Arinina Putri. Wanita berusia tiga puluh tahun. Wanita sederhana yang memiliki wajah yang sangat cantik dan sangat lemah lembut dengan balutan hijab yang cantik. Nina panggilannya. Ia adalah anak tunggal dari pasangan Vita dan Tian. Nina sendiri meneruskan usaha kedua orang tua nya yaitu perusahaan event organizer yang cukup besar.
Nina adalah sosok yang pendiam tetapi dalam pekerjaan sosok yang sangat tegas dan professional. Meski terlihat anggun, Nina adalah sosok wanita tangguh, ia bisa menguasai silat dengan begitu hebat. Bahkan banyak pria yang tidak berani mendekatinya karena jago bela dirinya.
Vita begitu pusing pada Nina. Sudah berusia tiga puluh tahun tetapi masih juga belum mau menikah. Jangankan untuk menikah, memiliki kekasih pun tidak. Bahkan Vita sudah mencoba menjodohkan Nina tetapi Nina selalu menolak dan berkata
"Cinta tidak perlu dicari. Ia akan datang sendiri di waktu yang tepat. Sekarang ini, aku hanya perlu merubah diri menjadi lebih baik untuk menemukan jodoh yang baik."
Begitulah jawaban yang selalu Nina katakan pada Mamanya.
Vita pun menyerah karena sang anak tidak mau menikah dengan pria yang tidak membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Itulah sedikit keanehan Nina. Nina begitu percaya dengan yang namanya cinta pada pandangan pertama. Karena itu, ia selalu menolak perjodohan sang Mama karena tidak ada satu pria pun yang bisa membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Hingga ia bertemu seorang pria tampan dari negara yang terkenal akan kemewahannya yaitu 'Unite Arab Emirates'. Pria tampan bernama Feroze Ahmad Al-Barokh adalah pria yang bisa membuat Nina jatuh cinta pada pandangan pertama. Bukan hanya Nina, Feroze pun merasakan cinta itu.
Meski begitu, Nina tetap tidak ingin memiliki hubungan dengan Feroze karena Nina merasa minder pada Feroze yang adalah anak dari Pangeran Unite Arab Emirates atau biasa kita sebut Sultan. Nina merasa ia tak pantas untuk Feroze karena ia hanyalah wanita sederhana.
Meski begitu, Feroze tidak menyerah untuk memiliki Nina. Tanpa pantang menyerah, Feroze terus mengejar Nina.
Feroze Ahmad Al-Barokh adalah pria yang sangat tampan dan menawan. Seperti pria Timur Tengah lainnya, Feroze memiliki wajah yang luar biasa tampan. Hidung mancung, mata tegas, rahang yang kuat serta memiliki brewok khas pria Timur Tengah. Feroze bukanlah pria sembarangan. Ia adalah salah satu anak Pangeran UAE yaitu Sheikh Hanafi Al-Barokh dan Aisyah yang berarti seorang Pangeran juga. Feroze tipikal pria yang tegas, pendiam tetapi sangat lembut terhadap keluarganya. Feroze berusia tiga puluh tahun. Sama seperti Nina, Feroze tipikal pria yang susah jatuh cinta. Ia selalu merasa tidak tertarik pada wanita karena kebanyakan hanya mengincar harta dan statusnya sebagai Pangeran.
Hingga ia bertemu dengan Nina. Gadis berhijab yang sangat sederhana juga lembut. Gadis yang memiliki senyuman yang memesona. Awalnya, ia mengira perasaan itu hanyalah perasaan kagum dengan sosok Nina yang lemah lembut serta pekerja keras. Tetapi, sejak pertemuan pertamanya, bayangan Nina selalu berputar di memorinya. Hingga ia bisa merasakan bahwa ia mencintai Nina.
Akhirnya, melalui Queena sepupu Nina yang juga anak angkat Babanya Sheikh Hanafi, Feroze mencoba mendekati Nina. Tak semudah yang dibayangkan, Feroze mendapat penolakan dari Nina. Meski begitu, ia tak pantang menyerah. Ia terus mengejar Nina sampai Nina mau menerima cintanya.
Apakah Nina akhirnya bisa ditaklukan oleh Anak Sultan? Kita lihat saja kelanjutan kisahnya ....
Arinina Putri
Feroze Ahmad Al-Barokh
Pagi hari yang begitu cerah setelah hujan cukup deras, terdengar kicauan burung yang saling sahut menyahut menjadi backsound indah hari-hari Nina. Nina sudah siap dengan aktivitasnya. Setiap hari, ia selalu pergi ke perusahaan event organizer nya.
"Pagi, Mah, Pah." Nina menyapa kedua orang tua nya.
"Pagi, Sayang."
Nina pun duduk bersama kedua orang tua nya untuk sarapan.
"Tante Eriska sudah meneleponmu untuk acara empat bulan kehamilan Queena?" tanya Vita.
"Sudah, Mah. Nanti siang, Nina mau ketemu Tante bahas konsep acara empat bulanannya," jawab Nina lalu mengunyah sandwich nya.
"Na, jangan lupa nanti malam ketemu pria yang Mama katakan minggu lalu," ujar Vita kembali.
Nina hanya menghela napasnya. "Mah, sudah aku bilang, stop menjodohkanku dengan anak teman-teman Mama itu." Nina begitu kesal dengan tingkah sang Mama yang terus menjodohkannya dengan banyak pria.
"Nina, ingatlah. Usiamu sudah tiga puluh tahun. Saat Mama seusiamu, Mama sudah memilikimu. Lihat Queena sepupumu, sudah menikah bahkan sudah mau punya anak. Lah kamu, jangankan punya anak, pacar saja tidak punya," gerutu Vita.
"Mama tidak perlu khawatir ...."
"Cinta tidak perlu dicari. Ia akan datang sendiri di waktu yang tepat. Sekarang ini, aku hanya perlu merubah diri menjadi lebih baik untuk menemukan jodoh yang baik," timpal Vita yang sudah hapal perkataan anak gadisnya itu.
"Nah itu tahu, jadi jangan mencoba menjodohkan ku lagi, ya, Mah." Nina tersenyum pada Mamanya.
"Ikhtiar juga perlu, Nina," timpal sang Mama.
"Sudah, ya, Mah. Jangan bikin Nina bad mood pagi-pagi seperti ini. Sebentar lagi Nina ada meeting dengan client untuk sebuah pernikahan cukup besar. Nina ingin fokus ke situ dulu. Ya sudah, Nina jalan dulu. Assalamualaikum." Nina mencium tangan kedua orang tua nya dan segera pergi. Nina jengah dengan omongan sang Mama yang terus menerus soal pasangan.
"Nina, jangan lupa nanti malam temui pria itu," teriak Vita.
"Kalau tidak lupa," jawab Nina yang segera pergi.
"Kamu ini, sudahlah jangan terlalu memaksa Nina. Dia bukan anak kecil lagi," ujar Tian pada Vita.
"Aku khawatir pada Nina, Mas. Sudah berusia tiga puluh tahun masih belum menikah. Aku takut dia tidak ada keinginan untuk menikah."
"Sudahlah, memang belum waktunya saja dia menikah. Kamu berdoa pada Allah supaya Nina mendapat Suami yang baik."
"Aamiin Mas," jawab Vita.
Dengan mobil Honda Brio berwarna merah itu, Nina menembus kemacetan Jakarta. Dengan mendengarkan lagu religi dari Maher Zayn, Nina menghabiskan waktu menyebalkannya karena macet. Sebenarnya perusahaan nya tidak begitu jauh, karena macet, ia bisa menghabiskan waktu satu jam untuk sampai di perusahaannya.
"Jakarta .... Jakarta .... Kenapa harus macet sih? Andai bisa tinggal di Dubai yang bebas macet, pasti senang," gerutu Nina yang setiap hari selalu ia katakan.
**
Di tempat lain, di Dubai. Terlihat seorang pria tampan yang baru terbangun dari tidurnya. Seperti hari-hari biasanya, ia selalu menunaikan salat sunnah di sepertiga malam.
Ia duduk di bibir tempat tidur, mengusap wajahnya menunggu kesadarannya terkumpul. Setelah itu, ia berjalan menuju kamar mandi untuk berwudu. Setelah berwudu, ia bersiap untuk salat. Ia salat dengan begitu khusyu. Memanjatkan doa dan memohon ampunan pada sang Maha Penciptanya.
Setelah selesai sholat, ia bertilawah bebebrapa surat Al-Qur'an sembari menunggu adzan subuh.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh. Dengan menggunakan jas brand Dormeuil, sepatu brand Louis Vuitton limited edition, serta jam tangan brand Rolex bertengger di pergelangan tangannya, Feroze siap mengawali harinya.
"Selamat pagi, Baba, Ummu, Feroza." Feroze mencium ujung kepala Feroza yakni saudara kembar Feroze.
"Selamat pagi, Habibi. Ayo sarapan dulu," ujar Ummu Aisyah pada Feroze.
Feroze pun duduk di samping Feroza.
"Feroze, luangkanlah waktu untuk ke Indonesia. Balqis menghubungi Baba, dia bilang akan ada acara doa untuk empat bulan kehamilannya," ujar Baba Hanafi pada Feroze.
"Ah, pantas saja sejak semalam ada gadis yang tersenyum. Ternyata mau berjumpa sang kekasih dan calon mertuanya." Rayu Feroze pada Feroza.
"Apa sih, Feroze! Makanya, cari pasangan, jadi tidak meledek terus-terusan," ejek Feroza.
"Sudahlah, aku pergi ke kantor dulu. Jangan telat meeting nanti siang." Feroze mengacak rambut Feroza lalu mencium kening Ummu juga memeluk sang Baba lalu berjalan keluar.
"Selamat pagi, Sheikh." Fayez sang kaki tangan Sheikh Hanafi menyapa Feroze.
"Selamat pagi," jawab Feroze tersenyum, lalu masuk ke dalam super car nya.
"Hafiz, kita ke hotel The Sultan dulu," ujar Feroze.
"Baik, Sheikh," jawab Hafiz Asisten Feroze.
Dubai .... Kota yang terkenal dengan kota bebas macet karena peraturan pemerintahannya yang luar biasa rapi. Dubai ... Kota yang terkenal dengan kemewahannya, melihat super car di jalanannya sudah hal yang sangat wajar, terkenal dengan gedung-gedung pencakar langit tertinggi di dunia.
Tiga puluh menit berlalu, Feroze sampai di hotel The Sultan. Hotel yang terkenal dengan keunikannya. Hotel pencakar lagit yang memiliki view yang indah dari atas, juga hotel yang unik yang memiliki kamar Aquariumnya.
Feroze adalah salah satu pemilik saham terbesar di hotel tersebut. Ia akan menghadiri rapat pemegang saham untuk mendengar ide baru untuk meningkatkan kwalitas hotel.
Dengan gagah penuh berkharisma, Feroze berjalan menuju ruang meeting, diikuti Hafiz.
"Assalamualaikum." Feroze mengucap salam saat masuk kedalam ruang rapat.
"Waalaikumsalam, Sheikh." Semua orang menjawab salam Feroze.
Tak lama, rapat pun dimulai.
**
Siang itu, Nina dan Eriska sang Tante tengah berdiskusi tentang acara empat bulan sepupu Nina yang adalah anak dari Tantenya.
"Nina, jangan lupa, warna harus mendominasi pink dan putih sesuai favorite Queena. Tante ingin semua harus sesuai favorite Queena," ujar Erisa yang sedang memilih desain dekorasi.
"Baiklah, Tante," ujar Nina tersenyum.
"Kau ini, kapan akan berfikir untuk menikah? Jangan terlalu fokus dengan bisnis, kamu ini perempuan, Nina. Tante pusing mendengar keluhan Mamamu yang capek menjodohkanmu dengan banyak pria tapi tidak ada yang berhasil," ujar Eriska pada keponakan kesayangannya.
Nina hanya tersenyum. "Belum ada saja kali Tante jodoh Nina. Lagian, yang Mama pilihkan itu bukan tipe Nina," ujar Nina.
"Jangan banyak pilih-pilih lelaki, Nina!"
"Siapa yang pilih-pilih, Tante! Nina hanya ingin menikah dengan pria yang bisa membuat Nina jatuh cinta," ujar Nina kembali.
"Bagaimana kamu bisa jatuh cinta, jika kamu sendiri tidak mau dekat dengan pria? Kamu maunya cinta pandangan pertama gitu? Ih mana ada!"
"Ada, Tante. Nina percaya akan cinta pandangan pertama," ujar Nina.
"Kamu ini lebih aneh dari Queena ya!" Eriska hanya menggelengkan kepalanya.
Nina hanya tersenyum mendengar ocehan Tante kesayangannya.
Tak lama, ponsel Eriska berdering. Terlihat telepon dari seseorang yang tak dikenal. Eriska tak menjawab karena merasa tak kenal. Tetapi, ia terus menelepon.
"Siapa sih ini, sejak tadi menelepon," gerutu Eriska menatap ponselnya.
"Angkat saja Tante, siapa tahu penting," ujar Nina.
Eriskapun mengangkat teleponnya.
"Halo ...."
"Iya, saya sendiri. Maaf anda siapa ya?" tanya Eriska.
Tiba-tiba wajah Eriska terkejut dengan perkataan seseorang diujung telepon. Air mata jatuh tiba-tiba membasahi pipi Eriska.
"Ti---tidak mungkin, Bapak bercanda, kan?" ujar Eriska yang terus menangis.
Nina yang melihat, merasa bingung dengan apa yang terjadi.
"Baik, baik, Saya akan segera kesana," ujar Eroska yang sangat panik lalu mematikan panggilannya.
"Astagfirullah ...." Eriska menangis.
"Tante, apa yang terjadi?" tanya Nina khawatir.
"Nina .... " Eriska menangis memeluk Nina.
"Tan, katakan ada apa?" tanya Nina.
"Mobil Queena mengalami kecelakaan di tol," ujar Eriska menangis.
"Apa? Bagaimana bisa? Terus bagaimana keadaan Queena juga Alif?" tanya Nina.
"Mereka baru dibawa ke rumah sakit terdekat. Tante harus segera kesana." Eriska begitu panik, khawatir sampai tangannya bergetar. Ia tak visa meraih kunci mobilnya.
"Tan, biar Nina antar. Ayo." Nina meraih kunci mobil Eriska. Merekapun pergi segera menuju area Jonggol dimana mobil Queena mengalami kecelakaan.
Selamat perjalanan, Eriska begitu panik juga menangis.
"Tan, telepon Om Dito," ujar Nina.
Eriska mengangguk lalu meraih ponselnya untuk menelepon sang suami.
"Dito .... Dito ...." Eriska menelepon Dito dengan keadaan menangis.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Dito.
"Mobil Queena mengalami kecelakaan sangat parah di tol area Jonggol. Sekarang, aku dan Nina sedang menuju kesana. Kamu susul lah Aku dengan Nina. Katakan pada yang lain juga," ujar Eriska menangis.
"Astagfirullah, kenapa bisa terjadi?" tanya Dito yang mulai gemetar tak percaya juga.
"Aku masih belum tahu. Cepalah pergi menyusul," ujar Eriska.
"Baiklah, aku akan menyusul sekarang. Beritahu di rumah sakit mana," ujar Dito. "Jangan khawatir, In Shaa Allah Queena dan Alif akan baik-baik saja. Berdoa lah,"
Merekapun menutup panggilannya.
"Tenanglah, Tante. Queena dan Alif akan baik-baik saja." Nina mengusap tangan Eriska untuk menenangkannya.
To be continue ....
Dengan berlari kecil, Eriska berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Eriska begitu panik dengan air mata terus terjatuh. Dari belakang, Nina mengikuti sang Tante, berdoa agar sepupu kesayangannya baik-baik saja.
Ya Allah selamatkan mereka. Doa Nina dalam hatinya.
"Alif .... Kania .... " Eriska memanggil Alif dan Kania yang tengah duduk diruang tunggu ruang ICU.
"Tante ...." Kania berlari memeluk Eriska.
"Kenapa kamu disini? Apa kamu ikut Queena dan Alif?" tanya Eriska.
Kania hanya mengangguk. Eriska melepaskan pelukannya
"Kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Eriska.
"Aku baik-baik saja, Tante," ujar Kania yang masih menangis.
"Nina, tenangkan Adikmu." Eriska menghampiri Alif yang duduk dikursi roda.
"Kakak ...." Kania memeluk Nina.
"Sayang, kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Nina panik melihat kepala Kania yang luka serta beberapa di tubuhnya.
"Nia tidak apa-apa, tapi Kak Queena." Kania menangis.
Nina memeluk Kania untuk menenangkannya.
"Tenanglah, Queena pasti baik-baik saja." Nina mengusap kepala Adik sepupunya itu.
Nina sebenarnya ingin menanyakan apa yang terjadi, kenapa bisa kecelakaan. Tetapi waktunya belum tepat.
"Alif, kamu tidak apa-apa, kan?" tanya Eriska.
"Alif tidak apa-apa, Mah. Alif hanya mengalami tulang patah di bahu dan kaki," ujar Alif.
"Lalu, Queena mana?" tanya Eriska yang terus mencari sang anak.
"Queena .... Queena yang paling parah, Mah, Queena mengalami benturan dikepala cukup parah, sekarang dia koma," ujar Alif menangis.
"Apa? Queena koma?" Dito terkejut yang baru datang bersama yang lain.
"Queena .... " Eriska pingsan saat mendengar Queena koma. Dengan segera Dito meraih tubuh Eriska.
"Sayang ... " Dito mencoba membuatnya sadar.
"Pah, bawa Mama ke IGD," ujar Arsyad.
Dengan segera, Dito membawa Eriska menuju IGD.
Semua orang menangis mendengar kabar Queena mengalami koma.
"Alif, bagaimana dengan anak-anak kalian?" tanya Jessica pada Alif.
"Queena sangat melindungi mereka. Karena tidak ingin anak kami kenapa-kenapa, ia rela relakan dirinya hingga terbentur cukup parah. Alhamdulilah perjuangan Queena tidak sia-sia, anak kami baik-baik saja, tapi Queena .... " Alif merasa suaranya tercekat mengingat Queena sang Istri.
"Ya Allah Queena." Nina menangis mendengar tentang Queena yang begitu heroik menyelamatkan kandungannya.
Sepanjang hari Nina berada di rumah sakit mencoba menenangkan Tantenya.
"Nina, Tante takut kehilangan Queena." Eriska menangis dalam pelukan Nina.
"Jangan bicara seperti itu, Tante. Queena wanita yang kuat sama seperti Tante. Nina yakin Queena akan sadar segera dan sembuh. Tante harus terus berdoa untuk Queena. Karena doa seorang ibu itu bisa menembus langit sampai langsung ke Allah tanpa melalui Malaikatnya." Nina terus menenangkan Tante kesayangannya.
Nina dan Eriska memang sangat dekat layaknya Ibu dan anak. Sejak kecil Nina selalu dimanja oleh Eriska. Sampai Queena lahir pun Nina masih tetap disayang Eriska. Bahkan Eriska awalnya ingin memberi saham hotelnya untuk Nina. Tetapi Nina menolak. Ia ingin melanjutkan bisnis kedua orang tua nya.
Memiliki Tante dan Om sebagai irsng terkaya se Asia Tenggara, Nina mudah saja memiliki fasilitas mewah. Tetapi, ia lebih suka menggunakan apapun dengan hasil jerih payahnya. Sama seperti sekarang, di saat sepupu nya menggunakan super car, pakaian branded, hanya ia yang sangat sederhana. Meski begitu, ia tidak pernah minder sama sekali.
Itulah istimewa nya Nina. Nina bukan hanya usia yang dewasa, tetapi pemikirannya juga sangat dewasa yang membuat semua adik-adiknya itu nyaman di sampingnya.
"Alif .... Ini hot chocolate untukmu." Nina memberikan satu cup hot chocolate untuk Alif lalu duduk agak berjarak.
Alif adalah pria yang Gynophobia, jadi para wanita di sekelilingnya harus berjarak dengannya.
"Tenanglah Alif, Queena akan baik-baik saja. Kau tahu Queena adalah wanita yang kuat," ujar Nina memberi semangat pada Alif.
"Terimakasih, Nina. Doakanlah Queena agar ia cepat sadar," ujar Alif tanpa menatap Nina.
"Tanpa kamu minta, aku akan mendoakannya. Dia adalah adik kesayanganku." Nina menatap ruang ICU dimana Queena dirawat.
Sepanjang malam Nina mendampingi Eriska yang terus bersedih. Dialah ysng menjadi tanggung jawab ketika keluarga Eriska terpuruk.
"Om, Tante, Alif, ini minuman hangat nya. Di sini sangat dingin minumlah agar tidak masuk angin." Nina memberikan teh hangat pada ke tiga keluarganya yang sedang bersedih.
"Nina, terimakasih karena sudah menjaga disini. Lebih baik kamu pulang. Kamu juga butuh istirahat," ujar Dito pada Nina.
"Tidak apa-apa, Om. Nina di sini saja menemani kalian. Nina tidak apa-apa, kok. Sudahlah jangan pikirkan Nina." Nina tersenyum pada Dito.
"Kamu memang anak yang baik." Dito mengusap kepala Nina.
Waktu terus berputar. Tanpa terasa, Nina tertidur di bahu sang Tante. Eriska hanya mengusap kepala Nina. Ia tahu pasti Nina sangat lelah.
Ya Allah, pertemukanlah Nina dengan pria baik yang mencintainya juga bisa membuatnya bahagia. Nina adalah gadis yang sangat baik. Doa Eriska untuk sang keponakan tercinta.
Adzan subuh berkumandang. Nina terbangun. Ia terkejut bahwa ia terlelap di pangkuan Eriska.
"Ya ampun, Tante. Maafkan Nina yang ketiduran. Mana dipangkuan Tante. Pasti pegal, ya. Maaf Tante." Nina merasa tidak enak pada Eriska.
Eriska menepuk lembut kepala Nina. "Kamu ini, apa tidak ingat dulu juga sering tidur dipangkuan Tante? Tidak apa-apa, kamu pasti lelah." Eriska mengusap pipi Nina.
"Beneran tidak apa-apa?" tanya Nina.
"Tidak, Sayang. Pergilah sholat subuh. Gantian dengan Tante nanti."
"Baiklah, Tante. Nina ke masjid dulu untuk sholat."
Nina pun bediri lalu melangkahkan kakinya menuju Masjid rumah sakit. Sampai di masjid, Nina menuju tempat wudhu untuk berwudhu. Setelah wudhu, ia masuk ke dalam masjid untuk sholat subuh.
"Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ya Allah selamatkanlah Queena-ku. Sehatkan ia kembali ya Allah. Sehatkan juga keponakanku yang ada dalam kandungan Queena. Ya Allah, tiada tempat selain Dirimu untukku memohon. Engkau yang memberi cobaan, Engkau juga yang dapat menyembuhkannya. Ya Allah, sembuhkanlah Queena. Sembuhkanlah Queena...." Nina menangis memohon kepada Sang Pemilik alam semesta untuk menyembuhkan Queena.
To be continue ....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!