NovelToon NovelToon

My Life, My Destiny

1.Prolog

Disekolah tampak masih sepi, hanya ada beberapa siswa yang lalu lalang. Mungkin mendapatkan izin dari guru yang mengajar untuk keluar dari kelas dengan waktu relatif singkat. Sekolah dengan struktur bangunan yang mewah , dilengkapi dengan peraturan ketat, terkadang masih ada siswa yang melanggarnya.

Jam menunjuk kan pukul 10.00 pagi, bel berbunyi bertanda waktu istirahat. Semua siswa siswi berhamburan keluar kelas, ada yang ke kantin, ada yang ke perpustakaan, yang pasti mereka ada tujuan masing-masing.

Di dalam kelas masih tinggal mereka bertiga,

"Rena ke kantin yuk?" ajak Elsa sambil melihat kearah Azarena yang saat itu sedang memasukan buku kedalam tas nya.

"Iya nih, perut gue juga udah lapar," kata Echa sambil memegangi perut yang udah keroncongan lebih dulu dengan muka yang terlihat melemas.

"Yuk ah, gak tega gue liat lo pada kelaparan," jawab Azarena kepada kedua sahabat nya itu.

"Bilang aja kalau lo juga udah lapar," kata Elsa dan Echa serentak sambil menjulurkan lidah nya.

Azarena pun terkekeh melihat kedua teman nya tersebut, sambil berdiri dari kursinya dan berjalan keluar dari kelasnya menuju kantin.

Memang mereka sudah lama bersahabat semenjak kelas tiga SMP yang pada saat itu mereka di persatu kan dalam ruang kelas yang sama.

Setelah kelulusan sekolah SMP mereka bertiga kompak masuk sekolah SMA yang sama. Pada saat kelas satu SMA mereka sempat terpisah kelas, karena pembagian kelas memang di tentu kan oleh pihak sekolah. Meskipun begitu mereka tetap kompak dan selalu bersama disaat waktu tertentu.

Namun pada saat kelas dua SMA mereka di pertemukan kembali dengan jurusan yang sama yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial. Semenjak itu mereka kemana mana selalu bersama seakan tak terpisah kan kepribadian mereka seolah olah itu yang menjadikan mereka dekat.

Sambil berjalan menuju kantin mereka bertiga tak lepas dari pandangan anak laki2 yang ada di lorong sekolah tersebut, Mata mereka seakan akan tidak mau berkedip sedikit pun.

"Hai." kata seseorang.

"Ada bidadari lewat." sambung seseorang lagi.

"Andaikan gue bisa dapatin satu dari mereka." kata salah satu dari mereka.

Semua omongan dari anak laki-laki tersebut sudah biasa Azarena, Elsa dan Echa dengar, bukan sekali ini saja. Hampir setiap hari mereka dengar. Namun mereka tidak menanggapi sedikit pun.

Walaupun mereka memiliki paras yang cantik namun mereka bertiga tidak begitu gampang menerima seseorang menjadi pacar nya.

Tetapi tidak sedikit pun juga yang menaruh iri kepada mereka,anak-anak cewek yang satu kelas bahwa kan berbeda kelas pun.

"Rena lo mau pesan apa?" tanya Elsa kepada Rena. Sambil memegangi pulpen dan kertas untuk menulis apa yang mereka pesan.

"Gue mau bakso sama es teh manis aja." Sahut Rena

"Gue juga mau itu dong,sama in aja sama Rena," pinta Echa sambil menyuarakan apa yang dia ingin.

Akhir nya beberapa menit menunggu mereka bertiga mendapatkan pesanannya. Kondisi kantin pada jam istirahat memang sangat ramai. Sehingga mereka harus bisa bersabar untuk mendapatkan pesanan.

Azarena,Elsa dan Echa memang selalu duduk di kursi pojok kanan. Kursi itu memang sengaja di kosong kan oleh siswa siswi disekolah itu. Karena mereka semua tahu,bahwa tempat dimana azarena dan sahabat nya duduk.

Bersambung.

2. Danau

"Sumpah hari ini benar benar bikin gue pusing, pelajaran yang sangat susah masuk di kepala gue," celetuk Echa mencoba menyampaikan apa yang dirasakannya.

Echa merasa jika belajar akuntansi memang sangat susah baginya untuk mengerti sambil mengaduk aduk bakso nya.

"Emang apa si pelajar yang gak susah bagi Lo." Ejek Elsa sambil melihat kearah Echa yang kelihatan kesal dengan jawaban Elsa.

"Maka nya kalau lagi belajar itu jangan ke makanan terus yang lo pikirin, biasanya orang yang doyan makan itu bisa gemuk, nah lo tetap saja kurus. ha ha ha." Kekeh azarena yang semakin membuat Echa tambah kesel mendengarnya.

Karena kesal dengan perkataan kedua sahabatnya Echa langsung mendaratkan tangannya kepada kedua sahabat itu.

Peletak Jetak kan dari jari nya Echa mendarat ke kepala sahabatnya itu.

" Apaan si Echa main jetak aja." sewot Elsa tak terima.

"Tau ni anak berguna bangat tu tangan." timpal Azarena.

"Lagian bukan nya bantuin gue, Malah ngatain." kata Echa yang kelihatan cemberut. "Btw, hubungan lo sama Alvin lumayan lama juga ya Rena, kayak kredit motor aja. Kalau kredit motor dua tahun udah lunas paling lama." Lanjutnya.

"Ya gimana lagi, gue jalani aja dulu. Asalkan dia cinta sama gue dan bisa setia. Pacaran itu kan pakai perasaan bukan barang yang di beli pakai uang." jawab Azarena.

"Ya semoga aja dia tulus menyayangi lo." Ucap Echa.

"Kita sebagai sahabat lo cuma bisa dukung lo Rena. Selagi dia bisa membahagiakan lo, menghargai dan menyayangi lo dengan tulus. kita juga ikutan bahagia kok, benar ngga Cha?" kata Elsa

" Nah benar, gue juga dukung." Sahut Echa.

"Terima kasih ya, kalian selalu ada buat gue. Gue sayang sama kalian berdua. jangan ngomong lagi, Habis kan cepat tu makanan biar kita cepat balik kelas lagi." karena azarena memang tidak suka berlama lama duduk di kantin, dia lebih senang duduk di kelas menunggu bel berbunyi. Sebagai tanda pelajar berikut nya dimulai.

Saat telah selesai makan Azarena memanggil pemilik warung untuk membayar makan yang mereka pesan kepada pemilik warung.

Azarena lebih suka mentraktir sahabat nya itu. Bukan tanpa alasan, Azarena anak dari pengusaha kaya raya dalam bidang properti.

Dia anak semata wayang dari Bapak Bambang Pradipto dan Ibu Erma Pradipto. Namun di balik kehidupan mewah yang dia dapat, ada kesedihan yang perlahan-lahan menghampiri hidupnya. Namun tetap ceria di hadapan semua orang. Karena sesungguh nya, pura-pura bahagia itu tidak mudah.

Tanpa dia menceritakan kepada kedua sahabatnya itu. Karena dia tidak ingin ada orang lain yang tau kehidupan kedua orang tuanya,yang sering bertengkar. Termasuk sahabat dekat.

Saat hendak meninggalkan kantin,Ada seseorang menarik tangan Azarena. Seketika Azarena berbalik badan dan ternyata orang yang menarik tangan dia adalah Alvin kekasih nya.

Seketika azarena menoleh "Alvin?" ucap Azarena sambil membalas senyuman dari Alvin. Dia tampak senang saat yang menarik tangan nya ternyata Alvin.

Alvin tersenyum ke arah Azarena, senyuman itu yang sangat di suka Azarena. Karena menurut dia lebih ganteng Alvin ketika dia Senyum.

"Kamu udah mau balik ke kelas?" Tanya Alvin kepada Azarena kekasih nya itu.

Belum sempat dia menjawab, sahabat Azarena pamit ke kelas duluan dan meninggalkan Alvin bersama Azarena.

"Rena, kita balik duluan ya ke kelas? Jangan lama lama ya, takut bel bunyi." kata Elsa kepada Azarena sambil memegangi bahu Azarena dan dibalas dengan satu anggukan oleh Azarena.

Elsa dan Echa melangkah meninggalkan Azarena bersama Alvin di kantin menuju ke kelas nya.

Setelah kepergian Elsa dan Echa ke dua sahabat nya itu, tinggal lah Azarena dan Alvin yang masih sama sama terdiam dalam lamunan. Hanya angin yang berusaha melewati dua insan itu.

Tidak lama kemudian akhir nya Alvin lebih dulu tersadar dari lamunan nya, bahwa ia ingat akan mengajak Azarena ke suatu tempat. Seketika Alvin melirik ke arah jam yang ada di tangan kiri nya yang mungkin masih ada waktu untuk mereka berbicara berdua sebelum jam istirahat berakhir.

"Rena, kau bisa ikut dengan ku sebentar?" tanya Alvin kepada Azarena.

"Kita mau kemana Alvin?" tanya Azarena.

mengerinyit kan dahi nya, di tambah terik matahari yang menampakan silau nya.

"Tidak usah takut Rena, aku tidak akan menculik mu. Aku akan membawa mu sebentar, lalu aku kembali kan ke teman mu, atau bisa jadi mama mu." kata Alvin sedikit tertawa. Mungkin suatu saat nanti iya." ucap Alvin lirih. Kata terakhir yang terucap, sedikit agak pelan kan.

Tapi sayang nya masih dapat di dengar oleh Azarena." Hai. Pendengaran ku masih baik ya, aku masih dapat mendengar dengan jelas. Maksud kamu apa,kenapa kata terakhir kamu dipelan kan ha?" Kata Azarena. Sedikit agak sinis.

"Mak..maksud ku kalau kita nikah nanti kamu akan ikut aku." Jawab Alvin

"Ha ha ha. Kejauhan kamu mikirnya Alvin. Belajar yang benar aja dulu." Ucap Azarena

"Itu kan aku cuma berandai andai. Mana tau jadi kenyataan." timpal Alvin

" Jangan menghayal ketinggian Alvin. Takut kamu jatuh nanti Kan sakit jadi nya." Kata Azarena.

Alvin pun semakin menarik sudut bibir nya sehingga berbentuk sebuah senyuman, yang tidak dapat di artikan."Jadi ikut aku apa ngga nih?" tanya Alvin

Azarena terdiam sejenak, lalu menganggukkan kepala dengan satu anggukkan tegas.

"Baik lah!" ucap Alvin. Mengulurkan tangan ke arah Azarena, meminta izin untuk memberi genggaman ke arah tangannya. tepat ketika mereka melangkah perlahan lahan meninggal kan kantin dan melangkah ke tempat yang akan menjadi tujuan mereka.

*****

Dua insan manusia yang sedang di mabuk asmara, tidak dapat membedakan sebuah kebenaran atau itu adalah palsu. Bahkan menganggap setiap sikap manis yang di lakukan Alvin adalah bentuk dari perasaan nya, yang diyakini oleh Azarena itu tulus.

Sesungguh nya yang benar-benar mencintai itu, tidak mempunyai maksud terselubung dari sebuah kesempatan yang ia dapati. Namun beda dengan Alvin, Entah maksud apa dari sikap yang ia tunjukan itu." Ucap seorang gadis di balik dinding sekolah.

******

Alvin membawa Azarena ke sebuah danau yang berada tidak jauh dari sekolah, tepat nya di belakang sekolah itu. Disitu memang di sedia kan beberapa bangku untuk di duduki oleh siswa atau siswi yang hendak duduk di situ. Walau hanya sekedar bercanda gurau.

Alvin menduduki salah satu dari kursi itu, lalu memberi isyarat ke pada Azarena dengan tangan agar ia duduk di dekat nya."duduk lah Rena!" kata Alvin dengan tangan di sebelah nya sambil di tepuk tepuk ke kursi agar Rena segera duduk di dekat nya. Azarena pun menuruti nya. Ia mendekat ke arah Alvin dan duduk di dekat nya yang telah di kosong kan itu.

Angin yang berhembus dengan sejuk nya seakan menyapa dedaunan yang ikut bergoyang, matahari menampakkan terik nya, ditambah dengan kicau an burung yang terdengar merdu menambahkan keindahan danau itu. Danau yang memiliki air yang sangat jernih sehingga menampakkan makhluk hidup dan tumbuhan di dalam nya..

"Kau tau Rena, indah nya danau ini seindah senyuman di wajah mu," kata Alvin menoleh ke arah Azarena sambil ia memegang erat jari jemari tangan nya. Azarena pun tersenyum saat kata kata Alvin terdengar jelas di telinga nya.

"Apa kau mencoba merayu ku Alvin?" timpal Azarena yang menatap balik kedua bola mata sang pemilik nya itu. seakan ia sedang mencari sebuah kejujuran dari mata yang ia pandangi itu. Namun,Entah mengapa tidak dapat di baca oleh nya, atau memang dia bukan ahli nya.

Sambil tersenyum " tidak Rena, aku bicara jujur pada mu. Terus lah tersenyum Rena, aku sangat menyukai itu." ucap Alvin.

Dia tidak ingin melihat ada kesedihan di wajah sang pemilik nya itu jauh dari lubuk hati nya. Dia akan melakukan hal sekecil apa pun agar wanita itu selalu terlihat bahagia.

"Namun bagaimana dengan perkataan yang dia ucap kan ini, mengapa sangat manis di dengar. Apa aku yang terlalu berfikiran buruk tentang nya? tidak, ini tidak benar. Bukan kah dalam hubungan itu saling percaya, aku tidak boleh begini. Aku harus percaya dengan nya." Batin Azarena.

"Kau mengerti aku dengan baik Alvin. Bahkan kau lelaki kedua setelah papa ku yang membuat hari hari ku bahagia." ucap Azarena.

"Walau pun papa tidak banyak waktu untuk ku, aku yakin papa sangat menyayangi ku." Gumam Azarena dalam hati.

Setiap hari memang Azarena ngobrol dengan papa nya dan salin bertatap muka walau hanya sekedar lewat vidio call yang tersambung di benda pipih milik. Namun hanya sekedar menyapa dan menanyakan kabar nya itu cukup membuat Azarena meyakinkan bahwa papa nya masih memberikan kasih sayang untuk nya. Meski terkadang ia menginginkan lebih dari itu.

Meskipun ia sering juga harus melihat pertengkaran diantara orang tua nya. Tetapi, dia tidak ingin melihat terlalu lama. Dia lebih suka menghindari mata nya untuk melihat itu. Karena baginya terlalu rapuh untuknya.

Alvin melihat azarena, tatapan gadis itu terlihat sendu.

"Aku harap kau akan selalu seperti ini untuk ku Alvin, tanpa ada alasan untuk kau pergi jauh dari ku. Karena bagi ku tidak mudah mencintai seseorang dengan tulus seperti ini Alvin." ucap Azarena dengan penuh permohonan agar ke kasih nya tu tetap berada di sisi nya.

Deg

Apa yang Alvin dengar barusan, berhasil membuat ia berhenti menghirup nafas sejenak,ada sesak menyelimuti rongga dada nya. Seakan ada benda yang menghantam kuat dada nya "Jangan begini Azarena, Aku mohon. Jangan kau perlihatkan wajah sedih mu azarena, aku sungguh tidak kuat" batin Alvin.

Namun ia berusaha menutupi agar tak terlihat oleh Azarena. dengan cepat ia mengalihkan pembicaraan gadis itu dengan mengambil tas yang ada di dekat nya. ia merogoh tas itu dan mengambil sebuah benda berbentuk kotak hitam sesaat Alvin memandangi nya,tidak lama kemudian ia beralih pandangan ke Azarena.

"Mungkin dengan ini, bisa mengalihkan tatapan yang begitu aku tidak suka." Batin Alvin.

sambil mengulurkan tangan nya," ambil lah, ini untuk mu Rena."ucap nya.

Bersambung.

3. Kotak Musik

Azarena mengambil kotak persegi itu. Terlihat rapi, di bungkus dengan kertas kado bergambar kartun. Ia mengerutkan kedua alis nya, seakan bertanya apa isi di dalam kotak itu. Dengan gerak tangan nya perlahan-lahan mengambil kotak itu dari tangan Alvin.

"Apa ini?" tanya Azarena yang terlihat penasaran.

"Aku rasa, ini bukan hari ulang tahun ku, apa lagi hari jadian kita." sambungnya.

Azarena mengingat ingat, mungkin saja ia melupakan salah satu dari hari spesial itu.

"Bukalah, kau akan tahu sendiri apa isi nya," ujar Alvin membiarkan agar gadis itu membuka kado pemberiannya itu, agar rasa penasaran terjawab.

Perlahan lahan ia mulai membuka nya, tampak lah bagian dari hadiah itu berwarna hitam dengan bentuk bundar dan kaca transparan menampakan sepasang boneka kecil seperti hendak berdansa. Azarena menarik perlahan benda itu keluar dari dalam kotak sehingga tampak keseluruhan isi hadiah itu.

Ternyata itu adalah sebuah kotak musik berukuran sedang.

Terpancar wajah bahagia dari wajah cantik Azarena dan menarik sudut bibir nya sehingga menampakan sederetan gigi yang rapi dari sebuah senyuman nya.

"Ini sangat indah!" sahut Azarena tanpa ia menyadari kata itu keluar dengan sendirinya. Ia tahu jika penutupnya dibuka, maka akan keluar nada dengan irama yang sangat syahdu diiringi gerakan boneka kecil di dalamnya. Dan benar saja, dengan cepat nya tangan azarena meraih penutup itu, Masih terpaku dengan suara yang ia dengar. Seakan menikmati alunan musik yang masih terdengar jelas oleh nya.

Suara Alvino membuyar kan lamunan nya "Kau suka dengan hadiah itu?" tanya Alvino yang secara langsung dengan mata nya melihat betapa gadis itu sangat senang dan masih menatapi benda yang ia pegang.

"Sangat, aku sangat menyukai ini" jawab Azarena dengan cepat seolah olah dia tidak mau jika Alvin menunggu lama jawaban atas pertanyaan nya.

Alvin pun tersenyum seakan dia merasakan hal yang sama. Ternyata mama Alvin benar, jika gadis itu akan menyukai hadiah pemberian nya.

Flashback On

Alvin keluar dari kamar nya dengan pakaian rapi stelan baju sekolah. Ia menuruni anak tangga melangkah mengayun kan kaki nya setengah berlari menuju meja makan.

Di atas meja sudah tertata roti, selai dan susu yang menjadi menu serapan pagi ini.

"Al sini, duduk lah. Serapan dulu sebelum berangkat" perintah dari mama Susi

"Iya ma" jawab Alvin. Dia pun mendekat ke arah meja menarik satu bangku untuk ia tempati. Alvin mengambil roti dioles dengan selai dan susu segelas.

Hanya ada mama Susi dan Alvin di meja makan. Karena papa Alvin lagi ada perjalanan bisnis di luar negri yang tidak bisa di tinggal kan. Mama Alvin juga mempunyai butik yang di kelola,sehingga tidak bisa terus menerus mengikuti papa nya. Alvin anak tunggal dari mama Susi Sri Mayang dan papa Herianto Hartono.

Hanya suara piring dan sendok terdengar beradu. Menikmati setiap suapan yang ia masuk kan ke mulut.

Setelah selesai,"Al bagaimana hubungan kamu dengan Rena nak?." Tanya mama Susi kepada Alvin. Ia berharap Anak nya akan benar benar mencintai gadis itu.

Dengan santai nya tanpa melihat sang mama ,"seperti yang mama lihat, Semua nya baik baik saja." jawab Alvin dengan malas.

Mama Susi sangat tau atas jawaban dari Alvin, namun dia mungkin perlu bersabar memberikan sedikit waktu untuk mereka agar Alvin tidak menyesali perbuatan nya suatu hari nanti.

Setelah selesai serapan, Alvin pamit ke pada mama nya untuk pergi ke sekolahan.

"Ma, Alvin berangkat dulu yha, sambil mengecup punggung tangan sang mama." ucap Alvin meminta izin ke pada mama nya.

"Al, tunggu sebentar!" kata mama Susi menghentikan langkah sang anak.

Seketika Alvin berbalik badan ketika kalimat terakhir sang mama terdengar jelas oleh nya. Alvin melihat mama Susi beranjak dari duduk nya semula. Melangkah demi langka menuju lemari kecil di dekat kamar milik mama Susi. Ia menarik satu laci yang ada di dekat nya. Lalu mengambil barang berbentuk persegi, dan menutup nya kembali. Ia melangkah ke arah Alvin dan memberi kan kotak persegi itu ke tangan nya.

Alvin menyeringitkan dahi nya, "apa ini ma?" tanya nya pada sang mama.

"bawa lah nak, berikan lah ke pada Azarena, mama yakin dia akan menyukai nya." jawab nya pada sang anak. Dengan senyuman di wajah nya dan di balas satu anggukan oleh Alvin.

Tanpa berkata lagi Alvin melangkah kan kaki nya menuju pintu keluar dari rumah nya. Setelah sang anak masuk ke dalam mobil lalu melajukan mobil keluar dari gerbang membelah jalanan di pagi hri itu.

Flashback Of

" Jika kamu mau, kamu bisa kok bawa pulang. Setidak nya, kamu anggap aku yang menemani mu disaat kamu terlelap. Mungkin juga kamu bisa setiap saat mendengarkan nya. Kalau untuk mu itu gratis kok. Tenang saja," kata Alvin yang masih melihat ke arah gadis itu.

" Kamu yakin? tapi tenang saja, barang yang semua kamu kasih masih tersimpan dengan baik kok. Termasuk ini juga." Ucap Azarena dengan semangat.

Tampak bahagia di raut wajah Azarena. Dengan sangat senang tanpa menyadari Azarena memeluk Alvin dengan erat. Seketika Alvin kaget atas apa yang di lakukan Azarena. Alvin hanya biasa terdiam tanpa membalas peluk kan Azarena.

" Kenapa begitu hangat rasanya, saat setiap kali iya merangkul tubuh ku seperti ini. Bahkan kehangatan ini tidak aku temui sebelumnya." Batin Alvin

"Terima kasih Alvin, aku pasti menyimpan nya dengan baik." kata Azarena dengan begitu senang.

"Bisakah kamu melonggarkan pelukan mu sedikit, Takut nya aku lupa cara bernafas." Ucap Alvin sedikit sulit.

" Oh..Sorry, aku ngga sengaja. mungkin aku terlalu senang. Jadi peluknya agak kekencangan. Emang, Apa aku sekuat itu ya?. Bahkan tangan mu lebih besar dari ku, badan kamu juga." Kata Azarena. Mengingat bahwa Alvin sering nge-gym dan beberapa jenis olah raga lainnya.

"Kamu tau ngga ketika kamu peluk aku seperti itu tadi, Kekuatan monster mu keluar. mengalah kan semua otot- otot besar ku ini. Emang kamu lupa? Kan kamu sering juga olah raga!" ucap Alvin

"Ah, yang benar saja Kamu!" timpal Azarena. Ia memukul dada bidang Alvin. Entah bagaimana suasana itu mencair dengan begitu nya.

Alvin pun ketawa terbahak bahak liat ekspresi Azarena.

Karena yang dia tahu, itu pemberian dari sang kekasih yang dua tahun ini menjalin hubungan pacaran. Tanpa Azarena menyadari sedikit pun bahwa hanya perasaan nya saja yang ada untuk sang kekasih. Cinta yang hanya bertepuk sebelah tangan.

Bersambung.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!