NovelToon NovelToon

Rahim Pengganti

Bab 1

Penantian yang tidak tahu kapan akan berakhir karna tidak akan mungkin bisa kesampaian.

Aku Ayla Beyza gadis kelahiran jerman berdarah campuran turki dan jerman namun sekarang aku memilih tinggal di negara tersebut karna beberapa hal dan salah satunya adalah karna dia~dia yang tercinta. Aku jatuh cinta padannya, jatuh cinta pada pandangan pertama. saat itu...

3 bulan yang lalu.

Saat jam istirahat makan siang perusahaan tempatnya bekerja. Aku pergi ke rumah sakit untuk menjenguk sahabatku yang katanya tadi pagi pagi sekali masuk kerumah sakit karna maagnya kambuh. by the way.

Di sinilah aku sekarang. kepalaku memutar kanan dan kiri mencari no kamar dari pasien tersebut. seharusnya aku sudah di sini sejak tadi pagi namun aku tidak bisa karna pagi ini aku harus menghadiri rapat di perusahaan yang membahas masalah keuangan di mana tanggung jawabku dan juga tentang pegawai baru di perusahaan yang akan di rekrut.

See...

"ah...". rintisku terkejut saat seseorang menabrakku...dari samping dan..

"Huaaaa....Huaaa...".

Aku malah mendapati seorang gadis kecil yang sedang menangis sembari mengucek ngucek matanya. aku rasa gadis ini yang menabrakku tadi. lalu kenapa dia nangis? apa karna menabrakku? apa dia kesakitan? atau dia sedang takut padaku?. oh, aku tidak akan memarahinya bukan.

Aku menunduk menumpu lutut dilantai mensejajarkan tinggiku dengannya.

"hei gadis kecil? kenapa kamu menangis? apa kamu kesakitan? karna menabrak kakak atau kamu takut?". tanyaku padanya sembari tangan kiriku mengusap kepalanya lembut. lembut dengan anak kecil adalah hal biasa yang biasa aku lakukan karna aku suka dengan anak kecil. suka sekali.

Aku lihat gadis kecil tersebut berhenti menangis dan menatapku dengan air mata masih terlihat di pelupuk matanya. sedetik kemudian dia menangis lagi.

Baiklah, sekarang aku tahu kalau dia menangis bukan karna aku buktinya, gadis kecil ini sekarang menangis sambil memeluk tengkukku. aku rasa dia ketakutan akan sesuatu tapi apa?.

Aku mengusap punggungnya lembut. "hei...katakan pada kakak, ada apa? dan kamu di sini dengan siapa? kakak akan bantu". mungkin dia kehilangan orang tuanya atau siapalah yang membuatnya ketakutan.

Aku tersenyum ketika dia berhenti menangis namun masih cecegukan.

"nana hiks...tidak mau cabut gigi hiks...kata teman nana hiks...sakit sekali...dan juga keluar banyak darah, nana takut...hiks.. ".

Aku pun mengerjap. jadi...dia menangis karna takut, giginya di cabut. oh my. aku juga takut darah.

"euhmm...". aku hanya bisa berharap bergumam. tapi...

"kamu di sini dengan siapa? ". tanyaku padanya sembari menatap matanya karna dia sudak melepaskan pelukannya. Aku tidak tahu lagi, apa bajuku kena ingusnya atau tidak. tinggal di bersihkan saja nanti...oh my. aku lupa dengan tujuanku kemari. baiklah.

"gadis kecil? ayo kakak antar kamu ke mama atau papa atau siapalah, yang ke sini dengan mu, ayo?! ". ajakku setelah berdiri dan menyodorkan tangan kananku padanya.

Dia menggeleng tanda tidak mau pergi. lalu aku harus bagaimana? meninggalkannya begitu saja di sini.

Kepala ku memutar kebelakang, kesekitar dan ke segala arah untuk mencari seseorang yang mungkin juga sedang mencari gadis kecil tersebut. namun sepertinya tidak ada tanda tanda. aku kembali melihat gadis kecil tersebut. gadis kecil yang kira kira umurnya masih 5 atau 6 tahun. dengan kulit kecoklatan dan berambut panjang kepang dua.

Aku kembali mensejajarkan tinggiku dengannya. "begini saja bagaimana? kamu ke sini dengan siapa? ".

"grandma! ".

Grandma?.

"lalu...grandmanya di mana? ".

Aku lihat dia menggeleng.

"kamu tidak tahu? "

dia menggeleng.

"kamu berlari ke sini dan kehilangan grandma? ".

dia mengangguk.

aku menarik nafasku.

"baiklah, tadi kamu ingat enggak? kamu dan grandma tadi di lantai berapa, atau warna dindingnya aja".

Terlihat gadis kecil tersebut berpikir keras.

"lantai 1 dan dinding putih".

Aku menepuk jidatku. semua dinding berwarna putih, ini kan rumah sakit. maksudku gambar gambar setiap lorong. baiklah pertanyaanku yang salah.

"baiklah, kita kembali ke grandma ya? tidak boleh jalan sendiri tanpa pendamping lho, nanti kamu hilang di culik orang, enggak mau kan? ".

Dia menghentikan langkahnya sontak langkah ku pun terhenti.

"di culik? memang ada penculik di sini? kata papa semua aman di sini".

Aku mengerjap.

"baiklah, itu benar tapi tetap saja tidak boleh jalan sendiri itu berbahaya, ayo?! ". ajakku lagi.

"tapi nana enggakmu cabut gigi". keluhnya.

"memang gigimu sakit? ". tanyaku sembari melangkah.

Aku lihat dia memegang pipi kirinya.

"sekarang tidak lagi". jawabnya sambil menunduk.

"oh, so...waktu itu sakit lalu dokter kasih obat dan kamu sembuh lalu sekrang harus cabut, benarkan? supaya tidak sakit lagi".

Dia mengangguk.

aku tersenyun.

"begini deh, coba kamu pikir! jika kamu cabut kamu tidak akan kesakitan lagi dan jika tidak cabut, kamu akan kesakitan lagi, sakit bangetkan sakit gigi? ". tanyaku sembari melihatnya.

Dia mengangguk cepat dan sangat mantap.

aku tersenyum.

"tapi kalau cabut juga sakit dan keluar darah".

Aku berhenti dan menoleh menatapnya. aku mengerjap sembari menyiapkan kata kata, kata kata yang pas dan cocok.

"jika cabut, sakitnya hanya sekali dan sebentar saja lagian, dokter juga tidak akan membuat pasiennya sakit apalagi anak anak seperti kamu, tentu saja tidak sakit".

"tapi tapi tapi...temanku bilang sakit banget dan juga keluar banyak darah"

Aku memiringkan kepalaku.

"memang temanmu pernah cabut gigi juga".

Dia menggeleng. "bukan dia tapi neneknya". jawabnya dengan wajah polosnya.

oh my. sontak langkahku berhenti dan menoleh menatapnya. sedetik kemudian aku tertawa ngakak.

" ha ha ha ha ha...bisa bisa saja kamu ini ha ha ha...aduh perutku". aku memegang perutku.

"baiklah ayo...".

"nana?! ".

Aku mendengar sebuah panggilan dari arah belakangku. aku dan nana sontak berbalik. aku lihat seorang wanita muda dan juga pria muda. aku rasa itu papa dan mamanya. mereka sedikit berlari ke arah nana.

"mama dan papa mencari kamu kemana mana sayang? kamu lari kemana? mama khawatir banget? grandma hampir pingsan tahu? ". mama nana menangis.

Baiklah keluarga yang bahagia.

"nana enggak mau cabut gigi, nana takut". rengek nana lagi sembari melepaskan pelukan mamanya.

Baiklah, aku rasa aku tidak di butuhkan lagi.

"euhmmm...maaf! aku permisi dulu tadi nana bersama ku, tidak sengaja bertemu dan dia menabrakku jadi...". jelasku panjang lebar dan terpotong oleh.

"terimaksih dik, dan maaf ya? sudah merepotkanmu".

"tidak tidak aku baik baik saja". ucapku sembari melihat nana, papa dan seorang nenek yang sudah sampai di hadapan kita. aku rasa itulah grandmanya.

"aku permisi dulu ya? ". ucapku sedikit canggung karna memotong ucapan mama nana yang sepertinya sedang merayu anaknya supaya mau cabut gigi. aku tersenyum canggung lalu berbalik mau ke tujuan utama ku ke sini dan waktuku tinggal 1 jam lebih kurang sebelum waktu istirahat habis.

Langkah kaki ku terhenti saat aku merasakan sudut baju kiriku tertarik. aku menoleh dan nana memegangnya.

"nana? ada apa sayang? kakak cantik tersebut mau pergi, lepasin ya? ". seru mama nana. aku tersenyum tipis.

Nana menggeleng dengan mulutnya yang manyun.

"nana mau cabut gigi jika kakak cantik mau nemenin nana".

Aku mengerjap. maksudnya aku bukan? kakak cantik?.

"nana tidak bisa sayang, kakak ini mau pergi dia, lepasin ya? kita masuk sama sama, ada papa dan mama". rayu mama nana lagi namun sepertinya tidak berhasil.

Baiklah, daripada waktu terus terbuang di sini dan aku tidak akan sempat menjenguk aliye.

Aku menunduk mensejajarkan tinggiku dengan nana. "baiklah kakak temenin, di mana ruang dokternya?! ". tanyaku padanya.

"yey...". soraknya girang.

"maaf dik ya? merepotkanmu".

"tidak apa bu, ayo". ajakku juga pada mama nana.

Cklekc..

Beberapa menit setelahnya kami pun sampai di depan ruang dokter bedah mulut tersebut. Nana masuk pertama lalu aku dan setelahnya mama dan grandma nana. papa nana tadi minta izin pulang awal. katanya ada tamu penting. bukan urusanku juga.

Samar samar aku mendegar percakapan nana dan mama nana dengan dokter tersebut karna aku sibuk membalas pesan dari temanku yang sedang menungguku namun aku belum tiba. Aku berdiri di belakang nana yang sedang duduk di kursi berhadapan dengan dokter. sekilas aku melihat dokter tersebut karna seperti tadi aku sibuk.

"baik dok, ke sana ya? ". ujar mama nana. samar samar aku mendengar.

"kak ke sana yuk? ". pinta nana sambil menarik narik ujung bajuku.

Aku menghentikan aktifitasku menoleh melihat nana dan beralih melihat ke sebelah kiri di mana seorang dokter pria sudah duduk di kursi lain di sana dan ada satu kursi di sampingnya dengan berbagai peralatan besi di sana. melihatnya saja sudah ngeri.

Aku tersenyum. "okey baiklah, tidak takut lagikan? sudah berani keknya? ". candaku. Dia tersenyum tipis.

"kakak duduk di sana saja boleh". tunjukku ke satu sofa yang berada di ruangan tersebut.

Nana menggeleng cepat. "jangan". dia memegang tanganku.

"tapi akan sulit pak dokter kerja jika kakak ikut". ujarku tanpa mengalihkan pandangan pada nana.

"enggak mau". rengeknya lagi. baiklah, sepertinya ini sudah akan panjang.

"kakak bisa berdiri di sini"ujar satu perawat di sana, sepertinya asisten dokter.

"oh baiklah". ujarku mantap tanpa berdebat karna akan panjang. jadinya aku berdiri tepat di depan nana dengan beberapa penghalang. tapi nana bisa dengan jelas melihatku.

Aku kembali meraih hpku saat suara pesan masuk. dan ini dari perusahaan.

Bab 2

Setelah mengirim pesan ke sahabat tercintaku aliye dan menyuruhnya menunggu beberapa menit lagi. Aku memasukkan hpku ke dalam tas sampingku. sekilas aku melihat dokter yang sedang fokus pada pekerjaannya. mengapa aku kira dokter. gampang. bajunya putih dan seorang pria.

Aku mengangkat kakiku untuk berjinjit melihat ke dalam gigi nana yang sedang dalam proses pencabutan. ugh... banyak keluar darah.

ting...

Suara pesan masuk di hpku dan dengan sigap aku meraihnya.

See...dari perusahaan.

Aku melihat jam tanganku dan aku masih memiliki waktu 1 jam lagi dari waktu istirahat. enak aja kalau di suruh balik sekarang. waktu istirahatku kapan kalau aku sudah mulai kerja. peduli apa.

Ah...aku haus.

Aku mengangkat kepalaku melihat air di sekitar. sekilas tadi aku sempat dengar tawaran air minum saat pertama masuk dan benar saja. ada 3 air aqua gelas di sana.

"biar saya lihat". suara dokter bicara dengan asistennya dan setelahnya ia bangkit melangkah ke satu lemari yang sepertinya berisi obat obatan di sana.

Ayla tidak melihat karna sibuk merangkai kata untuk nana supaya bisa beranjak mengambil air minun.

"nana sebentar ya? kakak ambil minum lu, haus banget kakak".

Ayla melihat anggukan nana lalu ia berbalik.

tak tak tak..

Suara higs heels ayla saat ia menuruni sedikit tangga di ruangan dokter tersebut.

Ayla meraih aqua gelas yang berada di atas meja dokter tersebut beserta sedotannya dan ia berbalik mau ke tempat nana tadi.

Tanpa ayla lihat ada seseorang di belakangnya yang juga sedang melangkah ke arah meja tersebut.

Brukh...

"ah...". rintih ayla saat tubuhnya bertabrakan dengan seseorang.

Phak...

"ah...". suara ayla sedikit tercekat saat matanya melihat ke bawah dan...

Satu handphone yang bermerek iphone X. iphone yang sangat ingin ia miliki. dan sudah 3 tiga bulan ini ia menabung untuk mendapatkan hp tersebut dan jangan katakan kalau dia rusak karna jatuh dan itu karna aku.

Dengan panik ayla berjongkok untuk meraih benda tipis tersebut.

"maa...dugh...ah...". rintih ayla saat dahinya terbentur dengan dahi seseorang di depannya tanpa ayla dengar orang tersebut juga merintih sakit sembari mengusap dahinya.

"maaf maaf banget, ini...". ayla meraih iphone tersebut sembari mengusap dahinya dengan tangan kirinya. sedangkan hatinya berteriak memohon supaya iphone tersebut baik baik saja.

Tangan seseorang terjulur meraih iphone yang berada di tangan ayla.

Ayla mengangkat kepalanya melihat orang di depannya. ia tersentak kaget di tambah matanya sontan mengerjap.

'jadi...yang ia tabrak tadi...dokter di sini? '. ayla membantin berteriak.

"itu...tadi...maaf, saya tidak lihat dan menabrak dokter lalu...setelahnya saya panik, iphone anda...saya akan membayarnya, maaf". ayla menunduk sembari memejamkan matanya berharap bahwa dokter di depannya tidak akan meminta ganti rugi.

Dokter tersebut mengelus elus layar iphonenya. ia juga berharap iphonenya baik baik saja. karna benda ini hadiah dari istri tercintanya.

Ayla memberanikan diri untuk melihat iphone di depannya.

Entah kesialan atau ia kurang beruntung hari ini. layar iphone di depannya. sepertinya rusak. tapi bukankah iphone itu tahan banting. kecuali jatuhnya sangat keras. dan sepertinya lantai ini sangat keras seperti aspal. ugh...

Ayla mengangkat kepalanya memberanikan diri untuk melihat wajah dokter tersebut.

Ayla menarik nafasnya saat melihat wajah sang dokter yang hanya diam dan ada raut dingin.

'sepertinya ini sedang tidak baik baik saja'. batin ayla menjerit.

'haruskah aku menawari perbaikan atau mengganti yang baru?😭😭😭'.

"itu..."

"jangan sentuh". suara dingin sang dokter saat ayla mau meraih iphone tersebut berniat mau ganti rugi.

"eh?! ". tangan ayla menggantung di udara sembari melihat wajah dokter tersebut yang tidak jelas karna menunduk.

Semburat ayla merinding. 'sepertinya itu benda yang sangat penting baginya'.

Ayla menelan ludahnya dengan susah payah. mereka bahkan sudah melupakan seorang pasien yang sedang menunggu kehadiran mereka di sana.

Sang dokter yang sepertinya sudah hilang setengah jiwanya sedangkan ayla berteriak sedih karna uangnya akan hilang.

"saya...akan...ganti rugi, jadi...".

"diam". suara dingin sang dokter lagi lagi membuat ayla terdiam yang padahal dengan susah payah ia bersuara.

Deg...

Suara jantung ayla, saat sang dokter mengangkat wajahnya melihat ayla. namun tidak lagi menampilkan raut dingin melainkan lembut layaknya seorang dokter.

Mata ayla melebar dan mematung melihat wajah sang dokter.

'tampan, sangat tampan'. batin ayla.

Dokter tersebut berbicara ke ayla namun ayla tidak mendengar karna fokus memperhatikan wajah sang dokter sampai dokter berbalik melangkah ke kursi di mana nana duduk setelah meletakkan iphonenya di atas meja.

" kak...?". panggil asisten dokter tersebut yang melihat ayla mematung.

"ya?! ". jawab ayla setelah sadar.

"nana memanggil kakak ke sana". ujar asisten tersebut dengan senyum ramah.

Ayla tersenyum canggung. "ya baik, terimakasih". jawabnya.

Ayla melangkah ke sana dengan suara degupan jantungnya yang tidak mau berhenti meski ia sudah mengelus elusnya.

'apa yang terjadi padanya? apa ia sudah terkena penyakit jantung? haruskah ia memeriksa dirinya? '

Deg...deg...deg...

Semakin ayla dekat dengan kursi nana maka semakin cepat pula jantungnya berdegup.

Matanya tidak beralih dari menatap sang dokter yang sedang melakukan pekerjaannya pada gigi nana.

'aneh, dari tadi aku di sini kenapa tidak melihat dokter ini? kemana diriku tadi? ' . ayla membanti kesal. seharusnya aku bisa melihat dari tadi dan menikmati pemandangan ini.

'ini adalah pemandangan terindah yang pernah aku lihat, wajahnya, bajunya, rambutnya, hidungnya, kerjanya...ahh...apa yang terjadi padaku? '.

Ayla dengan cepat menyedot air minun yang ada di tangannya, berharap jantungnya berhenti. namun bukannya berhenti tapi malah bertambah saat dokter tersebut tertawa dengan mama nana.

'apa yang mereka bicarakan tadi? kenapa aku melewatkannya lagi?! tidak bisa di terima'.

"sudah selesai, enggak sakitkan? ". tanya dokter ke nana setelah mencabut gigi nana dan sekarang tinggal bersihkan beri obat.

Nana mengangguk sembari tersenyum.

"sudah, selesai, enggak sakit gigi lagi". ujar sang dokter sembari tersenyum ke nana setelah kursi nana yang tertidur tadi sudah menegak.

Dokter melangkah ke arah mejanya di ikuti mata ayla juga.

"sudah kak ayo?! ". ajak nana ke ayla yang berdiri mematung melihat dokter kemanapun arah gerak geriknya.

"oh... ayo". ayla menggenggam tangan nana dan melangkah ke arah meja dokter yang di sana sudah ada mama nana. grandma nana sudah duluan pulang dengan papanya tadi.

Bab 3

"baiklah, terima kasih dok". ucap mama nana sembari bangkit dari tempat duduk.

"iya sama sama, kalau sakit di minum obatnya ya? kalau tidak, enggak usah di minum". ujar dokter tampan tersebut ke nana dan mama nana.

"baik dok! ayo nana? bilang terima kasih sama pak dokternya". rayu mama nana ke nana yang berdiri di samping ayla sembari menggenggam tangan ayla.

Nana tersenyum manis. "terima kasih pak dokter". ujar nana sumrigah.

Dokter tampan tersebut tersenyum manis yang membuatnya semakin tampan dan membuat jantung ayla semakin menggila.

Ayla menarik nafasnya. ini pertama kali bagi dirinya. apa yang terjadi dengannya? kenapa melihat pria ini ia seperti ini? padahal, banyak lelaki tampan di luar sana tapi jantungnya baik baik saja.

'apa aku sudah benar benar terkena sakit jantung? tapi aku masih muda, di tambah, aku belum menikah, oh ya allah, jangan biarkan hal itu terjadi padaku, aku rasa aku harus memeriksa jantungku setelah ini'.

'iya, itu baru benar'.

"...kak? ".

Tarikan di ujung baju serta suara nana menyentak pikiran ayla.

"ya?! ...oh". ayla melihat dokter tersebut sebentar lalu kembali melihat nana.

"keluar ya? ayo? ". ajak ayla namun nana menahan langkah ayla yang membuat ayla kebingungan.

"ada apa? mama nana sudah keluar tuh? ayo?! ". ajak ayla lagi.

Nana menggeleng.

Ayla mengernyit tidak mengerti.

Nana mendesah lelah. "kakak di panggil dokter ini tadi, kakak enggak nyahut". ujarnya

Ayla mengerjap sedikit lama karna mencerna.'di panggil dokter ini? '. ayla beralih melihat sang dokter dengan wajahnya yang kebingungan. 'untuk apa? '. ia bertanya tanya.

Ayla kembali melihat nana. "kamu salah dengar mungkin, ayo kita keluar! kakak harus ke suatu tempat".

"tidak tadi...".

"benar katanya, aku panggil kamu karna urusan kita tadi belum selesai, aku yakin kamu masih ingat". suara dokter tersebut memotong ucapan nana.

Ayla lagi lagi mengerjap ngerjap dengan degupan jantungnya yang tidak bisa di ajak kerja sama yaitu untuk diam.

Ayla tersentak saat teringat iphone pria ini yang ia jatuhkan. seketika membuat tubuhnya lemah. 😩😩😩

"euhm...nana, kakak enggak bisa nemenin nana sampai keluar ya? kakak ada urusan dengan dokter ini, nana susul mamanya ya? ". bujuk ayla ke nana.

Nana sedikit cemberut sebelum ayla berjongkok lalu mencium kedua pipi nana dengan gemas lalu mencubit kecil hidung nana.

Nana terkekeh geli, mereka tertawa kecil berdua.

Mama nana memperhatikan hal itu dari pintu dan ia sangat heran. biasanya anaknya tersebut sangat pemalu dan sulit akrab dengan orang asing tapi dengan gadis ini...apa karna terlihat cantik dan perlakuannya yang lembut?.

"baiklah, mama nana menunggu, nanti insya allah kita akan ketemu lagi". ujar ayla ke nana.

"benarkah?! ". tanya nana berharap.

"tentu saja, percayalah, ayo pulang, makan lalu istirahat ya? biar cepat ketemu". rayu ayla yang melihat nana enggan berpisah darinya. padahal baru kenal beberapa jam yang lalu tapi bagi dirinya mengatasi anak anak yang lengket dengannya sudah hal biasa.

"ayo nana? papa sudah menunggu di luar, kita makan siang di tempat kesukaan nana". rayu mama nana yang berdiri di ambang pintu.

"ayo? jangan biarkan mama nana menunggu". ucap ayla lembut.

Nana tersenyum sumrigah. seperti tersihir dengan suara dan senyum ayla. nana berbalik berlari ke arah mamanya namun sebelum itu ia sempat menyuruh ayla menunduk lalu dengan cepat nana mengecup pipi ayla dan ia berbalik berlari.

Ayla tertawa kecil sembari memegang pipinya yang di cium nana.

cklek...

Pintu tertutup dan tinggallah hanya ayla dan dokter tampan tersebut di dalam.

Dengan pelan ayla berbalik ke arah meja dokter karna tadi melihat nana.

Ayla menelan ludahnya dengan susah payah. melihat wajahnya saja ia sudah tidak bisa berkata kata, di tambah sekarang mendengar suaranya dan...berbicara dengannya.

"jadi...".

Deg...

Suara jantung ayla begitu dokter tersebut membuka suara.

Tak...

Ayla melihat ke atas meja di mana iphone yang ia jatuhkan tadi terjatuh lagi di sana.

"bagaimana dengan ini? apa yang akan kamu lakukan? ". Suara dokter tersebut yang lagi lagi membuat ayla tersentak.

Ayla memberanikan diri terutama jantungnya untuk menatap wajah sang dokter. ia tidak akan bisa berbicara dengan seseorang tanpa melihat wajah orang tersebut.

'dia bahkan tidak menawarinya untuk duduk'.

"akan saya ganti rugi, jika anda mau". jawab ayla berani namun hatinya menangis karna sebentar lagi uangnya...😭😭😭

"itu hal yang sangat mudah, bukan untuk menyombongkan diri tapi...". dokter tersebut bangkit dari duduknya dan melangkah ke depan ayla, berdiri tepat di depan ayla.

Ayla sontak menahan nafasnya dengan tubuhnya yang langsung mati rasa.

"aku bisa memiliki yang baru bukan hanya satu bahkan bisa melebihi dari umurmu sekarang, di sini...aku tidak meminta ganti rugi tapi...".

Ayla menelan ludahnya sembari mengerjap.

"benda ini sangat penting untukku! di sana banyak hal yang tidak bisa untuk di hilangkan, di tambah benda tersebut, aku dapat dari seseorang yang sangat aku cintai seumur hidupku dan sekarang....".

Dokter tersebut menatap tajam ke arah ayla dengan menggertak giginya.

Mata ayla melebar sempurna. 'apa tadi katanya? seumur hidup? cintanya? seseorang? di sana dan iphone itu...'.

Ayla mengerjap. entah kenapa ia mau menangis dan kenapa hatinya sakit, di tambah kenapa ia tiba tiba lemas.

"sekarang katakan padaku? apa yang akan kamu lakukan? ".

Suara dokter tersebut menyentak lamunan ayla.

Ayla mengangkat kepalanya menatap wajah sang dokter yang jarak mereka hanya ada beberapa senti. aneh, tadi hatinya sakit banget dan sekarang, ada rasa senang dan bahagia. entah karna apa hanya karna jarak mereka sekarang dekat.

Ayla tersenyum dalam hati. 'aku bisa melihat wajahnya dengan jarak yang sangat dekat begini sungguh, sangat membuatku senang dan bahagia, rasanya...dia milikku selamanya'.

'ah'. batin ayla berteriak setelah ia sadar dengan apa yang ia pikirkan.

"aku tidak memintamu untuk melihat wajahku melainkan untuk hal yang telah kamu perbuat dan kamu harus bertanggung jawab". geram dokter tersebut sembari menggertakkan giginya.

'ya allah, aku benar benar sudah gila, dia sudah marah bukannya aku takut tapi...kenapa dia malah terlihat cool dan sangat tampan? dia benar benar....sangat tampan'.

Brakh....

Dokter tersebut memukul meja kerjanya karna marah. bukannya menjawab tapi malah menikmati melihatnya. ia sadar bahwa dirinya tampan dan banyak wanita yang mengangguminya bukan hanya gadis ini tapi....wajahnya hanya bisa di lihat dan di nikmati hanya oleh satu orang yaitu istrinya.

Ayla memejamkan matanya karna terkejut.

"jawab aku, apa yang akan kamu lakukan? aku tidak mau yang baru ingat itu baik baik! ". teriaknya marah tepat di depan wajah ayla.

"aku akan memperbaikinya jika kamu tidak butuh yang baru". jawab ayla cepat.

Terdengar suara dokter tersebut mendengus sinis.

"apa kamu bisa pastikan semua seperti sediakala dan tidak ada yang hilang apapun bahkan...tidak akan pernah rusak? ".

Ayla mengerjap. 'untuk hal hilang ia bisa pastikan tidak akan ada yang hilang, karna ia punya kenalan yang bisa dalam bidang tersebut namun untuk rusak, bagaimana ia bisa tahu? namanya aja elektronik bukankah bisa sewaktu waktu rusak? '.

"jadi...anda maunya apa? aku bingung". jawab ayla dengan suara pelan.

Dokter tampan tersebut menggeram marah. ia meraih iphone di atas meja. meletakkan tepat di depan ayla.

"aku tidak mau tahu, buat hal tersebut seperti sediakala tidak ada yang cacat atau kurang dan lebih". ucapnya lalu kembali ke tempat duduknya.

Ayla melihat dokter tersebut. 'apa maksudnya..dia melepaskanku? '.

"apa yang kamu tunggu? bawa hpku dan kembali setelah kamu membuatnya seperti sedia kala, keluarlah! pasienku masih banyak". ujarnya dingin lalu menekan satu tombol di atas meja yang membuat seorang gadis. gadis tadi yaitu asistennya.

"ada apa dok? ". tanyanya.

"panggil pasien selanjutnya". ujarnya dingin tanpa melihat asistennya.

Asisten tersebut mengerjap bingung. ia beralih melihat ke arah ayla. Aneh, tidak biasanya dokter deniz terlihat marah dan bersuara dingin.

Ayla masih mengerjap ngerjap. dimananya ia salah? perbaiki ya perbaiki, beli baru ya beli baru lalu kenapa dia marah marah? sudah seperti iphone ini nyawanya saja.

"tapi dok, dokter belum makan siang, ini waktunya dokter makan siang".

Dokter deniz memutar kursi duduknya dan menatap sang asistennya dengan dingin.

"aku tidak suka mengulang ucapanku dua kali". geramnya marah.

Ayla tersentak dan mengerjap.

Asisten tersebut dengan terkejut yang sangat hebat melangkah ke arah pintu dan keluar. ia sudah bekerja menjadi asisten sang dokter selama 5 tahun dan baru hari ini ia melihat wajah dan suara sang dokter yang beda.

"dan apa yang kamu tunggu? apa ucapanku tadi belum jelas?!".

Ayla mengerjap berdiri layaknya orang bodoh sekarang sembari melihat wajah dokter di depannya.

trett....trettt...

Suara getaran hp di dalam saku bajunya mengejutkan ayla.

Ayla meraih hpnya dan panggilan masuk yang tertera di layar hpnya sukses membuat matanya membulat dan hal tersebut tidak lepas dari tatapan deniz.

'mampus, jam berapa sekarang? '. dengan cepat ayla melihat jam tangannya.

"hikkkkk...". ayla terhenyak dengan mulutnya yang melebar.

Tanpa menjawab panggilan di hpnya. ayla langsung memasukkan hp tersebut ke dalam saku bajunya. ia berbalik melangkah cepat ke arah pintu namun terhenti tepat di depan pintu.

Ayla berbalik lagi dengan langkah cepat ia melangkah ke meja sang dokter lalu meraih iphone rusak dokter tanpa melihat sang empunya langsung keluar dari ruangan tersebut.

Deniz bersikap biasa tanpa peduli. baginya yang penting. iphonenya baik baik saja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!