NovelToon NovelToon

Pernikahan Tanpa Cinta

Bab 1 Penyamaran

"Gwen, selamat."

"Kamu membuat ibu sangat bangga padamu Gwen."

"Gwen,"panggilnya.

"Kakak."

"Apa kamu bangga dengan pencapaian mu sekarang?"

"Aku sangat bangga kak."

"Sungguh? Tapi pernahkah kamu berpikir bahwa apa yang kamu dapat sekarang, itu semua karena ayah. Semua orang memandangi mu karena kamu putri tiri dari Arata Nakamura, seorang pengusaha yang sangat disegani. Kamu bukanlah apa- apa tanpa ayahku", ucapnya.

"Kamu bukanlah apa- apa....

"Kamu bukanlah apa-apa.....

°°°°°°°°

Kringgg.....Kring.....Kringg....

Bunyi alarm itu membangunkannya, lagi dan lagi mimpi itu selalu mengganggunya. Mimpi yang beberapa bulan ini terus mengusik ketenangannya. Ucapan Yukari Nakamura yang tak lain saudara tirinya selalu terngiang di telinga nya.

Dia menatap ruang kamarnya itu untuk sesaat, kamar yang luas dengan perabotan yang mewah menjadi hal biasa untuknya sekarang,tapi dia sadar semua yang dimilikinya saat ini bukanlah miliknya melainkan harta ayah tirinya yang telah menikah dengan ibu nya Minori sejak dia berumur 10 tahun setelah ayah kandungnya meninggal akibat kecelakaan.

Tentu saja semuanya berubah saat dia memiliki ayah tiri Arata Nakamura, sosok ayah tiri yang begitu baik dan sangat menyayangi nya seperti putri kandungnya, meskipun begitu sampai sekarang dia belum menemukan kebahagian nya sendiri walaupun kehidupannya sekarang dikelilingi kemewahan.

Ucapan Yukari membuatnya tersadar bahwa hidupnya saat ini hanya seperti sebuah benalu yang menempel pada pohon. Dia tahu jika dia harus mulai berusaha sendiri dengan kemampuannya, menjadi orang yang sukses dengan hasil kerjanya sendiri.

"Kamu bisa,Gwen", ucapnya dengan penuh keyakinan,lalu dia bergegas bersiap - siap untuk berangkat bekerja karena ini hari pertamanya.

•••••

"Selamat pagi semuanya", ucap yukari sambil duduk di bangkunya.

"Selamat pagi, sayang", ucap minori.

"Dimana, Gwen?"tanya arata.

"Dia selalu saja terlambat", ketus yukari.

"Selamat pagi semuanya", sapa Gwen.

Sontak saja semua orang terlihat kaget melihat penampilan Gwen pagi ini. Dia menyulap dirinya begitu berbeda, menggunakan kaca mata, membuat warnah kulit yang dimiliki terlihat gelap dengan rambut pendek yang diubahnya dengan mengenakan Wig. Penampilannya berbeda jauh, bahkan membuat siapapun yang melihat nya sekarang tidak akan mengenali dirinya.

"Sayang, kenapa kamu berpenampilan seperti ini?"tanya minori yang bangkit berdiri dan menghampiri putrinya itu.

"Ini adalah hari pertamaku bekerja bu. Aku ingin orang - orang menilai kemampuan yang aku miliki bukan karena aku seorang putri dari Nakamura. Aku hanya butuh pengalaman satu tahun, sebelum aku memulai bisnis ku sendiri", sergah Gwen.

"Apa kamu sudah gila!!" Bagaiman jika orang - orang nanti mengetahui penyamaran mu? Itu akan merusak nama ayah, Gwen. Kenapa kamu tidak memikirkan hal itu sebelum kamu melakukan ide segila ini", ucap yukari.

"Hentikan Yuka. Ayah sama sekali tidak masalah, bekerjalah dengan sebaik mungkin, Gwen", ucap arata.

"Ayah, kenapa ayah menyetujui ide gila Gwen?"tanya yukari.

"Ayah yakin Gwen sudah memikirkan semuanya", jawab arata.

Terima kasih, ayah", ucap Gwen.

Perasaannya kini mulai lega saat kedua orang tuanya mendukung apa yang akan dilakukannya. Dia tahu bahwa tidak akan semudah itu dalam menjalankan semuanya, tapi dia akan berusaha melakukan sebaik mungkin.

Yukari menunggunya di mobil. Yukari adalah sosok kakak tiri yang cukup baik untuknya, meski mereka kurang begitu dekat, tapi dia tahu bahwa kakaknya itu begitu menyayangi nya dan dari dulu dia ingin sukses seperti yukari yang kini menjadi CEO di perusahan milik ayahnya.

Bim!....Bim!....Bim!!!

"Gwen, masuklah," perintahnya.

Dia langsung berlari dan masuk kedalam mobil sedan berwarnah merah itu. Yukari langsung melajukan mobilnya meninggalkan kediaman mereka. Sepanjang perjalanan keduanya hanya berdiam diri, terkadang bahkan membuatnya canggung jika berduaan dengan yukari yang kebetulan sifat keduanya hampir sama, bukan tipe yang banyak bicara dan lebih memilih diam jika tidak terlalu penting untuk dibicarakan.

"Apa kamu yakin dengan apa yang akan kamu lakukan ini?"tanya yukari, dia memulai pembicaraan dan memecahkan keheningan yang terjadi beberapa menit yang lalu.

Pertanyaannya membuat Gwen tersenyum spontan. "Tentu saja, kak."

"Bagaiman jika kamu ketahuan?"tanya yukari, sekilas dia melirik adiknya itu.

"Itu tidak akan terjadi. Tidak akan ada yang mengenali ku saat aku merubah penampilanku dan memakai marga ku Gwen Sachie Takahashi", ucapnya, matanya fokus melihat kedepan tanpa menatap yukari.

"Kamu masih memakai marga ayahmu?"tanya yukari.

"Hmmm. Aku memutuskan tidak akan mengganti namaku dan akan tetap memakai Takahashi sebagai marga ku kak", jelasnya.

"Apa ayah dan ibu sudah mengetahui ini?"tanyanya.

"Belum. Aku akan segera memberitahu mereka secepatnya", jawab Gwen.

"Kak, tolong berhenti disana", ucap Gwen.

"Kenapa?"tanya yukari.

"Aku tidak ingin orang - orang melihat kita nantinya. Aku akan naik bus kekantor ku", ucapnya.

"Bus? Biarkan kakak yang mengantarmu",kata yukari.

"Tidak usah kak", balasnya.

"Baiklah kalau begitu", ucap yukari, dia memberhentikan laju mobilnya di depan halte bus.

"Terima kasih kakak, hati- hati", ucap Gwen yang turun dari mobil sedan mewah itu.

Yukari hanya memandangi adik tirinya itu saat menunggu di halte, dia masih tidak mengerti apa sebenarnya yang ada di pikiran gwen hingga membuat dirinya sendiri dalam kesusahan.

Dia menginjakkan kakinya di sebuah perusahaan yang cukup terkenal di kota itu. Perusahaan yang bergerak di bidang fashion, bahkan dari dulu dia selalu bercita-cita dapat bekerja di perusahaan tersebut setelah lulus kuliah dan kini impiannya itu terwujud.

"Hei,kamu karyawan baru di divisi perencanaan?"tanya wanita berambut pirang itu.

"Ah, iya.Saya Gwen Sachie Takahashi ",katanya.

"Iya aku tahu. Ikutlah denganku. Aku akan menunjukkan dimana mejamu", ucapnya.

Dia mengikuti wanita yang bahkan tidak menyebut namanya itu dari belakang.

"Ini meja mu", ucapnya

"Terima kasih",ucapnya sambil tersenyum dan meletakan tasnya.

"Baiklah. Aku tinggal kalau begitu", ucap wanita itu dan pergi begitu saja.

"Wanita yang aneh", ucapnya yang berbicara sendiri.

Ketika dia mulai merapikan mejanya, karyawan- karyawan lain mulai berdatang. Semua orang memandanginya dan melemparkan senyum yang ramah untuknya, tentu saja senyuman itu langsung dibalasnya dengan ramah.

Dua orang wanita berjalan kearah mejanya dan menyapanya secara langsung, yang satu berambut pirang panjang dan berambut pendek sebahu dengan kulit yang putih. Keduanya melongo menatapnya, ketika melihat wajah Gwen secara dekat. Hal itu membuatnya sedikit panik dan khawatir , jika penyamaran dirinya diketahui oleh dua wanita tersebut.

"Nama kamu Gwen?"tanya wanita berambut panjang itu.

"Benar, tapi bagaimana kamu tahu tahu sementara aku belum memperkenalkan diriku", ucap Gwen, dengan ekspresi wajahnya yang kebingungan.

"Gwen, disini buka lagi sebuah rahasia, jika akan ada karyawan baru. Oh, perkenalkan namaku Aiko dan ini Aya", ucap nya.

"Gwen, semoga kamu nyaman kerja disini nantinya", ucap aya.

"Tentu", jawab Gwen

"Kalau begitu, kami balik kemeja kami dulu. Kita akan mengobrol lagi saat makan siang", ucap Aiko.

"Baiklah", jawab Gwen tersenyum.

Ini adalah hari pertamanya bekerja, dia ingin melakukan pekerjaannya dengan sebaik mungkin agar tidak mengecewakan atasannya. Apalagi pekerjaannya saat ini adalah salah satu hobi yang dimilikinya yaitu membuat sebuah rancangan desain yang layak diperhitungkan.

Setelah berjam - jam sibuk dengan pekerjaannya,dia mulai sadar sudah saatnya untuk istirahat makan siang.

"Gwen, ayok makan", ucap Aiko yang datang menghampirinya.

"Ayok", ucapnya.

Mereka berjalan bersama-sama menuju kafetaria, Aiko dan Aya begitu banyak membantunya saat dia sendiri belum mengetahui banyak tempat di kantor itu.

"Kita duduk disana saja", ucap aya dengan dua tangan yang membawa makanannya.

Mereka duduk di ujung meja yang dipenuhi dengan karyawan lain dan dengan begitu ramah dan sopan mereka menyapa Gwen yang masih terlihat canggung.

"Selamat makan Gwen", ucap seorang pria yang ramah menatapnya.

Dia hanya tersenyum dan fokus melihat makana siang yang ada dihadapannya.

"Apa kalian tahu, akan ada perlombaan mendesain pakaian musim semi ini dan semua orang boleh ikut berpartisipasi", ucap karyawan wanita.

"Ahh, aku tidak akan mecoba itu. Aku bahkan sudah tahu hasilnya, pasti hanya rancangan yuna yang akan terpilih seperti setiap tahunnya", ucap Aiko.

"Yuna?"ulang Gwen yang dari tadi menyimak pembicaraan mereka.

"Benar. Dia adalah karyawan yang cukup terkenal, bahkan semua divisi mengenalnya. Dia begitu bertalenta dengan keahlian yang dimilikinya, Gwen", jelas Aiko.

"Itu dia, wanita yang baru saja kita bicarakan", ucap Aya.

Gwen langsung mengarahkan penglihatannya kepada wanita yang mereka maksud, dia terlihat berbeda dengan karyawan lainnya. Wajahnya terlihat cantik dengan pakaian yang cukup elegan dengan merk yang tak asing untuk Gwen.

"Baju itu sama seperti bajuku", batin Gwen.

Dia duduk di sudut ruangan dari kafetaria itu dengan beberapa orang yang bersamanya. Mereka berbicara begitu asik tanpa memperdulikan sekitar mereka, bahkan mereka sama sekali tidak peduli dengan orang -orang disekitaran mereka.

"Gwen, jangan terus melihat mereka", bisik Aiko.

"Aiko, siapa yang bersamanya?"tanya Gwen.

"Mereka itu manager setiap divisi. Dia sama seperti kita, tapi karna dia karyawan khusus membuatnya hanya ingin bergaul dengan para manager dan sedangkan karyawan seperti kita ini akan diabaikan nya", jelas Aiko.

"Kenapa dia seperti itu?"tanya Gwen, dia terlihat begitu heran mendengar penjelasan Aiko.

"Entahlah",Kata Aiko, nada suaranya seolah mengatakan bahwa dia tidak ingin membahas wanita itu.

Melihat tanggapan Aiko, membuatnya berhenti bertanya lagi, meskipun sesungguhnya dia masih merasa penasaran dengan wanita yang bernama Yuna itu.

"Gwen, kamu pulang naik apa?"tanya Aiko.

"Naik bus", jawabnya cepat.

"Kalau begitu nanti pulanglah bersama aku dan aya. Aku akan mengantarmu", ucap Aiko.

"Baiklah Aiko", jawabnya,otaknya mulai bekerja memikirkan alasan yang tepat untuk menolak ajakan Aiko nantinya.

Bersambung.....

Bab 2 Pencurian

Perasaannya sedikit lega hari ini, setidaknya dia bisa mencari alasan yang tepat untuk menolak ajakan Aiko yang ingin mengantarnya pulang. Hari ini penyamaran yang dilakukannya juga berjalan lancar dan tidak ada yang mengenali dirinya untuk saat ini.

Tok..Tok...Tok..

"Gwen, bisa aku masuk?" tanya kakak tirinya itu.

"Masuklah", teriaknya dari dalam kamarnya.

Yukari perlahan membuka pintu kamar itu, melangkah berjalan mendekat kearah Gwen yang sedang sibuk di meja kerjanya.

"Bagaimana hari pertama kerja mu?"tanya yukari.

"Lancar", jawabnya, setidaknya itu yang dirasakannya saat ini, tanpa harus berbohong kepada kakak tiri nya itu.

"Apa tidak ada yang mengenali mu?"tanyanya kembali.

"Sepertinya tidak ada kak", ucap Gwen yang menatap mata yukari sesaat, kemudian melanjutkan gambarannya.

"Baguslah", gumam yukari, di terus memperhatikan Gwen yang sibuk dengan pensil warnah yang terletak di atas meja dengan tangannya terus bergerak.

"Apa yang sedang kamu lakukan, Gwen?"tanya yukari.

"Ah, aku sedang membuat desain baju untuk musim semi nanti kak. Perusahaan kami mengadakan kompetisi dan aku berniat ikut serta dalam perlombaan itu", jelasnya.

"Hmmmm.Baiklah kalau begitu,lebih baik aku keluar karena tidak ingin mengganggu mu", ucap yukari yang pergi meninggalkan kamar Gwen.

Dreg...Dreg...Dreg...

Ponsel yang berada di dalam saku celananya terus bergetar, dikeluarkannya ponsel itu dan wajahnya langsung tersenyum saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya "Mine 🖤".

📱"Hallo", ucapnya , suaranya terdengar lembut saat menjawab panggilan tersebut.

📱"Apa yang sedang kamu lakukan?"tanya Kenichi dibalik sambungan telpon.

Kenichi Kenzo Nakagawa adalah putra tunggal dari pasangan Hayate Nakagawa dan Mina Nakagawa, seorang pengusaha sukses yang bergerak di bidang perhotelan. Hampir enam tahun keduanya menjalani hubungan, sejak keduanya berkuliah di universitas yang sama di luar Negeri. Hubungan yang mereka miliki begitu tertutup, keduanya saling sepakat untuk tidak mengekspos hubungan yang mereka jalani, bahkan kedua orang tua mereka sama sekali tidak mengetahui mengenai hubungan tersebut.

📱"Baru saja ingin beristirahat", ucap yukari.

📱"Apa kamu besok sibuk? Aku ingin kita bertemu, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan", ucap kenichi.

📱" Aku belum tahu, aku harus melihat jadwal dulu besok", jawabnya.

📱"Baiklah, kabari jika kamu sudah mengetahui jadwal mu", ucap kenichi.

📱"Oke," jawabnya.

Tanpa mengatakan salam perpisahan ataupun mengucapkan selamat malam, pria itu langsung mengakhiri sambungan telepon nya. Yukari hanya tertawa simpul saat dia hendak mengucapkan selamat malam untuk kekasihnya itu, tapi kenichi langsung menutup teleponnya.

"Kamu sama sekali tidak pernah berubah", gumamnya.

Keesokan paginya, dia membuka matanya lebih awal bahkan lebih pagi lagi dari hari pertamanya untuk berangkat kerja. Sejak tadi malam, sulit untuknya menutup kedua matanya agar terlelap tidur. Dia begitu tak sabar menunggu fajar muncul agar bisa cepat tiba kekantor untuk menyerahkan desain gambar yang telah selesai dikerjakannya sejak tadi malam.

Dia memeriksa kembali isi dalam tasnya berulang - ulang kali, memastikan bahwa map biru berisi desain gambarnya tidak tertinggal.

"Baiklah, semuanya telah masuk", ucapnya.

Dia menuruni anak tangga satu persatu dengan suasana hati yang begitu semangat menuju ruang makan, dimana kedua orang tuanya dan kakak tirinya telah menunggu kehadirannya dari tadi.

"Selamat pagi semua", sapa Gwen.

"Pagi sayang, cepat duduklah.Kenapa lama sekali turun, kamu nanti bisa terlambat kekantor", ucap imori.

"Berangkatlah dengan kakakmu, Gwen. Bukankah tempat mu bekerja sejalan dengan kantor kita ", ucap ayahnya.

"Ah, tidak usah ayah", ucap Gwen.

"Ikutlah dengan ku, Gwen. Aku akan menurunkan mu di ujung jalan di dekat kantor mu, sehingga tidak akan ada yang melihat kita", ucap yukari.

"Pergilah bersama kakak mu sayang, ibu juga tidak tega melihatmu naik bus", kata minori

"Baiklah kalau begitu ",ucap Gwen yang tak bisa menolak permintaan kedua orang tuanya.

Disepanjang perjalanan, Gwen terus melihat hasil desainnya itu. Dia terus memeriksanya berulang kali, yukari yang sedang mengemudikan mobil sesekali melihat adiknya itu.

"Ada apa, Gwen? Kenapa kamu terus saja melihat gambar desain mu?"tanyanya.

"Aku hanya takut, jika ada yang kurang dalam gambar ku kak", jawabnya.

"Kamu sudah berulang kali memeriksanya,jangan sampai kereta itu sobek", ucap yukari.

Gwen hanya tertawa, menutup map biru itu dan memasukannya kembali kedalam tasnya. Keheningan kembali terjadi diantara keduanya, tidak ada obrolan yang terjadi selama dalam perjalanan, bahkan hingga mobil itu berhenti melaju dan berhenti diujung jalan menuju kantor gwen.

"Terima kasih kak sudah mengantarku", ucap Gwen yang membuka pintu mobil dengan satu kakinya yang melangkah keluar.

"Gwen, semoga desain gambar mu terpilih", gumam yukari, dia mencoba memberikan dukungan untuk saudara tirinya itu yang hanya berjarak dua tahun dengannya.

Gwen hanya tersenyum dan turun dari mobil sedan itu, sementara yukari melakukan mobilnya melewati Gwen yang berjalan kaki menuju ke kantor nya.

Tepat didepan pintu masuk kantor, dia menarik napasnya dalam - dalam sebelum melangkahkan kakinya masuk dan memulai pekerjaannya di hari keduanya.

"Gwen!!!"seru Aiko dan aya yang juga baru datang.

"Selamat pagi", sapa Gwen kepada kedua teman barunya itu.

"Kebetulan sekali kita bertemu di loby", kata Aiko

"Ayok kita menuju ruangan kita", sergah aya.

"Tapi kita ke toilet dulu ya", gumam Aiko.

"Baiklah", jawab keduanya.

Mereka bertiga berjalan menuju ke toilet yang berada di lantai satu.

"Tunggu sebentar ya", ucap Aiko yang pergi meninggalkan keduanya masuk kedalam toilet.

Sembari menunggu Aiko, pandangan aya terfokus ke sebuah map biru yang ada didalam tas Gwen.

"Gwen apa yang ada di map itu?"gumam aya.

"Ahhh, ini", ucap Gwen, dia mengeluarkan map itu dari dalam tasnya.

"Benar, aku penasaran ", kata aya.

"Ini adalah gambar desain baju yang aku buat untuk musim semi. Aku berencana ikut mendaftar dalam lomba yang diadakan perusahaan kita", ucapnya.

"Sungguh? Bisakah aku melihat hasil desain mu?"tanya aya, dia terlihat antusias untuk melihat hasil gambar teman barunya itu.

"Tentu", jawabnya dan menunjukkannya kepada aya.

"Gwen, ini desain mu? Ini sangat bagus, aku yakin kamu akan menang. Bahkan desain gambar yuna akan kalah dengan desain mu ini", ucap aya sambil mengembalikan map biru itu kepada Gwen.

"Terima kasih aya, semoga saja aku bisa menang", ucap Gwen.

"Aku yakin kamu pasti akan menang", ucap aya.

"Aya, sepertinya aku juga ingin kekamar mandi. Aku titip tasku ya", ucapnya.

"Baiklah, letakan saja di sini. Aku akan menjaga tas mu", ucap aya.

"Terima kasih, aya", ucap Gwen.

Dreg....Dreg...Dreg...

"Hallo", ucap aya.

"Hallo, apa kamu tidak mendengar suaraku. Sepertinya sinyalnya tidak baik, aku akan keluar

Hallo, apa kamu sudah bisa mendengar suaraku dengan jelas?"tanya aya.

Toilet itu sangat sunyi saat Aiko keluar, dia tidak menemukan siapapun disana. Hanya ada tas milik Gwen yang tertinggal, sementara gwen dan aya tak terlihat keberadaannya.

"Kemana mereka pergi, kenapa Gwen ceroboh sekali meninggalkan tasnya begitu saja", gumam Aiko.

"Aiko", panggil Gwen yang baru keluar dari kamar mandi.

"Gwen, kenapa kamu meninggalkan tas mu", ucap aiko.

"Tadi aku menitip tas ku kepada aya. Dimana dia?"tanya Gwen yang memperhatikan sekitarnya.

"Kalian sudah siap?"tanya aya yang datang dari luar.

"Aya, kamu dari mana saja?"ketus Aiko.

"Maafkan aku, tadi temanku menelepon. Aku keluar karena sepertinya sinyal disini tadi tidak bagus", jelas Aya.

"Sudahlah Aiko, tidak apa- apa", ucap Gwen.

"Ah, gwen. Lebih baik sekarang kita serahkan desain gambar mu, aku baru tahu bahwa hari ini pendaftarannya", ucap aya.

Aiko langsung memutar badannya, ditatapnya Gwen dengan ekspresi kaget." Kamu ikut dalam acara itu ?"tanyanya.

"Hmmm. Aku hanya ingin mencobanya", kata gwen.

"Aiko, gambar gwen sangat bagus. Aku yakin di pasti menang dan mengalahkan yuna", sergah aya.

"Benarkah? Kalau begitu, tunggu apalagi. Ayok kita pergi dan menyerahkannya", ucap Aiko, dia menarik tangan Gwen dengan penuh semangat.

Mereka pergi menuju lantai lima, saat mereka tiba di tempat itu.Tidak terlihat keramaian yang terjadi, suasana begitu sunyi hanya ada dua orang yang berada disana.

"Sepertinya karyawan yang lain juga tidak antusias seperti kita", ucap Aiko yang tersenyum dengan sudut bibirnya terangkat setengah.

Seorang wanita langsung menyambut kehadiran mereka saat melihat ketiganya berjalan kearahnya.

"Apa kalian juga ingin menyerahkan desain gambar yang kalian miliki?"tanya wanita itu.

"Benar.Gwen keluarkan gambar mu", perintah Aiko.

"Baiklah", ucap gwen, dia mengeluarkan map biru yang berada di dlm tasnya, namum matanya tercengang saat membuka isi map itu. Wajahnya memucat seketika, dia mulai membongkar isi didalam tasnya.

"Ada apa Gwen?"tanya Aiko.

"Apa yang kamu cari, Gwen?"tanya aya.

"Desain gambar ku, dia tidak ada", ucap Gwen, nada suaranya terdengar panik dan terus memeriksa tasnya.

"Bukankah tadi kamu memasukannya di dalam map biru itu?"Tanya aya.

"Aku juga berpikir begitu, tapi isi map ini telah kosong aya", ucap Gwen , dia membentangkan map itu dihadapan Aiko dan aya.

Aya terlihat kaget, satu tangannya menutup mulutnya. Dia menggelengkan kepalanya seolah tak percaya. "Tidak...tidak..., jelas - jelas aku melihatmu memasukannya di dalam setelah memperlihatkannya kepadaku."

"Tunggu dulu!" Kalau begitu ada yang mencurinya saat kita di toilet tadi", sergah Aiko.

"Mencuri?"ucap Gwen.

"Tapi siapa?"tanya aya.

"Apa ada orang selain kita tadi disana?"tanya Aiko, dia mulai mengingat suasana di dalam toilet tersebut.

"Sepertinya ada. Kalau diingat- ingat ada empat ruang toilet disana, hanya dua pintu yang terbuka setelah kamu masuk. Apakah toilet itu rusak, karena sejak kita datang hingga keluar dari sana pintu itu masih tertutup", ucap aya.

"Kita harus memeriksanya", ucap Aiko, yang melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu diikuti aya dan Gwen.

Mereka berjalan dengan tergesa- gesah menuju toilet tersebut, orang - orang memperhatikan mereka yang terlihat panik masuk kedalam toilet.

"Tidak rusak!"ucap aiko saat melihat pintu itu terbuka lebar.

"Gwen, maafkan aku", ucap aya, dia memegangi tangan Gwen. Wajahnya terlihat bersalah, jika saja dia tidak meninggalkan tas miliknya begitu saja, semua ini tidak akan terjadi.

"Sudahlah aya, jangan menyalahkan dirimu. Aku tidak apa- apa", balas Gwen yang memegang tangan aya yang terasa begitu dingin saat tersentuh olehnya.

"Sekali lagi aku minta maaf", ucapnya berulang kali kepada temannya itu.

"Tapi siapa yang melakukannya, siapa yang telah mencuri hasil karya mu, Gwen?"tanya Aiko.

"Entahlah, aku juga penasaran", ucap Gwen dengan senyum simpul di wajahnya.

Kecewa dan marah itu yang tengah dirasakannya saat ini, berjam - jam dia menyelesaikan gambarnya itu, tapi dengan mudah seseorang mencuri hasil karyanya begitu saja. Bibirnya tersenyum, tapi tidak dengan hatinya yang begitu marah dengan apa yang terjadi dengannya saat ini.

"Aku akan menemukan mu", batinnya dengan kedua tangan yang mengepal kuat menahan emosinya dihadapan kedua temannya itu.

Bersambung....

Bab 3 Lamaran dan Penolakan

Disebuah restoran mewah, yukari menikmati secangkir teh hangat sembari menunggu kehadiran Kenichi yang tak kunjung tiba. Menunggu kedatangan Kenichi sudah biasa bagi yukari, dia tidak pernah datang tempat waktu setiap mereka ingin ketemu, bahkan meski Kenichi sendirilah yang membuat janji.

"Apa kamu sudah menunggu lama?"terdengar suara datar dan berat bertanya kepadanya.

Yukari hanya senyum sembari meletakan gelasnya di atas meja. "Hampir lima belas menit", jawabnya.

"Maaf telah membuat mu menunggu", balasnya sambil duduk berhadapan dengan yukari.

Keduanya adalah pasangan kekasih, tapi hubungan yang mereka miliki begitu berbeda dengan pasangan pada umumnya. Tidak ada sifat romantis atau pun perhatian yang ditunjukkan Kenichi terhadap kekasihnya, meskipun mereka telah menjalani hubungan bertahun- tahun. Sama seperti Kenichi, yukari pun adalah tipe wanita yang tidak suka memiliki hubungan yang rumit seperti pasangan pada umumnya, kesibukan yang dimilikinya justru membuatnya tidak memiliki banyak waktu untuk pasangannya, baginya Kenichi adalah pria yang tepat untuknya karena memiliki sifat yang hampir sama.

"Aku penasaran, apa yang ingin kamu bicarakan?"tanya yukari, ditatapnya wajah kekasihnya itu.

Dia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu yang kelihatannya serius, itulah yang dirasakan yukari saat melihat ekspresi wajah Kenichi.

"Menikahlah denganku," ucap Kenichi yang menatap kedua matanya.

Sejenak, yukari terhanyut dalam ucapan pria yang ada dihadapannya itu, mencoba mencerna kembali ucapan yang terdengar di telinganya. Seperti ada sebuah air es yang membasahi tubuhnya hingga membuatnya dia membeku. Dengan enggan dialihkannya tatapan matanya dari Kenichi, diraihnya gelas yang ada di depannya. Rasa gugupnya membuat tangannya bergetar saat memegang gelas tersebut, sementara Kenichi terlihat tenang dan terus mengawasi yukari tanpa mengalihkan tatapannya sedikit pun.

Butuh beberapa menit untuk dia menenangkan dirinya, sebelum kedua matanya kembali menatap Kenichi yang menunggu jawabannya.

"Dengar Kenichi, sepertinya kamu melupakan perjanjian yang pernah kita sepakati", ucap yukari.

"Aku tidak pernah lupa", sergah Kenichi.

"Jika kamu masih mengingatnya, kenapa kamu mengucapkan kalimat yang kamu sendiri sudah tahu jawabannya", gumam yukari.

Detik itu juga, dia menangkap maksud dari perkataan yukari kepadanya. Wajahnya berubah dingin seperti tatapannya memandang yukari.

"Kamu tidak bersedia menikah denganku?"tanyanya, dia terlihat tenang saat mengajukan pertanyaan itu.

"Dari dulu aku sudah mengatakannya kepadamu, aku tidak ingin menikah. Kita sudah sepakat bahkan kita selamanya hanya akan berkencan", ucap yukari.

"Aku tidak bisa melakukan itu. Ibuku menginginkan aku menikah dan memiliki seorang istri, yukari", jelas Kenichi.

"Dan aku tidak bisa menikah denganmu, Kenichi. Aku tidak ingin disibukan dengan urusan rumah tangga, bahkan menghadapi ibu mertua yang akan merepotkan hidupku nantinya", ucap yukari.

Bibir Kenichi nyengir mendengarkan penjelasan yukari. Dia langsung bangkit berdiri, tidak ada kata lagi yang keluar dari mulutnya dan langsung melangkah pergi meninggalkan yukari.

"Kenichi!" teriak yukari, dia sama sekali tidak menyangka dengan tanggapan yang diberikan kepadanya.

Dia terus berjalan,tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun kembali kearah yukari yang memanggil namanya yang terdengar jelas. Langkah kakinya panjang, matanya menyalah- nyala dengan kebencian yang dirasakannya kepada yukari.

"Bagaimana, Kenichi?"tanya Arga, sahabat sekaligus sekertaris pribadi yang menjadi orang kepercayaannya.

"Ayok kita pergi dari sini", kata Kenichi yang masuk kedalam mobil.

"Baiklah", ucap arga masuk kedalam mobil dan meninggalkan restoran tersebut.

Pandangan mata Kenichi terlihat kosong menatap kedepan, wajahnya memerah saat dirinya dipenuhi dengan amarah yang dirasakannya.

"Dia pasti menolaknya", gumam Arga, ditatapnya sahabatnya itu dari spion tengah.

Arga bisa merasakan, perasaan lain yang dirasakan Kenichi selain kemarahannya saat ini. Ada rasa kekecewaan yang teramat dalam tentu dirasakannya, ketika wanita yang bertahun- tahun menjalani hubungan dengannya melakukan penolakan terhadap keinginannya yang ingin menikahi yukari. Kenichi hanya berdiam diri, menyandarkan tubuhnya memandang keluar jendela saat mobil itu berbelok memasuki parkiran.

"Kita sudah sampai", ucap Arga.

Tersentak dalam lamunannya, matanya memperhatikan sekitarnya.

"Dimana ini?"tanyanya bingung.

"Ayolah, hari ini kamu ada janji dengan Yeri ", jelas Arga.

"Benar, aku hampir melupakannya", ucapnya, dia langsung turun dari mobil dan berjalan masuk kedalam kantor tersebut.

•••••••••

Suasana ruangan itu terlihat tenang, sampai akhirnya seseorang datang membawa pengumuman kepada seluruh karyawan yang ada di divisi perencanaan dan membuat keadaan menjadi berisik.

"Hei, apa kalian sudah tahu. Pengumuman perlombaan desain baju untuk musim semi sudah diumumkan di web kantor kita", gumam pria tersebut.

"Lalu siapa yang menang?"tanya seorang wanita.

"Siapa lagi, kalau bukan yuna", sahut wanita dari belakang.

Semuanya sibuk mengakses web kantor untuk melihat desain gambar milik yuna.

"Tidak mungkin", gumam aya, matanya tercengang.

"Ada apa?"tanya Aiko.

Aya langsung bangkit dari kursinya, berjalan menghampiri meja kerja Gwen yang ada di depan mejanya.

"Gwen", ucap aya, disentuhnya pundak Gwen yang terlihat syok.

"Ada apa ini sebenarnya?"tanya Aiko yang.

"Gambar itu, gambar yang sama dengan milik Gwen", ucap aya.

"Apa!!!!"teriak aiko, suaranya yang kuat membuat semua orang memperhatikan nya.

"Benar, itu adalah gambar milik Gwen. Aku yakin itu", ucap aya.

"Kalau begitu, yuna yang mencurinya", ucap Aiko yang menatap aya dan Gwen secara bergantian.

"Maaf, aku harus pergi dulu. Banyak berkas yang harus aku photo copy", ucapnya dengan terbata-bata, gelagapan mencari alasan untuk menjauh sesaat dari Aiko dan aya.

Gwen pergi meninggalkan keduanya, dadanya terasa sesak saat tahu hasil desainnya menang, tapi justru diakui oleh orang lain. Terlalu sakit dan kecewa membuatnya harus mengeluarkan air mata kesedihannya, dia terus berjalan dengan wajah yang tertunduk menyembunyikan wajah yang terlihat kacau. Hingga akhirnya langkahnya terhenti, saat dia tersadar telah menabrak seseorang yang ada didepannya.

"Maaf", ucapnya, dia masih menundukkan kepalanya tanpa melihat sosok yang ditabrak nya itu.

Kenichi hanya diam, sorot matanya tajam menatap Gwen yang terus tertunduk dan meminta maaf untuknya.

"Nona, lain kali hati-hati", ucap arga.

"Sekali lagi saya minta maaf, tuan", ucap Gwen dan pergi meninggalkan mereka.

Keduanya secara bersamaan menoleh kearah belakang, memperhatikan Gwen yang pergi terburu- buru.

"Ada apa dengan gadis itu?"tanya arga

"Jangan mengurusi hal yang tidak penting", ucap Kenichi yang kembali berjalan menuju ruangan Yeri.

Aiko dan aya terus mencari keberadaan Gwen, mereka sangat khawatir dengan temannya itu.

"Dimana sebenarnya Gwen?"tanya Aiko.

Pintu lift itu terbuka, mereka melihat dua sosok pria yang masuk kedalam. Pria yang terlihat asing untuk mereka dan tidak pernah dilihat sebelumnya di kantor itu. Obrolan kembali berlangsung antara keduanya, membahas apa yang dialami gwen.

"Dia pasti sangat sedih sekarang", ucap aya.

"Tentu saja Gwen pasti sedih, saat gambarnya dicuri", balas Aiko.

"Dasar wanita yang tak tahu malu", gumam aya, penuh kemarahan.

"Wanita itu memang tidak tahu malu. Dia mencuri gambar milik Gwen, dan mengklaim kemenangannya dari hasil mencuri desain gambar milik Gwen saat di toilet", balas Aiko.

Mereka nyaris tidak memperdulikan sekitaran mereka, tidak peduli jika ada dua orang siang diantara mereka saat ini. Rasa kesel yang keduanya rasakan kepada yuna membuat mereka tidak henti- hentinya mencela perbuatan yang dilakukannya.

Pintu lift itu terbuka dilantai 5, Kenichi dan arga langsung keluar dari lift tersebut. Sekilas arga melirik dua wanita yang ada di lift itu, tidak bisa dipungkiri apa yang mereka bicarakan tadi membuatnya sedikit penasaran dengan sosok wanita yang mereka bicarakan.

"Kenichi, apa kamu dengar yang tadi mereka bicarakan? Telah terjadi kecurangan di kantor Yeri", gumam arga.

"Jangan ikut campur. Ini tidak ada hubungannya dengan kita", jawab Kenichi, nadanya ketus saat berbicara kepada arga.

Ketika mereka sampai di depan ruangan Yeri, arga langsung mengetuk pintu tersebut. Keduanya langsung masuk kedalam saat terdengar suara Yeri yang menyuruh mereka untuk masuk. Sambutan yang hangat langsung keduanya dapatkan dari Yeri yang tak lain adalah sahabat lama keduanya.

"Akhirnya kalian datang juga", ucap Yeri yang tersenyum memandang keduanya.

"Jalanan menuju kekantor mu ini sangat macet", ketus Kenichi yang langsung duduk, bahkan sebelum Yeri mempersilahkannya.

"Maafkan aku tuan Kenichi. Aku tidak bisa mendirikan kantor di tengah- tengah kota seperti kantor mu", ucap Yeri.

"Tapi Yeri ada yang ingin aku tanyakan", ucap arga.

"Silakan, tuan arga. Bertanyalah sebanyak yang kamu mau",ucap Yeri kepada sahabatnya itu

"Apa perusahaan mu mengadakan acara seperti desain gambar?"tanya arga, ucapannya dua wanita yang bertemu dengannya di lift tadi terus mengusik pikiran arga.

"Dari mana kamu tahu soal itu, arga?"tanya Yeri.

"Kebetulan aku tadi mendengar pembicaraan dari salah seorang karyawan mu", jawabnya.

"Benar. Kami baru saja mengumumkan pemenangnya", ucap Yeri, di melirik jam tangan yang di pakaian nya.

"Sebentar lagi jam makan siang, bagaimana kalau kita makan siang bersama. Menu makan siang di kantor ku ini sangat lezat, kalian harus mencobanya. Sekalian aku akan mengenalkan kalian pada karyawan yang memenangkan perlombaan desain itu ", ucapnya.

Jika ditanya pada dirinya, tentu saja arga akan menerima ajakan Yeri. Apalagi saat mendengar Yeri ingin memperkenalkan mereka pada karyawan yang memenangkan perlombaan desain itu, tapi dia sangat yakin jika Kenichi pasti tidak menerima ajakan makan siang itu.

"Baiklah, aku jadi penasaran ingin mencicipinya", ucap Kenichi.

Sontak saja, kedua mata arga menatap Kenichi yang duduk disampingnya. Kedua matanya berbinar ceria, entah apa yang merasuki dirinya saat ini , setidaknya dia merasa senang saat kenichi menerima ajakan itu. Sebenarnya sama seperti arga, kenichi pun mulai merasa tertarik dengan sosok yang dibicarakan dua karyawan tadi. Dia penasaran, bagaiman bisa ada manusia selicik itu yang tega melakukan hal - hal kotor dan serendah itu.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!