Dion Mahendra, pria 32 tahun yang merupakan pengusaha muda, dia memiliki beberapa cafe yang sudah memiliki cabang hingga ke luar kota. Berperawakan tinggi, hidung mancung, dan berkulit bersih, membuatnya semakin terlihat sempurna. Banyak gadis yang mengejarnya. Namun tak ada satupun yang membuatnya tertarik. Dia berfikir jika semua wanita seperti mamanya, wanita karier yang sibuk berbisnis. Bahkan sejak TK dia diasuh pembantunya. Kekurangan kasih sayang dan kesepian, lebih tepat menggambarkan dirinya. Dengan sifat yang ramah dan baik hati, ia begitu disukai banyak orang bahkan karyawannya. Akan tetapi semua berubah sejak ia jatuh cinta untuk pertama kalinya. Penolakan dari gadis pujaannya membuat dia berubah jadi pemaksa. Dion juga melakukan berbagai cara agar bersama dengan orang yang dicintainya.
Anjani Ayudya Erlangga, gadis 24 tahun putri pasangan Aldian Putra Erlangga dan Aira Maheswari ini tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik, dia penyayang, baik hati dan lembut. Dia bahkan memiliki kekasih yang juga tampan, yaitu Rafdi Putra Erlangga yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Namun hubungan mereka masih tidak diketahui oleh keluarga.
Rafdi Putra Erlangga, pria tampan bermata coklat, tinggi, putih dan juga memiliki hidung mancung. Merupakan Direktur salah satu rumah sakit kota J. Rumah sakit warisan dari sang kakek, ayah dari mamanya Safira. Dia adalah cinta pertama Anjani, mereka sudah menjalin hubungan sejak kuliah.
-#-#-#-#-#-
Hari ini Rafdi dan Anjani sedang merayakan hari jadi mereka yang ke lima di cafe favorit mereka, tepatnya tempat dimana awal mereka jadian. Rafdi sudah memesan tart cake dengan lilin angka lima diatasnya.
"wah kuenya cantik sekali" ucap Jani ketika pelayan mengantarkan tart cake itu di meja mereka. Matanya terlihat berbinar, dan itu membuat Rafdi tersenyum.
"jadi kamu hanya memuji kuenya?" tanya Rafdi tersenyum, sebenarnya dia terlalu gemas melihat tingkah kekasihnya itu.
"hehehe, kuenya cantik kak, masa iya aku bilang kuenya ganteng, kalo yang ganteng itu kakak" ucapnya terkekeh.
Rafdi mengusap kepala Jani, sejak kapan kekasihnya itu pandai menggombal.
"ayo tiup lilinnya" pinta Jani sembari sudah siap dengan pisau cakenya.
Mereka berdua sama sama meniup lilin angka lima itu. Dan memejamkan mata seraya mengucap doa dihati masing masing
*Ya Tuhan semoga hubungan kami bisa berjalan lancar, tidak ada halangan apapun. Dan semoga dengan cepat kami bisa mengumumkan hubungan ini pada keluarga kami. Rafdi
"Tuhan, ijinkan aku bahagia dengan orang yang aku cintai selamanya. Jangan pisahkan kami, dan semoga kami bisa bersama dan membangun keluarga yang bahagia. Jani*
Tanpa mereka sadari, dibalik laptop yang menghubungkannya dengan CCTV, seorang pria sedang memperhatikan mereka. Pria itu tampak kesal melihat pasangan yang sedang merayakan hari jadi itu, dia adalah Dion Mahendra, pemilik cafe tersebut. Dia pernah melihat Jani ke cafe dengan teman temannya dan saat itulah Dion mulai menyukai Jani. Bahkan hari hari berikutnya, Jani juga sering datang, membuat rasa suka Dion bertambah. Namun saat tahu jika Jani sudah memiliki kekasih, Dion memilih untuk mundur. Bukan hilang rasa sukanya, justru rasa itu semakin besar, membuat Dion bertekad untuk bisa dekat dengan Jani.
Flash Back On
Jani sedang makan dicafe langganannya yang tak lain adalah cafe milik Dion. Dia dan teman temannya sedang merayakan ulang tahunnya. Mereka memang suka dengan cafe ini, selain bergaya anak muda, disini makanannya enak dan harganya juga pas dikantong.
" kita boleh pesan apa aja nih?" tanya Marisa, sahabat Jani.
"boleh kok"
"asyik, makan enak kita" sahut Vita, teman Jani lainnya.
Mereka memesan makanan dan merayakan ulang tahun Jani, tak lupa kue ulang tahun yang dibawakan oleh Marisa. Semua kegiatan mereka tak luput dari pandangan Dion, pria ini sedang menggantikan pegawainya sebagai kasir. Setelah puas makan, Jani berjalan ke kasir untuk membayar makanan mereka.
"mas, saya mau bayar untuk meja no 12"
Dion yang melihat Jani dari dekat sangat terpesona, Jani terlihat cantik dan ini pertama kalianya Dion menyukai seorang gadis.
"hallo mas" Jani melambaikan tangannya didepan wajah Dion, membuat kesadaran pria itu kembali.
"ah, i..iya apa mbak?"
"haduh, masnya ini kerja kok ngelamun, nanti kalo duitnya diambil orang kan ga tahu"
Dion terkekeh dan menggaruk kepalanya, dia malu karena ketahuan melamun.
"meja nomor berapa mbak?"
"12"
"oh, semuanya 450 ribu"
Jani mengeluarkan uang dari dompetnya, setelah membayar ia segera pergi. Dion masih memperhatikan Jani hingga gadis itu tak terlihat lagi.
"cantik"
Pagi ini Aldi pergi ke Rumah Sakit agak terburu buru karena mendapat panggilan mendadak untuk operasi, ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata rata. Saat berada di pertigaan jalan, ia melihat seorang pemuda yang tiba tiba menyeberang jalan, karena kaget dan tak sempat menghindar ia malah menabrak pemuda itu.
BRAK......
"Astaga!" pekik Aldi, "Aku menabrak seseorang" ucapnya lagi.
Aldi turun dari mobil, melihat ke depan mobilnya, ada seorang pemuda dengan kaki yang berdarah menggendong seorang kucing.
"Astaga maafkan aku, aku tidak bermaksud menabrakmu, ayo kita kerumah sakit" ucap Aldi.
"Tidak apa apa om" jawab pemuda itu. Saat akan berdiri, pemuda itu jatuh lagi. Aldi yang melihatnya segera membantun, terlihat pemuda itu menahan rasa sakit, wajahnya berkeringat. Aldi yakin mungkin kaki pemuda ini retak. Setelah masuk mobil, Aldi menjalankan mobilnya.
"Maafkan om sekali lagi, om tadi buru buru karena ada telepon untuk operasi mendadak" ucap Aldi.
"Tidak apa apa om, lagi pula saya yang salah karena menyeberang jalan tidak lihat lihat".
"Oh, ya nama kamu siapa? tanya Aldi.
"Nama saya Dion om" jawabnya sembari tersenyum walaupun masih terlihat jika dia menahan sakit.
"Nama om Aldi".
"Hm, saya seperti pernah melihat om, tapi saya lupa dimana" sahut Dion.
"Saya juga merasa kamu tidak asing"
Aldi memapah Dion UGD rumah sakit, Aldi menghubungi Riski sahabatnya, untuk menangani Dion.
"Dion, maaf om harus melakukan operasi dulu, nanti setelah operasi om akan menemuimu"
"Baik om".
"Ris, titip dulu, kasih perawatan terbaik" ucap Aldi, Riski hanya memberikan jempol.
Setelah diperiksa memang kaki Dion retak, bahkan harus di gif. Karena kondisi yang kurang baik maka Dion diharuskan rawat inap. Aldi sudah mendengar tentang Dion, ia menghubungi sang istri, Aira sempat panik saat mendengar Aldi menabrak orang, ia segera menuju rumah sakit.
Semoga pengorbananku tidak sia sia, bathin Dion.
ceklek
Pintu kamar rawat Dion terbuka, tampak dua orang paruh baya pria dan wanita. Mereka berjalan menuju ranjang.
"Bagaimana kondisi kamu nak?" tanya Aira.
"Baik tante" jawab Dion.
Aira merasa tidak asing dengan pemuda ini, ia mencoba mengingat ingat akhirnya terceletuk satu nama
"Kamu Dion Mahendra?" tanya Aira.
Dion pura pura kaget.
"Miss Ai"
Aldi sempat kaget juga, ternyata pemuda yang ia Tabrak adalah anak kecil yang dulu ia temukan 25 tahun yang lalu, dan menjadi awal pertemuannya dengan sang istri.
"Kamu sudah besar ya!" Aira memeluk Dion, Dion pun membalas pelukan Aira. Hingga terdengar deheman Aldi
"Maaf" ucap Dion sungkan
"Tidak apa apa, tapi jangan peluk peluk, iya dulu kamu masih ingusan sekarang sudah dewasa jadi bukan muhrim" ucap Aldi ketus
Dion hanya tertawa
"Dokter tampan posesif ya sekarang?"
Mereka duduk didekat Dion dan mengobrol panjang lebar, tidak menyangka bisa bertemu lagi setelah 25 tahun berlalu.
"Ion, kenapa orang tua kamu tidak datang, apa kamu tidak mengabari mereka?, tanya Aldi.
"mereka selalu sibuk miss, dan mungkin sekarang mereka berada diluar kota"
Raut wajah Dion berubah murung, Aldi dan Aira saling memandang. Kemudian Aira menelfon seseorang.
"Dion, tante dan om minta maaf karena tidak bisa menemani kamu disini karena mertua tante sedang sakit, seandainya adik ipar tidak keluar kota, maka tante akan menjaga kamu. Tapi kamu tidak usah khawatir karena putri tante yang akan menjaga kamu, besok pagi kami akan kesini lagi"
"Tidak apa apa om, tante, saya bisa minta perawat kalau butuh apa apa, putri tante tidak perlu menjaga saya kok"
"Tidak apa apa Dion, putri kami sudah dijalan, kalau begitu kami pamit dulu, mungkin sebentar lagi dia datang, ucap Aldi.
Setelah Aldi dan Aira pergi, Dion memilih menutup mata dan mengistirahatkan badannya, tak berapa lama ia mendengar pintu dibuka, dan muncullah seorang gadis yang sedang dia tunggu.
" Eh, kakak kan kasir D'Happy cafe kan?
"I...iya, jawab Dion gugup. Kenapa aku jadi gugup begini, ingat rencana awal ion.
"wah, maaf sekali ya kak, karena papa nabrak kakak, kakak jadi ga kerja.
Dion hanya tersenyum
Maafkan aku, karena aku harus menggunakan cara ini untuk dekat denganmu. Hanya dengan cara ini aku bisa dekat denganmu.
Sebenarnya Dion sudah menyelidiki tentang Anjani, dia sempat terkejut saat tahu Anjani adalah anak dari guru kesayangannya dulu, dia juga tahu jika Jani berpacaran dengan Rafdi, namun ia diuntungkan karena mereka belum mengatakan hubungan mereka pada keluarga. Dion merasa masih ada kesempatan, selama janur kuning belum melengkung, maka menikung kan boleh saja. Tadi dia mendapat telepon dari orang suruhannya bahwa Aldi keluar rumah dengan tergesa gesa, jadi dia memanfaatkan kesempatan ini untuk lebih dekat dengan Jani dan keluarganya dengan cara menabrakkan diri ke mobil Aldi.
Dion terdiam ketika gadis cantik itu berada tepat didepannya.
"Kak gimana kondisinya?
"Em, baik kok cuma agak pegel aja"
"Oh ya namaku Anjani, biasa di panggil Jani". gadis itu mengulurkan tangannya. Sudah tahu, bathin Dion.
" aku Dion" ucapnya pura pura tak tahu nama Jani.
Dia selalu cantik, tidak sia sia aku tertabrak.
"Maaf ya kak, karena papa ga sengaja nabrak kakak, kakak jadi harus berada disini, ucap Jani menyesal.
"Ga apa apa kok, lagian salah aku juga"
"Em, emang kakak ngapain sampai bisa kena tabrak?."
"Nolongin anak kucing" Jani terdiam, dia menatap Dion dan membuat pria itu salah tingkah.
"Kakak baik banget sih". Dion melambung mendengar pujian Jani, rencananya berhasil.
"Ga juga kok, kan sudah seharusnya saling menyayangi sesama makhluk hidup".
"Oh ya kak biar besok aku ijinin kakak ke cafe dan bilang kalau kakak lagi sakit" ucap Jani polos
Dion semakin gemas melihat kepolosan Jani, Dia tidak salah menyukai gadis ini.
"ga usah, aku sudah menghubungi temanku" jawabnya bohong.
"oh, ya udah kalau gitu"
"Kamu sering ke Cafe itu?, Dion pura pura bertanya.
"dulu sering kok, sekarang udah jarang, soalnya sekarang aku sibuk, butik mulai berkembang dan banyak pesanan".
"Kamu punya butik?,
"Iya, butik kecil sih, tapi lumayan kok penghasilannya.
"Ga apa apa yang penting terus berusaha pasti nanti akan semakin sukses"
"iya kak, oh ya udah berapa lama kakak kerja di D'Happy, soalnya disana aku jarang lihat kakak".
"Udah lama, sekitar 14 tahun, jawab Dion jujur
"Wah lama banget ya kak, pasti kenal dong sama pemiliknya".
"Kenal lah, emang kenapa sama pemiliknya"
"Denger denger sih, orangnya tampan tapi rumornya dia ga suka cewek, ucap Jani. Dion menganga tak percaya, darimana ada kabar seperti itu, bahkan Dion adalah lelaki normal. Dia juga bisa merasakan suka pada lawan jenis, hanya saja belum ada yang memikat hatinya, tapi sekarang sudah ada yaitu gadis yang duduk didepannya.
"Emang dapat kabar itu darimana?, itu hoax"
"Banyak kok yang bilang, temen temenku juga bilang, kan pemilik cafe itu anaknya pasangan pengusaha terkenal, tentu banyak wanita yang mengejarnya, nyatanya ga ada yang dilirik sama sekali"
Aku suka kamu kok Jan. ucap Dion dalam hati.
"Hah, bos pasti sedih kalau tahu ada berita begini, ujar Dion dengan nada yang dibuat sedih.
"Eh, kok malah kakak yang sedih, udah ah jangan dibahas lagi,"
Tak lama perawat datang membawa baju ganti pasien,
"Apa perlu saya bantu ganti pakaiannya pak, ucap suster".
"Ga perlu sus, biar saya saja" jawab Jani, suster itu kemudian undur diri. Dion bahagia karena Jani mau merawatnya.
Dengan telaten Jani membantu Dion membersihkan tubuhnya lalu mengganti bajunya. Dion mencuri curi pandang kepada Jani. Setelah selesai membantu Dion berganti pakaian dengan telaten dan Jani juga menyuapi Dion makan. Pria itu awalnya menolak, tapi Jani memaksa. Akhirnya ia mau, padahal dia sengaja melakukan itu agar Jani mengira dia sungkan.
"Kak, kakak istirahat ya, aku akan menunggu kakak di sofa" ucap Jani.
"Kamu pulang saja ga apa apa, kakak bisa sendiri kok",
"Jangan kak, biar Jani disini saja, takut kakak butuh sesuatu" ucapnya lembut.
Dion sudah menduga jika Jani tidak mungkin meninggalkannya. Inilah yang dia suka dari Jani, perhatian. Hal yang selalu tak didapatkan oleh Dion dari keluarganya. Dia sengaja mendekati Jani karena gadis itu selalu terlihat ramah dan lembut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!