NovelToon NovelToon

Cinta Indah

Kenalan

Indah namaku seindah masa remajaku yang penuh suka duka namun akan terasa begitu Indah saat kita mengenangnya kelak jika kita sudah dewasa dan menikah. Banyak teman, banyak sahabat, juga banyak pacar. Ups, keceplosan deh!

Anik Fatmawati, Ibuku adalah saudara sepupu Om Yusuf Ayah Indah. Aku lah yang mengenalkan Indah pada cinta pertamanya.

Nur Ika Prasanti nama lengkapku, Panggil saja Ika. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah ku begitu posesif pada kedua anak perempuannya yaitu Aku dan adikku.

Ana namaku, si centil mungil, bibir tipis membuatku cerewet. Tubuhku tak lebih tinggi dari sahabatku Indah. Tomboi tapi Aku tak bisa diam dan duduk manis. Aku pecinta warna merah. Jika aku dianggap sahabat oleh Indah, maka akulah sahabat terbaiknya hingga nanti persahabatan kami menjadi sebuah kenangan yang begitu Indah.

Panggil Aku Fania. Gadis manis dengan rambut ikal panjang. Mengenang masa remaja adalah bagian dari kisah Indah kami di masa lalu, meski kami bersahabat hanya dalam waktu tiga tahun.

Fatur! Begitulah nama panggilanku. Cowok setia yang hanya mengenal dua cinta. Cinta pertama dan cinta sejati. Indah cinta pertamaku dan Wina cinta sejati ku. Mengapa? Karena Wina lah yang akhirnya menjadi istriku.

Rusyan Bachtiar namaku. Akulah yang akhirnya mendapatkan cinta Indah dan menjadikannya istriku. Aku tak peduli dengan masa lalunya. Jika namaku hadir di sebuah chapter di novel ini, maka itu tandanya novel ini akan selesai karena kedua mempelai sudah berada di ambang pintu. 🤵👰

\=\=\=\=\=\=\=

Minggu pagi Ika mengajak Indah ke rumah Anik. Mereka bersahabat sejak awal Masa Orientasi Siswa.

Indah, Anik, dan Ika berangkat ke Goa untuk bermain dan bertukar pikiran.

"Menurut kalian, bagaimana jika aku mendekati kak Azmi?" Anik membuka pembicaraan diantara mereka. Azmi sang ketua OSIS SMP 1 yg diidolakan Anik sejak pertama melihatnya.

"Kita kan siswa baru, ga mungkinlah kak Azmi memperhatikan kita. Sementara dia mempunyai kekasih, mbak Tuti yang juga sudah kelas sembilan!" Indah tidak menyetujui keinginan sahabatnya.

Jika dilihat dari tinggi badan mereka, Anik lah yg paling kecil diantara mereka namun untuk masalah cowok, dia juga yang lebih dulu menginginkan untuk berpacaran. Mungkin karena usianya yang lebih tua dari pada Indah dan Ika

"Betul itu, Ndah! Lagian buat apa sih kita pacaran? Masih terlalu kecil juga!" Ika cemberut menanggapi keinginan Anik

"Ya, sudahlah! Kali ini aku ikuti saran kalian tapi lain kali nggak ya!" Anik mengangkat tangan kanannya menggoyang - goyangkan telunjuknya.

 

Indah pergi dengan sepedanya ke rumah Anik karena ia sudah membuat janji dengan kedua sahabatnya untuk bertemu di rumah Ana, kemudian mereka akan pergi keliling kota A.

Belum terlihat sepeda Ika oleh Indah. Berarti Indah datang lebih dulu dari pada Ika Namun belum sempat Indah turun dari sepedanya, Ika telah berada di sampingnya.

Prok Prok Prok

"Pas banget datangnya, bisa bersamaan!" Anik sudah siap berangkat dengan dua sahabatnya.

"Iya nih! Ayo kita berangkat!" Ajak Indah.

Anik turun dari teras menuju samping rumah untuk mengambil sepedanya.

"Ayo!" Jawab Ana saat sudah menaiki sepedanya. Mereka mulai mengayuh sepeda masing - masing keluar dari halaman rumah Anik

Diujung jalan ada seorang laki - laki menghadang mereka. Anik mendadak mengerem sepedanya. Ika yang berada di belakangnya secara otomatis berhenti diikuti Indah yang berada paling belakang.

"Hai!, Mau kemana?" Tanya laki - laki itu saat tiga bersahabat itu berhenti dihadapannya.

"Mau jalan - jalan!" Jawab Anik pada pria itu sedangkan Indah dan Neta diam, mungkin karena mereka belum mengenal laki - laki itu.

"Boleh kenalan ga?" Pria itu tersenyum melihat Indah dan Ika bergantian.

"Oh iya, kenalkan. Mereka sahabat - sahabat ku!" Anik menjembatani perkenalan Laki - laki itu dengan dua sahabatnya.

"Ibra!" Ia menyodorkan tangannya tanda perkenalan.

"Nur Ika Panggil saja Ika!" Ika menjabat tangan Ibra kemudian melepasnya.

"Indah!" Jawab Indah singkat juga dengan wajah datar tanpa senyum sedikit pun.

"Silahkan jika kalian ingin melanjutkan perjalanan!" Lanjut Ibra mempersilahkan ketiganya.

Tiga bersahabat itu kembali mengayuh sepeda masing - masing ke tempat tujuan awal mereka.

Mereka berputar di sekitar pusat kota tempat tinggal mereka dan menghentikan sepedanya saat tiba di taman kota.

"Indah menyeberang jalan menuju mini market untuk membeli camilan dan air mineral untuk dinikmati bersama kedua sahabatnya di taman.

"Ibra ingin berkenalan dengan kalian, sekaligus mencari kekasih!" Anik membuka obrolan serta mengangkat tangan dengan mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk V agar kedua sahabatnya tidak marah.

"Kekasih?" Tanya Indah dan Ika bersamaan.

"Ga usah kaget gitu kali!" Anik mengerutkan keningnya dan memajukan bibirnya.

"Jadi kamu mau comblangin kita gitu?" Tanya Ika.

"Hehe... barang kali ada yang mau!" Anik terkekeh melihat ekspresi keduanya.

Hmmmmh, Indah membuang nafasnya kasar.

"Ga ada kerjaan!" Celetuk Indah memutar jengah bola matanya.

"Nambah teman ga papa, kan?" Anik Menaik turunkan alisnya.

"Oke lah, barangkali cocok!" Jawab Ika menyerah dengan usul Anik

"Kalau untuk berteman sih, Oke! Tapi kalau untuk pacar, jangan dulu deh!" Sahut Indah.

🌼🌼🌼

Hari Minggu

"Begitu cueknya, sahabat kalian yang satu itu!" Ucap Ibra yang sedari tadi mengobrol dengan Anik dan Ika, namun perhatiannya tertuju pada Indah yang sedang mengambil buah Markisa yang tumbuh di sekitar tempat mereka duduk.

"Orang akan menganggap dia cuek, judes atau apalah namanya, saat mereka baru mengenal Indah. Tapi sebenarnya Dia baik kok!" Jawab Ika.

"Iya, dulu Aku juga beranggapan bahwa Indah cewek pendiam dan tak mau berteman. Tapi setelah berteman dengannya, Aku merasa cocok karena dibalik sifat dinginnya, ada sifat baik dalam dirinya. Indah suka berbagi dalam hal apapun. Ia pun bisa menjadi pendengar setia dan penasehat saat kami memiliki masalah!" Imbuh Anik.

Tanpa kata, Indah duduk di samping Anik dan meletakkan buah Markisa di keranjang sepedanya.

"Buat apa ambil Markisa sebanyak itu?" Tanya Anik.

"Ya..... di buat minuman lah!" Jawab Indah.

"Setelah itu, bijinya akan aku tanam sehingga aku bisa memiliki sendiri pohonnya di rumah!" Lanjutnya.

Pak Yusuf memang orang yang suka bercocok tanam dan hal itu menurun pada Indah anak semata wayangnya.

"Pulang yuk!" Ajak Indah yang mendapat anggukan dari Ika. Ika tak mau ayahnya marah besar jika ia pulang terlambat.

"Tapi...

"Jika kamu tak ingin pulang, maka aku dan Indah akan pulang duluan!" Ika memotong kalimat Anik.

Apa mau di kata, Mau tidak mau Anik mengikuti dua sahabatnya pulang ke rumah masing - masing. Sedangkan Ibra lebih memilih pulang ke rumah sahabatnya sendiri.

"Dari mana?" Ucap seseorang yang membukakan pintu untuk Ibra.

"Bertemu cinta pertama!" Jawab Ibra.

"Cinta? Dah jadian?" Tanya Fatur.

"Belum, PDKT doang!" Jawabnya seraya tersenyum lebar

……......…..

Bersambung dulu ya, Kak!

Jangan lupa favoritkan karyaku ini ya agar muncul di notifikasi saat aku Up!

Sempatkan like n komen juga!

Koin receh juga boleh, apalagi hujan vote. Author sama sekali tidak akan menolak!

Terima kasih😘😍❤️

Pandangan Pertama

Pak Yusuf memberikan kebebasan pada Putri tunggalnya untuk menikmati liburan kemanapun sesuai keinginan Indah. Beliau juga memberikan sejumlah uang pada Indah untuk menikmati liburan.

Sayangnya Indah tak begitu menyukai shopping meski beberapa teman mengajaknya keluar kota.

“Assalamualaikum!” Terdengar suara Pak Yusuf mengangkat telpon.

“Waalaikum salam, Om!” Jawab cewek di seberang telfon. “Indah ada, Om?” Lanjutnya.

“Ada, Nik! Bentar ya, Om panggilkan!” Pak Yusuf meletakkan gagang telponnya dan berbalik tanpa memanggil Indah karena anak gadisnya sudah berdiri di belakangnya saat mengetahui ayahnya menyebut nama Anik.

Indah : “Haloooooo, ada apa kawan?”

Anik : “Jalan – jalan yuk!”

Indah : “Kemana?”

Anik : “Ayolaaah, masa sih harus bertanya. Yang pasti, aku ga bakal ngajakin kamu shopping!”

Indah : “Hmmmmh, okelah kalau begitu. Tunggu aku rumah kamu!” Indah tak bisa menolak ajakan Anik dengan alasan mereka tidak akan menghabiskan uang untuk shopping.

Anik : “Oke deh, aku akan hubungi Ika dulu! Assalamualikum!”

Indah : “Waalaikum salam!"

Indah keluar rumah dengan sepedanya, tentu setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya.

Tiba di gerbang rumah Anik, Indah sudah melihat kedua sahabatnya itu akan keluar dengan sepeda masing – masing. Mereka kemudian bertemu dan menuju tempat kos Ibrahim seperti apa yang di katakan Anik saat mereka bertemu dan mulai mengayuh sepedanya.

Ibrahim keluar kamar saat mendengar suara Anik yang sudah sangat di kenal oleh Ibrahim.

“Hai, kalian sudah datang?” Sapa Ibrahim.

“Iya!” Jawab Anik seorang.

“Masuk yuk!” Ajak Ibrahim agar mereka bertiga duduk di kamar kosnya.

“A....” belum selesai Anik menjawab, Indah langsung memotongnya. “Kita bicara di sini aja ya!” Sambil berdiri di samping sepedanya.

Ika selalu mengikuti apa yang diusulkan Indah. Mereka hanya tidak ingin jika orang beranggapan bahwa mereka adalah gadis – gadis nakal yang masuk ke kamar kos laki – laki.

Mereka pun duduk di teras rumah pemilik kos yang berada satu halaman dengan kamar Ibrahim. Satu orang teman sekolah Ibrahim datang menghampiri dan bergabung bersama mereka. Setelah beberapa menit mengobrol, akhirnya mereka sepakat berjalan – jalan ke sekitar Goa lebar. Ibrahim akan membonceng Ika, tentunya dengan menggunakan sepeda milik Ika.

“Kamu bareng Indah saja!” Ucap Anik pada teman Ibrahim.

“Lalu kamu?” Tanya Indah.

“Ah, iya ya! Bodohnya aku!” Anik berkata sambil menempelkan tangan kanannya di keningnya.

“Banget!” Ucap Indah dan Ika serempak.

“Hmmmmh, mau gimana lagi!” Anik menyesali keputusannya sendiri.

“ Bareng aku aja!” Tiba – tiba muncul Wahid teman dari kamar mandi yang berada di samping kamar kos Ibrahim. Wahid adalah teman satu kamar dengan Ibrahim.

**Di sekitar Goa Lebar**

Anik memberikan kode agar Indah menjauhi Ika dan Ibrahim karena ada yang ingin di sampaikan oleh Ibrahim pada Ika.

Indah memilih duduk di bawah pohon rindang, beralaskan sandal yang digunakannya.

“Boleh aku duduk denganmu?” Teman Ibrahim mengikuti Indah dan berdiri di sampingnya.

“Iya!” jawabnya singkat.

Kemana tu anak? Tiba – tiba saja menghilang! Gumam Indah sambil menyisir sekitar mencari keberadaan Anik dan Wahid yang ternyata duduk di seberang Goa.

Pagi hari Anik berolah raga pagi bersama kakaknya, Aisyah. Mereka berjalan – jalan keliling kampung dan bertemu Ibrahim dan teman sekolahnya. Ibrahim memperkenalkan temannya pada Anik dan Aisyah. Fathur nama teman Ibrahim.

Sebelum bertemu Anik, Fathur mendapat cerita dari Ibrahim bahwa Anik mempunyai dua sahabat yang cantik – cantik. Indah dan Ika namanya. Untuk Ika, Ibrahim jatuh cinta pada pandangan pertama. Sedangkan Indah, Ibrahim menyarankan agar Fathur mau mengenalnya. Masalah selanjutnya, Ibrahim menyerahkan pada Fathur dan Indah.

Maka dari itulah Anik, Ibrahim dan Fathur merencanakan pertemuan mereka berlima. Aisyah hanya mendengarkan obrolan adik dan teman – temannya itu.

“Boleh aku tau namamu?” Fathur mengawali pembicaraan saat dirinya duduk di hadapan Indah.

“Indah, namaku!” Es mulai mendingin. Tanpa tersenyum, Indah menjawab pertanyaan Fathur.

“Oh!”

“Perkenalkan, namaku Fathur!” Sambil mengulurkan tangannya pada Indah. Indah pun menerima tangan Fathur dan menjabatnya.

Indah dan Fathur bercerita sambil menunggu teman – teman mereka mengajak untuk kembali pulang ke rumah masing – masing.

Tak ada yang terjadi diantara mereka kecuali hanya sebuah perkenalan mulai dari nama, usia, hingga sekolah mereka. Usia Fathur terpaut lima tahun dari Indah, namun sekolah mereka hanya berjarak 3 tahun. Fathur duduk di kelas X Bisnis Manajemen di Sekolah Menengah Kejuruan.

Bukan karena tidak naik kelas, Fathur terlambat di sekolahkan oleh kedua orang tuanya. Ia seorang anak pertama dari empat bersaudara.

Orang tuanya tidak mampu. Ia di sekolahkan saat adik keduanya meminta di sekolahkan. Saat itulah kedua orang tuanya menyadari bahwa Fatur sudah melewati usia masuk Sekolah Dasar. Dua kakak beradik tersebut di sekolahkan di tempat dan kelas yang sama.

“Ternyata... kamu asyik ya untuk diajak ngobrol!” ungkap Fathur tentang Indah.

“Kenapa bilang begitu?” Indah bertanya sambil mengerutkan keningnya.

“Awalnya, aku kira kamu tak banyak bicara dan bersikap dingin sedingin salju!” Fathur mengembangkan senyumnya.

“Dari tadi aku hanya jadi pendengar mu, bukan?” Tanya Indah dengan wajah datarnya, beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Fatur yang terdiam seribu bahasa.

Indah berjalan menuju tempat Anik dan Wahid duduk dan disusul oleh Fatur yang juga bergabung dengan mereka.

“Wuoy, tak mare yeh?” (Wuoy, belum selesai ya?) Anik bertanya pada Ika dan Ibrahim sambil berteriak karena tempat duduk mereka yang agak jauh. Sementara Indah tersenyum tipis melihat tingkah Anik yang berteriak sambil berdiri. Fathur melayangkan senyum dan mencuri pandang ke arah Indah.

“Gabung dengan mereka yuk!” Ajak Ika pada Ibrahim

“Yuk!” Ibrahim mengiyakan ajakan Ika dan mereka berjalan menuju tempat teman – temannya berkumpul.

“Cie cie... yang baru jadian!” Ledek Anik pada kedua sahabatnya, Ika dan Ibrahim.

“Apaan sih!” Ika tersenyum malu.

“Pulang yuk!” Indah mengajak semuanya untuk pulang.

“Yuk!” Jawab yang lainnya serempak bak paduan suara tanpa komando.

Para cewek pulang dengan sepeda masing – masing sedangkan cowok – cowok itu lebih memilih pulang ke kosan Ibrahim dengan berjalan kaki sembari membagi cerita tentang kejadian yang baru saja mereka alami.

Ibrahim menceritakan bahwa dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama, begitu pula dengan Ika kekasihnya sehingga mempermudah proses jadiannya dengan Ika.

Ibrahim kemudian bertanya pada Fatur sahabatnya apakah Fatur juga resmi berpacaran dengan Indah. Namun Fathur menjawab dengan kata tidak.

Sebenarnya Fatur juga jatuh cinta pada pandangan pertama, namun ia tak berani mengutarakannya pada Indah karena ia baru mengenal sosok Indah yang dingin sedingin es. Fatur juga takut jatuh cinta, ia tidak mau cinta pertamanya ditolak.

Dia memilih untuk mengenal Indah lebih dekat kemudian menyatakan cintanya.

...\=\=\=...

Bersambung dulu ya, Kak!

Maaf baru bisa up lagi karena Novel "My Brother" hampir selesai.

Jangan lupa mampir dan dukung novel "My Brother" juga ya, Kak!

![](contribute/fiction/1701937/markdown/7168416/1657827374616.jpg)

Dimanfaatkan

“Makan – makan yuk!” Indah menghubungi kedua sahabatnya via WhatsApp.

Membaca pesan dari si dingin yang tak suka shopping, Anik langsung berpikir keras agar Indah mau di ajak shopping hingga ia bertanya pada Aisyah kakaknya.

Aisyah menyarankan agar Anik mau menerima ajakan Indah untuk makan – makan, tetapi sebelum itu Anik bisa mengajak Indah shopping sekalian belanja bahan makanan yang dibutuhkan untuk acara makan – makan mereka.

“Lagian Om Yusuf bakal ngasih uang banyak sama anak semata wayangnya itu, jadi Indah bisa kita manfaatkan untuk memenuhi keinginan kita yang ga bisa terpenuhi oleh orang tua kita. Iyakan?” Aisyah memberikan usul pada Anik dengan pikiran liciknya.

“Ah, iya ya!” Anik membenarkan ide licik kakaknya. Kemudian membalas pesan dari Indah.

Anik : “Oke, tapi makan – makannya di rumah aku aja ya?”

Indah : “Boleh!”

Anik : “Kalau begitu biar aku yang menghubungi Ika”.

Indah : “Baiklah!”

Anik langsung menghubungi Ika dan Ika langsung mengiyakan ajakan keduanya. Tak butuh waktu lama untuk Indah dan Ika tiba di rumah Anik.

“Mau makan apa, Ndah?” Tanya Anik saat Indah dan Ika duduk di teras rumahnya.

“Menurut kalian?” Indah memandang kedua sahabatnya bergantian. Namun Ika dan Anik hanya menaikkan kedua bahu mereka.

“Menurut kakak?” Indah melirik Aisyah yang duduk tidak jauh dari mereka bertiga.

Yang ditanya langsung menanggapi pertanyaan Indah. “Menurutku, kalian masak makanan untuk makan siang aja. Nanti kita masak bersama disini, kemudian di makan bersama!” Aisyah menjawab dengan girang.

“Kalau begitu, kita beli bahannya dulu yuk!” Ajak Anik pada Indah dan Ika.

Mereka bertiga berangkat dengan sepeda masing – masing, namun sebelum berangkat Indah meminta Aisyah membuat catatan bahan makanan yang mereka butuhkan kemudian memberikannya pada Anik tanpa membacanya terlebih dahulu. Dengan senang hati Aisyah menulis semua bahan yang dibutuhkan untuk acara makan – makan adiknya dan kebutuhannya sendiri sesuai apa yang direncanakan sebelumnya bersama adik bungsunya itu.

“Banyak sekali, ndah?” Ika terkejut melihat banyaknya bahan makanan dan camilan yang dibeli Anik menggunakan uang Indah sehingga Ika hanya berbisik di telinga Indah saat Anik sibuk membayar belanjaannya di kasir.

“Ga apa, kita akan makan sama – sama!” jawab Indah dengan sedikit senyum.

“Tapi, ndah?” belum selesai Ika bicara, sudah disanggah oleh Indah “Biarkan saja! Yuk!”

Mereka membagi tiga bagian dan memasukkan tiap bagian ke keranjang sepeda mereka masing – masing.

Indah membiarkan Ika sibuk dengan pemikirannya, karena saat ini Indah tidak mungkin menceritakan alasannya membiarkan Anik menghabiskan uang yang diberikan olehnya.

Flasback On

“Bapaknya seorang anggota kepolisian, banyak anak membuat mereka banyak berhutang sehingga mereka di jauhi keluarga besar Ibunya.” Pak Yusuf menjelaskan keadaan ekonomi orang tua Anik.

Pak Yusuf mengetahui jika Anik adalah anak dari sepupunya saat Indah dan Anik membuat janji di depan toko Nenek Rifa. Anik berdebat dengan Indah saat itu. Anik mengatakan bahwa itu rumah neneknya, sedangkan Indah tak mau kalah mengatakan bahwa itu rumah milik neneknya sendiri. “Kita lihat aja kebenarannya nanti!” Kata mereka serempak dan kembali ke rumah masing – masing.

Sore harinya, Anik menunggu kedatangan Indah di depan rumah sekaligus toko nenek Rifa. Sementara dari rumah, Indah berjalan bersama Pak Yusuf.

“Dia bilang rumah neneknya, kenapa ga masuk rumah?” Gumam Indah saat melihat Anik menunggunya di pos polisi di depan toko nenek Rifa.

“Hai, kenapa ga masuk?” tanya Indah.

“Ga, aku memang sengaja nunggu kamu di luar!” Jawab Anik memandang Indah tajam.

Pak Yusuf memandang wajah Anik yang mirip sekali dengan saudara sepupunya. “Risna! Apa kamu anak Risna?”

“Iya, Om!” Anik membenarkan pertanyaan Pak Yusuf kemudian Pak Yusuf menjelaskan pada Indah dan Anik tentang hubungan mereka.

Pak Yusuf berpesan pada keduanya agar selalu bersama dan tidak saling bertengkar.

Namun Aisyah memanfaatkan adiknya untuk memoroti uang Indah yang diberikan oleh Pak Yusuf karena menurut cerita Anik, Pak Yusuf selalu menuruti permintaan anak tunggalnya itu.

Flasback off

Aisyah memanfaatkan adiknya untuk memoroti uang Indah yang diberikan oleh Pak Yusuf karena menurut cerita Anik, Pak Yusuf selalu menuruti permintaan anak tunggalnya itu.

Sesampainya di rumah Anik, Aisyah langsung menyambut kedatangan adik bersamateman – temannya. Mengambil semua belanjaan dan membawanya ke dapur tanpa mau di bantu oleh Anik maupun teman – temannya.

 

Tas ransel kecil yang diberikan Ayahnya sebagai hadiah selalu menempel di punggung Indah. Tidak terlalu kecil karena Pak Yusuf sangat mengerti sifat anaknya bahwa Indah tak mau membawa tas kecil yang hanya bisa menyimpan uang dan Handphone.

Saat di Supermarket tadi, Indah sempat membeli camilan kesukaannya sendiri untuk di makan bersama teman – temannya dan juga untuk dibawa pulang ke rumah. Tak lupa juga Indah membelikannya untuk Ika.

“Nih, kamu simpan dalam tasmu!” Indah menyodorkan plastik putih ke tangan Ika.

“Kenapa masih membelikan untukku? Bukankah kamu sudah memberikan banyak uang padanya untuk kita bisa makan bersama?” tanya Ika keheranan saat melihat isi dari kantong plastik yang diberikan oleh Indah.

“Itu buat kamu seorang, tak perlu mengeluarkannya saat nanti di rumah Anik!” Indah memperjelas maksud pemberiannya pada Ika. “Aku ga tau bagaimana menghabiskan uang yang diberikan ayah untuk liburan, sementara aku tidak suka Shopping!” Indah menambah kata – katanya.

Indah juga memasukkan camilannya sendiri dan dompetnya ke dalam ransel miliknya bersamaan dengan Ika yang juga melakukan hal yang sama. Itu mereka lakukan saat Anik belum selesai dengan belanjaannya.

Indah melakukan itu karena ia tau tak semua makanan yang dimasak oleh Aisyah dan camilan yang dibeli oleh Anik akan dihidangkan oleh Anik dan Aisyah. Mereka akan menyimpannya untuk keperluan mereka sendiri. Tak jarang Anik meminta Indah untuk membelikan barang kebutuhannya, seperti bedak, atau parfum. Namun Indah masih memberi batasan agar Anik tidak selalu memanfaatkannya.

 

“Ada yang bisa kami bantu?” Ika bertanya pada Aisyah dan Anik. Dia berdiri di pintu dapur bersama .

“E – Eh ga usah, biar kami saja yang memasaknya” Jawab Aisyah yang kelihatan gugup. “Kalian tunggu di depan saja! Kami berdua sudah biasa masak besar ketika keluarga besar kami berkumpul” Aisyah melanjutkan kebohongannya, padahal ia hanya ingin agar Indah tak mengetahui rencananya menyembunyikan setengah bagian makanannya untuk keperluan perutnya sendiri bersama adiknya. Mendengar kata – kata Aisyah, indah dan Ika berlalu menuju teras rumah Anik.

“Ka, apa Ibrahim pulang ke kampungnya?” Indah membuka obrolan mengisi kebosanannya.

“Ga, dia jarang pulang!” Jawab Ika “Karena keadaan ekonomi keluarga yang pas – pasan, membuatnya jarang pulang!” Lanjut Ika. Lebih baik buat makan di sini dari pada uangnya buat ongkos pulang, itu yang pernah ia katakan padaku.

...\=\=\=...

Sambil nunggu up, bisa baca novel "My Brother" dulu ya, Kak!

Sebagian part kisah "Cinta Indah" juga ada di sana!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!