Hanaya Pradipta, gadis yang masih duduk di bangku SMA kelas tiga ini dikenal sangat ceria dan semangat. Digemari banyak orang di sekolah. Dia tidak terlalu cantik, bahkan bisa dibilang standar. Tapi kepintaran serta sifatnya yang ceria dan ramah, membuatnya begitu famous di sekolahnya.
Gadis yang kerap disapa Naynay ini adalah anak tunggal dari pasangan Hendrayan Pradipta dan Yasmin Amzari. Hendrayan yang merupakan pemilik perusahaan besar, selalu mengupayakan yang terbaik bagi istri dan anaknya.
Suatu hari, saat Naynay baru saja keluar dari gerbang sekolahnya untuk pulang, dua orang laki-laki membekap mulutnya dan membawanya masuk ke dalam mobil. Setelah itu, dia tidak mengingat apapun lagi.
Dan keesokan paginya, Naynay terbangun di tempat yang tidak dia kenali dengan tubuh polos yang tertutupi selimut. Jantungnya terasa berhenti berdetak ketika melihat bercak darah diatas sprei dan tubuhnya yang terasa sakit.
Tanpa memikirkan apapun lagi, dia segera meraih dan memakai seragam sekolahnya yang berserakan di lantai. Dengan air mata yang mengalir deras, Naynay keluar dari kamar yang ternyata kamar VVIP hotel itu. Berlari keluar dari gedung hotel, bahkan dia tidak tahu siapa yang telah merenggut kesuciannya.
___________________________________
Afif Cavin Alvarendra, laki-laki berusia 23 tahun yang menyandang gelar CEO ini adalah sosok yang sangat diinginkan setiap wanita. Wajah rupawan, tubuh yang proposional, dan gelarnya membuatnya menjadi laki-laki sempurna di mata semua orang.
Afif, begitulah dia dipanggil. Laki-laki ini tidak hanya terkenal karena ketampanannya saja, tapi juga ketegasannya dalam memimpin perusahaan.
Pastinya tidak sedikit yang tidak menyukai sepak terjang seorang Afif dalam dunia bisnis. Perusahaannya yang mendominasi negara-negara besar membuat banyak pebisnis lain yang tersaingi merasa kalah dan menyiapkan sederet rencana di otak mereka untuk menjatuhkan CEO ini.
Hingga tiba dimana sekretaris pribadinya yang tak kalah sempurna dalam melakukan setiap tugasnya kecolongan, dan kejadian tidak diinginkan itu terjadi. Obat perangsang yang menjadi senjata ampuh untuk menjatuhkan saingan bisnis, tercampur di minuman sang CEO.
Dan di malam itulah seorang Afif jatuh dalam jebakan lawan dan meniduri seorang gadis yang ada di dalam kamar hotelnya.
"Sial!" Umpatan terdengar ketika laki-laki sempurna itu tidak menemukan sang gadis yang dia ambil kesuciannya tadi malam di dalam kamar. Dia hanya membersihkan diri di kamar mandi sebentar dan gadis itu sudah pergi.
Dia yang biasanya tidak memiliki rasa dalam bentuk apapun kepada siapapun, tiba-tiba begitu sakit melihat bercak darah di sprei. Rasa bersalah hinggap di hati terdalamnya karena sudah merusak gadis itu.
Afif sangat yakin kalau gadis itu adalah korban dalam kasus ini. Walaupun dalam keadaan setengah sadar, dia masih bisa melihat kalau gadis itu tidak sadarkan diri.
Pintu kamar terbuka dan muncullah seorang laki-laki dengan balutan jas hitam. Di wajahnya terlihat rasa bersalah yang begitu besar karena lalai dalam tugasnya.
"Anda baik-baik saja, Tuan Muda?" tanya laki-laki itu yang merupakan sekretaris pribadinya, Ryan.
Afif yang masih memakai handuk di pinggangnya itu pun meraih kerah kemeja Ryan dengan kuat.
"Bodoh!!" Afif menendang tulang kering Ryan, tak lupa mengatai sekretarisnya itu.
"Maaf, Tuan Muda." Ryan benar-benar merasa gagal melindungi tuannya ini.
Afif melepaskan tangannya dan mengusap wajahnya kasar. Dia kembali menatap tajam sekretarisnya itu.
"Kau sudah mengurus CCTV, bukan?" Bukan pertanyaan, tapi ancaman yang sebenarnya terlontar dari bibir sexy itu.
"Saya sudah mengurus semuanya, termasuk orang-orang yang ada dibelakang ini semua." balas Ryan.
"Kita pulang! Aku akan memberikanmu tugas lainnya nanti." Afif berjalan menuju lemari yang memang sudah tersedia beberapa pakaiannya disana. Karena hotel ini adalah miliknya, jadi itu mudah diatur.
>>>Nggak tau kenapa, Aku deg-degan pas nulis cerita ini. Like dan komen kalau kalian suka!!♡
Naynay pulang ke rumah dalam keadaan yang menyedihkan. Tapi dia berusaha agar tampak baik-baik saja di depan orang tuanya. Memperbaiki sedikit pakaiannya yang kusut dan menampilkan wajah ceria seperti biasanya.
"Nay, kamu darimana? Kenapa baru pulang? Kamu nggak apa-apa kan?" Yasmin yang melihat putrinya pulang langsung memberondong anaknya itu dengan banyak pertanyaan. Dia dan Hendrayan begitu cemas dan panik ketika tidak mendapati Naynay di rumah kemaren sore.
"Naynay baik-baik aja kok, Ma. Kemaren habis sekolah, Nay pergi ke panti. Karena kesorean, jadi ibu panti saranin buat nginap. Hp Nay mati, jadi nggak bisa hubungin orang rumah." Naynay susah payah menahan air matanya, dia telah berbohong kepada kedua orang tuanya.
Hendrayan dan Yasmin mengangguk percaya, karena mereka tahu kalau anaknya itu sering ke panti asuhan untuk menjenguk anak-anak di sana.
"Apa Papa bilang, lebih baik kamu bawa mobil saja ke sekolah. Diantar sopir juga tidak masalah, agar kalau kamu mau ke panti lagi nggak perlu nginap!" Hendrayan sudah berulang kali menyuruh Naynay membawa mobil ke sekolah, tapi putrinya itu lebih memilih untuk naik bis atau taxi.
Alasannya selalu sama jika ditanya, "Nay lebih suka naik angkutan umum karena lebih menyenangkan, Pa!" Nah kan, langsung dijawab begitu.
Hendrayan sudah lelah merayu, akhirnya dia diam dan mencubit pipi Naynay lumayan keras.
"Aaa, sakit, Pa!" Naynay mengusap pipinya yang sudah memerah dan panas karena dicubit papanya.
"Kamu mandi, ya! Abis itu kita sarapan bersama," ucap Yasmin melerai anak dan suaminya itu, karena kalau dibiarkan akan menghabiskan waktu yang lama, baru berhenti.
"Mama sama Papa belum sarapan? Ini bahkan udah mau siang."
"Mana bisa kami makan tanpa kamu, Nay." Hendrayan tersenyum dan mengacak rambut putrinya.
"Yasudah, Nay bakalan mandi kilat deh. Mama sama Papa pasti udah lapar."
Naynay segera pergi ke kamarnya dan membersihkan diri. Kembali dia menangis di bawah kucuran air shower mengingat bahwa dia bukan lagi seorang gadis. Dia bahkan tidak tahu siapa laki-laki yang tidur bersamanya semalam. Tidak berniat mencari tahu siapa dan tidak mau tahu siapa laki-laki itu.
Setelah mandi, Naynay melihat pantulan tubuhnya yang dipenuhi tanda kemerahan di cermin. Dengan kasar, dia menggosok bagian-bagian itu. Jijik, pasti dia merasa begitu dengan dirinya.
Matanya melihat foundation di atas meja rias. Akhirnya, Naynay memakainya untuk menutupi tanda menjijikan itu. Setelah itu dia turun untuk makan siang berkedok sarapan itu bersama orang tuanya.
"Nay, kenapa nggak dimakan?" tanya Yasmin yang melihat putrinya hanya mengaduk-aduk makanannya.
"Hmm, Nay cuman kepikiran tentang sekolah, Ma." Naynay menjawab sedikit gugup.
"Papa sudah menginformasikan kepada pihak sekolah kalau kamu tidak bisa hadir hari ini. Kamu kan baru pulang menjelang siang, jadi kami langsung izin ke sekolahmu pagi tadi," jelas Hendrayan.
"Maaf, ya. Nay pasti buat Papa sama Mama khawatir." Naynay menunduk, dalam hatinya dia begitu menyesal telah membohongi orang tuanya. Tapi menurutnya, ini yang terbaik. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi papa dan mamanya jika mengetahui hal ini nanti.
"Sudah, sudah. Ayo makan, kasihan perutnya belum diisi!" Yasmin menepuk-nepuk pelan kepala Naynay.
Naynay memakan makanannya tanpa selera, terasa hambar. Tapi dia tetap menghabiskannya, karena mubazir itu tidak baik. Karena di luar sana banyak yang tidak bisa makan, dan kita tidak seharusnya membuang-buang makanan.
Setelah makanannya habis, Naynay kembali ke kamarnya. Biasanya dia akan menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya, tapi dia benar-benar ingin sendiri sekarang.
Naynay tidak ingin berlarut-larut dalam luka. Dia sudah kelas tiga SMA, dan selalu disibukkan dengan ujian sampai lulus nanti. Jika dia terus-terusan seperti ini, maka nilainya akan turun.
"Oke, kamu bisa, Nay. Jangan larut dalam kesedihan, Tuhan benci dengan umat-Nya yang lemah!" gumam Naynay menyemangati dirinya.
Kemudian dia menyibukkan diri dengan buku-buku pelajaran agar pikirannya teralihkan dari kejadian kemaren. Naynay juga memutar lagu kesukaannya, karena itu membantunya semangat dalam belajar.
Karena kelelahan, Naynay sampai tertidur. Untunglah, dia membaca sambil tiduran di atas tempat tidurnya. Untuk sesaat, tidur ini benar-benar membuatnya lupa akan kejadian itu. Kebiasaannya ketika tidur adalah mengepalkan tangan dan jempolnya berada di depan bibirnya. Jika dia tidur tanpa melakukan itu, berarti tidurnya tidak nyenyak sama sekali.
*****
Di tempat lain, Afif baru saja sampai di rumahnya. Ryan membukakan pintu mobil dan sang CEO keluar dengan wajah datarnya. Tidak ada seorang pun penghuni rumah besar ini yang berani menatapnya. Mereka semua menunduk sampai tuan mereka dan sekretarisnya hilang dari pandangan.
Afif berjalan menuju ruaang kerjanya, dia akan memberikan tugas baru kepada sekretarisnya ini.
Setelah masuk dan duduk di sofa, dia langsung menghadiahi Ryan tatapan tajamnya. Biasanya Ryan akan tenang-tenang saja, tapi kali ini dia menyadari kalau ini adalah salahnya.
"Bodoh! Kenapa ini sampai terjadi?" bentak Afif marah.
"Maaf, Tuan Muda. Mereka bekerja sama untuk menjatuhkan Anda." Ryan menundukkan tubuhnya.
"Mereka sudah berani ternyata, apa mereka tidak takut perusahaan mereka hancur?" Afif tertawa remeh dan melempar gelas kaca yang ada di atas meja. Pecahannya tersebar ke mana-mana.
"Mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi, Tuan Muda. Bodyguard sudah mengetahui rencana mereka, tapi terlambat karena Anda sudah meminum minuman itu."
Afif menendang meja sampai terbalik. Dia tidak akan membiarkan orang-orang itu lepas begitu saja.
"Kau tahu, bukan, apa yang harus kau lakukan?" Afif menatap Ryan kembali.
"Iya, Tuan Muda!" jawab Ryan.
"Setelah itu, cari gadis SMA yang ada di kamarku semalam. Periksa CCTV hotel!" perintahnya kepada Ryan.
"Kami sudah melihat semua rekaman CCTV, tapi wajah gadis itu tidak terlihat, Tuan Muda. Dia menunduk sampai berada jauh dari hotel."
"Aku tidak mau tahu, cari dia sampai dapat. Aku beri kau waktu satu bulan, jika tidak dapat, aku akan membuangmu ke Kutub Utara sana!" Tidak bisa dibantah, Ryan hanya mengeluh dalam hati menghadapi laki-laki di depannya ini.
"Baik, Tuan Muda. Tapi, bisakah anda menjelaskan cari-ciri gadis itu?"
"Dia biasa saja, tidak, dia cantik! Tahilalat di atas dadanya, di pundak sebelah kanan, bahu sebelah kiri, di atas betis sebelah kiri, dan bekas luka kecil di perutnya!" Afif menjelaskan dengan semangat.
Ryan menganga tak percaya, bagaimana dia bisa mencari gadis dengan informasi jeroan(bukan organ dalam) seperti itu. Tahilalat dan luka di tubuh gadis itu, bagaimana dia bisa tahu?
"Kerahkan semua orang-orangmu untuk mencarinya!" Afif kaluar dari ruang kerjanya, meninggalkan Ryan sendiri.
"Kau boleh pulang." Berkata sebelum benar-benar pergi dari sana
'Merepotkan!' batin Ryan kesal.
Ryan mengambil hp di dalam sakunya dan menghubungi seseorang.
"Cari gadis di CCTV dengan tahilalat di atas dadanya, di pundak sebelah kanan, bahu sebelah kiri, di atas betis sebelah kiri, dan bekas luka kecil di perutnya! Temukan bagaimanapun caranya!"
Orang di seberang telepon pun dibuat menganga mendengar ciri-ciri yang disebutkan Ryan.
Ryan mematikan sambungan telepon tanpa mendengar balasan dari orang tersebut. Dia keluar dan pergi ke perusahaan untuk menggantikan Tuan Mudanya.
Tapi sebelum pergi, dia memerintahkan pelayan untuk membersihkan pecahan gelas di ruang kerja Afif terlebih dahulu. Selain menjadi sekretaris, dia juga merangkap menjadi penjamin kenyamanan hidup bagi Afif. Dia punya hak dalam mengatur orang-orang dalam rumah bak istana ini.
>>>Pastikan kalian sudah like setiap chapter dan rate yaa!!♡
Setelah kemaren izin, hari ini Naynay kembali masuk sekolah. Dan atas paksaan kedua orang tuanya, Naynay pergi dengan mengendarai mobil sendiri. Kembali mengendarai mobilnya yang sudah lama bersemedi di dalam garasi.
Tidak banyak yang dilakukan Naynay di sekolah hari ini. Guru mengadakan rapat persiapan ujian kelas tiga dan siswa diperbolehkan pulang lebih awal. Naynay sudah punya rencana yang akan dia lakukan untuk menghabiskan hari ini.
Di dalam mobil, dia mengganti baju dengan kaos putih polos tapi tetap memakai rok sekolah. Naynay selalu membawa baju ganti di dalam mobilnya, kadang hal tak terduga terjadi dan dia mengantisipasi kemungkinan itu . Salah satunya dengan membawa baju ganti.
"Baiklah, ke mana kita hari ini?" tanya Naynay pada dirinya sendiri, bergumam sambil mengendarai mobilnya keluar dari gerbang sekolahnya.
Naynay berhenti di supermarket terlebih dahulu. Mengambil hpnya, dia menghubungi Yasmin agar mamanya itu tidak cemas nantinya.
"Hallo, Ma! Nay mau jalan-jalan sebentar, ya. Hari ini Nay pulang sekolah lebih cepat karena guru rapat," ucapnya ketika telepon telah tersambung.
"Iyaa, nggak lama kok. Paling lama sampai sore." Sambil mendorong troli, Nay berkeliling mencari bahan makanan dengan masih meladeni mamanya yang melarangnya pulang malam.
"Bye, Ma." Panggilan berakhir dan Nay menyimpan hpnya ke dalam saku rok.
"Baiklah, kita mulai!" Dengan semangat, Naynay mengambil bahan makanan dan memasukkan ke dalam troli. Mulai dari susu, roti, buah, sampai cemilan ringan sudah memenuhi troli.
Karena troli sudah penuh, Naynay pun membayar semua belanjaannya di kasir. Lumayan banyak orang, tapi Naynay bisa sabar menunggu. Orang sabar disayang Tuhan, lho!
Setelah selesai membayar, Naynay membawa empat kantong plastik besar berisi belanjaannya keluar dari supermarket. Tapi baru saja dia akan keluar, seseorang menabraknya. Untung belanjaannya tidak berserakan, patut disyukuri.
"Maaf, saya tidak sengaja," ucap orang itu meminta maaf.
"Iya, lain kali lebih hati-hati, ya, Kak!" Naynay meraih kantong belanjaannya dan berlalu ke parkiran.
Orang yang menabrak Naynay tadi, yang merupakan seorang laki-laki, memperhatikan Naynay yang sedang memasukkan belanjaannya ke dalam mobil. Tangannya meraih hp dalam saku jaketnya dan memotret Naynay yang membelakanginya. Setelah itu dia langsung pergi dan masuk ke dalam mobil hitam.
Sedangkan Naynay yang sudah selesai dengan empat kantong plastik besar itu, mulai melajukan mobilnya membelah keramaian jalanan ibu kota di pagi menjelang siang ini.
Setiap matanya melihat orang yang tidur atau sedang duduk di trotoar, Naynay langsung memberikan makanan yang dia beli tadi. Inilah jalan-jalan yang dibilang Naynay kepada mamanya tadi.
Terus berkeliling sampai makanan yang dia beli tadi habis. Ini sering dilakukannya jika ada waktu seperti ini, selain di panti asuhan yang rutin sekali seminggu dia kunjungi. Naynay sangat suka melakukannya, dia merasa senang bisa berbagi pada orang-orang yang membutuhkan. Dia juga menyebut ini sebagai refreshing, melepaskan beban dengan cara berbagai.
Kamu kapan? Nggak perlu banyak, ikhlas aja cukup....
Ini masih siang, hanya saja sudah lewat dari waktu makan siang. Naynay yang belum makan siang pun memutuskan untuk makan di restoran yang sering dia kunjungi bersama kedua orang tuanya. Setelah memesan makanan, hpnya berbunyi tanda pesan masuk.
Mama💜
Nay.... Mama nitip macaron, ya,
kalau kamu mampir di
restoran Chef Handsome.
Naynay tertawa sendiri membaca pesan dari Yasmin, tahu saja kalau dia sedang di restoran kesukaan mereka. Owner restoran ini adalah seorang Chef yang terkenal karena ketampanannya. Makanya, mamanya memanggil dengan sebutan Chef Handsome. Sampai-sampai Hendrayan cemburu dibuatnya.
Karena pesanannya telah datang, Naynay langsung menyantap makanannya. Tak lupa dia juga memesan sekotak besar macaron kepada pelayan yang mengantarkan pesanannya.
"Aakh..." Naynay meraih tisu di atas meja dan membersihkan lehernya yang terkena tumpahan kopi dingin.
"Maaf, Nona. Saya tidak sengaja," ucap laki-laki yang kopinya tumpah membasahi leher dan baju Naynay.
"Lain kali hati-hati, Kak!" ucap Naynay yang masih membersihkan lehernya. Laki-laki itu kembali meminta maaf sebelum berlalu pergi.
Dari sudut restoran, tak jauh dari tempat Naynay duduk, dua orang laki-laki langsung memotretnya. Setelah itu, mereka langsung keluar dari restoran.
Karena bajunya basah dan terasa lengket, Naynay menyudahi makan siangnya dan memutuskan untuk pulang. Sekotak macaron sudah ada ditangannya.
"Nasib hari ini," gumam Naynay setelah duduk di belakang kemudi dan melajukan mobilnya untuk pulang.
Sesampainya di rumah, Naynay memasukkan mobilnya ke dalam garasi dan masuk ke rumah melalui pintu samping.
"Nay!! Mana macaron Mama?" Yasmin yang sedang duduk di sofa ruang keluarga, begitu semangat melihat putrinya pulang.
"Ini, Ma. Nay mandi dulu, sisain nanti, ya." Naynay meletakkan kotak yang berisi kudapan manis itu di atas meja.
"Cepet, ya! Mama nggak bakalan nahan diri kalau kamu kelamaan mandinya," ucap Yasmin yang sudah membuka kotak di atas meja itu.
Naynay segera pergi ke kamarnya dan mandi. Melihat pantulan tubuhnya di kaca kamar mandi, Naynay menangis karena kembali mengingat kejadian itu. Dengan cepat, dia menyelesaikan mandinya dan keluar dari kamar mandi. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan kuat. Tapi kadangkala, hatinya kembali sakit jika mengingatnya.
Setelah memakai pakaian rumahan, Naynay turun menemui mamanya yang pastinya masih duduk di ruang keluarga. Awas saja kalau dia tidak kebagian makanan yang unyu manis itu.
"Untung kamu cepat turun, kalau nggak sudah Mama habisin." Yasmin menatap Naynay dengan mulut yang masih mengunyah macaron.
Naynay merebut kotak itu dari pangkuan Yasmin dan membawanya lari. Kalau dia tetap makan di sana, maka mamanya pasti nambah lagi. Jadi dia membawa makanan manis itu ke dalam kamarnya dan memakannya di sana.
Yasmin menggeleng-gelengkan kepalanya. Kelakuan Naynay yang kadang masih seperti anak-anak, membuat rumah dipenuhi kebahagiaan. Walaupun masih muda, Yasmin tidak bisa mempunyai anak lagi. Dia terpaksa menjalani operasi pengangkatan rahim setelah melahirkan Naynay, karena diagnosa plasenta akreta.
Bahkan Naynay harus dilahirkan melalui operasi caesar. Yasmin terpaksa harus mengorbankan rahimnya agar tidak terjadi komplikasi dikemudian hari. Jika mengingat itu semua, Yasmin kembali sedih. Seperti sekarang, air matanya sudah menetes, tapi secepat kilat dia hapus.
"Hanya boleh ada kebahagiaan di rumah ini, ini kehendak Tuhan dan ikhlaskan!" Yasmin selalu mengucapkan kata-kata itu setiap mengingat masa kehamilannya dulu.
Dia dan Hendrayan tetap bersyukur karena Naynay lahir dengan sehat, walaupun melalui tindakan operasi. Putri kecil mereka dulu, sudah menjadi gadis yang berusia delapan belas tahun dengan segala kerusuhan yang dibuatnya.
Yasmin menyusul Naynay ke kamarnya dan menggedor-gedor pintu kamar.
"Nay!! Mama masih mau makan, kenapa kamu bawa kabur?" Sambil menggedor-gedor pintu, Yasmin teriak-teriak memanggil putrinya.
"Ihhhh, Mama!" Naynay membuka pintu dengan wajah cemberut. Baru saja dia makan satu makanan manis itu, tapi mamanya sudah mengganggu.
"Itu kan Mama yang nitip, kenapa kamu yang habisin?" tanya Yasmin sambil bersidekap dada dan dagu diangkat.
"Soalnya itu Chef Handsome sendiri yang nganterin buat Nay." Naynay menahan tawa untuk mengerjai mamanya.
Yasmin terbelalak, macaron itu diantar langsung oleh Chef pujaannya?
"Nay, itu buat Mama aja, ya. Nanti Mama kasih uang bulanan double deh," ucap Yasmin penuh harap.
Naynay tersenyum senang dan mengambil macaron yang dia bawa tadi. Dia memberikannya kepada Yasmin dengan senyuman yang sangat manis.
"Ingat ya, Ma. Double bulan depan," ucap Naynay sambil menaikturunkan alisnya.
"Iya, iya. Pasti Mama kasih double." Yasmin memeluk kotak itu di depan dadanya sambil tersenyum, kemudian melangkah pergi dengan senyum mengembang.
"Asik, uang jajan nambah dua kali lipat!" Naynay begitu senang karena mendapat uang jajan lebih bulan depan. Nanti dia akan berkata jujur kepada Yasmin kembali, tapi walaupun begitu, uang jajannya akan tetap double karena mamanya itu sudah berjanji.
>>>Like dan Rate kalau kalian suka, komen juga jika punya saran atau kritik! ♡
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!