NovelToon NovelToon

Wanita Yang DiTinggalkan

Bukan Lamaran? (Visual)

Di Dalam sebuah kamar yang sangat sederhana tampak seorang gadis menatap kosong kearah langit-langit kamarnya.

Gadis itu bernama Laura Clarissa 20 tahun, seorang mahasiswa berprestasi yang masih semester 5, kehidupannya sangatlah sederhana dan hanya mengandalkan beasiswa Kampus untuk melanjutkan pendidikannya.

Tring...

Sebuah pesan masuk, dengan malas ia meraih ponsel yang tergeletak disamping lengannya, ia menekan dua kali layar ponsel itu Dan otomatis terpampanglah pesan singkat yang masuk lewat Via WhatsAppnya.

Matanya melebar ketika melihat nama kontak yang mengiriminya pesan yang tak lain dari pacarnya sendiri.

"Sayang! Aku ingin mengajakmu makan malam!" pesan tersebut sontak membuat Laura begitu gembira.

"ini... Kenapa kali ini Yohan ingin mengajakku makan malam? Apa ada sesuatu yang penting? Tapi apa?" gumamnya bertanya-tanya.

Yohan merupakan kekasihnya, mereka sudah menjalani hubungan selama hampir 2 tahun lamanya, bukan waktu yang singkat bagi mereka, suka maupun duka mereka lalui bersama, kadang mereka putus namun kemudian balikan lagi, hal itu mungkin sudah sangat biasa bagi mereka berdua.

Yohan dan Laura bahkan menjadi mahasiswa di kampus yang sama, hanya saja berbeda jurusan, Keduanya juga kerap kali belajar bersama diperpustakaan yang ada di dekat kampusnya.

Dengan senyum tipis di balik sudut bibirnya yang mungil, ia beringsut dari ranjangnya, sambil menggenggam ponselnya itu ia berjalan ke arah Cermin.

Menatap wajahnya lewat pantulan cermin, bak ada yang merasukinya tiba-tiba ia bergaya seperti orang konyol menari-nari bahkan bernyanyi dengan lirik lagu yang tidak menentu.

"Ahh...." Laura menjerit sambil melompat-lompat.

Tok tok tok....

"Kakak!!! Apa yang kakak lakukan? Apa kakak sudah gila hah! Ini sudah malam!" Teriak Maira adiknya sendiri yang terpaut 3 tahun lebih Muda dari umur Laura.

"Ups maaf! Kakak sengaja hahah!" Balas Laura tertawa terbahak-bahak.

"Ish... Kakak ih... Dasar gila!" ejek Maira.

Tak sampai disitu saja, Laura melanjutkan aksinya, ia terus menari-nari hingga pinggangnya terasa sakit, "Ogh... Pinggangku!!! Aku tidak bermimpi kan? Yohan mengajakku makan malam? , selama pacaran dengannya dia selalu saja mengajakku makan atau sekedar mengobrol dikantin kampus dan sekarang dia tiba-tiba mengirimiku pesan seperti ini, jangan-jangan dia ingin melamarku malam ini? Ahk... Tidak, aku tidak mau terlalu banyak berharap, tapi... Ahk... Bisa saja kan!" Laura terus mengoceh sendiri, dia bahkan lupa membalas pesan dari Yohan.

Tring...

Ponsel Laura berdering lagi, "Sayang! Kamu mau kan?" ajak Yohan untuk memastikan.

Dengan secepat kilat laura membalas pesan itu, " Iya aku mau!" Wajah Laura memerah padam, ia begitu malu membalas pesan tersebut.

Ahh... Saat semuanya sudah pasti, Laura menghela nafas panjang, lalu kemudian mengumpat dirinya terlebih dahulu, "Dasar Laura bodoh! Bagaimana bisa kamu terlalu bahagia sampai-sampai lupa membalas pesan yohan!" batinnya menggerutu diri sendiri.

Ketika Yohan mengiriminya lagi lokasi makan malam mereka, Laura bergerak cepat menyiapkan semuanya, termasuk memakai make up tipis agar wajahnya tak tampak pucat. Ia bahkan hanya memakai lipstick yang tidak terlalu mencolok namun begitu indah dibibir tipisnya.

"Maira! Kakak mau keluar dulu yah!" pamit Laura sebab hanya Mairalah satu-satunya anggota keluarga yang ia punya, orangtuanya sudah lama meninggal dalam sebuah kecelakaan.

Saat ayah dan ibunya masih hidup, Laura dan Maira bisa dikatakan adalah anak orang kaya Tapi setelah kecelakaan itu, Laura diusir dari rumah megahnya dan dia hanya diberi tempat tinggal sederhana oleh pamannya yang begitu kejam.

Selama ini Laura hidup dengan adiknya hanya karena Laura mempunyai bakat membuat kreasi kue dan itu menjadi salah satu sumber keuangannya.

Ia biasa menjual kue hasil buatannya lewat online dan untunglah jerih payahnya membuahkan hasil yang memuaskan.

Dia begitu menyanyangi adik semata wayangnya itu, apapun kebutuhan adiknya pasti ia akan berusaha untuk memenuhinya.

"Terserah Kakak! Yang penting kalau pulang harus ada makanan ya kak!" Ketus Maira didalam kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Laura.

"Oke... Siap! Kakak pergi dulu ya! Jangan lupa kunci pintu, kakak cuman keluar sebentar kok!" balas Laura.

Tak ada lagi balasan dari sang adik membuat Laura ikut mengabaikan, dan melanjutkan langkahnya berjalan cepat ke arah pintu.

***

Sampai didepan sebuah Restoran, Laura sedikit gugup untuk melangkah masuk, "Hufh... Jangan gugup Ra... Ini kan bukan pertama kalinya kamu bertemu Yohan!" Bisiknya menyemangati diri sendiri.

Dengan langkah pelan, menekuk wajahnya berjalan masuk, Laura mencengkram kuat tas selempang yang ia bawa.

"Laura... Disini!" panggil Seseorang membuat Laura mendonggakkan wajah menatap sumber suara itu.

Orang itu melambaikan tangan kearahnya, "Ahk... Yohan!" sahut Laura tersenyum cerah mempercepat langkahnya mendekati Yohan.

"Aku kira kamu tidak akan datang! Karena tadi pesanku sangat lama dibalas?" Ciut Yohan saat Laura sudah terduduk didepannya.

"Ahh maaf! Aku... Tadi anu... Itu ehh ke kamar mandi jadi lupa membalasnya hihih!" Ucapnya terbata setelah mencari alasan yang menurutnya begitu masuk akal.

"Ya ampun! Ini semua karena tadi aku begitu gembira yohan! Aku gembira karena pesanmu itu!!!" Dalam hati Laura geram ingin berkata jujur hanya saja Ia sangat malu mengunggapkan kenyataannya.

Laura tertawa renyah seraya menggaruk curuk lehernya yang tidak gatal, " Ahaha ehh Ngomong-ngomong kenapa baru sekarang kamu mengajakku makan malam? ehh maksudnya aku merasa aneh aja! Karena ini pertama kalinya kamu mengajakku kesini! Apa ada sesuatu yang sangat penting untuk dibicarakan?" tanya Laura membenarkan omongannya.

"Lebih baik kita memesan makanan dulu! Baru aku akan memberitahumu!" Seka Yohan yang langsung di anggukan oleh Laura.

Tak lama kemudian, makanan sudah berjejer diatas meja depan mereka, tampak begitu menggiurkan hingga Laura beberapa kali menelan air ludahnya.

"Makan aja Ra!" Ujar Yohan menyadari gelagat Laura.

"Ehh hahah kamu juga!" Antara lapar dan malu Laura begitu nervous memulai untuk makan terlebih dahulu.

"Tidak apa-apa, kamu bisa makan lebih dulu! Aku masih merasa kenyang!" Elaknya.

Laura mengerutkan dahinya, "Tapi kenapa kamu memesan dua porsi?"

"Ehh itu... tadinya aku lapar tapi sekarang sepertinya aku merasa kenyang mungkin karena perutku agak kembung!" Ungkap Yohan sedikit meringis.

"Hah! Kembung? Memangnya tadi kamu habis makan apa? Terus apa masih sakit? Apa perlu aku membelikanmu obat? Kebetulan sebelum kesini aku melihat ada apotik yang dekat dari restoran ini" Cerocos Laura khawatir.

"Tidak usah Ra... Perutku tidak terlalu sakit kok! Aku masih bisa menahannya, kamu makan aja!" Imbuh Yohan.

"A-aku juga sebenarnya sudah kenyang hahah! Kalau begitu lebih baik kita pulang aja! Aku lihat kamu sakit! Kita bisa makan lain kali lagi!" Laura terpaksa mengurungkan niat untuk melahap makanan yang ada didepan matanya.

Ia lebih memilih memperhatikan kesehatan Kekasihnya daripada rasa lapar yang sejak tadi menggeruguti tubuhnya.

"Baiklah... Tapi tunggu dulu Ra... Ada sesuatu yang harus ku beritahukan padamu!" Serkah Yohan lagi.

"Hah! Apa dia bermaksud mau melamarku disaat seperti ini? Ya ampun, kan dia sakit! Atau mungkin dia sudah tidak tahan untuk tidak melamarku?" batin Laura menanti.

"Yohan! Aku tau kalau ada sesuatu yang sangat penting! Tapi kamu kan sedang tidak sehat, lebih baik kamu memberitahuku setelah keadaanmu membaik oke... " Lirihnya.

"Tidak Ra... Aku tidak bisa menundanya lagi!" Pengakuan Yohan seketika membuat jantung Laura berdegub semakin kencang, apalagi tangan Yohan sibuk menggeledah sesuatu di Saku celana Jeans yang dipakainya.

Tiba-tiba Yohan mengeluarkan tangannya, sebuah kepalan tangan yang didalamnya ada sesuatu namun Laura tidak tau pasti apa itu!.

"Sini tanganmu Ra!" pinta Yohan yang tanpa sadar Laura menjulurkan tangannya.

Saat benda dibalik kepalan tangan itu berpindah ke tangannya, Laura terlonjak kanget, "Ini... Kenapa kamu memberiku kalung?" tanya Laura melotot memandangi benda pemberian Yohan.

"Ra... Sebelumnya aku meminta maaf, Tapi aku memang harus jujur sama Kamu! Sebenarnya 1 minggu lagi aku akan menikah jadi simpanlah kalung itu sebagai kenangan kalau aku pernah mengisi kekosongan hatimu!" ungkap Yohan seperti Halilintar menyambar kuping Laura.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹Visual. 🌹🌹🌹🌹🌹🌹

🌺Laura Clarissa 🌺

🌱Vanno 🌱

🦊Reyhan🦊

Teriaknya ditengah keramaian

Laura tercengang atas pengakuan Yohan, rasanya ia tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar, "Tunggu! Kamu asal bicara? Atau aku yang salah dengar?" seka Laura memastikan

"Ra... Please jangan marah ya! Kamu memang tidak salah dengar, 1 minggu lagi aku akan benar-benar menikah! Aku... Di jodohkan oleh orangtuaku!" Lirih Yohan.

"Terus bagaimana denganku? Bagaimana hubungan kita?" Ketus Laura memberi tatapan serius ke arah pacarnya itu.

"Maaf Ra... Maafkan aku! Tapi jujur sebenarnya aku tidak setuju dengan perjodohan ini, karena aku tidak mau melepaskanmu! Aku tidak bisa melupakanmu Ra! " Imbuhnya lagi dengan mata berbinar.

"Lalu bagaimana denganku!!!" Jerit laura dengan sangat Keras membuat orang-orang yang ada disekitar mereka sontak menoleh memberi tatapan penasaran.

"Aku.... "

"Jangan bertele-tele, aku bilang bagaimana dengan hubungan kita!" Tegas Laura dengan linangan air bening yang sudah tidak bisa lagi ditopang oleh bulu mata bawahnya, membanjiri pipinya yang begitu mulus.

"Ehh jangan menangis Ra... Aku tidak ingin melihatmu menangis, aku tidak mau itu terjadi! Maaf...aku minta maaf bisakah kamu berhenti menangis!"

"Kamu siapa melarangku? Kamu juga tidak tau bagaimana perasaanku bukan! Tidak usah sok perduli lagi denganku, Kau... Laki-laki brengs*k, aku tidak mau mengenalmu lagi! Aku sungguh menyesal pernah mengenalmu, dan Hubungan kita berakhir sampai disini!" Ucap Laura mengepal tangannya.

"Ahh dan satu lagi, aku tidak butuh kalung murahan ini! " Di lemparnya kalung itu ke wajah Yohan hingga terjatuh kelantai, Dengan penuh tangis Laura bangkit dan berbalik badan berlari kearah pintu.

"Laura... Tunggu! Siapa bilang ini kalung murahan, ini kalung mahal!!!" Yohan berteriak lantang, setelah memungut kembali kalungnya, Namun Laura tak perduli, ia hanya terus berlari tanpa menoleh sedikitpun.

Melihat Itu, Yohan ikut berlari menyusul langkah Laura, Tak cukup waktu lama Yohan berhasil menyusul, ia mencegahnya Berjalan dengan menarik lengan Laura.

"Aku bilang Tunggu! Kenapa kamu tidak ingin mendengar penjelasanku?"

Isak tangis Laura terdengar tertahan menatap sendu kearah Yohan, "Penjelasan apa lagi Han... Apa menyakitiku seperti ini tidak cukup hah! Aku... Aku tidak tau harus berkata apa lagi, meskipun aku bilang tidak ingin putus hubungan sama kamu! Tapi pada akhirnya bukan aku yang berdiri bersamamu diatas pelaminan! Jadi lebih baik kita akhiri saja!" ia memalingkan wajahnya, membuat Air mata ikut berjatuhan seiring rasa sesak yang kian menyiksa raganya.

"Aku tidak bermaksud ingin menyakitimu Ra! Percayalah, Orangtuaku mengancam jika aku tidak setuju dengan perjodohan ini aku bakalan di usir dari rumah! Jadi.... "

"Ohh... Sekarang aku paham! Hanya karena kamu takut di usir dari rumahmu dan kamu melupakan perjalanan kita selama hampir 2 tahun? aku malah curiga sama kamu Han...apa jangan-jangan kamu memang tidak mau hubungan kita berlanjut karena aku memang perempuan dari keluarga miskin? Jadi hanya begini perjuangan kamu?" potong Laura.

Yohan menggeleng pelan beberapa kali, "Bukan begitu Ra... Dengarkan aku dulu! jika aku benar-benar melangsungkan pernikahan, aku mau hubungan kita tetap berlanjut yah karena aku tidak mau putus, aku sangat mencintaimu!"

"Cinta, cinta, dan cinta hanya itu yang bisa kamu katakan tapi tidak bisa membuktikannya! Kamu itu laki-laki harusnya lebih tegas mengambil keputusan, bukan malah ingin membuatku menjadi wanita simpanan! Bahkan jika kamu menyuruhku seperti itu aku malah memilih lebih baik menjauh dari kamu!"

"Apa! Kenapa kamu berkata seperti itu, bukannya kamu juga mencintaiku?" Cengkraman Yohan dilengan Laura seketika mengerat membuat gadis itu meringis menahan sakit. "Ahk... Sakit Han!"

"Ehh ma-maaf aku tidak sengaja!" Dia akhirnya melepaskan tangannya, Laura mengelus bekas cengkaraman itu yang meninggalkan bekas memerah, bahkan di lengannya sangat kentara bekas jemari Yohan.

Bibirnya bergetar menahan tangis, Ia tidak tau harus Berkata apa lagi, "Yohan... biarkan aku memberitahumu sesuatu, aku memang mencintaimu, aku sangat-sangat mencintaimu! Tadinya aku fikir kamu mengajakku makan malam karena ingin melamarku, tapi sekarang... Ck... Aku tidak menyangka yang terjadi malah sebaliknya! Dan ingat aku tidak mau menjadi wanita simpanan!" tegas Laura.

"Jangan membuatku gila Ra...."

"Kau yang membuatku Gila Yohan... Kau... Kau yang sangat pecundang! Kau menyia-nyiakan hubungan kita dan malah memilih wanita yang dipilih oleh orangtuamu huhuh...." Tangis Laura kembali terdengar, ia hanya bisa menutupi wajahnya yang penuh air mata itu dengan kedua telapak tangannya.

"Aku sendiri juga bingung! Aku tidak mau putus hubungan denganmu tapi aku juga tidak mau membuat orangtuaku marah dan mengusirku, terus aku harus bagaimana Laura, aku bingung! Bantu aku mencari solusi!" pintanya.

Laura berdecak kesal, "Kau ini gila, bodoh atau apa! Hah! Kamu fikir disaat seperti ini aku mau memberimu solusi? Kamu lihat aku sekarang baik-baik saja? Aku kesakitan dari tadi menghadapi sikapmu Yohan, apa kamu menganggapku bodoh!".

"A.. Aku mengerti itu! "

"Apa yang kamu mengerti? Sejak tadi kamu malah membuatku semakin sakit! Kamu melarangku menangis tapi nyatanya kata-katamu seolah-olah menambah rasa sakitku! Lalu apa yang kamu mengerti!!!"

Yohan meraih kedua tangan Laura, ia berjongkok dengan kedua mata berkaca-kaca.

"Ra...kamu benar aku memang pecundang, tapi sampai kapan pun orang yang benar-benar aku cintai bahkan setelah aku menikah itu hanya kamu! Aku tidak mau kamu berterimakasih padaku karena rasa cintaku ini tapi harapanku adalah kamu menjadikanku tempat pelarianmu disaat kamu sedang membutuhkan sandaran karena aku akan selalu siap untuk mendengar curahanmu!" tutur Yohan.

"Ahh dan lagi, aku janji tidak akan jatuh cinta kepada orang yang dijodohkan padaku, aku jamin akan selalu menjaga hati untukmu!" lanjutnya.

Laura Kembali tercengang, dahinya berkerut memberi tatapan tak percaya kepada mantannya itu, lalu menarik tangannya dari Yohan dengan keras, "Kamu benar-benar sudah gila Han... Kamu menyakinkanku seperti ini, apa hanya ingin membujukku? Cih... Aku tidak akan pernah mempercayai Kata-kata manismu lagi!"

Laura berbalik badan dan melangkah menjauh dari Yohan, "Ra... Jangan pergi! Jangan meninggalkanku seperti ini!" teriak Yohan dengan lantang.

Sementara Laura yang baru beberapa langkah darinya semakin kesal, ia hanya mengepal kedua tangannya dengan kuat, hingga Yohan kembali berteriak membuat kesabarannya mencapai titik maksimal.

"Laura.... Aku mencintaimu! Aku tidak mau putus sama kamu!!"

Ia membuka sebelah sepatu highHillnya, berbalik arah lagi dan langsung melemparkan sepatu highHill itu tepat ke arah Yohan,

"Diam!!! Apa kau tidak malu berteriak-teriak seperti orang gila hah!"

Sepatu HighHill itu tepat sasaran mengenai kepala Yohan, membuatnya seketika terdiam menyadari ada bayaknya orang sekitar yang memperhatikannya sejak tadi.

Laura melanjutkan langkahnya menelusuri jalan yang sangat panjang ditengah ramainya kendaraan yang berlalu lalang.

Suara bising dari kendaraan itu berhasil menutupi suara isak tangisnya, gelapnya malam pun ikut menutupi wajah serta mata sembabnya.

"Kenapa ini sangat sakit! Ini sangat menyakitkan tuhan! Dadaku... Ouhh... " Laura Bergumam dengan memukul-mukul dadanya yang dari tadi begitu sesak.

Sumpahnya!

Jarak Rumah Laura dari Restoran tempat makan malamnya tadi hanya sekitar 300 meter, saat dia kesana ia memesan ojek online.

Namun sekarang berbeda, ia memilih berjalan kaki pulang kerumahnya, bahkan jemarinya begitu lemas untuk sekedar mengambil ponsel didalam tas selempangnya.

Langkah yang sempoyongan akibat hanya memakai sepatu tanpa pasangan, membuat pergelangan kakinya itu terasa perih hingga dia memutuskan untuk melepaskan sepatu highHill tersebut dan menendangnya, kini Laura bertelanjang kaki menelusuri jalan.

"Kenapa kamu begitu kejam padaku Han! Kenapa!!! Saat pertama kali kita bertemu kamu memberiku kesan baik hingga aku jatuh cinta pada pandangan pertama padamu! Apa arti perhatian yang kamu berikan sebelumnya? Aku selalu sabar menghadapi sikapmu yang terkadang kasar, cuek padaku! Tapi sekarang... Rasa sabar itu malah terbayarkan dengan kecewa!" Batin Laura disela langkahnya sambil menangis sesegukan.

Tiba-tiba langkahnya itu terhenti saat kedua bola matanya menatap datar kearah jembatan yang kini tak jauh darinya.

"Jika aku mati! Apa kamu akan menyesal karena membuatku seperti ini Han?" Laura semakin mendekati Pembatas jembatan tersebut, tatapannya menjadi kosong kala melihat genangan air dibawah kolom jembatan.

Tak ada cahaya dibawah sana, hanya ada air yang tampak menghitam dimalam hari, "Yohan!!! Kau pria brengs*k!!!" Laura seketika berteriak dengan sangat keras.

"Dulu kamu bilang, kalau kita akan bahagia bersama anak-anak kita, Mengucapkan selamat pagi disaat aku terbangun! Tapi sekarang apa! Hikshiks... Kamu malah akan mengucapkan itu ke perempuan lain!" lirihnya berkata sembari terus menangis .

Keputusasaan karena cinta itu membuat Laura seolah-olah menjadi hilang akal, bahkan sekarang dia ingin mengakhiri hidupnya, ia terus menangis tanpa memperdulikan kendaraan disekitarnya.

Dert... Dert.. Dert...

Ponselnya bergetar didalam tas, awalnya ia tak berniat untuk melihat ponselnya itu, akan tetapi ketika panggilan masuk tersebut sudah berbunyi untuk ketiga kalinya, barulah ia mengorek isi tasnya.

"Halo kakak!!! Kakak ada dimana? Kenapa belum pulang!" Ternyata itu panggilan masuk dari adiknya, Maira.

"Ehh...kakak sudah hampir sampai rumah kok! Tunggu yah!" Laura mencoba untuk bersikap tenang agar adiknya tak curiga.

"Ahhh Kakak pasti bohong! Bilang aja kakak lupa sama Maira ya kan?" Keluh adiknya terdengar kesal.

"Hahah tidak mungkinlah Mairaku sayang~, Kakak beneran sudah hampir sampai rumah!"

"Ohh Ya udah, kalau begitu aku mau lanjut tidur! Ehh tapi kakak harus gantikan pulsaku, gara-gara nelfon kakak, pulsaku jadi berkurang!"

Laura terkikik geli mendengar adiknya, "Iya deh kakak janji bakal ganti dua kali lipat!" jawabnya.

"Wah beneran ya kak! Janji loh... Awas aja kalau bohong ! Yaudah Aku mau tidur dulu, soalnya Besok aku ada ujian! Aku juga sudah tidak mengunci pintunya kok!" seru Maira begitu senang.

"Iya-iya Maira Cantik ya udah tidur gih... Selamat malam!"

"Hm... Kakak juga hati-hati dijalan! "

Tutt...

Begitu panggilan tersebut berakhir, Laura menarik nafas dalam-dalam, "Akh.... " ia kembali berteriak, melepaskan semua rasa kesal dan marah melalui teriakan itu berharap rasa sakitnya berkurang dan mendapat sedikit rasa lega.

"Aku tidak boleh seperti ini, Masih ada Maira yang menungguku! Dan aku tidak mau rasa sakitku ini berimbas kepada Maira, Tidak Ra... Jangan lakukan hal bodoh! Masih banyak laki-laki di luaran sana yang jauh lebih baik dari Yohan!" gumamnya.

Ia memejamkan mata, untuk terakhir kalinya air bening itu mengalir deras diwajahnya, "Hufh... Tidak apa! Kamu bisa menghadapi ini Ra... Berhentilah menangis karena dia tidak akan kembali menghapus air matamu! Jangan menyia-nyiakan sesuatu untuk orang yang tidak perduli lagi denganmu! Semangat!!! " Hanya seuntai kata itu yang terus ia ucapkan guna menyemangati dirinya sendiri.

***

Ketika sampai tepat didepan rumahnya, ia memandangi salah satu bunga yang merupakan pemberian Yohan, ia berjalan mendekati pot bunga itu.

Brak...

Ditendangnya dengan keras hingga pot yang terbuat dari plastik dengan bunga matahari yang sudah mengeluarkan kuncupnya itu kini berserakan dihadapannya.

Krek...

Tiba-tiba pintu rumahnya terbuka dan keluarlah Maira yang terlihat terkejut, "Ada penc...Ehh ternyata kakak! Aku hampir aja teriak kirain ada maling! Lah... Kenapa potnya pecah kak! Bukannya itu bunga kesayangan kakak ya? " Ucap Maira menatap heran kearah kakaknya yang tertunduk dengan sesekali terseguk.

"Kak! Kakak kenapa?" Maira mendekati kakaknya, "Tidak apa-apa, kakak hanya capek! Ohh iya kakak mau membuang bunga ini! Kamu bisakan bantu kakak?" tawar Laura perlahan menampakkan wajah dengan mata sembabnya.

Tak hanya sampai disitu saja, Laura kembali menginjak-injak bunga matahari tersebut hingga batang serta bunganya tak lagi utuh.

"Ehh kakak Kenapa menginjaknya? Sebenarnya apa yang terjadi kak? Apa kakak sedang kesal atau apa?" Imbuh Maira.

"Maira masuklah, tidak usah menghiraukan bunga itu, kakak juga sangat capek, mau langsung istirahat jadi kamu kembali kekamar sekarang!" ketus Laura terdengar datar.

"Kakak ini apa-apaan sih! Aku dari tadi nungguin kakak pulang, tapi kenapa sekarang kakak malah ngatur-ngatur Maira?" Keluh adiknya itu, Laura mengacak rambutnya seakan ia kembali emosi.

"Maira! Kakak bilang masuk ya masuk!" bentaknya membuat tubuh kecil adiknya terlonjak kaget.

Mata Maira mulai berlinang air mata, "Huhuh kakak jahat, kenapa kakak memarahiku? Aku sebenarnya salah apa?"

Maira berlari kedalam rumah, tak lama setelah itu terdengar suara pintu yang ditutup secara kasar, "Huh! Maafkan kakak Maira!" lirihnya ikut berjalan masuk dengan lesu.

Tiba didalam kamar, ia merebahkan diri diatas kasur, tertelungkup sambil memejamkan mata berharap saat ia terbangun perasaannya akan menjadi lebih baik.

Krek....

"Kakak!" panggil seseorang membuka pintu yang ternyata Maira seraya membawa selimut dalam pelukannya.

Laura membuka mata, tanpa mengubah posisinya ia berkata, "Kenapa kamu belum tidur dan malah datang kekamar kakak?" tanyanya dengan nada suara hidung tersumbat.

Maira berjalan berdekat, "Aku ingin tidur bersama kakak! Bisakan? Ahh Maira juga ingin meminta maaf karena sepertinya Maira yang salah!" Seru Maira yang terduduk dipinggir ranjang.

"Kembalilah Maira! Kakak ingin sendiri sekarang! Maaf!" balasnya.

"O... Oke.. Tapi jawab dulu pertanyaanku, sebenarnya apa yang terjadi sama kakak, tadi aku melihat kakak sangat berantakan, dimana sepatu kakak dan kenapa kakak menangis? Siapa yang membuat kakak menangis?" Maira terbata sekaligus mengajukan pertanyaan yang sejak tadi terngiang-ngiang dalam fikirannya.

"Maaf Maira, kakak tidak bisa memberitahumu! Kadang ada sesuatu yang begitu menyiksa kakak, tapi sesuatu itu belum bisa kamu mengerti jadi kakak harap jangan bertanya lagi dan kembalilah kekamarmu!" elaknya

"Hmm... Baiklah, tapi jangan sampai kakak terus berlarut-larut dalam kesedihan nanti kakak sakit, terus siapa yang bakalan repot? Sudah pasti aku kan?" gerutu Maira tersentak.

"Kakak paham! Kamu bisa keluar sekarang!" usirnya secara halus.

Maira menghentakkan kaki dengan kesal meninggalkan kamar Kakaknya, "Dasar kakak bodoh! Aku datang mau menghiburnya tapi aku malah diusir? Terserah lah... Tapi siapa yang buat kakak seperti ini, biasanya kakak kan super duper ceria malah menjadi cewek berantakan hari ini? Seperti sedang putus cinta saja!" Umpat Maira didepan kamarnya.

Adiknya itu memang tidak tau bahwa Laura sudah lama menjalin hubungan dengan Yohan, itu semua terjadi karena Yohan melarangnya untuk mempublikasikan hubungan mereka, bahkan Yohan sendiri tidak pernah mau mampir kerumah Laura sekalipun.

Yang tau hubungan mereka berdua hanyalah beberapa teman terdekatnya di kampus, dan itupun terkadang Yohan memperkenalkannya bukan sebagai pacar tapi sebagai teman.

Sikap Yohan itu terkadang membuat Laura sesekali mengelus dadanya, tapi yang namanya sudah cinta! Laura begitu pasrah menghadapinya karena dia Fikir mungkin Yohan akan memberitahu semua orang suatu hari nanti.

Sementara itu, Laura akhirnya mengubah posisi, dengan terduduk diatas ranjang sembari memeluk kakinya sendiri.

"Aku harus bagaimana sekarang! Aku.... Tidak yakin bisa melupakan Yohan dengan cepat! Memiliki kenangan 2 tahun dengannya tidak akan mudah terhapus dari memoriku!" lirihnya.

"Aku benar-benar menyesal pernah mencintainya dengan tulus, kenapa dari dulu aku tidak putus saja dengannya? Ahh aku memang bodoh... Bodoh.... Bodoh.... Jelas-jelas dia yang tidak menghargaiku bahkan jika aku sudah melakukan yang terbaik sebagai pacarnya, tapi tetap saja aku bertahan hanya karena dibujuk oleh rayuan manis dari mulut busuknya itu! Tapi sekarang aku berjanji, air mata yang jatuh hari ini, dia akan membayarnya suatu hari nanti, kamu akan menyesal yohan!" sumpah Laura.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!