Raya terus berlari menuju hutan belantara. Tanpa alas kaki, dia terus berlari karena merasa ada orang yang terus mengejarnya dengan membawa sebuah parang. Raya tak berani berteriak, karena takut ketahuan oleh orang itu.
Sekuat tenaga Raya terus berlari. Menyibak ilalang yang menghalangi jalan di depannya. Tanpa merasakan sakit yang melukai kaki dan tangannya, Raya terus saja melangkahkan kakinya mencari tempat yang bisa dijadikannya untuk berlindung.
Namun sayang sungguh sayang..Setelah lama dia berlari hingga tenaga hampir tiada lagi, Raya tak kunjung menemukan tempat untuknya berlindung.
Senja telah tiba..menangis? mungkin itu yang seharusnya dia lakukan. Tapi apakah dengan menangis, Raya akan terselamatkan?
Tidak! bukan seperti itu! Hal yang harus dia lakukan kini adalah menyelamatkan dirinya. Itu yang terpenting.
Dengan sisa tenaga yang ada, Raya mencoba menerobos kembali jalan di depannya. Hingga dia menemukan sebuah pondokan dengan lampu remang remang.
Raya mencoba mendekati rumah tersebut sambil sesekali menengok ke belakang, memastikan jika orang yang mengejarnya tidak mengikutinya.
Raya mendatangi rumah tersebut,ternyata banyak sekali orang-orang di sana. Tapi mereka hanya diam dan duduk menunduk seperti orang sedang tahlilan.
Raya mengendap endap memasuki rumah tersebut karena mendengar suara erangan dari dalam. Dengan hati hati Raya melewati orang orang yang duduk di sepanjang jalan menuju dalam rumah.
Hingga Raya tiba di sebuah kamar, dia melihat seorang gadis terbaring dan mengeluh sakit pada tubuhnya. Gadis itu didampingi oleh seorang nenek tua yang berdiri di sampingnya. Lagi lagi nenek itu menunduk, sama seperti orang orang di luar sana.
Raya menghampiri gadis itu, memperhatikannya dengan seksama. Wajahnya sangat familiar sekali. Tapi siapa?
Raya sudah berada di samping nenek itu yang masih diam. Hingga nenek itu menatap Raya tajam.
"Kamu akan menggantikannya di sini!" nenek itu tersenyum mengerikan, mencengkeram lengan Raya dengan sangat kencang. Wajahnya rusak hingga tak berbentuk. Raya akhirnya sadar jika wajah gadis di depannya sangatlah mirip dengannya.
"Aaakkkhhh...." Raya memejamkan kedua matanya dan menjerit dengan sekuat tenaga.
🍁🍁🍁
"Mimpi buruk Rey?" Tyo yang sedang membetulkan mesin mobilnya yang mogok, langsung menghampiri Raya begitu mendengar teriakan Raya dari dalam mobil.
"Aku gapapa Tey!" Raya segera mengambil air mineral untuk melegakan tenggorokan nya. Ternyata hanya mimpi. Syukurlah..
Tyo dan Raya baru saja pulang dari rumah temannya untuk mengerjakan tugas kelompok dari sekolah. Namun dalam perjalanan pulang mobil Tyo malah mogok.
Tyo telah selesai membetulkan mesin mobilnya. Kini dia akan melajukan mobilnya untuk mengantar Raya pulang.
Hari telah senja. Sebelum Tyo menyalakan mobilnya, Raya melihat sosok nenek tua sedang melintas di depan mobil yang mereka tumpangi. Nenek itu menatap Raya sambil tersenyum. Raya ketakutan,dia terbayang akan sosok nenek dalam mimpinya tadi.
"Ada apa Rey?" tanya Tyo sambil memperhatikan arah pandangan Raya. Namun tak ada apapun di depan sana.
"Gapapa Tey..jalan saja!" nenek yang dilihat Raya sudah tidak nampak. Padahal tadi jelas sekali nenek itu melintas di depan mobil mereka.
Tyo pun segera melajukan mobilnya. Mereka tidak ingin kemalaman sampai di rumah. Raya dan Tyo merasakan keanehan dalam perjalanan pulangnya.
" Kamu ngerasa aneh gak sih Tey? dari tadi kita cuma muter muter di jalan ini saja loh?" Raya memperhatikan daerah di sekitarnya. Memang dari tadi mereka masih di tempat yang sama saat mobil yang mereka tumpangi mogok.
"Iya ya..ini kan tempat aku parkir mobil tadi? tapi Aku mengemudikannya lurus loh,tidak ada tikungan juga dari tadi? kok sampai sini lagi?" Tyo memberhentikan mobilnya tepat dimana mobilnya mogok tadi.
"Ini sudah gelap Tey..Mana gak ada orang sama sekali lagi!" Raya menaikkan kakinya ke atas kursi dan memeluk tubuhnya sendiri dengan erat.
" Kita harus pulang secepatnya!" Tyo kembali melajukan mobilnya. Setidaknya mereka harus meninggalkan tempat itu.
"Awas..." teriak Raya.
Tyo segera menghentikan mobilnya karena tiba tiba menabrak sesuatu. Tyo pun keluar dari mobilnya ingin mengecek apa yang sudah ditabraknya tadi.
"Jangan keluar Tey.." cegah Raya, namun Tyo malah penasaran. Dia tetap keluar dari mobil untuk melihat ke depan mobil.
Tyo melihat tubuh seorang wanita tergeletak di depan mobilnya. Ketika Tyo hendak menghampiri wanita itu.. Entah darimana datangnya, tiba-tiba sebuah truk kontainer langsung menghantam tubuh Tyo dari arah depan. Raya yang melihat kejadian di depannya langsung teriak.
"Tey...." Raya langsung menutup kedua matanya.
Suasana hening, tak ada suara mobil ataupun klakson kendaraan yang melintas. Raya ingin membuka matanya namun masih takut.
🍁🍁🍁
"Raya..sayang..kamu gapapa nak?" mama Rossi mengetuk pintu kamar Raya yang terkunci. Raya yang mendengar teriakan mamanya langsung membuka matanya. Ternyata dia sedang berada di dalam kamarnya. Kejadian tadi itu hanya mimpi? namun semua seperti nyata.
"Sayang..." panggil Mama Rossi lagi.
"Iya ma..aku gapapa!" jawab Raya dari dalam kamar sambil teriak, agar terdengar oleh mamanya tanpa harus membukakan pintu.
" Bagaimana ma..apa Raya sudah mau keluar?" tanya papa Sigit.
"Belum mas, apa perlu kita bawa Raya ke paranormal?" mama Rossi masih khawatir dengan Raya,putri satu satunya.
"Jangan ngomong macem macem kamu! apa yang dialami Raya tidak ada hubungannya dengan masa lalu keluargaku. Jadi tolong jangan mengungkitnya lagi!" bentak papa Sigit pada istrinya dan segera berangkat ke kantor setelah sarapan tadi.
Mama Rossi hanya terdiam menatap kepergian suaminya. Memangnya apa salahnya jika Raya di bawa ke paranormal?mama Rossi pun menangis tak sanggup menahan derai air matanya.
Tak berapa lama,Raya membuka pintu. Dia kaget begitu melihat mamanya masih berdiri di depan pintu sambil menangis.
"Mama kenapa?" Raya langsung panik begitu melihat mamanya jatuh pingsan. Raya pun berteriak memanggil siapa saja yang bisa mendengar suara teriakannya. Tak lama pak Harun sopirnya mama Rossi datang dan membantu Raya memapah mamanya untuk istirahat di dalam kamar.
Raya masih menemani mamanya dan mencoba untuk membangunkannya dengan minyak kayu putih yang diberikan bik Asih.
Tak lama mama Rossi pun bangun. Dia segera memeluk Raya dengan erat.
"Apa yang kamu rasakan nak?" tanya mama Rossi masih memeluk Raya. Raya pun heran.
"Memangnya kenapa ma?" Raya melepaskan pelukan mamanya.
"Eh..maksud mama,kenapa kamu berteriak kencang seperti tadi?" mama Rossi pun mengalihkan pembicaraan agar tidak keceplosan dengan kejadian keluarga suaminya dimasa lalu. Karena sudah diancam suaminya agar tidak menceritakan masa lalu keluarganya pada Raya.
" Enggak ada ma..mungkin hanya mimpi buruk seperti biasanya." jawab Raya asal. Raya tau jika mamanya menyimpan sebuah rahasia darinya. Namun dia tidak menampakkan rasa curiga nya itu.
Mama Rossi pun merasa lega karena tidak terjadi apapun pada Raya. Mama Rossi pamit untuk segera kembali ke kamarnya sendiri.
" Pijitin aku di kamar bik!" pinta mama Rossi pada bik Asih. Bik Asih hanya bisa menurut. Raya tertawa lirih saat melihat mamanya merasa salah tingkah.
.
.
.
.
.
Hai...salam jumpa lagi readers👋👋
Mohon dukungannya di ceritaku ini.
Like dan coment sangat membantu Author agar lebih semangat dalam menulis..
Semoga berkenan....
Salam sehat selalu...
🙏🙏🙏🙏😁😉
Hari ini adalah hari pertama liburan sekolah,Raya sudah merasa suntuk dibuatnya. Raya pun pamitan pada mamanya untuk pergi ke rumah Lily, teman sebangku di kelasnya dan merupakan teman dekatnya sejak SD.
"Ma..aku pergi ke rumah Lily dulu ya?" pamit Raya.
" Hati hati di jalan nak!Jangan terlalu malam pulangnya!" pesan mama Rossi.
"Iya ma..." Raya mengemudikan mobilnya menuju rumah Lily. Meskipun belum cukup umur, namun Raya sudah bisa mengendarai mobil sendiri. Apalagi papanya sudah menghadiahi Raya sebuah mobil sebagai ulang tahunnya yang ke 15 tahun.
Raya sudah tiba di rumah Lily. Sama sama sebagai anak tunggal, Raya dan Lily memiliki banyak kesamaan. Oleh karena itu mereka bisa saling mengisi satu sama lain jika ada suatu kekurangan.
Seperti saat ini, Raya tak sungkan menceritakan semua yang dialaminya kepada Lily sahabatnya.
"Mimpi itu bunga tidur Raya, semua orang mengalaminya. Kamu hanya perlu melupakannya, semua akan baik baik saja!" Lily menenangkan sahabatnya yang selalu dihantui mimpi buruk akhir akhir ini.
"Semua terlalu kebetulan Lily..apa yang aku mimpikan seolah kenyataan. Lalu dimana Tyo sekarang? hilang kan?" Raya masih tidak mempercayai semua yang dialaminya.
"Ayolah Raya.. Tyo hanya keluar negeri, Nanti juga balik!" Lily justru lebih mencemaskan Raya.
"Tapi apa yang dia lakukan disana? sementara kedua orangtuanya ada di Indonesia? jika berlibur kenapa tidak dengan orang tuanya saja?"
"Sudahlah Raya..ini tuh liburan sekolah. Bisa jadi orang tuanya banyak kerjaan di sini. Mending kita pikirkan apa yang akan kita lakukan selama liburan." ucap Lily.
"Aku ingin ke kampung mengunjungi nenekku. Sudah lama aku tidak menemui beliau. Kau mau ikut?" tanya Raya.
"Nanti kita ajak Manda juga!" katanya lagi.
"Seru gak disana?" tanya Lily.
"Pastilah!" jawab Raya.
"Oke! kita akan berpetualang di kampung kamu!" jawab Lily semangat.
"Tapi kampung halaman ku masih primitif. Orang orangnya masih terlihat kolot semua." kata Raya.
"Darimana kamu tau itu? bukankah kamu sudah lama tidak ke sana?" tanya Lily.
"Itu yang aku dengar dari kedua orang tua ku." jelas Raya.
"Baiklah! siapa tau kita dapat pengalaman baru di sana! aku akan mengabari Manda" Lily segera mengambil ponselnya dan menghubungi Manda. Sahabat Raya yang satu lagi, tapi tak sedekat Lily.
"Manda ikut Ray.." kata Lily setelah menutup telponnya.
"Oke! aku pulang dulu. Aku harus ijin pada orang tua ku!" Raya langsung pamit pada mama Lily, sekalian minta ijin akan mengajak Lily liburan ke kampung halamannya.
Syukurlah mama Lily mengijinkan.
Orang tua Lily sudah menganggap Raya seperti putrinya sendiri karena sudah akrab dengan Lily sejak kecil. Selama bersahabat, Lily dan Raya tak pernah bentrok. Justru mereka saling menguatkan satu sama lain. Maka dari itu orang tua Lily sangat sayang pada mereka berdua.
Raya segera melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah. Syukurlah papanya sudah ada di rumah, sekalian saja minta izin pada beliau.
"Darimana Ray?" tanya papa Sigit. Sepertinya mamanya tidak bilang Raya pergi kemana.
"Rumah Lily Pa.." jawab Raya.
"Oh ya Pa..sekarang kan liburan sekolah, aku mau ke kampung mengunjungi nenek. Boleh ya pa?" Raya mengeratkan pelukannya pada papanya.
"Rumah nenek jauh Ray. Sama siapa kamu kesana? Papa masih ada kerjaan,tidak bisa mengantar kamu!" Papa Sigit memang selalu sibuk. Sudah lama sejak mereka pindah ke kota, sama sekali papa Sigit tidak pernah mengajak Raya dan mamanya ke kampung meskipun hanya sekedar menengok ibunya sendiri.
"Aku sama Lily dan Manda pa..Tenang saja,aku akan hati hati kok! Boleh ya.. teman teman sudah pada diijinkan sama orang tuanya" Raya tetap merayu papanya agar diijinkan untuk pergi ke rumah neneknya.
"Ya sudah papa ijinkan. Tapi kamu harus janji untuk jaga diri kamu baik baik!" kata papa Sigit.
Sebenarnya papa Sigit sangat khawatir dengan Raya. Tapi demi senyum putri semata wayangnya, papa Sigit pun tidak melarang.
"Siap Pa.." Raya sangat semangat karena sudah mengantongi ijin dari papanya. Raya pun segera mengirim chat pada Lily dan Manda.
"Ada apa ini? kenapa kalian terlihat bahagia sekali?" Mama Rossi pun datang dengan membawa teh dan camilan.
" Aku akan menghabiskan liburan kali ini di rumah nenek di kampung!" kata Raya.
"Apa?" Mama Rossy pun kaget. Hampir saja beliau menjatuhkan nampan dari tangannya, Untung saja sudah ada di meja.
"Kamu kenapa?" tanya papa Sigit heran melihat istrinya gugup. Raya tidak menggubris, dia segera ke kamarnya untuk packing. Karena dia dan teman-temannya harus berangkat pagi agar tidak kemalaman sampai kampung tersebut.
"Papa gak salah mengijinkan Raya kembali ke kampung itu? kita sudah susah payah membawanya kesini!" kata mama Rossi setelah melihat Raya masuk ke kamarnya.
"Kamu itu bicara apa? memang ada apa disana? Hanya ada ibuku saja. Lagipula kita sudah lama tidak mengunjungi beliau,bahkan kabarnya saja kita tidak tau!" papa Sigit tidak memperdulikan apa yang dikatakan istrinya.
Mama Rossi pun teringat akan masa lalu saat masih tinggal di kampung.
🌿🌿🌿
Flashback..
"Raya..mau magrib nak! ayo masuk, gak baik di luaran. Banyak setan gentayangan saat saat seperti ini!" nenek Sari pun memanggil Raya yang sedang bermain di bale yang ada di teras rumahnya.
"Aku masuk dulu ya..besok kita main lagi! Da dah.." Raya melambaikan tangannya pada teman bermainnya sambil berlalu masuk ke dalam rumah.
Mama Rossi yang saat itu baru datang langsung melihat ke arah bale yang di duduki Raya. Mama Rossi dan nenek Sari saling memandang heran.
"Raya sayang..kamu bicara sama siapa nak?" tanya nenek Sari masih sesekali melihat ke arah bale tempat cucunya bermain.
"Sama temanku nek, itu yang duduk di sana!" tunjuk Raya pada bale tadi dan masih melambaikan tangannya. Nenek Sari dan mama Rossi langsung mengajak Raya masuk rumah dan menutup pintunya.
Beberapa hari berlalu...
Saat papa Sigit pulang dari kota, nenek Sari menceritakan tentang kelebihan cucunya yang bisa melihat makhluk tak kasat mata. Nenek Sari pun meminta Sigit agar mencari paranormal untuk menutup mata batin cucunya itu.
Papa Sigit yang memang tidak pernah percaya dengan hal hal seperti itu merasa marah. Dia tidak mau terlibat dengan hal hal yang berbau syirik.
"Tapi ini berhubungan dengan leluhur keluarga kita Sigit!" kata nenek Sari.
"Itu sudah lama terjadi Bu..Ibu lihat kan? tidak terjadi apapun pada keluarga kita? kita baik baik saja sampai sekarang." Papa Sigit masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan ibunya itu.
"Itu karena tidak ada yang memiliki kelebihan seperti itu Sigit! Terakhir kali yang memiliki kelebihan mata batin adalah kakek buyutmu" jelas nenek Sari.
"Sudahlah Bu..itu takhayul,musrik jika kita mempercayainya. Apa gunanya kita sholat setiap hari jika masih percaya dengan hal begituan?" Sigit menjadi geram pada ibunya sendiri.
"Tapi aku tadi juga melihatnya mas.." mama Rossi hanya membenarkan kata kata ibu mertuanya.
"Diam kamu!" bentak papa Sigit pada istrinya.
"Aku akan membawa Raya dan Rossi ke kota Bu! Nanti kami akan sering sering mengunjungi ibu!" kata papa Sigit kemudian.
" Atau ibu mau ikut ke kota?" lanjutnya.
" Tidak! siapa yang menjaga rumah ini jika kita semua pergi? siapa yang membersihkan makam bapak kamu nanti?" nenek Sari menolak ajakan putranya untuk pindah ke kota.
Setelah memutuskan membawa anak dan istrinya ke kota, papa Sigit meninggalkan nenek Sari yaitu ibu kandungnya tinggal di kampung sendirian. Meskipun papa Sigit berjanji akan mengunjunginya sesering mungkin, namun karena kesibukan hingga saat ini papa Sigit belum pernah sama sekali menemui ibunya. Bahkan mengetahui kabarnya pun tidak.
🌿🌿🌿
Raya sudah siap dengan tas ranselnya untuk dibawa ke kampung halaman. Lily dan Manda pun sudah datang ke rumah Raya menggunakan taksi.
"Kalian hati hati ya..jaga diri kalian. Kalau ada apa apa langsung telpon papa. Lily, Manda..langsung telpon om.." pesan papa Sigit sebelum Raya dan teman temannya berangkat.
"Siap om..kami akan berhati hati!" jawab Lily diikuti dengan mengangkat jempol oleh Manda.
"Kami berangkat pa, ma.."Raya mencium tangan papa dan mamanya. Mama Rossi sebenarnya sangat khawatir melepas kepergian putri satu-satunya itu. Namun apa daya, beliau sangat takut dengan suaminya.
Meskipun baru pertama kalinya Raya pergi ke rumah neneknya tanpa papa dan mama, Raya memberanikan diri nekat ke sana bersama kedua temannya itu.
"Ray..kamu meninggalkan kampung bukankah saat usiamu 5 tahun? Memang kamu bisa ingat jalan menuju ke sana?" tanya Lily khawatir jika mereka pasti akan tersesat.
"Tenang saja.. aku memang tidak ingat jalan menuju ke sana. Tapi setelah masuk kampung, aku ingat semuanya. Ini..aku sudah diberi denah petunjuk oleh papa, kita tidak mungkin tersesat jika mengikutinya." Raya memberikan sebuah kertas pada Lily agar dibuka untuk memberi petunjuk. Karena Raya harus konsentrasi dalam mengemudi.
Lily menerima kertas pemberian Raya. Dia pun membukanya dan mengamati peta itu. Manda yang duduk di kursi belakang tidak memperdulikan perjalanannya, dia lebih asik menikmati camilan yang dibawanya.
" Jauh ya Ray?" tanya Lily kemudian.
"Tidak...kita hanya butuh waktu 5 jam untuk ke sana. Makanya kita berangkat pagi agar tidak kemalaman sampai sana." Jelas Raya.
Jam 9 pagi Raya dan kedua temannya sudah berangkat dari rumah menuju kampung. Berarti..mereka akan tiba di kampung jam 2 siang.
Namun...
"Ray... sepertinya kita tersesat deh!" kata Lily kemudian.
Raya menepikan mobilnya dan melihat lagi peta yang diberikan papanya. Ini sudah senja, tapi kenapa mereka masih belum sampai ke kampung yang dituju? Bukankah seharusnya siang hari tadi mereka sudah sampai?
Raya kembali melihat peta dan mencocokkannya dengan tempat mereka saat ini.
" Ini sudah benar Ly.. tuh ada papan reklame yang sama dengan yang tertulis di peta." Raya menunjuk sebuah baliho yang masih dengan iklan yang sama sejak dia pergi dulu.
"Kamu merasa aneh gak sih Ray? kok aku jadi merinding gini ya?" Lily mulai memegang tengkuk lehernya yang mulai dingin. Sementara Manda sudah terlelap di tempatnya.
" Memangnya kenapa? sebentar lagi kita sampai..sabarlah!" Raya melajukan kembali mobilnya dan konsentrasi dengan kemudinya. Lily mulai merasakan dingin di sekujur tubuhnya.
"Awas Ray!!" Lily teriak histeris begitu melihat sesuatu jatuh di depan mobil mereka. Raya yang juga kaget langsung menghentikan mobilnya. Jalanan sungguh sangat sepi.!
"Astaghfirullah...!" Untung saja Raya bisa mengemudikan mobilnya dengan baik.
Sesuatu terlihat aneh di depan mobil mereka. Raya yang penasaran ingin keluar untuk melihat, namun di cegah oleh Lily.
"Jangan Ray..bahaya!" Lily menarik tangan Raya yang hendak keluar dari mobil.
" Dia menghalangi jalan kita. Bagaimana kita bisa lewat kalau tidak menyingkirkan nya?" Raya masih Keukeh ingin melihat apa yang ada di depan mobilnya. Akhirnya Lily pun ikut keluar dari mobil, takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya itu.
Raya dan Lily mendekati sesuatu yang berwarna putih di sana. Karena suasana gelap dan mereka hanya bisa melihat sejauh lampu sorot mobil, Raya dan Lily mendekati sosok putih yang tergeletak kurang lebih 5 meter dari mobilnya.
"I..itu pocong Ray!" Lily ketakutan hendak kembali masuk mobil, namun dia melihat sebuah mobil pengangkut sayur melaju dengan kencangnya akan menabrak Raya yang berdiri di tengah jalan.
"Awas Ray...." teriak Lily dengan kencangnya. Raya sudah tak bisa menghindar hingga tubuhnya tiba tiba melayang ke tepi jalan.
"Eh.." ternyata ada yang menggendong Raya dan menyelamatkannya.
Seorang lelaki tampan yang terlihat dari sorotan lampu mobil mereka. Lily yang sempat melihat wajah lelaki itu sangat terkesima. Dia tidak menyangka jika ada lelaki tampan yang menolong mereka.
"Terimakasih bang, siapa namamu?" tanya Raya namun tak mendapat jawaban dari lelaki itu. Lelaki itu hanya menoleh dan langsung pergi meninggalkan mereka.
" Gak nyangka ya..di tempat sepi seperti ini ada lelaki tampan yang mau menolong kamu. Itu manusia apa bukan ya?" Lily masih membayangkan wajah lelaki tampan tadi.
"Ngomong apa kamu?" sahut Raya.
"Eh..mana pocong yang tergeletak tadi?" Lily mengamati sesuatu di depan mobil mereka yang kini sudah kosong.
"Mobil tadi juga kok tiba tiba bisa menghilang?" lanjutnya. Raya juga melihat ke sekelilingnya. Sudah tidak ada sesuatu di sana.
"Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Kita sudah sampai!" Raya segera kembali masuk ke mobilnya untuk melanjutkan perjalanan.
"Darimana kamu tau kalau kita sudah sampai?" Lily jadi kepo, bagaimana bisa Raya bilang sudah sampai. Sedangkan tempat mereka berada saat ini sangat gelap gulita.
"Itu.." tunjuk Raya pada sebuah gapura bertuliskan nama kampungnya.
"Aneh..perasaan tadi gak ada gapura disana!" Lily terus mengamati gapura tersebut sampai Raya melajukan mobilnya dan memasuki jalan yang ada gapura nya tersebut.
Ternyata kondisi kampung Raya sangat sepi. Padahal waktu masih menunjukkan pukul 19.00 WIB. Karena sudah ada di kampungnya, Raya pun sedikit hafal dengan jalan disana. Meskipun masih menggunakan petunjuk dari peta yang diberikan papanya. Raya pun menghentikan mobilnya di halaman sebuah rumah kuno yang hanya diterangi lampu petromax.
"Rumah siapa Ray?" Lily mengamati rumah tersebut dengan seksama.
"Rumah nenekku!" Raya langsung keluar dari mobil dan mengucap salam di depan rumah itu.
"Assalamualaikum...nenek!" sapa Raya memanggil neneknya.Lily pun ikut keluar menghampiri Raya. Dia mengabaikan Manda yang masih tidur di dalam mobil.
"Dasar orang aneh! dari tadi ada orang teriak teriak, ternyata dia tidak mendengar. Malah asik menikmati tidurnya." gumam lily pada Manda.
"Gimana Ray..ada nenek kamu?" tanya lily. Lily pun ikut teriak mengucap salam. Namun masih tidak ada jawaban.
"Mungkin nenek sudah tidur. Kita tunggu besok pagi saja!" jawab Raya.
"Trus malam ini?"tanya Lily.
"Kita tunggu di mobil saja!" jawab Raya.
Ketika mereka berdua hendak kembali ke mobil mereka untuk tidur disana menanti fajar tiba..
Tiba tiba terdengar suara pintu terbuka dari dalam.
Raya dan Lily langsung menoleh.
"Kalian cari siapa tengah malam begini?" Suara wanita tua yang tidak asing bagi Raya.
"Nenek..ini aku, Raya.. Putrinya papa Sigit, cucu nenek!" teriak Raya pada nenek karena Raya tahu jika ngomong dengan neneknya harus dengan nada yang agak tinggi.
"Raya..cucuku"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!