“Selamat pagi!” sapa beberapa karyawan yang sudah berdiri diposisinya masing-masing.”
“Pagi semua.” Balas gadis menawan yang selalu disapa Nadhifa.
Gadis itu melakukan kegiatan monitoringnya setiap pagi. Dari depan, dia berjalan mengelilingi store, memastikan semuanya sudah siap ditempatnya masing-masing untuk menyapa para pelanggan yang akan datang hari ini. Kakinya melangkah secara anggun dengan sepatu hak tingginya, langkahnya selaras dengan ayunan tangannya yang terkadang memberi isyarat kepada yang lainnya untuk menyempurnakan penampilan mereka, rambut lurus hitam sebahu yang tertata rapi turut ikut menyertai gerakannya. Wajahnya yang cantik walau tanpa make up yang berlebih menjadi poin tambah untuk gadis ini. Senyumnya tidak pernah luntur dari bibirnya saat dia melakukan pekerjaan rutinitasnya setiap pagi. Penampilannya semakin sempurna dengan tinggi badan mencapai 165 cm dan berat badan yang ideal sesuai tingginya.
Karena dirasa semua sudah sesuai, Nadhifa memberikan isyarat kepada manager Store bahwa bagian mereka sudah siap untuk menerima pelanggan hari ini. Tepat pukul 10.00, Departement Store yang terletak di kota Denpasar, Bali, itu dibuka. Didalamnya menjual beraneka ragam kebutuhan, dari kebutuhan dapur, fashion, mainan, kecantikan, dan lainnya. Dan disinilah gadis 25 tahun itu berada. Melakukan pekerjaan rutinitasnya setelah dia lulus dari kuliahnya dan menyandang gelar Sarjana Ekonomi. Bertanggung jawab sebagai kepala bagian di store fashion, dia harus mengutamakan penampilannya begitupun karyawan yang lainnya untuk memberikan semangat kepada para calon pembeli untuk menghabiskan uang mereka di tempat ini.
“Selamat datang!” sapanya kepada para pelanggan saat mereka mulai masuk memadati pertokoan.
Beberapa pelanggan sudah bersemangat menyerbu item terbaru , dibagian depan sudah terpajang koleksi terbaru bulan ini untuk menyambut natal dan tahun baru, dibagian lainnya juga sudah dipadati calon pembeli yang tentunya mereka memburu barang bermutu dengan harga bersaing, tentu saja diatas beberapa item sudah diberi label diskon dari 30% sampai 70% untuk menjelang perayaan hari natal dan tahun baru beberapa minggu lagi.
“Kelihatannya hari ini kamu sangat bahagia, Nad? Apa ada hal yang baik terjadi hari ini?” basa basi kepala bagian mainan anak-anak, Hansel.
“Bagaimana kamu bisa berada disini?” tanya Nadhifa heran karena bagian anak-anak berada dilantai dasar.
“Aku dari toilet dilantai 1. Toilet pria lantai dasar sedang dalam perbaikan.” Jelasnya.
“Kapan istrimu akan melahirkan?”
“Kurasa dalam beberapa hari lagi. Hah . . . aku sungguh tidak mengharapkan mempunyai anak secepat ini, tapi Amira tidak melakukan hal yang benar dengan pil KB nya.”
“jaga bicaramu! Jangan salahkan dia, bukannya kamu yang terus saja mengejarnya sejak dia masih menjadi anggotaku disini? Aku saksi hidupmu. Dan kupastikan dia tidak mungkin yang memancingmu, jika bukan karena akal bulusmu, Amira pasti masih merasakan kebahagiaan masa mudanya dari pada rasa malu yang diakibatkan hamil diluar nikah karena perbuatanmu.”
“Memang betul katamu, dia begitu polos. Tapi asal kamu tahu saja, saat dia sudah merasakan keperkasaannku, dia dulu yang selalu memintanya padaku. Sampai-sampai dia harus mengemis-ngemis untuk memuaskan hasrat s*ksnya.” Ucapnya dengan gerakan sombong.
“Hah???” Nadhifa memasang tampang tak percaya dan melihat kearah bawah dimana bagian yang disombongkan Hansel berada, “Kamu yakin akan hal itu?”
“Apa kamu perlu bukti? Jangan pernah menilai sesuatu jika kamu belum membuktikannya.”
“Terimakasih, tapi aku tidak menginginkannya dari pria sepertimu.”
“Bukannya kamu selama ini masih perawan? Atau jangan-jangan diam-diam kamu juga sudah pernah melakukannya dengan laki-laki lain sehingga bisa memberikan penilaian padaku.”
“Aku belum pernah melakukannya, dan memang benar aku tidak punya pengalaman. Tapi aku bisa tahu dengan melihat sekilas bentuknya dari luar.” Nadhifa mencemooh Hansel.
“Haruskah sampai seperti ini hinaanmu?” Hansel mulai marah.
“Ayolah, kamu yang memulainya dulu untuk berdebat denganku. Dan kamu menyatakan ketidak benaran tentang sikap istrimu, Amira. Aku sebagai sahabatnya yang telah mengenalnya sejal lama tidak terima kamu menjelekkannya didepanku.”
“Amira beruntung mendapatkan suami sepertiku.”
“Suami yang meminta untuk menggugurkan kandungan istrinya maksudmu? Begini saja, jika kamu ingin berkelahi denganku, aku tunggu nanti sepulang kerja dilantai dasar, akan aku pastikan otakmu itu hilang dari kepalamu. Sehingga kamu bisa menyingkronkan kata-katamu dengan perbuatanmu.” Bisik Nadhifa dengan nada jengkel.
“Sombong sekali kamu? Kenapa kamu bisa begitu yakin dengan ucapanmu!”
“Amira adalah sahabatku, jadi jangan berpura-pura lagi dihadapanku. Aku sudah tau semua tentang keburukanmu dulu saat kalian masih berpacaran. Amira lebih banyak menangis dari pada bahagia saat bersamamu. Dan saat ini, dia mau berkorban demi anak yang dia kandung. Lebih baik kamu pergi dari hadapanku, bukankah bagianmu ada dilantai dasar, hm?”
Hansel pergi karena merasa Nadhifa sebentar lagi akan meledak jika dia meneruskan perdebatan dengan gadis itu. Dulu disaat Amira sudah terjerat jebakan Hansel, Nadhifa lah yang terus saja mendorong Amira untuk meninggalkan Hansel. Tapi karena Amira merasa jika miliknya sudah direnggut oleh Hansel, dia tidak rela untuk meninggalkan dan menuntut pertanggung jawaban Hansel saat dirinya diketahui telah hamil 3 bulan.
“Nadhifa?” panggil salah satu staf HRD
“Iya, Bu Atma. Ada yang bisa saya bantu?” dia bertanya-tanya kenapa staf HRD mencarinya, dia khawatir apakah rahasianya telah terbongkar?
“Sebentar lagi kita akan kedatangan kepala HRD cabang pusat yang akan menginspeksi department store kita selama 1 bulan. Karena kamu karyawan teladan diperusahaan ini, tolong membantunya saat berkeliling di store, dan tentunya jelaskan bagaimana keadaan store kita. Bilangkan yang baik-baik ya tentang hubungan semua karyawan kita yang baik-baik.”
“Tapi, Bu! Seperti yang ibu tahu, store kami sangat sibuk dan ramai untuk hari-hari ini. Saya tidak bisa meninggalkan tempat, Bu. Ibu bisa memilih yang lain, bagaimana?”
“Sulitkah untuk membantuku?” tanya seseorang dengan suara beratnya dari arah belakang Bu Atma.
Pria itu berjalan melewati Bu Atma dan langsung berdiri dihadapan Nadhif. Dengan tinggi 172 cm, dia harus menurunkan pandangannya saat menatap Nadhif. Mata coklatnya serasa mengintimidasi walau mulutnya tak mengeluarkan kata-kata. Wajah maskulinnya dihiasi kumis dan jenggot tanggung membuat rahangnya terlihat lebih tegas. Karena Pria itu berdiri hanya berjarak 10 cm dari tempatnya berdiri, bisa dirasakannya tatapan mata yang sudah ingin menelannya hidup-hidup.
“Aku akan berada disini selama 1 bulan atau bisa juga lebih itu semua tergantung dari performamu untuk membantuku, dan mohon bantuannya, Nadhif!” setelah mengucapkan kalimat itu, Jonathan membalikkan badannya dan kembali keruangannya kembali.
“Nadhif? Kamu tidak apa-apa?” tanya Bu Atma dengan rasa khawatir.
“Rasanya saya lupa bagaimana cara bernafas saat bertatapan dengan orang itu, Bu. Tolong saya, Bu Atma. Saya bisa mati jika tidak bisa bernafas. Tolong gantikan saya dengan yang lainnya.” Mohonnya dengan sangat.
“Hahahahaha . . . mungkin kamu sedang jatuh cinta pada pandangan pertama.” Sebut Bu Atma dengan santainya dan berlalu meninggalkan Nadhifa yang meratapi hari tenangnya yang sebentar lagi akan hilang.
Nadhifa berusaha memulihkan semangatnya karena storenya masih banyak didatangi pengunjung. Dia tidak mau terlihat sebagai pemalas karena tidak berdiri dengan benar dan berekspresi dengan ramah.
“Kak, Nadhif!”
“Apa lagi sekarang?” gerutunya dengan suara pelan dan mencari arah suara yang memanggilnya.
“Kak, nanti yang lainnya mau makan-makan sepulang kantor. Kakak ikut, ya. Kak Nadhif kan nggak pernah ikut sebelumnya.”
“Maaf, ya, Mala. Aku ada keperluan yang sangat penting. Kali ini aku tidak ikut lagi, ya.” Jawabnya dengan pura-pura menyesal.
“Yah, Kak Nadhif, hari ini saja, Kak.” Desak Kumala.
“Maaf ya, Mala. Dan ayo cepat kembali ketempatmu, lihatlah banyak pelanggan yang masuk kebagian anak-anak.” Nadhifa mendorong kumala untuk kembali ketempatnya.
Kumala kembali ketempatnya dengan wajah dan mulut yang sudah dilipat karena tidak pernah bisa mengajak Nadhifa untuk pergi hangout bersama. Sudah beberapa bulan ini Nadhifa menarik diri dari pergaulan diluar pekerjaannya, ada sesuatu yang menjadi perhatian utamanya dibanding teman-teman kerjanya saat ini. Terkadang hal itu juga membuat mereka menebak-nebak apa yang menjadi prioritas utaman seorang Nadhifa. Terkadang timbul sebuah pendapat yang tidak berdasar karena mereka menerka apa yang sedang dilakukan Nadhifa sehingga tidak pernah melihat gadis itu menikmati masa mudanya.
Sepulang bekerja, tepat pukul 22.00, Nadhifa sudah menghapus semua make up nya saat dia berada didalam kamar kos nya, bahkan dia tidak meninggalkan seoles warna lipstick dibibirnya, menggulung rambut indahnya, menggunakan pakaian seadanya, dan memakai kacamata untuk penyamarannya. Setelah pekerjaan utamanya dia akan melakukan pekerjaan sambilannya dari jam 22.00 sampai 01.00 dini hari. Dia bekerja sebagai kasir disalah satu laundry di pinggiran kota Denpasar, dan hanya itu saja pekerjaan yang terdekat dari rumah kos nya. Karena toko laundry ini dikelilingi oleh beberapa hotel besar, sang pemilik berbaik hati membiarkan Nadhifa mendapatkan jam kerjanya dimalam hari. Karena masih banyak turis yang mengirimkan cucian kotornya ataupun sekedar mengambil cucian bersihnya untuk dipakai menikmati wisata malam. Dikota besar ini, tidak ada namanya jam malam. Perdagangan dari segala bidang tetap hidup karena memang banyak turis luar negeri maupun turis lokal yang menikmatinya.
“Thank you, Sir.” Ucapnya saat beberapa turis mengambil baju yang akan mereka pakai ke salah satu club di kota Denpasar.
“Tinggal 28 hari lagi, semoga aku bisa bertahan dan semoga tidak ketahuan. Setelah itu, aku akan melepaskan pekerjaan sambilan ini dan menjemput mimpiku.” Semangatnya dari dalam hati.
Nadhifa bersiap menutup toko saat jam sudah menunjukkan di angka 1, dengan mematikan lampu dan mengunci pintu utama, Nadhifa mempunyai tanggung jawab keamanan toko disaat terakhir.
“Nadhifa Qamra! Kamu tertangkap basah!” seru seseorang dari arah belakang
“Nadhifa Qamra! Kamu tertangkap basah!” seru seseorang dari arah belakang.
Dan saat Nadhifa berusaha memutar badannya dengan senormal mungkin, dia melihat sosok Jonathan sudah berdiri tak jauh dari tempatnya. Nadhifa berpura-pura menjadi orang lain dan melewati Jonathan yang berdiri dengan tegak.
“Jika kamu tidak berhenti, maka besok aku akan membawa hal ini ke perusahaan?” ancamnya.
“Apa Anda berbicara dengan saya, mohon maaf, kelihatannya Anda salah orang.” Nadhifa melanjutkan langkahnya yang dibuat setenang mungkin.
“Itu pilihanmu, sampai jumpa besok dengan surat pemecatanmu.” Jonathan mulai melangkahkan kakinya.
“Tunggu, Pak. Saya mohon jangan lakukan itu.” Nadhifa berbalik secepat mungkin dan memegang tangan Jonathan mencegahnya untuk pergi.
“Kamu mengakui sebagai Nadhifa sekarang?” tanya Jonathan. Gadis itu mengangguk pelan dengan wajah yang sudah diliputi kecemasan.
“Ikutlah denganku sekarang, dan jangan banyak tanya!”
Nadhifa mengikuti Jonathan dan masuk kedalam mobil sedan merah milik Jonathan. Didalam mobil gadis itu hanya terdiam dengan pikirannya yang sebentar lagi akan meledak karena tidak bisa berfikir lagi untuk kabur dari situasi ini. Apalagi dia terpergok oleh kepala HRD kantor pusat.
Sesampainya disebuah parkiran apartemen besar, Nadhifa turun dari mobil mengikuti langkah Jonathan. Dari parkiran, terlihat rumah kos nya yang hanya berjarak 5 bangunan dari gedung mewah itu. Mereka menaikki lift kelantai 7. Jonathan membawanya masuk kedalam apartemenya.
“Mandilah disini, kamar mandi umum dikos kosanmu pasti sudah habis airnya dijam segini. Tentang pekerjaan sampinganmu, akan kita bahas setelahnya.” Jonathan menunjukkan kamar mandinya.
Gadis itu menurut dan masuk kedalam kamar mandi. Nadhifa menerka-nerka dari mana Jonathan juga bisa tahu keadaan kamar mandi kos nya yang memang sangat buruk masalah perairannya, dia lebih sebal lagi karena kamar mandi yang dimiliki Jonathan sangat bagus dan luas didalamnya. Nadhifa mulai membuka bajunya dengan lunglai karena kejadian hari ini cukup menguras tenaga dan pikirannya.
“Ini handukmu, aku akan meletakkannya dimeja. Ups, sepertinya aku salah waktu.” Jonathan mengantarkan langsung kedalam kamar mandi tanpa mengetahui bahwa penghuni didalamnya sedang menanggalkan semua bajunya dan menyisakan pakaian dalam. Lelaki itu langsung menutup pintu kamar mandi kembali tanpa mengubah ekspresi wajanya. Nadhifa tidak dapat berkata apa-apa lagi, dia meratapi kebodohannya karena lupa mengunci pintu.
Nadhifa keluar dari kamar mandi menggunakan setelan baju yang sudah disimpannya didalam tas. Biasanya akan dia gunakan setelah menumpang mandi di SPBU yang selalu dia lewati saat berjalan pulang kerumah.
“Sekarang bagaimana?”
“Ada apa dengan pakaian dalammu? Kurasa itu bukan merek dari perusahaan kita.”
“Saya tidak bisa membelinya karena sangat mahal bagi saya. Saya hanya bisa menggunakan yang biasa. Dan tolong jangan membahasnya lagi setelah ini.”
“Duduklah dan keringkan rambutmu dengan benar, kamu bisa masuk angin!” perintah Jonathan. Nadhida duduk diseberang kursi Jonathan. Dimeja makan sudah ada minuman hangat yang Jonathan siapkan untuk Nadhifa.
“Minumlah, ini Jahe hangat.” Jonathan menyodorkan satu gelas kecil jahe hangat. Nadhifa hanya memandangi minuman itu dan beralih kewajah Jonathan lagi.
“Ada apa? Aku tidak akan meracunmu. Kamu tenang saja. Tidak ada untungnya aku membunuhmu, bukan?” Jonathan memberikan jawaban yang tanpa pertanyaan karena Nadhifa memandang aneh ke arahnya.
“Apa Bapak akan melaporkan saya kepimpinan perusahaan?”
“Itu semua tergantung dari apa yang akan kamu tawarkan malam ini padaku.”
“Saya tidak bisa menawarkan sejumlah uang, saya juga tidak akan menawarkan tubuhku!” Nadhifa menyilangkan kedua tangannya menutupi dadanya.
“Apa yang kamu pikirkan tentang aku? Semolek apapun tubuhmu itu, aku bukanlah seorang maniak yang akan bertransaksi dengan tubuh demi kepuasanku. Aku laki-laki terhormat!” jawab Jonathan pasti.
“Lagi pula aku tidak tertarik dengan landasan pesawat terbang.” Tambahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!