten Ari dan Anis saling pandang dan setelah itu bertanya lagi.
"atau mungkin kamu pusing karena masih mabuk pesawat ?" tanya asisten Ari khawatir.
"sepertinya...! "jawabku dan aku segera sadar setelah pusing di kepalaku agak mendingan, aku segera berdiri tegak dan tersenyum tipis untuk merilekskan pikiranku.
Kami berjalan lagi masuk keruang makan, disana ada nyonya Maria yang sedang menyeruput teh hangatnya.
"selamat pagi nyonya Maria." sapa kami bersamaan.
"ooo..kalian sudah datang, selamat pagi ! ayo sarapan dulu." ajak Nyonya Maria sambil tersenyum ramah.
"terima kasih nyonya kami sudah sarapan." jawab asisten Ari dan aku hanya mengangguk dan tersenyum.
"ya sudah, mari kita berangkat kekantor !" ajak Nyonya Maria kepada kami.
Kami segera berangkat menuju ke kantor pusat, di perjalanan nyonya Maria bertanya kepadaku mengenai data - data yang sudah ku pelajari. Dan tidak ada masalah aku bisa dengan cepat mengerti dan tahu apa yang harus aku lakukan dan perbaiki di dalam data laporan tersebut.
Nyonya Maria begitu sangat puas dengan apa yang aku kerjakan dan cepat bisa mengerti.
......................
Sesampainya kami di depan loby kantor pusat yang 2 kali lipat lebih besar dari kantor cabang di Surabaya, aku tersenyum bangga karena aku mendapat kesempatan untuk bekerja di sini walaupun hanya sementara waktu.
Kami berjalan masuk ke loby kantor yang segera di sambut oleh bapak wakil menager kantor pusat bapak Bambang. Pria yang berkisaran berumur 40 tahunan, setiap karyawan yang berpapasan dengan kami membungkuk hormat dan menyapa dengan senyum ramah.
Setibanya di depan lift, kami hanya menunggu sebentar pintu lift pun terbuka,karena memang lift tersebut 'lift khusus Presdir'.
Kami sampai di lantai 20 dan segera masuk ke ruangan Presdir, ruangan yang sangat luas berdesain modern memakai furniture yang elegan dan warna yang sangat nyaman di pandang mata.
'Wooww inikah kantor pusat semua serba luas, besar dan mewah. Nyaman untuk bekerja disini', gumamku di dalam hati.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ ...
...Sekian dan terima kasih 🙏 sampai bertemu kembali di episode berikutnya.mohon saran dan komennya yang bijak....
Kami berjalan masuk ke ruang meeting yang sangat luas, di sana sudah banyak petinggi kantor pusat, manager hotel, manager rumah sakit dan klinik yang ada di Jakarta sudah menunggu, begitu nyonya Maria memasuki ruangan semua yang ada di dalam ruangan berdiri serta membungkukkan sedikit badannya tanda hormat.
Setelah nyonya Maria duduk di kursi Presdir paling depan baru yang lainnya menyusul untuk duduk. Aku dan asisten Ari duduk di kursi yang sudah ada disisi ruangan tidak jauh dari nyonya Maria tempati untuk memimpin rapat.
'waahh apa aku sedang bermimpi ya pagi ini,melihat semua ini seperti di film - film yang pernah aku tonton???' tanyaku dalam hati.
Aku senang sekali mendapat kesempatan ini untuk menambah pengalamanku bekerja, ikut serta dalam rapat Presdir dengan para petinggi kantor pusat.
Di kantor cabang aku juga sering ikut rapat bersama nyonya Maria hanya bersama beberapa direktur dan manager saja, dan dalam ruang rapat yang tidak terlalu besar dari ini.
Jadi ini pengalaman pertamaku bekerja dalam suasana lingkuan yang seperti ini, seperti yang di film - film. Sebenarnya aku sangat gugup sekali tapi aku berusaha untuk tidak menunjukkannya, aku berusaha memasang wajah setenang mungkin. aku tidak boleh sampai melakukan kesalahan yang buat nyonya Maria akan kecewa padaku karena sudah mau memberikan aku kesempatan ini.
Rasanya seperti waktu pertama kalinya aku akan interview pekerjaan.
'Ya Tuhan bantulah hambamu ini agar tidak melakukan kesalahan.' doaku didalam hati.
Nyonya Maria memulai rapatnya dengan salam senyum yang ramah tapi tetap terkesan tegas, ini yang membuat aku semakin jatuh cinta dan kagum pada nyonya Maria sebagai panutan ku.
"sebelum kita mulai membahas data - data laporan dan masalah yang ada, saya akan memperkenalkan kalian dengan salah satu karyawan kita dari kantor cabang Surabaya, saya sendiri yang membawanya ke sini untuk sementara waktu menggantikan sekretaris Presdir Agus yang beberapa hari lalu mengundurkan diri." kata Nyonya Maria menjelaskan yang membuat beberapa tatap mata mengarah padaku.
Mereka langsung bisa menebak bahwa karyawan kantor cabang itu pasti aku, karena untuk pertama kalinya mereka melihat aku bersama nyonya Presdir.
"kalian pasti bertanya kenapa mesti sekretaris pengganti datang dari kantor cabang? padahal di kantor pusat tidak akan kekurangan sekretaris." katanya dengan posisi duduk yang elegan dan tegas menurutku, yang membuat para petinggi tidak ada yang berkomentar.
"dia saya pilih karena menurut saya dia sangat tepat di posisi sekretaris pengganti, karena dia cerdas dan cepat mengerti dalam segala arahan saya. Dia sangat profesional dan saya nyaman bekerja dengannya." kata Nyonya Maria yang membuatku merasa terharu serta bangga karena nyonya Presdir Wirajaya langsung yang memujiku.
Para petinggi hanya menganggukkan kepala tanda mengerti ucapan atasan mereka.
"baik kita langsung saja, asisten Ari ajak Lusi ke sini !" perintah nyonya Maria yang langsung kami laksanakan. Kami berjalan dan berdiri di samping nyonya Maria.
"ayo perkenalkan dirimu !" kata asisten Ari sedikit berbisik,aku menganggukkan kepala tanda mengerti.
Aku menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan agar tidak ada yang tahu aku gugup.
"selamat pagi, perkenalkan nama saya Lusi Arsinta, saya sekretaris Nyonya Maria dari kantor cabang Surabaya, mohon bimbingan dan kerjasamanya kepada saya, sekian dan terima kasih." kataku tanpa ragu dan tersenyum semanis mungkin agar gugupku tidak terlihat.
Beberapa tatap mata terus melihat kepadaku dengan beragam cara, ada yang mau menerima, ada yang meragukan, ada juga yang seperti tak peduli, dan satu yang membuat mataku penasaran saat mataku bertemu dengan mata seorang pria sekitar berumur 45 tahunan.
Mata itu seolah terkejut tak percaya melihatku, Begitu sekiranya dalam pandanganku.
Aku berusaha untuk mengabaikannya dan mengambil langkah mundur memberi ruang pada asisten Ari melanjutkan tugasnya.
"kepada para petinggi dan manager yang ada pertanyaan seputar sekretaris pengganti,di persilahkan sebelum kita mulai rapat ini." kata asisten Ari tegas tanpa ada keraguan.
Para petinggi dan manager saling bertukar pendapat dulu dengan sesama teman yang ada di sampingnya. Sampai saat laki - laki yang menatapku dengan tatapan terkejut tak percaya pun angkat tangan ingin mengajukan pertanyaan.
"iya direktur Salim dari R.W.C hotel, silahkan!!" kata asisten Ari memberikan kesempatan kepada direktur Salim untuk bicara.
"terima kasih sebelumnya Presdir Maria !" kata direktur Salim sedikit menganggukkan kepala kepada nyonya Maria yang di balas dengan cara yang sama.
"saya mau bertanya apa benar nama kamu Lusi Arsinta dan bekerja menjadi sekretaris di kantor cabang Surabaya ?" tanyanya yang membuat semua orang Di sana bingung dan saling pandang, Begitupun aku.
"iya nama saya benar Lusi Arsinta dan saya benar bekerja menjadi sekretaris Presdir Maria di kantor cabang." jawabku tegas.
"sudah berapa lama anda bekerja di sana?" tanyanya yang membuat semua orang kembali saling pandang tak percaya dengan pertanyaan direktur Salim, seolah benar - benar tak percaya padaku.
"sudah 3 tahun." jawabku singkat. yang membuat kedua alis direktur Salim mengkerut, itu tidak luput dari pandangan asisten Ari dan juga Presdir Maria.
"ada apa dengan pertanyaan anda direktur Salim ?" kali ini Presdir Maria sendiri yang mengajukan pertanyaan, masih dengan sikap duduk yang anggun tapi dengan tatapan yang tegas.Yang membuat mimik muka direktur Salim melunak.
"apa kamu bermaksud tidak percaya dengan pilihan saya dan menganggap saya berbohong serta ada maksud tertentu saya dengan pergantian sekretaris ini ? begitu ?" tanya Nyonya Maria tegas dan sedikit meninggi membuat orang yang mendengarnya tahu kalau nyonya Maria mulai kesal.
"maaf sebelumnya Presdir Maria, bukan begitu maksud saya." jawabnya
"terus maksud anda bertanya pada Lusi seperti itu apa?"
"begini Presdir Maria, saya merasa familiar dengan sekretaris Lusi, sepertinya saya pernah bertemu dengan anda sewaktu anda mengunjungi hotel R.W.C kami dengan salah satu Presdir pengusaha ternama di kota ini beberapa tahun yang lalu."kata direktur Salim yang membuat semua orang terkejut dan memandang ke arahku.
"tidak mungkin direktur Salim, ini untuk pertama kalinya saya datang ke Jakarta selama saya tinggal di Surabaya." jawabku sambil tersenyum getir.
"saya tidak mungkin salah mengenali orang, karna saya sendiri yang menyambut kedatangan Presdir Ardian Adhitama saat berkunjung ke R.W.C hotel bersama anda." jawabnya tanpa ragu yang benar benar membuat semua orang terkejut.
"mungkin anda salah orang direktur Salim, saya bahkan tidak mengenal Presdir yang anda sebutkan tadi, saya bahkan baru hari ini mendengar nama Presdir yang anda sebutkan namanya tadi, jadi mana mungkin itu saya." jawabku membela diri, dan memang benar aku sama sekali tidak mengenal dan baru kali ini aku mendengarkan nama itu.
"apa anda yakin tidak salah mengenali direktur Salim?" tanya Presdir Maria.
"maaf Presdir Maria saya sangat yakin sekali, kalau tidak salah 4 tahun yang lalu sewaktu Presdir Ardian Adhitama akan merayakan ulang tahun pernikahannya bersama sang istri." jawab direktur Salim yakin, akupun mengkerut kan alisku tambah tidak mengerti dengan penjelasan direktur Salim.
"maksud anda istri yang dia sembunyikan itu dan sekarang tiba - tiba menghilang? entah menghilang, di sembunyika atau sudah meninggal kita tidak tahu." jawab salah satu direktur hotel yang lain yang aku tidak kenal.
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung ke episode selanjutnya.....
...Sekian dan terimakasih sudah bijak dalam membaca, mohon saran dan komennya yang baik ya.🙏🙏((((((...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!