NovelToon NovelToon

Lihat Aku Seorang

1. Pengenalan Karakter

Arandita

Gadis periang yang mudah bergaul dengan semua orang. Dia pandai  menghidupkan suasana. Rambut yang selalu ia ikat tinggi menunjukan identitas kebebasannya. Rambutnya ikal tak beraturan, dulu ia selalu rutin meluruskan rambut demi menunjang penampilan dan pekerjaannya. Aran adalah gadis penuh percaya diri.

Mantan reporter di sebuah stasiun tv ternama. Jejak masa lalu yang ia banggakan, pada dirinya sendiri. Kalau dia pernah menjalani hidup dengan baik.  Karirnya melesat dengan cepat, karena dedikasinya pada pekerjaan.  Bekerja, ibarat udara yang menopang kehidupannya. Siapa pun tahu, ia cenderung ceroboh namun, kerja  kerasnya dan semangat bekerjanya, membuat orang tidak menilai dari sisi itu. Saat mengumpulkan informasi, ia bisa terlihat lupa diri. Tulisannya membius banyak orang. Intinya dia punya bakat dan kemauan untuk bekerja keras. Namun, semua pencapaiaan karirnya menguap ibarat embun yang tertimpa matahari. Hilang tanpa jejak  di udara.

Gelap mata dengan tawaran nona muda, putri pemilik perusahaan yang jatuh cinta pada laki-laki yang seharusnya tidak boleh dicintai oleh siapa pun. Kalau masih ingin hidup tenang. Bahkan seandainya hanya ada satu laki-laki ini tertinggal di muka bumi. Tetap,  tinggalkan pilihan yang satu itu. Demi keselamatan hidup. Begitu yang Aran percayai.

“Aku akan membayarmu sekian.” Nominal yang mengguncang disebutkan.

Arandita menelan ludah mendengar jumlah imbalan yang akan ia terima. Totalnya bisa ia pakai untuk menutup hutang bank pinjaman keluarganya. Sisanya ia pakai untuk dirinya sendiri.  Akhirnya ia memilih kata ia, menarik lengan bajunya, masuk sendiri ke dalam api, demi uang yang bisa ia pakai merubah hidup keluarganya.

Takdir rumit itu ia yang memulai. Rencana demi rencana ia buat.   Tubuhnya yang gemetar menciut bahkan saat hanya melihat dari.kejauhan, sudah bisa berdiri tegak kala itu. Saat ia mulai mengenali sosok asli laki-laki itu. Harimau gila itu ternyata manusia. Wujud manusia yang hanya bisa di lihat segelintir orang di luar penampilan dinginnya. Semakin ia mendekat, semakin ia lupa,  tujuan utamanya mendekati buruannya.

Hingga suatu hari.

“Jadi kau mendekatiku dengan cara licik ini.” Wajah pias Aran, ketika semua sandiwaranya terbongkar.  Dan hari itu tamatlah karir dan semua kerja keras yang ia jalani. Laki-laki itu menghapusnya bagai debu. Membuatnya kehilangan pekerjaan semudah dia bicara.  Arandita lari dari kenyataaan hidup, bersembunyi di lubang tikus. Sebuah kamar kos kecil sambil mengumpulkan uang demi menyambung hidup, apa pun pekerjaan ia lakukan. Sambil menulis novel online, bakat menulis yang bisa ia banggakan.

Dan hari itu, ia keluar dari persembunyian. Mencari pelarian dan ketenangan di toko buku. Tempat teraman, karena sekali pun ia tidak pernah bertemu dengan orang yang mengenalnya di masa lalu. Walaupun dalam hati kecilnya yang kesepian, ia berharap bertemu dengan seseorang yang mengenalnya. Setidaknya bertegur sapa atau tahu ia masih ada. Namun, ia tidak pernah menjumpai siapa pun. Mungkin, kini ia sudah terlupakan.

Nasib kembali berkata lain. Takdir yang sudah terputus di masa lalu, tiba-tiba tersambung lagi.

“Tuan Han.”

Laki-laki yang sudah memenuhi hatinya, sekaligus harus ia jauhi, berdiri di hadapannya. Dengan wajah dingin dan cara memandang yang nyaris tidak berubah. Awalnya ia ingin lari dan menghilang. Rasa takut memenuhi hatinya. Namun entah kenapa Sekretaris Han menyodorkan hp meminta nomornya.   Pertemuan kembali dengan Sekretaris Han membawanya bertemu nona muda baik hati. Seseorang yang membuka jalan baginya, mengurai benang rumit takdir masa lalu.

Sekretaris Han

Apa!

(Cuma bisa ngelus dada ^_^)

Dia sekertaris pribadi Tuan Saga, pria yang konon katanya dingin tapi selalu punya kebiasaan minum segelas susu hangat sebelum tidur.

Ia sudah berdiri di belakang Tuan semenjak kanak-kanak. Hingga ia menjadikan Tuan Saga sebagai tujuan hidupnya.

Namun,di toko buku itu telah merubah  sedikit rencana hidupnya. Masa lalunya dengan seorang gadis yang sudah ia hapus dari ingatan. Namun karena pertemuan tidak sengaja itu, membuatnya sekali lagi ingin memiliki gadis itu seorang diri. Untuk alasan yang tidak mau ia akui bahkan pada dirinya sendiri.

Ketika benang kusut itu sudah mulai terurai. Ketika maaf sudah terucap. Bahkan, ketika Sekretaris Han sudah menyiapkan sebuah kotak kecil di saku jasnya. Satu kata ngidam dari nona muda menghancurkan semua rencana.

"Han, Niah semakin mencintaiku." Suatu hari.

"Han, Niah membenciku." Siang hari berikutnya.

Jadi yang mana hidup Anda sekarang Tuan Muda?

Ia sentuh kotak kecil di saku jasnya, sepertinya perjalanannya menuju pemiliknya masih sangat panjang. Sumpah dan janjinya pada tuan besar belum tertunaikan.

Bersambung

Note author :

Hallo semua, aku LaSheira, apa kabar kalian semua. Alhamdulillah, Daniah dan Saga kembali. Sebelum pada komen, kok pemeran utamanya ganti. Aku maunya Daniah dan Saga, kok Aran si, dan lain-lainya. Aku akan memberi sedikit penjelasan.

Daniah dan Saga adalah karakter utama dalam novel Terpaksa Menikahi Tuan Muda, akan selalu seperti itu. Tapi karena kisah ini adalah novel baru dengan judul baru tentu saja harus berubah donk. Lha terus gimana ngidamnya nona Daniah,  trus gimana kisah Daniah dan Saga selanjutnya.

Daniah dan Saga sudah bahagia, gak ada yang menggantung dari kisah mereka.Cinta mereka sudah terikat dengan kuat. Mau muncul pelakor, nggak akan mempan menggoyang cinta Tuan Saga. Helen yang cantik, elegan dan mempesona yang pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya saja nggak mempan. Apalagi pelakor bau kencur. Mau memunculkan laki-laki yang menggoyang cinta Daniah pada suaminya, Hah! apa kalian pikir Han lagi migrasi ke benua lain sampai tidak bisa membaca situasi.

Seperti itulah akhirnya aku memutuskan dalam novel ini kisah Aran dan Han yang akan jauh lebih dominan.

Trus gimana dengan Daniah dan Saga donk (tetep nggak mau mendengar penjelasan di atas ^_^)

Jawab satu pertanyaan aku ini:

" Hidupnya Sekretaris Han itu siapa?"

Jawabannya: Ya itu dia, sudah jelaskan, Daniah dan Saga akan menjadi warna dalam perjuangan cinta Arandita dan Sekretaris Han.

Udah ya, segitu aja penjelasan panjang lebarnya, selamat membaca.

Aku tidak menjanjikan sebuah cerita yang bisa menyamai TMTM, karena mungkin itu mustahil buat aku sendiri. Bagaimanapun TMTM adalah pencapaian luar biasa aku selama menulis. Namun aku akan berusaha menyajikan cerita yang berbeda dari TMTM. LAS adalah LAS. Dengan warna dan cerita yang berbeda.

Silahkan nikmati alurnya ^_^

2. Kisah Dimulai

Ibu

Bisa jadi, bagi seorang wanita tiga huruf yang disatukan menjadi satu kata itu adalah panggilan paling merdu di telinga. Fitrahnya wanita merindukan panggilan itu.  Tak jarang yang menjadikannya sebuah cita-cita dalam hidup. Terlepas  dari semua impian besar tentang dunia. Aku ingin menjadi ibu untuk anak-anakku, menjadi ibu rumah tangga yang bahagia, menjadi cita-cita yang paling  membanggakan.

Begitulah adanya.

Tuhan bahkan menjadikan telapak kakinya sebagai syurga.

Daniah sedang memulai perjalanan awal untuk mendapatkan panggilan itu. Perutnya yang mulai membesar. Gerakan-gerakan kecil janin mungil mulai terasa. Makin hari saat tangannya mengusap perut makin terasa tendangan kaki mungil itu. Hanya seperti itu saja dada Daniah selalu bergetar penuh syukur. Perasaan campur aduk sering kali muncul. Kadang senang namun tak kalah sering pun keluhan mengiringi.

Begitukan kalau wanita hamil, terkadang tawa dan airmata muncul bersamaan.

Daniah sering melihat video kehamilan atau tentang proses melahirkan untuk menguatkan dirinya. Hatinya semakin bergetar hebat. Saat melihat wanita-wanita tanggung itu berjuang. Saat sakit yang teramat jelas tergambar di wajah mereka, erangan tanpa suara karena siibu tak mau menguras tenaga. Namun buliran airmata yang menetes menunjukan rasa sakit yang sedang ia tahan. Tangan suami mereka yang menggenggam  erat. Menciumi pipi, kepala, atau punggung tangan menguatkan. Seperti ingin berbagi sakit yang sama. Namun hanya bisa membisikan cinta untuk menguatkan.  Tidak ada  hati yang tidak bergetar melihat perjuangan seorang ibu.

Namun anehnya saat bayi-bayi mereka sudah keluar ke dunia, tak  ada lagi airmata. Yang tersisa hanya tawa bahagia. Bagi kedua orangtua. Cemas langsung menguap. Rasa sakit hilang seperti tidak pernah ada. Pecahnya tangis si bayi, membuat semua bahagia.

Aku pasti bisa, aku pasti bisa seperti mereka.

Saat melihat itu, Daniah jadi merasa kalau selama hamil walaupun dengan keluhan aneka rupa, itu masihlah biasa.

Begitulah hamilnya setiap wanita berbeda-beda. Ada yang lancar tanpa hambatan, bahkan makan bisa apa saja. Suapan demi suapan terasa nikmat. Akan tetapi tak jarang ada calon ibu yang mengalami mual, muntah hebat selama proses kehamilan. Bahkan ada yang sampai harus istirahat total karena banyak faktor mengharuskan. Bersyukur Daniah melewati bulan-bulan awal kehamilan tanpa mual dan muntah. Walaupun dia  termasuk kategori hamil yang banyak maunya. Ngidamnya aneh-aneh bahkan cenderung menyusahkan.

Namun, selalu ada ruang penuh toleransi untuk itu. Begitulah perubahan sikan Tuan Saga. Asalkan Niah senang, semua bisa dilakukan. Tuan Saga menjelma menjadi suami siaga. Tapi tentunya, dibalik itu semua Sekretaris Han yang paling bekerja keras memujudkannya.

Ah, satu lagi, Daniah termasuk wanita hamil yang kehilangan selera makan. Padahal sebelum hamil dia termasuk orang yang bisa makan apa saja tanpa pilih-pilih. Tanpa Daniah sadari, keadaannya ini membawa dampak luar biasa di rumah utama.

“Tuan muda mengganti koki utama nona hari ini?” Di dalam kamar, menjelang tidur. Para pelayan di rumah belakang saling berbisik dengan teman sekamar mereka. Membicarakan penggantian koki yang memasak khusus untuk Daniah.

“Nona benar-benar kehilangan selera makan.” Menyahuti, masih bicara di bawah selimut. “Kenapa ya? Padahal kata ibuku itu cuma terjadi saat hamil muda saja.”

Bisik-bisik mencari alasan, namun sekali lagi ruang toleransi lahir.  Begitulah wanita hamil, berbeda pada setiap calon ibu.

“Apa yang kau mau akan aku lakukan, asal kau sehat dan senang.” Saga mengusap perut Daniah. Membelalak saat tendangan kecil terasa di ujung tangannya. Dia tertawa bahagia.

Tidur di sofa pernah Saga lakukan.

Aku mau makan ini, aku mau makan itu. Sudah sering Saga dengar.

Sayang, kamu pakai parfume apa si, jangan dekat-dekat. Sudah mulai terbiasa dengan keluhan tiba-tiba ini.

Aku tidak selera makan, sambil menggelengkan kepala. Koki baru sedang dalam masa percobaan.

Begitulah Tuan Saga menghadapi ngidamnya Daniah, dia melakukan semua dengan tersenyum. Haha, di depannya Daniah tentunya. Saat kakinya menjauh, tak jarang ia melampiaskan kekesalan pada semua orang. Mungkin Sekretaris Han yang paling  merasakan.

Jadi dia seperti menghadapi dua orang ngidam sekaligus.

“Sayang,  ayo jodohkan Aran dan Sekretaris Han.” Permintaan aneh di tengah malam setelah Saga melakukan apa yang ingin ia lakukan.

“Apa ini termasuk dalam ngidam kamu lagi” Sedikit kesal sebenarnya, tapi dia berhasil mengurangi tekanan suaranya.

Daniah tertawa sambil membenamkan wajahnya ke dada Saga. Entahlah, mendengar cerita Aran akhir-akhir ini, kalau status mereka sudah meningkat menjadi pacaran, perasaan Daniah mengebu-gebu. Dia senang sekaligus bersemangat dan penasaran.

“Sepertinya ini memang bawaan ngidam deh, kalau begitu kau mau membantu kan sayang?”

“Apa boleh buat, kalau ini kemauan ibu hamil ini.”

Haha, aneh nggak si, kalau ngidam mau menjodohkan orang. Terserahlah, mau aneh atau tidak, yang penting Tuan Saga setuju.

Berbahagia dan semangat tiba-tiba meluap-luap.

"Niah, apa ini caramu juga balas dendam pada Han." Daniah terkikik mendengar ucapan Saga. Balas dendam apanya, memang aku jiwa pendendam sepertimu. Tapi dalam hati Daniah sedikit mengiyakan. Kapan lagi kan melihatnya, mungkin akan lebih seru kalau Sekretaris Han yang mengejar-ngejar Aran. Tapi dengan wajah begitu, apa itu mungkin.

Daniah mau menggeser tubuhnya, tapi baru bergerak satu senti, Saga meraih tubuhnya dalam dekapan lagi.

“Sayang hentikan, kau mau apa? Ayo tidur.” Menghentikan tangan yang mulai bergerak tak beraturan. “Ayo tidur.”

“Niah dia bergerak.” Terlonjak saat tangannya ada di atas perut Daniah. “Sepertinya dia mau menyapa ayahnya sekali lagi.”

Memang hanya kau yang bisa memakai alasan ngidam untuk mengerjaiku.

Saga tertawa jahat dalam hati.

Apa! Alasan tidak masuk akal apa itu.

Daniah yang tidak bisa membalas kata-kata Saga.

“Aku akan berhati-hati dan melakukannya dengan lembut. Jadi diamlah dan nikmati semuanya.”

Apa! Terserahlah. Malu untuk mengakui, tapi wajahnya memerah. Karena Daniah pun merasakan bahagia. Sentuhan tangan yang menenangkan, sentuhan bibir yang hangat mengalirkan cinta Tuan Saga pada hatinya. Dia merasa dicintai.

Malam itu Daniah berulang kali membisikan kata aku mencintaimu berkali-kali karena keinginannya sendiri.

Aneh ya, dia labil hatinya. Terkadang Daniah menghubungi Saga untuk hanya mengatakan aku mencintaimu. Dia melakukan itu sebanyak dia makan camilan yang di sediakan Pak Mun. Ah, memang aneh sepertinya.Terkadang cintanya menggebu-gebu minta diperhatikan, terkadang dia selalu menyusahkan. Kalau Tuan Saga ada di dekatnya terkadang dia usir-usir, tapi terkadang dia duluan yang mulai towel-towel menggoda.

Begitulah cinta Daniah dan Tuan Saga.

...***...

Sementara itu di dunia yang berbeda.

Di tempat terpisah, masih di jam yang sama, di ruangan kerja  sebuah stasiun Tv ternama. Sebagian lampu bahkan sudah dipadamkan.  Seseorang sedang duduk termenung. Dia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini. Matanya menatap sendu sebuah meja kerja kosong. Sudah beberapa tahun meja itu tidak bertuan. Tapi tidak ada yang mau menyingkirkan atau menempatinya.

Bahkan presdir secara khusus meminta supaya meja kerja itu tetap  di tempatnya. Sebagai peringatan kepada semua orang,  jangan melangkah ke area terlarang, atau kalian akan kehilangan semua seperti pemilik meja itu.

Hari ini dia mendapat kabar penting seputar Antarna Group.

Antarna Group menerapkan kebijakan baru bagi karyawan wanita hamil dan menyusui. Antarna Group menjadi perusahaan yang memberi cuti khusus bagi ibu hamil sampai menyelesaikan ASI ekslusif mereka. Tentu semua harus dengan syarat dan ketentuan yang  tertuang dalam aturan perusahaan.

Sudah ada pernyataan resmi dari perusahaan mengenai kebijakan baru itu. Beritanya sudah menjadi tajuk utama di banyak media. Namun, laki-laki itu menarik sebuah kertas dari dalam laci. Alasan utama yang melatar belakangi Antarna Group mengeluarkan kebijakan baru itu.

Banyak karyawan wanita yang menyambut dengan suka cita. Desas desus dikeluarkannya aturan bagi karyawan hamil di sinyalir karena istri Tuan Saga pun menyebar seperti angin. Walaupun mereka tidak membicarakannya secara terbuka, namun mereka tahu ini berkat siapa. Hingga saat-saat mereka berdoa, mereka tidak lupa menyisipkan nama nona muda yang sudah memberi dampak positif bagi kehidupan mereka.

Kalau kami lebih dulu memberitakan ini, pasti rating berita akan naik. Kehamilan istri yang dicintai Tuan Saga. Daniah, itu nama istrinya kan.

Dia melirik  meja kosong itu lagi. Lalu memasukan kembali lembaran kertas yang dia baca. Pemilik meja itu telah kehilangan pekerjaannya karena berurusan dengan Antarna Group.

Apa dia baik-baik saja ya.

Selama beberapa tahun ini dia bahkan tidak punya keberanian untuk menghubunginya. Ia mendesah, lalu mengambil jaket dan tas ranselnya. Berjalan menyentuh meja tak bertuan.

Apa kita punya kesempatan untuk bertemu lagi.

Ia melangkah pergi meninggalkan ruangan yang sepi.

Seperti itulah hidup nona muda yang tanpa sadar mempengaruhi hidup banyak orang. Walaupun Daniah sendiri tidak pernah menyadarinya.

Daniah yang  terlibat dalam perjodohan Sekretaris Han, akankah dia berhasil? Munculnya orang-orang  dari masa lalu Arandita, akankah menggoyahkan perasaannya yang sudah terpaut pada Sekretaris Han?

Kisah itu akan dimulai sekarang 😉😉

bersambung

3. Pendidikan Penerus Keluarga

Rumah utama.

Cuaca di luar cukup dingin. Hembusan angin menggoyang pepohonan. Hanya para penjaga keamanan yang sedang bekerja di posisinya. Merapatkan jaket sampai ke leher. Bersiaga, sambil bergilir berkeliling. Para pekerja yang lain sudah memilih melepaskan lelah di kamar masing-masing. Sambil mengisi waktu dengan obrolan ringan sebelum tidur atau melihat hp mereka.

Malam ini Saga kembali sudah cukup larut. Ada beberapa pertemuan penting membahas investasi. Dia bahkan melewatkan makan malam di rumah. Sangat jarang ia lakukan semenjak Daniah hamil. Karena istrinya masih mengalami keluhan tidak berselera makan. Biasanya pelan-pelan dengan kesabaran yang tertahan dia akan membujuk Daniah. Menyuapinya.

Saga sedang di kamar mandi.

Daniah sudah duduk di atas tempat tidur saat Saga keluar dari kamar.ganti. Rambutnya terurai tidak beraturan. Dia memang hanya memotong ujung-unjung rambutnya. Sebenarnya dia ingin memotong rambutnya pendek, namun karena wajah murung suaminya akhirnya dia mengalah.

Apa di rambutku ini ada mantra pengikat hati yang membuatnya tergila-gila si.

Misteri itu belum terungkap. Daniah duduk menyandar sambil membaca sebuah buku tebal dengan cover berwarna cerah. Ada gambar binatang di sana. Gadis itu membaca dengan suara keras sambil mengusap perutnya beberapa kali. Sesekali menyapa saat gerakan menendang terasa. Senyum-senyum sambil berceloteh lalu meneruskan bacaannya.

“Kau sedang apa?” Naik ketempat tidur, mencium kening dan bibir istrinya. Lalu mencium rambut sambil diuyel-uyel gemas. “Aku merindukanmu seharian ini. Bagaimana denganmu?”

“Tidak.” Daniah tertawa lalu mengusap pipi cemberut Saga. “Tapi bohong. Haha. Kangen kok,kangen.” Sekarang dia memang jauh lebih berani. Karena Saga selalu memaklumi kekurangajarannya. Dengan dalil ngidam dan dia sedang hamil. Membuat jiwa iseng selalu muncul.  Daniah menyuruh Saga menggeser tubuh karena dia mulai merasa sesak. Jujur, ini yang sering memancing rasa kesal Saga. Daniah mendengar suaminya menggerutu. Tapi tetap mundur memberi ruang udara berputar di sekelilingnya.

Daniah melanjutkan membaca buku ceritanya.

“Apa ini?” mengeja judul yang tertera di cover depan. “ Kau sedang membaca cerita untuk bayi kita?” Mengusap perut. “Beruntung sekali dia.” Iri menyusup di hati. Dia tak pernah tahu apa buku cerita anak-anak itu.

Saga mengusap perut Daniah lembut, lalu seperti menusuk-nusuk dengan jemarinya mengikuti arah gerakan tendangan sang bayi. Calon ayah itu tergelak.

“Kau senangkan punya ibu yang luar biasa. “ tendangan kecil kembali ia rasa di ujung jarinya. “Ini buku tentang apa?” Kembali menggangu saat Daniah meneruskan  bacaanya.

Seharian kau sudah bersamanya. Bibirnya merengut untuk alasan yang tidak jelas. Perhatikan aku juga. Gumamnya lagi.

“Dongeng  Kelinci dan kura-kura.” Mengusap kepala bayi besarnya. Dia ulang saat Saga menggoyangkan kepala senang.

“ Apa itu?” memilih tiduran sambil memeluk kaki Daniah. Memindahkan tangan Daniah yang tadinya sudah beralih menyentuh perut ke kepalanya. “Lagi.”

Ya Tuhan Nak, ayahmu iri padamu.

Sambil mengusap-usap kepala Saga dia mulai bercerita.

“Ini cerita dongeng yang biasanya diceritakan pada anak-anak. Memang kamu nggak tahu sayang, cerita tentang kelinci yang lomba lari dengan kura-kura.” Cerita yang dia baca ini kumpulan cerita anak yang popular di masyarakat. Terkadang dipakai sebagai dongeng pengantar tidur. Bisa juga dipakai saat anak-anak pra sekolah belajar membaca. Tulisannya yang sedikit disertai gambar berwarna yang cerah membuat anak-anak tertarik untuk membaca.

“Memang aku harus tahu.” Acuh, malah Menaikan ujung baju yang menutupi lutut, lalu dia menempelkan pipi tanpa pembatas. Melanjutkan mengusap-usap bibirnya. Daniah mengeryit tapi membiarkan kelakuan suaminya.

Ya nggak harus tahu si, tapi semua orang juga kan tahu tentang dongeng anak-anak ini.

“Sayang, memang dulu kamu nggak pernah belajar membaca buku bergambar apa. Inikan cerita yang hampir di ketahui seluruh masyarakat negri ini.”

“Heem.” Bibirnya tidak berhenti di satu tempat. Sudah bisa diduga.

Masih menjawab hem, hem saja. Kapan si kamu mau berubah Tuan Muda.

“Niah, memang kamu pikir aku punya waktu untuk itu.”

Dia menggigitku.

Daniah menggoyangkan kaki.

“Tapikan walaupun home schooling seharusnya pelajarannya tidak jauh berbeda dari yang aku pelajari di sekolah kan.” Daniah sendiri tidak terlalu paham akan hal itu. Dia penasaran saja, karena Tuan Saga terlalu polos untuk banyak hal, apalagi  yang berhubungan dengan wanita. Ya, walaupun dipelajaran sekolah memang tidak dijelaskan secara detail si, gumamnya. Namun kepolosan dan ketidaktahuan Tuan Saga perihal kehamilan atau datang bulan menggelitik lucu dan keanehan.

Saga tertawa lalu bangun. Berganti  memainkan rambut istrinya. Dia gulung-gulung lalu dia cium sana sini.

Ini apa si, lagi diajak serius ada aja tingkahnya.

Daniah masih menunggu penjelasan. Mendelik,  karena suaminya tidak tertarik menjawab malah sibuk bermain dengan rambutnya.

“Kau menunggu jawabanku.”

“Sayang!” Berteriak.

“Baiklah." Malas."Aku mau memelukku dulu, baru aku mau menjawab.” Melakukan penawaran. Daniah meletakan bukunya dan memeluk Saga duluan.

Puas!

“Sepertinya ada kesalahpahaman di sini.” Menjawab setelah mendapat pelukan dan diizinkan menyentuh bagian yang lainnya. “Aku memang home schooling, tapi aku tidak pernah belajar apa yang kau pelajari di sekolah.”

“Bohong.”

“Ckck, kamu makin kurang ajar ya selama masa ngidam ini.”

“Haha, tidak  sayang.”

Lalu apa yang kau pelajari memang?

Sekali lagi tanda tanya berlarian. Daniah hanya tahu kalau Saga tidak bersekolah di sekolah umum.  Sekalipun Antarna Group memiliki saham besar di sebuah sekolah elit di negri ini. Tempat Jen dan Sofi mengenyam pendidikan formal mereka.

“Ayah menyiapkan pendidikan khusus untukku sejak akumulai belajar membaca.” Entah kenapa ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul di hati Daniah. Seberapa keras Tuan Saga dididik di masa kanak-kanaknya ya. Itu pertanyaan yang muncul di kepalanya. “Aku tidak pernah belajar membaca cerita bergambar, aku memulai pendidikan dasarku dengan ilmu ekonomi,   teori tentang bisnis, sejarah berdirinya Antarna Group, serta bagaimana tanggung jawabku pada perusahaan kelak.” Saga bisa melihat pandangan iba yang langsung muncul begitu saja di mata Daniah. “Jangan melihatku begitu, aku tidak semenyedihkan itu.”

“Maaf.”

Pendidikan penerus keluarga seperti apa yang ia jalani.

“Aku belajar pengetahuan dunia, budaya, ilmu komunikasi.  Ya, seperti itulah. Ayah sudah menyiapkan semua itu. ” Mencoba mengingat saat-saat melelahkan masa kanak-kanaknya. Ya, itu melelahkan. Bohong kalau ia tidak pernah protes. Mogok belajar, atau melemparkan buku yang ia baca pada pengajarnya. Ia juga pernah melakukan hal kekanak-kanakan itu.

Ah hati Daniah entah kenapa langsung terasa ngilu mendengarnya. Mungkin karena itulah sikapnya seperti ini ya. Begitulah hatinya selalu bertoleransi ketika mengetahui masa lalu suaminya.

“Sayang, sepertinya kamu nggak lulus kelas komunikasi ya.” Tergelak, mengusir perasaan canggung. Dia tidak mau Saga menangkap pandangan merasa.kasihan darinya lagi.

“Kamu bilang apa?”

“Haha, ampun, ampun. Abis kalau ditanya selalu hemmm, hemm begitu jawabnya. Haha. Ia, ia ampun.”

Syukurlah dia tertawa lagi batin Daniah. Namun, tiba-tiba wajah Daniah menjadi muram. Dia meraih tangan Saga, meletakkannya di atas perutnya. Gerakan-gerakan kuat terasa.

"Sayang, bagaimana dengannya nanti? Aku harap dia bisa mendapat pendidikan seperti orang-orang yang lain, berteman dan menjalani kehidupan normal seperti anak-anak yang lainnya." Daniah tidak bisa merelakan anak yang bahkan belum terlahir ke dunia itu, sudah memiliki beban di pundak kecilnya.

"Apa yang kau takutkan, sejak di dalam kandungan saja dia sudah sekuat ini." Maksudnya adalah, sejak dalam kandungan saja dia sudah menyusahkanku, tentu dia harus lahir menjadi anak hebat dan kuat selayaknya penerus keluarga Antarna Group. Tapi, mana Daniah paham bahasa jiwa itu. Hingga ia hanya bernafas lega mendengar jawaban Saga.

"Oh ya Sayang setahuku di belakang namamu ada gelar pendidikan, bagaimana caranya. Kalau kamu tidak mendapat pelajaran seperti di sekolah." Mengubur kecemasan tentang masa depan yang akan ditanggung anaknya sebagai penerus keluarga. Dia penasaran sekali dengan yang satu ini.

"Aku mengikuti ujian negara untuk mendapat gelar itu. Ah sudahlah, kenapa menanyakan hal begituan. Aku mau memelukmu saja." Mulai memejamkan mata, tapi tangannya masih menyentuh rambut Daniah.

"Aku kan penasaran,kok bisa begitu. Jawab donk sayang."

"Tanyakan saja pada Han bagaimana dia mengurusnya." Jawaban paling mudah.

"Benarkan, kamu nggak lulus kelas komunikasi." Jawaban Daniah langsung melenyapkan kantuk. “Aaaaa, sayang ampun." Berteriak sambil tertawa terpingkal. "Ampun. Aaaaa, perutku.”

Saga langsung tergagap, membeku seketika. Wajahnya langsung panik saat Daniah mengaduh memegang perut, memeriksa sana sini. Menyentuh sana sini. Sampai area yang tidak penting juga diperiksa. Sampai menempelkan telinga di perut Daniah, entah apa yang coba dia dengar. Kalau  tidak mendengar gelak tawa Dari Daniah pasti akan berlanjut dengan keributan yang melibatkan Pak Mun ataupun Dokter Harun.

Saga menendang  selimut ke lantai gusar.

“Kau benar-benar ya.”

“Ampun, ampun.” Daniah merentangkan tangan memohon pengampunan. Saga menuding dahi istrinya lalu membenamkan wajah di dada. “Habis terkadang melihat Tuan Saga yang panik begitu menggemaskan si.”

Tiada ampun lagi, seharusnya kau tidak memancing hasrat bayi besarmu Daniah. Apalagi saat dia sedang menempelkan bibir di area yang ia sukai.

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!