NovelToon NovelToon

Efy The Legendary Kingdom(Yanko dan 5 Bintang Selatan)

Kota yang indah (mimpi dan harapan Wezi)

Di balik kemegahan kerajaan Pandiwa Sangsekar’ yang begitu luar biasa. Terdapat sebuah desa yang sangant kecil dengan para penduduk yang hanya berjumlah sekitar 100 orang dengan

23 kepala rumah tangga. Desa itu bernama desa Dahyi. Mereka bertahan hibup hanya dari bercocok taman dan mencari ikan di sungai yang terbentang luas membelah daratan

kerajaan Pandiwa’.

Desa ini begitu damai, tanpa ada satupun penduduknya yang memiliki keahlian dalam bertarung.

Suasana pagi itu di desa, penuh di selimuti embun. Seorang laki-laki terlihat berjalan santai dengan membawa sebuah cangkul yang di sandarkan di bahunya. dengan pakaian lusuhnya, menandakan bahwa ia orang yang sederhana dan cukup bahagia dengan hidup yang ia miliki.

Sesampainya di ladang, dia lekas memeriksa semua tanamannya secara terperinci. Ada beraneka macam tumbuhan yang ditanamnya, dia petani yang sangat pandai, dengan

perhitungan yang terperinci, membuat panennya selalu bagus di setiap tahun.

Pria dengan usia sekitar 34 tahun ini bernama Yanko Abu Mashayi, yang telah memiliki istri bernama Haity dan 2 anak laki-laki.

Dia memiliki seorang teman yang sangat tangkas dalam mencari ikan di sungai, dan selalu berangan-angan untuk menjadi salah satu tentara perang kerajaan, yang bertugas

menjaga ibukota Katana Dwipa. Kota yang sangat indah, itulah yang selalu di ucapkan olehnya pada Yanko. Orang ini bernama Wezi. Dia pun telah memiliki seorang anak laki-laki.

Di sore hari itu, seusai bertani mereka merancanakan pergi kesungai untuk mencari ikan, dan kebetulan pada saat itu, sungai yang melintasi desa mereka tersebut tengah di banjiri oleh ikan-ikan kiriman dari lautan Terawijaya. Lautan luas di bagian utara kerajaan Pandiwa.

Dengan hanya bermodal perahu kecil dan alat penangkap ikan seadanya yang mereka miliki, Yanko dan Wezi siap memanen ikan dengan rasa riang dan gembira.

Saat tengah asik menangkap ikan dengan jerami kecil, mereka di kejutkan oleh seekor ikan dengan ukuran yang sangat besar. Satu kibasan ekor siripnya, seketika perahu yang di

kenakan mereka hancur, hanya meninggalkan serpihan–serpihan kayu sebagai sandaran agar tetap berada di permukaan air.

Tak puas hanya dengan itu, ikan raksasa tersebut seakan melihat santapan lezat pada Yanko dan Wezi yang sedang berusaha agar tetap barada di purmukaan air. Begitu sangat cepat sang ikan berenang menuju mereka, Wezi yang menyadari hal itu, mencoba mempertahankan diri dengan serpihan kayu yang berbentuk tombak, mengarahkan pada ikan raksasa yang berenang cepat menuju kearahnya itu.

Serangan pertama berhasil di halau olehnya dengan menancapkan serpihan kayu pada mata ikan tersebut, yang membuat sang ikan raksasa berenang menuju arah lain. Wezi sedikit merasa tenang dan sangat bersyukur karena nyawanya berhasil selamat, namun tetap dengan penuh kewaspadaan.

Sedangkan Yanko masih terus berusaha berada di atas permukaan karena kemampuan renangnya yang tidak terlalu bagus, tanpa memikirkan apapun dan seakan tak sadar dengan bahaya yang mengintai mereka berdua.

Melihat temannya tersebut, Wezi langsung berenang menuju Yanko sambil membawa serpihan kayu yang cukup besar untuk di berikan kepada Yanko sebagai sandaran agar tetap berada di atas permukaan air. Namun di tengah perjalanan menuju Yanko, Wezi kembali di serang oleh ikan raksasa. Tanpa mampu menghindar, serangan sang ikan raksasa tersebut tepat mengenai salah satu kakinya, dan tanpa ampun ikan raksasa itu dengan sekejap mematahkan kaki wezi hingga terpental cukup jauh.

Yanko yang melihat kejadian tersebut dengan sangat jelas, membuat tubuhnya gemetar di penuhi rasa takut yang menggila. Matanya menjadi kosong. Dengan setengah sadar Wezi mengisyaratkan pada Yanko untuk segera menuju tepi sungai.

“cepat pergi bodoh!!!” Dengan mengumpulkan tenaga yang tersisah, wezi meneriakan Yanko agar segera pergi.

Yanko yang tengah melamun karena rasa takutnya itu, tersadar mendengar suara Wezi..

“heeeeiiii, apa yang kau lakukan!, pergi!!, cepat pergiiii!” Kembali wezi meneriakan kepada Yanko agar segera pergi.

Dengan berpegangan pada sepotong kayu Yanko berenang menuju tepi sungai meninggalkan Wezi sendiri. Agar ikan tersebut tak mengincar Yanko, Wezi memanfaatkan darahnya yang begitu banyak untuk memancing ikan raksasa itu agar kembali menyerangnya, dan memberikan sedikit waktu kepada Yanko untuk menuju tepi sungai.

Sesampainya di tepi sungai, Yanko segera meninggalkan tempat itu tanpa sekalipun menoleh kembali kearah sungai tersebut. Deburan ombak masih terus terdengar di telinga Yanko.

Tak seberapa jauh Yanko berjalan, suara sungai kembali tenang.

Menyadari hal tersebut Yanko terdiam sejenak menghentikan langkahnya. Tanpa tersadar air matanya menetes begitu deras. Ia menyadari kembali tenangnya suara sungai, menandakan temannya telah tiada, di telan ikan raksasa tersebut.

Yanko merubah arahnya untuk pulang, menuju tengah hutan, melampiaskan amarah atas ketakberdayaannya hingga membuat sahabat karibnya mati dengan teragis, di depan matanya sendiri demi menyelamatka dirinya.

SEMENTARA ITU DI TENGAH DESA kerumunan warga berkumpul untuk mendengarkan pengumuman dari kerajaan.

“perikrutan pasukan kerajaan Pandiwa Sangsekar, di semua golongan dan lapisan pasukan, siapa yang berkenan untuk bergabung dengan anggota pasukan kerajaan, sang baginda raja Aldywingks, menjamin kemakmuaran seluruh keluarga besar dari anggota pasukan tersebut.

“dan apabila dalam peperangan, tentara tersebut berprestasi, maka akan banyak hadiah yang akan di terima, beserta hunian mewah di Ibu Kota Kerajaan. "

Memdengar pengumuman tersebut, hampir dari seluruh warga desa tertarik untuk bergabung dengan pasukan kerajaan, terhitung ada 25 pria dewasan dan 12 anak muda yang mendaftarkan dirinya menjadi pasukan kerajaan.

“paman prajurit, bolehkan saya ikut mendaftar juga” ucap seorang bocah kecil

“maaf nak, kamu masih terlalu kecil untuk menjadi seorang prajurit” jawab sang prajurit dengan membelai kepala bocah itu.

“heeeemm” keluhnya cemberut

Sang prajurit tersenyum.

“paman … pamannn” bocah itu kembali memanggil sang prajurit yang hendak meninggalkannya.

“iya” jawab sang prajurit lembut.

“kalau saya tak boleh mendaftar, bolehkah saya mendaftarkan ayah dan teman ayah saya?,

“mereka pasti setuju paman, ayahku selalu bercita-cita ingin menjadi pasukan kerajaan yang hebat, bersama temannya” Carita bocah itu pada sang prajurit.

“iya boleh, siapa nama ayahmu? Beserta temannya?” tanya prajurit itu kembali dengan nada lembut.

“nama ayahku Wezi, dan temannya Yanko” jawab bocah itu dengan riang.

Setelah sang prajurit selesai mencatat nama, bocah kecil itu langsung pergi, berlari dan melompat riang gembira.

“haiii nak?” sang prajurit memanggil bocah itu.

Sang bocah menghantikan larinya dan menoleh ke arah prajurit itu.

“siapa namamu?” tanya sang prajurit

“namaku Saiya paman?” bocah itu menjawab, dan kembali meneruskan langkahnya untuk pulang kerumah.

Ketika sampai di rumahnya ia hanya duduk diam menantikan ayahnya pulang untuk menyampaikan kabar baik itu. Detik waktu terus berlalu, namun ayahnya tak kunjung datang. Dan gelap pun mulai menghampiri, hingga larut malam dan ia tertidur di kursi kayu tempat ia menunggu ayahnya.

Pagi pun tiba, bocah itu terbangun dari tidur lelapnya dan segera ke kamar ayahnya, namun tak jua dia temukan. Sekeliling rumah iya datangi sampai ke sawah dimana ayahnya biasa berkebun, namun tak jua iya temukan ayahnya itu.

Dengan perasaan yang begitu semangat ia terus mencari, dan sampailah di depan halaman rumah Yanko, dari kejauhan terlihat Yanko yang sedang duduk diam dengan pandangan kosong. Bocah itu berlari menghampirinya, dan langsung bercerita dengan panjang lebar tentang cita-cita ayahnya yang ingin menjadi pasukan yang gagah berani

di kerajaan.

“ayah pasti akan sengan dengan kabar yang akan aku sampaikan ini paman” Ujur anak itu pada Yanko dengan perasaan yang menggebu-gebu dan terasa sangat bahagia.

Yanko menatap wajah bocah itu yang sangat ceria, dan terlihat begitu di sayangi oleh temannya itu.

“kabar baik apa yang akan kau sampaikan pada ayahmu nak?” tanya Yanko sambil mengelus-elus kepala bocah itu.

Kemudian bocah itu kembali bercerita tentang hal yang terjadi di pusat desa kemarin sore.

Yanko menarik nafas dalam-dalam setelah anak itu berhanti bercerita, kemudian dia mulai mengarang cerita tentang kehebatan wezi, ayah dari anak itu, kali ini berganti bocah itu yang terdiam mendengar cerita dari Yanko tentang ketangguhan ayahnya saat bertarung dengan seekor ikan raksasa di sungai.

“karena kehebatannya itu di saksikan langsung oleh jenderal dari kerajaan, akhirnya ia mendapat kehormatan di panggil langsung oleh sang jenderal untuk menjadi salah satu bala tentaranya yang hebat” cerita Yanko mengarang

Setelah mendengan cerita tersebut, bocah itu kembali berteriak kegirangan, penuh rasa bangga ia langsung berlari keluar dari rumah Yanko dan menghilang entah kemana.

Tak lama kemudian sang istri menghampiri Yanko, dan kembali melontarkan pertanyaan-pertanyaan pada Yanko yang terlihat sangat sedih hingga tak sadar meneteskan air matanya, tanpa menjawap pertanyaan-pertanyaan itu, Yanko langsung memeluk istrinya dengan sangat erat, dan dengan tubuh yang masih gemetar.

DI HALAMAN RUMAH KEPALA DESA, para warga kembali di kumpulkan, menyakut tentang keberangkatan menuju ibukota Katana Duwipa. Semua warga yang namanya tercatat telah berkumpul kecuali dua nama yaitu Yanko dan wezi yang telah di daftarkan oleh seorang bocah bernama Saiya. Kemudian kepala desa mengirimkan salah satu warganya untuk mendatangi rumah mereka berdua, namun tak lama berselang, Yanko muncul di balik kerumunan warga desa.

“wezi sedang ada kerjaan sebentar, nanti berjumpa di balik bukit Trai katanya” ujur Yanko

Mendengar hal itu, pemimpin pasukan langsung mengeluarkan perintah untuk segera berangkat menuju ibukota.

“baiklah untuk menghemat waktu, perjalanan harus di percepat, jarak yang lumayan jauh, akan memakan waktu hingga 20 hari”. Begitulah kata dari pimpinan pasukan itu.

Awal perjalanan pun segera di mulai, para warga yang ikut serta di berikan waktu hingga 3 jam untuk bekemas dan berpamitan dengan keluarga yang di tinggalkan.

Yanko, tak menuju ke rumahnya seperti warga lain, melainkan pergi mengarah kerumah Wezi untuk menemui Sayia, bocah yang menemuinya kemarin. Sayia adalah keluarga semata wayang dari Wezi, ibunya telah lama meninggal karena sakit, beserta keluarga besar lainnya, wabah penyakit telah menewaskan seluruh keluarganya, hingga saat ini sayia adalah anak sebatangkara, setelah kematian ayahnya yang di rahasiakan oleh Yanko.

“hay nak?

“apa yang kau lakukan sendiri disini?” tegur Yanko

“hanya menunggu ayah?” jawab bocah yang bernama Saiya itu.

“ayahmu tak sempat untuk pulang, nanti dia pasti akan menjemputmu” ucap Yanko menenangkan Saiya yang gelisah menunggu ayahnya pulang.

Saiya hanya menganggukkan kepalanya.

“untuk sementara waktu, kau tinggallah dulu bersama bibik Haity, bersama Mazhity dan Karra juga, kalian bisa bermain bersama” ujur Yanko sambil menepuk pelan punggung Saiya.

“iya paman, sampaikan pada ayah, aku akan menyusul menjadi seorang pemimpin besar” jawab Saiya polos.

“yasudah, paman pergi dulu yah, nanti bibik Haity yang akan menjemputmu”

Saiya kembali hanya mengganggukkan kepalanya.

Yanko lekas menuju rumahnya, meninggalkan anak itu sendirian. Pesan penting di sampaikan oleh Yanko kepada istrinya setelah menceritakan semua kejadian yang sebenarnya. Haity istri dari Yanko hanya terdiam dan mengangguk mendengan semua yang di katakan Yanko kepadanya. Tak lama kemudian Yanko lekas meninggalkan rumah setelah memeluk kedua anak laki-lakinya Mazhity dan Karra yang

berusia 8 tahun dan 5 tahun.

Setapak demi setapak langkah ia lewati dengan penuh rasa ragu, tak lama kemudian setelah beberapa jauh dari rumahnya, seorang anak datang tiba-tiba dan lansung memeluk nya dengan sangat erat. Terkejut dengan itu, Yanko lekas melihat wajah dari anak tersebut, ternyata ia adalah saiya.

“nanti aku akan meyusul, bilang pada ayah, tak perlu menjemputku” ucap bocah kecil itu dengan deraian air mata.

Kata-kata dari bocah berusia 6 tahun itu membuat Yanko hanya terdiam dan mengelus-elus kepala Saiya.

TIBA SAATNYA perjalanan menuju ibu kota dimulai, Yanko bersama

rombongan dan para pasukan pengawal menempuh perjalanan yang cukup jauh, memakan waktu hingga 20 hari dengan berjalan kaki.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya sampailah mereka di tujuan, yaitu kota Katana Dwipa yang begitu megah, Yanko beserta rombongan takjub ketika tiba di sana, dengan pandangan pertama ketika mengijakkan kaki di wilayah Katana, yaitu benteng yang begitu besar dan terlihat sangat kokoh. Hal yang di lihat Yanko kali ini adalah hal pertama dalam hidupnya, dan dia teringat dengan semua yang pernah di ceritakan oleh temannya almarhum Wezi.

“dengan pintu gerbang yang sebesar itu, bagaimana dengan kota yang ada di dalamnya” gumam Yanko dalam hatinya sambil melangkah menuju ke gerbang kota.

**Harapan yang terangkai

bersama kasih yang terjaga

membuka tabir penutup mata

yang menjagal mimpi

sebuah harapan yang terlarang

sebuah mimpi yang di bilang

bukan pada tempatnya

apa yang salah?

bila keyakinan itu ada

apa yang salah?

bila ku ingin berlari

lebih kencang dari seekor kuda

apa yang salah?

bila tangan ini

ingin berfungsi layaknya sebuah sayap

yang mampu melintasi langit

Kerajaan Pandiwa Sangsekar (misi pertama Yanko)

Berdiri di sebelah selatan dunia, kerajaan Pandiwa Sangsekar di dirikan oleh baginda raja Nizrat dan terus berkembang selama 327 tahun. Kerajaan ini adalah salah satu kekuatan terbesar dari dunia selatan, dengan perkembangan yang begitu pesat dalam hal militer, peluasan wilayah dan kemajuan ekonomi.

Penduduk di kerajaan ini sebagian besarnya mampu mengendalikan elemen dari unsur- unsur bumi, seperti air, angin, api, kayu, tanah, petir, dan masih banyak elemen lainnya. Hal itulah yang membuat kerajaan ini sangat kuat dalam perkembangan ekonomi dan menjadi pertahanan terkokoh di seluruh penjuru dunia selatan.

Baginda raja Aldywingks Trijati adalah raja ke-9 dari kerajaan Pandiwa Sangsekar yang saat ini memimpin. Meneruskan pemerintahan ayahandanya yaitu Baginda raja Krinsyan Trijati yang telah memimpin selama 21 tahun. Beliau meninggal di tangan pasukan pemberontak dengan luka panah di dadanya dalam perjalanan melintasi wilayah Kota Langs, daerah perbatasan antara Ibukota Katana dwipa dengan Kota Langs.

Di masa pemerintahan Baginda raja Krinsyan sebelumnya, kerajaan Pandiwa Sangsekar terus mengalami goncangan yang sangat besar dari para pemberontak. Beberapa wilayah kerajaan telah berhasil di kuasai oleh pemberontak. Pemberontakan ini di picu oleh begitu luasnya monopoli perdagangan yang dilakukan oleh Kerajaan dengan peraturan yang begitu ketat, dan telah berlangsung selama puluhan tahun. Hal ini membuat kerajaan - kerajaan lain kesulitan dalam hal perdagangan bahkan tak mampu menembus pasar dunia, karena blokade jalur laut dan darat di daerah-daerah vital yang dilakukan kerajaan Pandiwa.

Kerajaan-kerajaan lain yang terdampak kemiskinan karena kebijakan ini, tak mampu untuk memerangi kerajaan Pandiwa secara terbuka, karena pasukan kerajaan Pandiwa adalah pasukan terkuat di dunia dengan kemampuan-kemampuan khususnya, kekalahan telak sering terjadi di saat kerajaan-kerajaan tersebut melakukan penyerangan. Kemudian mereka melakukan trik licik dengan penghasutan kepada para petinggi kerajaan Pandiwa untuk memperkaya diri, dan melakukan perdagangan gelap tanpa sepengetahuan pemerintahan pusat.

Hal yang dilakukan oleh para petinggi kerajaan itu membuat kerajaan mengalami kemerosotan ekonomi yang luar biasa, dan telah berlangsung selama raja ke-7 memimpin hingga saai ini. Puncak dari semua itu, terjadi banyak pemberontakan dihampir seluruh kota di bawah kekuasaan kerajaan Pandiwa. Gerakan nyata dari pemberontakan ini terjadi di tengah kepemimpinan raja Krinsyan.

Kondisi yang semakin tidak terkontrol, terus meluas hingga 5 kota besar berhasil di kuasai sepenuhnya oleh para pemberontak yang di sokong penuh kerajaan-kerajaan tetangga yang berselisih dengan kerajaan Pandiwa Sangsekar.

Hingga saat ini di mana raja Aldywingks memimpin, lebih dari setengah wilayah kerajaan berhasil di kuasai oleh para pemberontak. Untuk mengatasi hal ini, sang raja membuat suatu kebijakan yang di sebut satu poros, yaitu perekrutan para penduduk sipil untuk menjadi pasukan perang guna membasmi para pemberontak yang semakin kuat dan merajalela.

SELAMA MASA PELATIHAN ITU, Yanko yang dulunya adalah seorang petani yang tidak memiliki keahlian apapun dalam bertarung, dengan latihan yang begitu keras, kini tergabung dalam pasukan pengintai yang bertugas mengumpulkan informasi dari musuh ketika akan terjadi peperangan.

Setelah melalui latihan yang begitu berat, selama kurun waktu 1 tahun, Yanko kini menjalankan misi pertamanya, yaitu mengintai pasukan musuh yang ada di kota Dexler Wipura, kota yang baru 8 bulan ini di kuasai oleh para pemberontak dengan ribuan panah api dan bola-bola api yang membakar hampir seluruh kota pada saat itu. Ribuan pasukan Pandiwa tewas tanpa perlawanan. Saat ini kota itu menjadi pusat dari pasukan pemberontak untuk menyerang Ibukota, karena lokasinya yang tidak terlalu jauh, hanya sekitar 38 kilometer dari kota Dexler Wipura, dan dapat di tempu dalam waktu 3 hari.

Pasukan pengintai ini berjumlah 300 orang yang di pimpin oleh jenderal perang Stermid Jayasakti, dari 300 pasukan ini terbagi menjadi 60 kelompok yang masing-masing kelompok berjumlah 5 orang. Mereka memiliki tugas yang berbeda-beda di setiap kelompoknya.

Di tengah malam yang begitu gelap, tanpa sinar rembulan, mereka mulai meninggalkan istana menuju kota Dexler Wipura yang masing-masing kelompok bergerak secara terpisah.

Mereka memilih waktu di malam hari ketika semua orang tertidur lelap, agar gerakan mereka tidak di ketahui oleh siapapun, karena di takutkan ada pemberontak di dalam istana yang masih menjabat sebagai petinggi kerajaan.

Yanko dan rekan 1 kelompuknya bergerak melalui jalur pinggiran sungai, dengan tujuan utama meraka adalah persediaan pangan dari para pasukan pemberontak, mereka berlari secepat mungkin tanpa waktu untuk beristirahat menembus dinginnya udara di malam itu, waktu yang seharusnya di tempuh selama 3 hari meraka tembus dalam waktu 1 hari 1 malam dengan berlari tanpa henti melalui jalur-jalur yang tak biasa di lalui oleh orang-orang sebelumnya.

"kita bergerak terpisah, cari informasi penting sebanyak mungkin, waktu kita tak kurang dari 1 jam, apapun yang terjadi, setelah batas waktu selesai kita segera kembali ke posisi awal, megerti!" perintah pimpinan regu sesampainya di tujuan "siap!" suara tegas kompak Yanko dan rekan-rekan lainnya.

Yanko dan rekan-rekanya mengintai secara terpisah. Mereka sangat berhati-hati dalam melangkah agar misi mereka berjalan dengan lancar dan nyawa mereka selamat.

Yanko yang bertugas mengintai dari atas bukit, menyadari ada gerakan yang janggal dari pasukan musuh. Yanko bergegas meninggalkan posisinya dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, sekitar 30 menit ia mengawasi seluruh daerah itu tak di jumpainya apa yang di khawatirkannya tersebut.

"mungkin hanya perasaanku saja" gumam dalam hati Yanko, mencoba tenang dan kembali ke posisi awalnya.

Tak lama berselang pimpinan regu itu memberikan isyarat untuk kembali berkumpul di tempat yang di janjikan. Yanko bergegas menuju tempat yang di janjikan itu. Dengan perasaan yang terus gelisah, Yanko mencoba untuk tak menghiraukannya dan tetap fokus pada misi yang mereka jalani. Setelah semua berkumpul, mereka kembali menuju istana dengan membawa informasi yang mereka dapatkan untuk di sampaikan pada panglima perang Yasdisaharza.

Misi pun terselesaikan dalam waktu 4 hari, dan telah tiba di istana, semua informasi yang penting yang di dapat kan oleh pasukan pengintai menjadi patokan sang panglima untuk menyusun strategi perang yang akan di terapkannya.

Kerajaan Pandiwa Sangsekar (kekalahan telak)

PARA PETINGGI KERAJAAN berkumpul untuk memastikan strategi dan penyusunan formasi perang, semua pasukan tampak sibuk pada saat itu. Yanko masih saja tak tenang dengan perasaan gelisahnya. Kemudian dia mencoba menggambarkan semua yang ia lihat ketika di kota Dexler Wipura. Di tengah kesibukannya itu, dia kedatangan tamu sesama pasukan pengintai bernama Kenan, tetapi berbeda kelompok pada saat misi itu.

"ada yang ingin ku ceritakan padamu" ucap Kenan menerobos masuk setelah di bukakan pintu oleh Yanko.

Yanko terdorong oleh Kenan yang menerobos masuk.

"tunggu-tunggu" Kenan menunduk menghilangkan rasa lelah, seolah-olah dia telah berlari dari tempat yang jauh.

Yanko diam melihat temannya itu penuh rasa heran.

"aku merasakan ada yang janggal dari misi kita kemarin" ucap Kenan

Yanko diam memikirkan sesuatu.

Kemudian Kenan bercerita panjang lebar tentang hal yang menurutnya penting itu. Yanko menyimak dengan seksama apa yang di ceritakan rekannya, dan benar saja, apa yang di pikirkan Kenan tampak sama dengan yang Yanko rasakan. Penyelesaiaan misi yang terasa begitu mudah membuat banyak tanda tanya.

Hingga cerita dari Kenan selesai, Yanko hanya diam dak berkata-kata apapun, fokus mendengarkan cerita Kenan, namun karena diamnya Yanko itu, Kenan berfikir bahwa Yanko tak mempercayai ceritanya, Akhirnya Kenan memutuskan untuk pergi. Dan tak pernah terlihat lagi sejak hari itu.

SATU MINGGU TELAH BERLALU, semua posisi perang telah di siapkan, hampir dari 300.000 pasukan pada posisi siap bertempur. Dan hari demi haripun berlalu, tak kunjung terlihar gerakan dari para pemberontak.

Satu kali lagi, pasukan pengintai kembali di kirimkan menuju wilayah pemberontak, kali ini hanya setengah dari pasukan pengintai yang bergerak sesuai titah sang panglima. Sisanya bertahan di kerajaan bertugas mengawasi seluruh wilayah Katana dwipa.

Kembali waktu terbuang sia-sia, misi yang seharusnya selesai dalam waktu 4 hari namun para pasukan pengintai yang di kirimkan tak kunjung kembali telah lebih dari 3 minggu berlalu.

Inisiatip menyerang akhirnya di ambil oleh panglima Yasdisaharza dengan mengirimkan sekitar 130.000 pasukan perang yang di pimpin oleh 5 jenderal tangguh yang dimiliki oleh kerajaan. Dengan penyerangan ini, setengah dari pertahanan terkuat telah goyah.

Situasi yang terjadi membuat hampir dari seluruh pasukan tak lagi pada posisi siap tempur.

Yanko akhirnya memberanikan diri menghadap panglima perang, mencoba menjabarkan yang ia rasakan ketika berada di kota Dexler Wipura. Tampak dugaan kota Dexler Wipura adalah pusat dari pasukan pemberontak adalah kekeliruan. "hormat panglima" Yanko memberikan salam hormat dengan menundukan kepalanya dan mengepal kedua tangannya.

"bukankah kau pasukan pengintai, mengapa kau berada di sini, seharusnya kau ada tugas yang harus kau laksanakan?" ucap Panglima tegas.

"maaf panglima, ada hal penting yang harus hamba sampaikan" ucap Yanko dengan kepala tertunduk.

"hal penting apa hingga kau sampai meninggalkan tugasmu" nada Panglima mulai meninggi

"Pasukan pemberontak tampak telah lama berada di sekitar istana, di suatu lokasi yang tak terlihat oleh mata. Pemikiran hamba ini tak berani hamba sampaikan karena tak ada yang sependapat dengan hamba di seluruh pasukan pengintai. Satu rekan hamba yang berpikiran sama seperti hamba, tampak sampai saat ini tak terlihat lagi sebelum pengiriman pasukan pengintai kembali menuju kota Dexler Wipura. Dugaan hamba, dia telah di bunuh, tuan."

Panglima Yasdisaharza terdiam dengan pandangan kosong setelah mendengar cerita dari Yanko, dia tampak sangat syok.

"kesalahan besar, ini kesalahan besar!" Kata-kata panglima berlari meninggalkan yanko sendiri di ruangan pribadinya.

Yanko dengan kebingungannya berjalan perlahan menuju gerbang istana.

Tubuhnya tampak terdiam tak mampu dia gerakkan saat matanya tertuju ke atas langit. Warna langit di pagi itu yang berwarna biru, serentak berubah menjadi merah menyala dari ribuan panah api yang saling beriringan, di ikuti dengan bola-bola api. Tanah bergetar membentuk retakan - retakan besar yang menjebak banyak pasukan di formasi depan, di luar gerbang istana.

Karena getaran itu Yanko terpental tak mampu menjaga keseimbangannya dan tertimpa runtuhan bangunan. Garis depan pasukan Eric' telah musnah menjadi lautan api, begitu pula dengan benteng yang sangat kokoh itu mulai runtuh oleh amukan aura naga yang berasal dari bola-bola api yang berubah menjadi cahaya hijau yang berbentuk naga.

Di setengah sadarnya, Yanko mencoba melepaskan diri dari tumpukan batu besar yang tersusun mengepung tubuhnya. Saat niatnya untuk melarikan diri, matanya secara tak sengaja melihat sang panglima perang Yasdisaharza tampak sangat gagah menghalau semua serangan dengan kemampun khusus yang dia miliki.

Perang terbuka pun terjadi setelah benteng pertahanan kota runtuh. Yanko mengumpulkan keberaniannya untuk ikut turun bertempur mengiringi sang panglimanya.

Di tengah pertarungan yang dahsyat itu. Yanko tak lagi terfikir apakan nyawanya akan selamat atau gugur di pertempuran itu. Ayunan pedangnya tanpa arah, yang dia tau hanya, orang yang mengenakan jirah perang hijau adalah teman.

"hey apa yang kau lakukan bodoh!!" terik sang panglim menghampiri Yanko

"kau bukan pasukan perang, jalankan tugasmu untuk mengawasi semua situasi!!, jangan berpaling apapun yang terjadi!!!, tak ada lagi yang bisa di percaya saat ini!!!, keselamatan baginda raja yang terpenting!!" ucap sang panglima sambil menghalau semua musuh yang mencoba menyerang mereka berdua.

Yanko hanya terdiam dan mengangguk, dengan perlindungan dari sang panglima, Yanko mampu lolos dari pertempuran besar itu. Dan menuju tempat tertinggi.

Yanko mengawasi dengan seksama penyerangan sepertia apa yang akan di lancarkan oleh pihak pemberontak. Matanya selalu saja melirik pada panglima yang tengah bertempur, dengan teknik yang sangat tinggi, panglima itu mampu membunuh puluhan, bahkan ratusan pasukan musuh hanya dengan satu teknik serangan. Sang panglima perang Yasdisaharza adalah petarung dengan elemen tanah, dan tombak bermata pedang melengkung yang memiliki aura naga yang melingkar mengelilingi tombak itu, seolah takkan ada yang mampu mengalahkannya.

Sejenak Yanko merasa tenang di saat dia melihat sekumpulah pasukan besar datang dengan membawa bendera kereajaan Pandiwa Sangsekar. Kode kemenangan di kibarkan olehnya.

Namun apalah daya, pasukan yang di sangka teman itu malah menyerang pasukan istana. Dan memukul mundur seluruh pasukan yang di pimpin panglima Yasdisaharza.

Banyak jenderal yang tumbang dalam perang itu, membuat pasukan istana pontang panting terpecah mundur, berlari ketakutan meninggalkan medan perang.

Keadaan semakin mendesak ketika panglima pun jatuh dengan kondisi luka yang sangat parah, namun masih tetap melakukan perlawanan. Yanko bergegas memdekati sang panglima yang hampir tak berdaya lagi. Seluruh pasukan pemberontak yang dahulunya adalah pasukan istana membiarkan saja sang panglima yang telah tak berdaya lagi tanpa membunuhnya. Dan mereka maju mengepung seluruh istana.

Kerajaan Pandiwa Sangsekar yang begitu megah kini resmi jatuh sepenuhnya di tangan para pemberontak.

Di tengah nafasnya yang tak beraturan dan sekujur tubuhnya yang bermandikan darah. Panglima masih berdiri tegak menggenggam lambang kerajaan yang ada di tangannya. Dan mencoba mengibarkannya di tombak yang ia miliki.

Yanko yang mendatanginya mencoba untuk menopang tubuh sang panglima.

"bantu aku mengibarkan lambang kerajaan ini di tombakku" Ucap sang panglima terbata-bata.

Yanko lekas melaksanakan apa yang di katakan oleh panglimanya itu. Panglima itu akhinya terpejam sambil memegang kokoh tombaknya dan mengibarkan lambang kerajaan berbentuk bendera tersebut.

"mereka bukan orang-orang selatan" Kalimat terakhir yang di dengar Yanko sebelum kematian sang panglima yang begitu gagah berani dalam pertempuran. Tubuh panglima yang tak bernyawa lagi, jatuh di pelukan Yanko.

Yanko diam tanpa kata, dia mematung menjadi sandaran dari tubuh sang panglima agar tetap berdiri. Hingga akhirnya dia di tangkap oleh pasukan pemberontak. Dan seluruh pasukan istana yang masih hidup di tangkap kemudian di minta untuk bersumpah mengabdi pada kerajaan baru yang akan terbentuk nanti.

*kata hati sang mawar*

Mekar bunga mawar

tumbuh bersama duri

tak untuk menyakiti

melainkan tuk melindungi

hanya untuk hidup dan mati

di tempat yang sama

bukan hidup dan mati

di tempat yang berbeda

keindahanku

bukan untuk di perebutkan

tapi untuk memberi senyuman

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!