Seorang wanita cantik masuk kedalam sebuah ruko berlantai dua yang ada di ibu kota.
Adelia Firnanda, sedang masuk kedalam ruko yang disewanya, dia memiliki sebuah usaha di usia dua puluh empat tahun yang terbilang masih muda.
Berkat tekad dan usahanya, Adelia bisa membuka sebuah biro jodoh sesuai keinginannya.
Kenapa harus biro jodoh? Karena impiannya membuat setiap orang yang membutuhkan pendamping hidup datang padanya dan membuat mereka bahagia dengan pasangan yang dijodohkannya.
Sudah banyak pasangan yang menikah karena bantuannya, Adelia sangat bahagia. Tapi dia sendiri jomblo abadi tidak berniat membuka hatinya.
Dia sendiri malas berhubungan dengan seorang lelaki karena dia belum siap untuk membuka hatinya, dia lebih suka dengan orang yang serius dan enggan menghabiskan waktunya untuk berpacaran lama-lama dan sampai sekarang dia belum menemukan orang seperti itu selama karirnya menjodohkan orang.
Dengan beberapa orang yang bekerja bersama dengannya, Adelia sangat terbantu untuk membantu para Klient yang membutuhkan bantuannya.
"Selamat pagi bu." sapa seorang karyawannya saat melihat kedatangannya.
"Pagi." Adelia berjalan dan tersenyum manis pada setiap karyawan yang menyapanya.
"Rani, masuk keruanganku. Aku mau lihat klient kita hari ini." perintahnya.
Rani seorang karyawannya, bisa dibilang wanita itu adalah asisten pribadinya.
"Siap bu." jawab Rani dengan sigap.
Adelia meletakkan tasnya diatas meja dan duduk dikursinya, saat Rani masuk kedalam ruangannya Rani langsung menyodorkan beberapa map diatas mejanya.
Dengan penuh semangat Adelia melihat profil klient yang meminta bantuannya hari ini. Tidak saja uang yang dia cari, tapi juga kebahagaian saat melihat sepasang manusia yang dia jodohnya berakhir kepelaminan.
Adelia sangat bahagia jika klient nya bisa bahagia dan dapat menemukan pasangan hidup yang cocok dengan bantuannya.
"Klient hari ini seorang perempuan cantik bu, dia seorang putri ceo yang ingin mencari pasangan hidup."
"Wanita ini tidak suka bermain-main, jadi dia ingin mencari pria yang mau berhubungan serius dengannya."
Rani menyodorkan sebuah map lain yang berisi info tentang wanita itu.
Adelia membuka map itu dan melihat sebuah foto wanita cantik berambut ikal yang tersenyum dengan manis.
"Ish, cantik begini, kenapa harus meminta bantuan kita?" tanyanya heran.
"Entahlah bu, dia bilang nanti siang akan datang menemui ibu." jelas Rani
"Baiklah, aku akan menemuinya.segera buat janji dengannya."
Rani mengangguk dan kembali membuka map lain untuk memperlihatkan klient mereka yang lain.
Adelia begitu bersemangat, dia sudah tidak sabar bertemu dengan para klientnya untuk menanyakan lebih lanjut pasangan seperti apa yang mereka inginkan.
Setelah selesai Rani keluar dari ruangan itu, dia harus kembali mengecek apakah ada yang meminta bantuan mereka melalui akun biro jodoh mereka.
Adelia telah memiliki ijin untuk membuka usaha itu, dengan bantuan sosial media dia tidak perlu repot-repot mencari klient karena klient yang butuh bantuan mereka akan mendaftarkan diri langsung ke akun sosial medianya.
Dengan begitu para Klient juga tidak akan merasa malu karena harus datang mendaftarkan diri terlebih dahulu ketempatanya.
Jaman sudah berubah dan serba praktis, kebanyakan dari klientnya adalah para pekerja kantoran yang sibuk. Mereka tidak punya waktu untuk mencari pasangan hidup dan meminta bantuanya melalui akun sosial medianya.
Setelah calon klient mendaftar barulah Adelia mengajak mereka bertemu untuk mengetahui lebih lanjutkan seperti apa kiteria yang diinginkan oleh setiap calon kliennya.
Dia tidak bisa menjodohkan para klientnya dengan sembarangan karena dia tidak mau setelah klientnya menikah mereka akan berakhir dimeja pengadilan untuk bercerita.
Tapi itu semua tergantung dari para pasangan yang dia jodohkan, dia hanya bisa berusaha sebaik mungkin untuk memberikan pasangan hidup pada para klient yang meminta bantuannya.
Adelia kembali melihat-lihat profil wanita cantik yang akan menemuinya nanti.
"Seorang wanita cantik, kira-kira tipe pria seperti apa yang dia inginkan?" gumamnya.
Adelia kembali melihat beberapa profil pria lajang yang juga ingin mencari jodoh dengan bantuannya.
Dia mulai mencocokkan beberapa pria dengan wanita itu, tapi, tentunya dia harus bertemu dengan wanita itu terlebih dahulu dan mengetahui pria seperti apa yang wanita itu inginkan.
Setelah dia tahu, barulah dia bisa memilihkan pria yang pas untuk wanita itu karena itulah pekerjaannya.
"Bu Adel,vwanita itu sudah datang."
Rani mengetuk pintu ruangannya dengan pelan.
"Oh, begitu cepat. Suruh masuk saja." perintahnya.
Rani mempersilahkan seorang wanita cantik masuk kedalam ruangan Adelia dan Wanita itu tersenyum dengan manis saat melihatnya.
"Selamat pagi, aku kira anda akan datang nanti siang." sapa Adelia.
"Maafkan, aku ada urusan nanti siang." jawab wanita itu pula.
"Silahkan duduk." Adelia mempersilahkan tamunya.
Wanita itu duduk diatas sofa dan menyilangkan kedua kakinya, wanita itu menegakkan duduknya dan tampak begitu angkuh.
"Kalau boleh tahu, kenapa anda meminta bantuan kami untuk mencari pasangan hidup nona Laura?" tanya Adelia.
Laura melihat Adelia dengan malas.
"Kakekku tiba-tiba memintaku untuk menikah agar aku bisa mewarisi semua kekayaannya. Tapi sebagai syaratnya aku harus menikah secepatnya." jawabnya.
"Baiklah, bagaimana tipe pria kesukaan nona Laura?" tanya Adelia.
"Aku suka pria yang bersih." Laura mulai menyebut kiteira pria yang dia sukai.
Adelia mulai mengambil note kecil dan mencatat kiteria pria yang diinginkan oleh Laura.
"Lalu?" tanyanya.
"Yang putih, berotot, mapan, wajah harus tampan dan mulus" jawab Laura dengan penuh semangat.
Adelia mengangguk-anggukkan kepalanya tanda dia mengerti dengan keinginan klientnya.
"Aku juga tidak suka pria pemabuk, perokok,dan penjudi tapi yang paling penting...?"
Laura menarik kerah bajunya hingga kebawah dan memperlihatkan belahan dadanya.
"Apa?" tanya Adelia penasaran.
"Yang bisa memuaskan aku diatas ranjang." jawab wanita itu.
Adelia tersenyum, dia sudah biasa menghadapi klient sepeti ini.
"Baiklah, aku akan berusaha mencarikan nona Laura pria seperti ini, tapi beri kami waktu."
"Tentu, ingat carikan yang paling hebat untukku!"
"Tentu nona Laura, kami tidak pernah mengecewakan klient kami."
"Bagus, kalau begitu aku harus pergi.aku percayakan pencarian pria itu padamu."
"Jangan kawatir, dalam waktu dekat. Aku pasti akan menemukan pria seperti itu untuk nona Laura."
Laura tersenyum dan segera bangkit berdiri, wanita itupun segera keluar dari tempat itu, meninggalkan Adelia.
Adelia kembali melihat-lihat profil beberapa laki-laki yang ada diatas mejanya. Adelia tersenyum senang setelah menemukan pria yang cocok dengan keinginan Laura.
Tapi mengenai kehebatan diatas ranjang?mana dia tahu!
Adelia tinggal mempertemukan pria itu dengan Laura, jika mereka cocok dan menikah maka misinya memberikan kebahagiaan pada orang lain terlaksana.
Adelia segera meraih ponselnya untuk menghubungi pria yang dia rasa cocok untuk laura, tentu saja membuat janji dengan pria itu untuk mempertemukannya dengan Laura.
Seorang pria tampan sedang menghela nafasnya dengan berat didalam ruangan tempatnya bekerja.
Pria keturunan inggris itu sedang menjawab panggilan dari ibunya yang berada di Inggris.
"Chris, kapan kau akan menikah?" tanya ibunya dari sebrang sana.
"Mom, kenapa kau menanyakan ini terus menerus?" jawab pria itu.
Chris Davino, sudah berusia tiga puluh lima tahun, tidak berniat mendekati wanita manapun karena masa lalunya.
Dia putra dari Kevin Davino dan Claudia Renata. Chris memiliki seorang adik perempuan yang tinggal di Inggris dengan kedua orang tuanya sedangkan dia memilih menetap di Indonesia sejak putus dari pacarnya dan melanjutkan usaha ayahnya yang ada di Indonesia.
Pria ini lebih memilih menutup diri saat ditinggalkan oleh pacarnya beberapa tahun lalu, sebab itulah sampai sekarang dia enggan berhubungan lagi dengan seorang wanita.
Walaupun dia kaya, tidak ada wanita yang mau dengannya karena dia terkenal kaku dan arogan. Secara kebetulan dia juga tidak butuh tapi ibunya selalu mendesaknya untuk menikah apalagi usianya sudah matang untuk menikah.
Setiap kali dia mencoba berhubungan dengan wanita, maka tidak akan lama karena tidak ada yang tahan dengannya.
Chris merapikan rambutnya, lelah selalu ditanya hal yang sama oleh ibunya. Apa pernikahan itu sangat penting? Dia tahu jika dia putra tunggal dan harus memberikan seorang pewaris untuk mewariskan semua usahanya nanti, tapi apa ada wanita yang mau dan tahan dengannya?
"Sayang, cobalah berubah, ibu rasa akan ada wanita yang mau denganmu seperti mantan pacarmu dulu." kata ibunya lagi.
"Mom, aku tidak ingin menikah, aku bisa sendiri." jawabnya
"Chris jangan berkata seperti itu, cobalah buka hatimu dan lupakan mantan pacarmu itu. Ini sudah lama berlalu tapi kau masih saja menutup hatimu dan tidak mau mencoba mendekati wanita lainnya,mommy harap kau mengubah sifatmu yang arogan itu." kata ibunya lagi.
"Oke fine! Aku akan mencobanya." jawabnya putus asa.
"Itu bagus, ibu tunggu kabar baik darimu."
Setelah berkata demikian Ibunya segera mematikan ponselnya.
Chris meletakkan ponselnya diatas meja dan kembali menarik nafasnya dengan berat. Dia sudah berusaha mencoba, tapi dia benar-benar tidak bisa merubah sifatnya.
Yang dia inginkan adalah wanita yang bisa menerima dirinya apa adanya seperti mantan pacarmya dulu.
Chris meraih telephone yang berada diatas meja untuk menghubungi sekretarisnya Danil.
"Danil, segera keruanganku." perintahnya.
Tidak berapa lama Danil masuk kedalam ruangannya.
"Ada perlu apa sir?" tanya sekertarisnya itu.
"Daniel, apa kau sudah punya pacar?" tanyanya.
Danil tidak menjawab, ada apa bosnya menanyakan hal ini padanya?
"Maaf sir, saya tidak punya pacar tapi saya sudah punya istri." jawabnya.
"Oh.." Chris hanya mengatakan itu.
"Bagaimana kau bertemu dengan istrimu?" tanya Chris lagi.
Danil benar-benar heran sekarang, ada apa dengan bosnya?
"Aku mengenal istriku sejak kami kuliah dan..?"
Danil menghentikan ucapannya
"Lanjutkan, aku akan mendengarkannya." perintah Chris dengan cepat.
Dengan penuh tanda tanya Danil menceritakan kisah perjalanan cintanya dengan istrinya, dia tidak tahu kenapa bosnya itu ingin tahu kisah cintanya tapi dia hanya bisa mengikuti permintaan dari bosnya.
Chris hanya mendengarkan cerita sekretarisnya itu sampai selesai dengan serius.
"Katakan padaku, bagaimana kau memperlakukan pacar hhmmm...istrimu waktu kalian pacaran." tanyanya.
Danil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, canggung menjawab pertanyaan bosnya.
"Sir, kami seperti pasangan biasa. Pergi makan, nonton, jalan-jalan dan aku memberikan hadiah untuk menyenangkan hatinya." jawab Danil.
"Apa para wanita itu perlu hadiah?" tanya Chris penasaran.
"Tentu sir, mereka tidak hanya perlu hadiah, mereka juga perlu perhatian. Tidak perlu hadiah yang mahal, seikat bungapun jadi apalagi bunga deposito." jelas Danil bercanda.
"Uang maksudmu?" tanyanya.
"Benar, tapi bukan uang yang terpenting untuk mereka, yang penting cinta dan kita harus selalu menemani mereka, memuji mereka dan meluangkan waktu untuk menemani mereka." jelas Danil lagi.
Chris memijit pelipisnya, dia paling tidak bisa memberikan pujian pada wanita dan itu adalah hal terberat yang harus dia lakukan.
"Apa kau bisa mencarikanku seorang wanita yang tidak butuh semua itu?" tanyanya.
Danil melongo, mana ada?
"Uang dan hadiah bisa aku berikan. Tapi pujian?" Chris menghela nafasnya dengan berat.
"Lebih baik aku pergi menyelam kedalam laut!" katanya putus asa.
"Maaf sir, aku tidak bisa. Tapi kenapa anda tidak meminta bantuan pada sebuah biro jodoh saja?"
"Biro Jodoh? Memangnya ada yang seperti itu?" tanyanya Chris penasaran.
"Tentu sir, biro jodoh ini sudah terkenal.akurat mencarikan pasangan dan dijamin berhasil."
"Kau tahu dari mana?"
"Teman-temanku banyak yang memakai jasa biro jodoh ini. Walaupun tampak konyol tapi pemilik biro jodoh ini sangat teliti memilih pasangan bagi yang meminta bantuannya." jelas Danil
"Dan sudah banyak pasangan yang meminta bantuan biro jodoh ini berakhir dipelaminan."
"Apa kalian tidak malu menggunakan jasa ini?" tanya Chris lagi.
"Dari yang aku dengar sejauh ini,teman-temanku sangat puas. tidak saja kita bisa mengutarakan pasangan yang kita inginkan, kita juga akan berkencan dengan pasangan yang telah dipilih oleh pemilik biro jodoh untuk kita."
"Tapi jika kita tidak cocok dengan pilihan pertama, kita bisa meminta ganti dengan yang lain, kita bisa berkencan sampai kita bisa mendapatkan pendamping yang kita inginkan." jelas Danil panjang lebar
"Dari mana kau tahu semua ini?" Chris menatap sekertarisnya curiga.
"Tentu dari teman-temanku sir." Jawab Danil.
Chris menatap Danil dengan tajam dan mulai mempertimbangkan saran sekretarisnya. Apa sebaiknya dia meminta bantuan biro jodoh itu?
"Dimana alamatnya?" tanyanya.
"Apa anda ingin mencoba?" tanya Danil penasaran.
"Yah...tidak ada salahnya. Aku pusing mendengar permintaan ibuku terus. Mungkin aku bisa menemukan seseorang melalui biro jodoh itu." ujarnya.
"Anda tidak perlu pergi kesana sir, cukup daftar lewat internet, anda bisa mengirimkan data diri tentang diri anda pada mereka."
"Kau tahu banyak ya! "
"Teman-temanku banyak yang jomblo dan tidak punya waktu untuk mencari pasangan. Dengan adanya biro jodoh ini, tentu mereka sangat membantu dan aku sudah banyak mendengar cerita dari mereka."
Chris menarik nafasnya dengan berat, sepertinya tidak ada salahnya mencoba, mungkin dengan ini dia bisa melupakan masa lalunya.
"Danil, kirimkan data diriku pada biro jodoh ini dan ingat, masalah ini cuma kau dan aku yang tahu! Jika sampai ada yang tahu selain kita, maka siap-siap menerima akibatnya." ancamnya.
"Siap bos, rahasia aman bersamaku dan akan segera aku kirimkan data pribadimu." jawab Danil dengan sigap.
Christ mengangguk dan setelah itu, Danil keluar dari sana untuk melaksanakan perintah bosnya.
Setelah kepergian Danil, Chris memutar kursinya dan tampak berpikir, biro jodoh? Apa jaman sekarang masih ada yang seperti ini?
Hari ini Adelia sedang mengikuti klientnya Laura untuk bertemu dengan pria yang akan dikenalkannya pada wanita itu.
Laura memakai pakaian super seksi untuk menemui pria yang akan dikenalkan padanya. Wanita itu keluar dari mobil sportnya dan menuju kesebuah cafe bersama dengan Adelia.
Disebuah tempat duduk yang ada direstoran itu tampak seorang pria tampan sudah menunggu mereka, pria itu adalah pria yang dipilih oleh Adelia untuk Laura.
Pria itu bangkit berdiri saat melihat mereka, Laura melepaskan kaca mata hitam yang dipakainya dan melihat pria itu dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Nona Laura, saya hanya bisa menemani anda sampai disini. Sisanya tergantung kalian, jika ada keluhan segera temui saya." kata Adelia dengan sopan.
"Oh tentu saja, kau bisa meninggalkan kami." jawab Laura.
Adelia tersenyum pada dua orang itu, dengan cepat dia pergi dari sana tidak mau menggangu kedua orang itu untuk saling mengenal satu sama lain.
Dia berharap, semoga pasangan yang inipun bisa menemukan kecocokan dan berakhir diatas pelaminan.
Adelia menaiki sebuah taxi untuk kembali ketempat kerjanya, tentunya dia harus kembali melihat apakah ada yang butuh bantuannya lagi?
"Bu Adel, apa yang kali ini berhasil?" tanya Rani asisetannya penasaran.
"Entahlah, semoga saja mereka cocok." jawabnya.
"Anda sebagai pemilik biro jodoh ini kenapa belum juga punya pasangan? Apa perlu kami bantu?" goda karyawan lainnya.
"Apa? Jangan asal bicara! Aku belum butuh pasangan." jawabnya dengan cepat.
"Yah, seharusnya bu Adel punya pacar sekarang, jangan mencarikan pasangan terus untuk klient." celetuk yang lainnya.
"Ish, kalian yah, aku sudah bilang tidak butuh." katanya pura-pura kesal.
Para karyawannya tertawa sedangkan Adelia tersenyum melihat mereka dan kembali dalam ruangannya.
Adelia duduk dikursinya dan menatap latar komputernya, membuka email yang masuk kedalam akun biro jodoh yang dibuatnya.
Adelia membuka email itu dan melihatnya, disana tampak seorang pria asing dan tampan yang meminta bantuannya.
Adelia menelan ludahnya dan melihat lebih lanjut, membaca setiap detil dari pria itu, seorang ceo perusahaan asing yang ada di Indonesia.
Tapi pria tampan seperti ini buat apa meminta bantuannya untuk mencari pasangan?
Bukankah pria banyak uang seperti ini akan sangat mudah mendapatkan pasangan? Sejauh yang dia tahu pria seperti itu pasti banyak wanita yang mengejar.
"Chris Davino, usia tiga puluh lima tahun?" gumamnya.
Adelia membaca profil pria itu dengan tidak percaya.
Pantas saja pria ini meminta bantuannya, ternyata sudah berumur. Tapi itukan usia yang sangat matang untuk pria dan pasti banyak wanita yang menginginkannya.
Adelia merentangkan tangannya untuk menarik otot tangannya, setelah itu Adelia meraih ponselnya untuk menghubungi pria asing itu.
Dengan cepat Adelia menekan beberapa nomor yang dia lihat dari layar komputernya, dia sudah tidak sabar ingin mencarikan pasangan untuk pria hmmm...tua itu.
"Halo" Terdengar suara seksi seorang pria disebrang sana.
"Tuan Chris Davino?" tanyanya dengan penuh semangat.
"Siapa kau?" tiba-tiba suara pria itu terdengar kasar.
"Saya Adelia Fir....."
"Tut.....!" sambungan telephonnya dimatikan sepihak.
"Hah?" Adelia melihat ponselnya tidak percaya.
Pria macam apa ini?
Tapi dia harus kembali menghubungi pria itu, kalau tidak hancur reputasinya selama ini dan tidak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya.
Adelia kembali menghubungi pria asing itu dan langsung dijawab dengan kasar pula oleh pria disebrang sana.
"Jangan main-main denganku!" pria itu berteriak padanya.
"Tuan Chris, bisa kau tidak mematikan ponselmu sebelum aku selesai berbicara?"
Adelia mulai kesal dengan sikap pria yang entah siapa.
"Siapa kau?" tanya Chris kemudian.
"Aku pemilik biro jodoh, bukankah kau yang meminta bantuanku?"
Chris sangat kaget mendengarnya, jadi pemilik biro jodoh itu seorang perempuan? Kenapa Danil tidak memberi tahukan hal ini padanya?
"Ada perlu apa?" tanyanya dengan dingin.
"Bisa kita bertemu?"
"Untuk apa?" tanya Chris lagi.
"Aduh tuan, tentu saja untuk membicarakan lebih lanjut mengenai permintaanmu. Jika kita tidak bertemu bagaimana aku akan membantumu!"
"Nanti, jika aku sudah punya waktu!"
Setelah berkata demikian Chris kembali mematikan ponselnya.
Adelia benar-benar kesal, baru kali ini dia mendapat klient yang begitu arogan. Apa pria ini tidak pernah berbicara dengan sopan pada seorang perempuan?
"Pantas saja sudah tua masih belum dapat pasangan!" maki Adelia kesal.
Adelia kembali melihat wajah Chris dilayar komputernya.
"Pria yang tampan tapi menyebalkan." dengusnya.
Adelia bangkit berdiri, keluar dari ruangannya untuk menemui asistennya. Dia ingin meminta bantuan asistennya untuk menangani pria aneh itu.
"Ran, bisa kau bantu aku?" tanyanya.
Rani mengangguk dan segera berjalan kearahnya.
"Ada apa bu Adel?" tanyanya
"Ran, ada seorang klient. Aku ingin kau menghubunginya dan mengatur jadwal untuk bertemu dengannya."
"Siap bu, klientnya pria atau wanita bu?" tanya Rani.
"Hmmm...seorang pria tua." jawabnya.
Rani melongo mendengarnya,dalam bayangan Rani, pria tua yang di maksud oleh Adelia adalah seorang kakek-kakek.
Tapi dia tidak bisa menolak dan mengiyakan permintaan Adelia, bagaimana pun mereka harus bersikap profesional walaupun klient nya seorang kakek-kakek sekalipun.
Rani segera kembali kemejanya dan membuka email dari komputernya, begitu banyak email yang masuk dan Rani mulai mancari pria tua yang dimaksud oleh Adelia.
"Tidak ada pria tua disini?" gumamnya pelan.
Karena tidak menemukan pria yang dimaksud oleh Adelia akhirnya Rani pergi menemui bosnya itu untuk bertanya.
"Bu, tidak ada pria tua disini." katanya.
"Apa kau yakin?"
"Ya, aku sudah mengecek berkali-kali tapi tidak ada kakek-kakek disini." jawab Rani
Kakek-kakek? Adelia langsung tertawa lepas, pantas saja Rani tidak menemukannya.
"Rani, bukankah biro jodoh ini ada batas usianya untuk klient. Apa kau pikir kita akan menerima klient seorang kakek-kakek?" tanyanya sambil tertawa.
"Oh iya, maaf bu aku lupa." jawab Rani dengan tidak enak hati.
Adelia hanya menggeleng dengan tingkah anak buahnya.
"Tidak apa-apa, carilah pria dengan nama Chris Davino. Hubungi dia dan tanyakan padanya kapan bisa menemuiku."
"Baik bu, aku akan segera mengaturnya."
Rani segera keluar untuk menghubungi pria yang dimaksud oleh Adelia dan tentu untuk mengatur jadwal supaya mereka bisa bertemu.
Setelah Rani keluar dari ruangannya Adelia kembali menatap layar komputernya, dia berharap saat menjodohkan pria itu dia tidak mendapat kendala sedikitpun seperti klient lainnya, tapi siapa yang tahu?
Sedangkan ditempat lain Chris menerima panggilan dari asisten Adelia dan menyutujui untuk menemui wanita itu.
Itupun sudah kesekian kalinya Rani mencoba menghubungi pria itu dan memintanya untuk datang tapi Chirs menolak. Dia mengatakan jika dia ingin menemui Adelia ditempat lain.
Tidak ada salahnya dia mencoba, siapa tahu biro jodoh itu bisa menemukan seorang wanita yang mau menerima dan mengerti dengan dirinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!