****
Siapa bilang pernikaham politik itu buruk!! Dulu aku pernah membacanya di novel atau komik saja. Eh ternyata terjadi padaku! Walau sebelum nya kesal juga harus menikah dengan pilihan orang tua demi harta! Dan sesuap nasi semua karyawan ada di tangan ku! Berat! Tapi ga setelah hampir 2 tahun ini hidup sebagai nyonya rumah yang yang sangat santai ini. Pernikahan ku ibarat sebuah telur berlapis emas dan mutiara tapi isi nya kosong seperti rumah yang sekarang aku tempati ini. Rumah besar dengan gaya ala eropa barat, Seperti istana, halaman nya juga bisa di bikin sepak bola karena luasnya. Tapi tak ada kehidupan. Hanya selalu terlihat bersih dan indah. Ya itu hanya pencitraan aslinya sih seperti kuburan apalagi yang tinggal hanya beberapa saja. Yang lebih menetap nya cuman para pelayan menjaga dan membersihkan istana itu. Kalau tuan-nyonya nya hidup dengan jalan masing masing.
Setelah menikah kami pindah ke Kota Batam karena dia- suami si tuan muda holang kaya itu. Punya kerjaan di sana dan Singapore, tapi lebih sering dia berada di Singapore.
Kami ga satu kamar.
Aku mengambil kamar sebelah timur dan dia barat, Ibarat ni rumah 1 komplek. Rumah dia di ujung aku di ujung. Kehidupan pribadi jelas ga tau menahu, apalagi dia pembisnis dan holang kaya dengan sejuta agenda kegiatan yang aku ga tau ada di rumah apa engga. Aku tau nya kalau ada mobil nya ato supirnya yang kadang ngerokok di dekat pos jaga atau ada Rudy, asisten yang cupu itu sliweran But aku ga peduli, aku menikmati aku disini yang juga ga hanya makan tidur. Aku punya kerjaan. Di perusahaan penyuplai import-eksport. Perusahaan besar yang berdomisili di daerah Sekupang-Batam,
jabatan ku juga hasil ijazah ku dan hanya menjabat sebagai karyawan biasa. Tapi aku senang asalkan mereka semua rekan rekan kerja ku ga ada yang tau status asliku juga rumah istana ini.
Aku berpikir pernikahan itu tidak akan pernah berhasil. Kapan saja aku siap menyandang status janda. Makanya aku bekerja agar kelak masih bisa makan.
Dan seperti biasa kehidupan kantoran yang sibuk dengan macam macam data seliweran di atas kepala kami. Siang siang begini setelah makan siang dan gosip sebagai pelengkap kami semua kembali menuntaskan kerjaan sebelum deadline.
" Alena..." Panggil Nita, rekan sebelah kubikel ku berbisik.
Hmmm.. Aku sambil menggerakan kesepuluh jari ku di keybord.
" Noh itu dia ituuu" Decit Nita seperti tikus setelah ada OB baru yang melintas yang baru jadi bahan gosip kami.
" Ngek.. Biasa aja kale. Muka sih kayak nya pemain bokep" Ucap ku asal. Emang ni mulut kadang ga disaring dan udah jadi kebiasaan ngomong apa aja.
Pluk..
Tau tau kepala ku di plotok sama aahh.. Aku meringis melihat ada remote tv terbanting di lantai. Suara ku kembali kurendahkan setelah rekan lain ikut kaget dengan teriakan ku.
Rasanya mau aku jambak Nita. Masa kepala ku di lempar remote!
Tapi mata nya lebih gede melototi ku.
" Orang nya denger, dodol kamu ni..." Cekam nya keki disana dan kembali melempari ku dengan map. Ku balas lagi dengan map yang dia lempar, begitu aja terus sampai ada suara melolong.
"Eeeh.. Kerjaaa" Teriak Bu Tuti atau BuTut selaku kepala Divisi di pojok sana, Aku dan Nita kembali duduk sambil mengacungkan hidung. Lantas kami cekikikan diam diam.
***
" Benerr kan. Gaaanteeeng gilaaaa" Jeriiit Nita setelah kami di toilet, seperti biasa toilet tempat terbebas buat ghibah.
Aku mengoles lipstik ke bibir ku sambil memanyun manyun kan untuk merata kan semua nya. Warna pink nude itu sangay cocok dengan wajah ku yanh oriental.
" Pemain bokep itu"
Kepala ku kembali di toyor." Nyet.. Jangan asal. Muka ganteng alim gitu. Masa bokep.. Emang pernah liat" Sungut Nita dengan mata keatas.
" Ck!! Coba aja ajak ke hotel..."
" Alena.. "Geram Nita sekali lagi. Bikin aku jadi tambah iseng aja bikin dia kesal, ada ada aja Nita. Ga bisa liat cowok cakep semua di puja. Udah nya semua pegawai tampan di gedung ini dia hapal semua, dan nama nama mereka terus ia buat dalam obrolan eh sekarang office boy yang punya tampan kece juga ga luput dari incaran nya. Bejibun cowok cakep di otak nya sampai dia jomblo akut seperti ini.
Hueeeek...
Suara Susan dari dalam bilik.
Nita menyikut aku dengam kode bertanya tanya.
" Napa San. Bunting ya..?" Teriak ku langsung di sikut Nita lagi.
" Hueeeek..
Aku dan Nita langsung pelototan. Apa jangan jangan benar! Ya kami tau lah kehidupan Susan, selaian kerja utama sebagai karyawan dia juga penyanyi di cafe2. Ya tau lah bagaimana kehidupan malam disana. Tapi itu sisi lain pribadinya. Kalau sehari sehari di kantor ia biasa biasa saja.
" Took took.
Sus kamu ga papa?
Tanya Nita sambil mengetok.
Hanya suara deheman. Lalu air disiram.
" Susan.." Panggil Nita lagi.
Kemudian seorang lain masuk ke toilet. Aku san Nita menyingkir. Was was juga kalau nanti Susan jadi bahan gosip an. Apalagi ini gedung ada siluman nya. Siluman kuping! Tam berwujud tapi tau tau muncul di forum group perusahaan antar karyawan yang jumlah nya ratusan.
Kantor ini tu mirip sekolahan. Ada grup grup tersendiri yang bukan hanya bersaing dalam karir juga dalam percintaan. Apalagi dalam penampilan dan gengsi disini bisa dijadikan ajang siapa paling cantik, paling disuka, paling banyak ditaksir cowok dan dilantai betapa saja mantan mantan bejejer. Tapi yang punya jabatan lebih tinggi biasanya dia sok. Sama seperti Rachel sekretaris di Devisi Marketing ini. Angkuh nya selangit, Nita bilang wajah nya hasil oplas dan pantat nya juga silikon. Semua nya oplas tapi tetap saja Rachel merasa paling berjaya.
Rachel tak sendiri, dia pasti sama rekan nya Nuri. Yang sama sok nya.
" Gila banged! Pak David ajak ke Marina besok Hel.. Gimana.. Aku padahal mau main tarik ulur dulu" Ucap Nuri disana langsung menguasai cermin
Nita langsung berekspresi mau muntah sambil nekan perut nya.
Sekilas dua wanita ini melirik pada kami dengan sudut merendahkan. Apalagi padaku! Seperti biasa mata nya itu ingin aku colok colok siapa tau bisa buat ces ponsel.
" Udah garcep aja..., nanti di embat" Sindir Rachel melirik kearah ku. David! Ck!! Aku ga tertarik dengan playboy itu. Benar aja dia itu kepala bagian HRD tapi jelas banged wajah nya cuman buat ************.
Perhatian aku dan Nita teralih pada Susan yang baru keluar dari bilik sana, wajah nya sedikit pucat dengan rambut di galung asal.
" Hmm.. Gimana ya kalau ketahuan jual diri, waah moga aja langsung di depak.." Kata Nuri lagi.
Ini sindiran buat Susan.
Kulihat Susan tak nyaman dengan suara comberan Nuri, tapi ia memang bukan wanita penyerang.
" Uhuuk uhuuk.. , Nit... Kaya nya aku tadi bawa silet deh di tas, bisa ambilin ga! Lumayan ni bisa iris iris alis orang. Eh.. mau di benerin..." Kata ku seraya membenarkan kemeja ku.
Aaah iya. Len.. Kalau bikin irisan dikit mungkin ga papa kali ya.. Kan backingan kamu kuat di sini..
Nita ikut ikutan, apalagi dengan isu yang di buat Nuri juga Rachel tentang aku yang pernah ketahuan mereka keluar dari rumah itu. Walau aku berdalih orang tua ku kerja disana. Tapi tetap saja isu aku di pelihara sugar dady mencuat di Group itu.
Nita mencari benda yang memang aku bawa buat runcingin pensil alis yang selalu aku taruh dalam dompet kecil.
" Iih dasar sarap.." Geruru mereka lantas buru buru keluar. Aku san Nita tergelak. Terkecuali Susan. Ia memijit kepala nya.
" Sakit Sus?"
Tanya Nita.
" Iya nih ga tau mual banget"
" Cek gih. Siapa tau telat " Lontar ku ga bermaksud apa apa tapi tetap aja dapat pelototan Nita. Maksud ku baik kalau kalau kan dia positif jadi Susan ga pikir ini itu lagi. Walau aku tau dia memang lagi isi.
Susan hanya meringis, ia paling tau mulut nyablak ku, tapi Susan bukan tipe mudah tersinggung.
" Izin aja dulu pulang San.. Mau kita anterin???" Tawar ku rada khawatir juga lihat Susan yang lemas begitu.
Ia menggeleng, " Tanggung Len.. Udah mau jam balik kan. Aku minum obat aja dulu" Kata nya.
" Oh.. Aku ada minyak kayuputih nih.." Nita mencari benda itu dan memberikan nya pada Susan lalu membantu nya mengusap di punggung nya. Tapi Susan masih tampak lesu.
" Udah kelamaan kita nongki di sini Nit, kamu balik gih. Ntar BuTut berkicau, Susan aku bawa ke klinik aja! Ga tega aku ntar pingsan..."
" Gila aku ga selemah gitu" Sungut nya menyikut ku.
" Idih sok kuat! Udah sono Nit.. Kalo buTut nyari bilangin ya. Susan sakit" Kata ku seraya membereskan semua make up di wastafel dan memasukan nya dalam tas. Tiba tiba Susan kembali memegang perut nya wajah nya memerah lantas ia menerobos ke depan wastafel dan memuntahkan semua isi nya.
" oMg.. Aku yakin kamu kebanyaman mie San.. Uugh.." Nita mengibaskan tangan nya karena aroma yang ga enak keluar dari muntahan itu.
Ku bantu Susan mengurut leher nya lagi.
Pundak nya agak panas, dia ternyata juga demam.
" Keluarin aja dulu Sus.. Biar enakan
Susan terengah engah dengan mata berair. " Isi perut ku udah ludes Len" Kata nya sambil menyiram sisa muntahan disana." Liur ku ampe pait..
" Ya udah deh. Len.. Urusin dulu ya Susan. Hubungin aja kalo apa apa.." Kata Nita bergegas pergi. Aku hanya menaikan alis lalu mengacungkan jempol.
" Dia udah tau kamu isi?" Tanya ku membuat Susan hanya menatap ku kosong dari pantulan cermin. Aku tau dia kaget dari mana aku tau. Tapi aku bersikap biasa saja biar dia tidak canggung.
Aku tau Susan itu sedang isi. Dua hari yang lalu dia juga muntah muntah, dan ku lihat ia meringis sambil mengelus perut.
Susan menarik tissue banyak banyak, " Aku ga berani ngomong Len.., takut dia ga mau nerima anak ini"
Katanya, akhirnya buka suara juga.
" Hmm omongin lah San. Perut mu juga ntar tambah buncit! Itu anak nya dan fakta!" Kata ku lalu merendahkan suara karena pintu di buka. Ada mba mba pembersih kamar mandi datang, dan beberapa cewel lainnya.
" Yuk ah.. " Bisik ku sambil mengambil tas Susan dan membantunya buat keluar dari sana.
Klinik perusahaan ada di lantai 2
Sedangkan kami di lantai 3.
Ada pemuda yang tadi di kagum kagumi Nita, dia office boy baru dan memang wajah nya ganteng, postur nya juga ga kalah bagus dari eksekutif eksekutif muda di kantor ini meski hanya mengenakan pakaian OB. Tapi tak mengubah fakta kalau pria itu most wanted incaran wanita single disini, apalagi rada bule begitu. Emang ada ya OB bule di negara ini. 1:1.000.
Ekor mata sih aku seperti di perhatikan. Ku toleh saja ke arah nya, pria ini hanya diam tanpa ekspresi, lalu dia mundur ikut menunggu lift yang tak kunjung buka. Dan Susan seperti nya tambah lemah. Aku sampai menguatkan tangan untuk memapahnya.
" Ga papa san? Masih sanggup?"
Ia menggeleng lalu tiba tiba saja bahu nya melorot. Sontak aku kaget dan beruntung ada bantuan dari belakang. OB tadi dengan sigap menahan bahu ku. Sontak aku kaget. Bukan apa apa. Walau mulut ku yang sok nakal aku ini masih polos, apalagi di sentuh spontan seperti tadi walau ga sengaja. Bikin bulu kuduk ku mencuat.
" Aah maaf Mba.. "
" Ga pp, teman saya sakit, bisa bantu" Pinta ku yang kesusahan membopong Susan dengan rok yang aku kenakan. Kalau di paksa jongkok sedikit saja pasti bakal sobek.
" Iya " Ia maju dan mengganti posisi ku. Ku lihat nama nya di seragam. " J" Nama nya singkat sekali.
Aku kepergok melihat nama nya dan pura pura mengalihkan pandangan.
Ada gitu nama sangat singkat? Tapi kalau di baca bagus juga.
Dan dengan dibantu security yang jaga dekat sana. Susan di bawa ke klinik perusahaan.
" Tengkiu ya... " Kata ku pada pria ini, pesona nya kuat juga, bikin mata ini ga sanggup liat matanya. Biru cuy.. Bahkan aku sangsi ia ini office Boy karena tampang nya yang mirip pemeram bokep. Eh. Maksud nya rada kebulee gitu. Iris mata nya biru dan entah kenapa aku jadi ikut srr srr kalau mata nya menerobos masuk saat aku bicara dengan nya, begini begini aku lemah iman cowok kece.
" Sama sama mba Alena.." Sahut nya membuat ku rada kaget juga, dari mana ia tau nama ku! Apa aku seterkenal itu?? Oh.. Rasanya aku tidak bisa tidak tersenyum mendengarnya. Bangga dikit boleh lah.
Pundak lebar Mr. J ini berlalu tapi mataku tetap awas melihat ia pergi, duh kenapa lagi dengan ku! Jangan jangan aku tertular Nita ga bisa liat cowok cakepan dikit dan mudah Terpesona. Ayolah Alena! Biasanya juga ga ngaruh setamvan apa cowok di depan. Tapi J kenapa ngena banged ya di dada.
" Lena.." Panggil Susan dari balik tirai. Rupanya ia sudah, siuman. Dan aku segera tersadar segera masuk kedalam tirai.
" Saya ga papa dok... Cuman pusing.." Kata Susan menolak di periksa dokter klinik.
Aah.. Dok.. Maaf.. Dia rada takut dokter! Kata ku cepat, aku tau Susan agak ketakutan. Ia pasti cemas kehamilan nya terbongkar. Bagaimana pun juga Susan itu mandiri ia mengandalkan pekerjaan ini untuk kebutuhan nya.
" Teman mu! Sebaiknya minum obat! Dan istirahat" Kata Pria yang aku tau nama nya Ray ini. Sedikit berumur.
" Siap Dok. Terimakasih" Aku segera menyudahi nya dan mendekati Susan.
Wajah nya masih sangat pucat, tapi mata nya menatap kosong kedepan.
" Mau aku pesenin apa nih San. Delivery ojol aja ya.. Perut mu pasti kosong kan.. Habis tumpah ruah" Kata ku mengambil ponsel ku.
" Ga usah Len. Makasih ya.. Aku perlu istirahat sendiri" Kata nya nanar.
Kulihat iris matanya yang tampak rapuh, entah apa yang merasuki nya sampai sedemikia menderita. Apa tentang kehamilan nya? Pekerjaan nya atau apapun itu aku harap Susan baik baik saja. Dia teman baik ku. Selama aku kerja di sini. Kami sama sama interview dan masuk di devisi yang sama sedangkan Nita baru masuk tahun kemaren. Kami cocok karena ia mudah di goda. Nita lebih remeh ketimbang Susan yang sedikit tertutup. Tapi dia teman curhat yang handal.
" Baiklah, istirahat saja dulu, aku pesanin yang berkuah ya Biar kurang mual nya, kalau mau apa apa chat aja.. Siap jadi operator kamu.. Nih. Ga murah kok. Sejuta sebulan juga ga papa" Guyon ku sengaja biar Susan ga terlalu stres.
Ia melengkungkan senyuman walau hanya mengedip, ternyata ia memang perlu sendiri!
Lantas setelah menaikan selimut aku keluar, mengeluarkan ponsel ku mau pesan yang enak buat Susan. Tapi apa ya. Banyak pilihan jadi tambah mumet. Ada sih yang enak dan jadi favorite Susan juga. Sering jadi tempat maksi kami. Di depan ga terlalu jauh dari kantor dekat Resort KTM itu. Tapi sayang nya ga masuk daftar di aplikasi delivery ini.
Mata ku menangkap J baru keluar dari Lift. Biasa nya aku minta tolong Mba Ati. Buat apa apa. Tapi hari ini aku ga liat dia
" Hey J" Panggil ku ragu dengan panggilan ku. Tadi sempat panggil mas, tapi muka nya ga cocok di panggil mas mas, klo di panggil abang, brasa sok kenal juga.
Ku melambaikan tangan berkali kali.
Yang punya nama menengok dan segera mendekat.
" Kenapa mba.." Tanya nya dengan seragam sedikit berantakan. Aku lihat ia keringatan dan kancing baju nya ia lepas di bagian atas entah kenapa mata ku malah menangkap ada bulu dada menyembul. Ya ampun apa yang masuk dalam otak ku kali ini.
" Eeh. Mba Ati ada ga ya?" Tanya ku jadi gelagapan. Grogi gara-gara buda alias bulu dada.
Kenapa juga buda itu tumbuh di tubuh tegap pria berparas oke ini. Perasaan cowok ganteng dan body nya juga bagus ga bikin grogi begini.
" Mba Ati?" Pria ini setengah mengingat. Aku lupa ia orang baru kan.
" Oh.ya ga masuk mba, ada yang bisa saya bantu?" Tanya nya biasa aja tapi dengan suara nya yang agak baritton itu kenapa jadi mirip pengisi suara di telenovela ya. Apalagi mata nya yang biru begini. Gen nya sangat sempurna. Rasanya ada yang anget di perut ku, minta diisi. Ya ampun Alena! Istri akut yang ga pernah dijamah suami ya begini!
" Aah ga juga sih. Tapi.. Teman aku sakit aku mau beliin Sop Iga di depan. Biasanya Mba Ati tau. Tapi..
" Biar saya yang beliin mba" Potong nya bisa membaca arah pembicaraan ku.
" Benarkah. Mm oke.. Makasih J.."
" Sama sama" Sahut J. Tapi tatapan mata nya lagi lagi mengail sesuatu dalam mata ku. Dia punya mata bule yang sempurna. Dan Nita benar orang nya ganteng juga menarik menurut ku!
" Eh.. Bentar" Panggil ku sebelum ia pergi.
J kembali menoleh.
" Ga papa.. Ga jadi" Kataku kemudian dan kembali menatapi pundak disana.
*
Ini mba. Makanan nya..
J muncul di klinik. Aku segera mengmbil plastik bening itu tak sengaja kulit kami bersentuhan. Ini kedua kali atau keberapa ya tapi kenapa reaksi nya begini, ada yang mendesir begitu. Bahkan rasanya hangat. Oh aku sungguh gila sekarang.
" Oh ini kembalikan nya" Ujar nya lagi merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang. Biasanya aku kasih saja ke mba Ati. Tapi apa J mau ya. Aku takut ia tersinggung.
" Oh kata Susan. Ini buat kamu! Ambil saja J. " Kataku berdalih.
J tampak enggan dan berpikir.
" Sebagai ucapan terimakasih, terima saja" Kata ku hati hati.
" Baik." Sahutnya kemudian dan memasukan uang itu kedalam sakunya lalu ia berlalu. Model model begini selain disukai cewek juga membuat cewek penasaran dengan gaya misterius nya.
*
Usai memaksa Susan makan aku kembali ke kubikel ku. Melanjutkan pekerjaan ku yang belum selesai. Padahal sudah mau jam pulang. Aku lupa kalau ada laporan yang harus aku kumpul hari ini, dan sepertinya aku harus lembur.
" Hey Nona Manis..." Aku mendongak melihat wajah Pak Nathan, dia dari devisi keuangan. Manager disana. Pria melayu dengan kulit cokelat ini pindahan dari Malaysia 2 bulan lalu tapi sudah tebar pesona kesana kemari. Sok ganteng nya ga ketulungan.
" Ya pak.." Sahut ku datar tak bergeming dengan pekerjaan ku.
" Masih sibuk ya? Pulang nya sama siapa?? Abang yang anter ya..." Katanya sudah mirip starter motor yang ngadet. Pake kata abang lagi. Umur udah tuir gitu!!
" No pak. Thanks... Ya.. Lagi kejar deadline" Sahut ku dan tetangga sebelah sudah tampak menahan tawa pastu Nita yang memang hobi liat aku nolak Pak Nathan. Memang Pak Nathan selalu gangguin aku! Dan rayu rayu ga jelas! Cuman aku orang nya ga suka phpin! Kalau ga suka ya aju tunjukin.
" Ga papa abang tungguin, bentar lagi pada pulang lho.. Nanti sendirian kan..."
Aku mendongak lagi. Rasanya kesal juga sama orang yang terang terangan menolak tapi dia nya malah ngeyel.
" Ga perlu Pak! Saya biasa temanan sama mba kunti kuntk disini" Sahut ku lagi cuek.
Pak Nathan mengendik ngeri nama kunti aku bawa bawa.
" Biasanya mba kunti nya suka sama cowok cokelat lho pak. Dia bisa ngikutin ikut dalam rumah. Bapak mau saya kenalin ga?"
" Idih Len. Jangan gitu dong. Nakutin aja kamu...ini
" Serius. Tuh dia ada di belakang bapak lagi sanderan..
Sontak Pak Nathan melompat kaget sampai anak lain menoleh kesana. Wajah nya makin ungu ungu terong.
" Maka nya Bapak jangan ganggu saya lagi kerja ini. Mba kunti nya ga suka teman nya di ganggu" Celetuk ku lagi dengan wajah serius.
" Pak.." Fadly menepuk bahu Pak Nathan. Pria itu sontak teriak karena kaget. Fadly juga ikutan kaget. Spontan yang disana juga ikut tertawa. Tak kalah nyaring suara Nita paling keras.
" Fadly bikin kaget saja! Ada apa??" Cecar pria itu dengan wajah ungu nya. Sambil membenarkan kerah nya.
" Saya mau kasih rekapan laporan Bu Selly" Kata Fadly menjelaskan.
" Oh. Ya. Tinggal taruh saja kan. Ga perlu bikin kaget orang"
Fadly hanya cengir, ia mengedipkan mata nya sebelah ke arah ku. Aku tau dia membantu ku dari pesona Pak Nathan yang ganjen itu. Lantas mereka pergi dari sana, bertepatan jam kerja udah lewat 3 menitan. Beberapa rekan di sana tampak beberes bahkan sudah say bye dan meninggalkan kubikel mereka.
" Busyet banged Len, Pak Nathan itu ga tau malu banged ya. Baru kemaren juga aku liat dia ajak Dewi pulang sekarang giliran kamu. Idih.. Playboy cap terong banged. " Nita sudah nongol di pembatas kubikel kami.
" Makanya terima dong Pak Nathan nya biar kalian ga jomblo.. Dan dia ga tepar pesona kesana kemari....
" Idiiih. Jijaaaaaay" Pekik Nita dengan mata keatas lalu nepuk nepuk meja sambil komat kamit ga jelas.
" Duh.. Aku mau ke Nagoya ni. Nyari tas... Ikut ga Len??
Katanya kemudian.
" Ga liat kerjaan ku masih ada 5 map lagi hah.." Seru ku dongkol.
Nita tergelak." Iya ya.. Ya udah kerjain aja rapi rapi nanti di semprot BuTut..
Aku menyembikan bibir dan lanjud menyelesaikan data data disana.
" Eh Nit! Tengok Susan juga ya! Dia tadi aku tinggal udah agak mendingan sih.. Tapi coba kamu cek lagi..
" Bereessss" Sahut Nita disebelah yang sambil merapikan rambut nya yang sebahu.
Tak berselang kantor menjadi sepi. Sepi sepi begitu aku jadi nyesal ngungkit nama mba kunti. Tadi cuman iseng nakutin Pak Nathan aja. Tapi entah kenapa suasana kantor yang biasa agak gaduh sekarang seperti kuburan saja. Apalagi ada suara suara langkah langkah yang menuju ke arah ku.
Aku berdiri. Tak ada siapa siapa.
Sialan!! Kenapa jadi horor begini! Gara gara Pak Nathan si terong ungu nih.
Dengan cepat ku buka music dan segera memutar lagu lagi korea. Sedikit lebih baik dari pada sepi melopong.
Kerjaan ku akhirnya kelar tinggal di print aja.
Klek.. Klek...
Mesin print hanya bergerak tanpa menarik kertas.
Ada apa lagi dengan mesin ini.
Ku dorong lagi kertas nya ke dalam siapa tau letak nya ga pas. Sekali lagi aku coba. Tapi masih sama.
" Shit!! Ayolah.. Masa rusak sih.. Bukan nya tadi sehat walafiat" Kesal ku rasanya mau banting itu printer atau apapun biar puas.
Semua kabel aku copot dan aku pasang ulang. Komputer di restart. Kali ini semoga berhasil.
Dan damn it.. Sungguh mau nabok orang.
" Haduuuh. Gimana ini. Masa pinjem printer Nita! Belum di install lagi..aaahk..pusing guaa
" Ada apa mba..
Aku berbalik ke belakang suara ini kayak kenal. Dan benar saja ada J di sana. Dia belum pulang rupanya. Entah menapa kedongkolan ku lenyap seketika liat J.
" Oh hy J. .. Ga papa cuman kesal aja. Mesin nya dodol.. Ga bisa narik kertas.. " Cicit ku nunjuk mesin itu.
" Ga bis narik! Coba saya cek"
" Oh oke" Bibirku melengkung sempurna.
Aku mundur dan membiarkan J masuk ke kubikel ku. Memunggungi ku. Tubuh nya tinggi dengan bahu lebar bahkan aku tebak lengan nya bersayap. Alias dia punya otot gitu pasti badan perut nya ga buncit! Apa dia pelihara roti sobek?
Kerenen mana sama Devan. Eh kok Devan!
Aku terlalu sibuk memperhatikan J dari belakang entah kenapa otak liar ku malah memikirkan bagaimana badan J di balik seragam nya ini. Sampai aku ga sadar kalau mesin itu bergerak. Kertas nya bisa di tarik dan mencetak tulisan yang tadi aku bikin di komputer.
" Waah. Daebak.. Keren J..." Seru ku menepuk bahunya karena terlalu senang.
" Trims yaa... " Ku lekungkan senyum dengan luas. Dan dengan semangat kembali menyusun halaman halaman buat aku print selanjutnya nya. Entah kenapa aku seperti di perhatikan lagi. Ekor mataku bergerak kearah nya.
" Ah J.. Ada apa?
J mendelik mengalihkan pandangan" Ga papa mba, itu ponsel saya di sana..
Ia menunjuk benda persegi yang ada didekat komputer ku. Rupanya ia meninggalkan ponsel itu saat mau memperbaiki printer tadi. Aku menjauh sedikit saat ia menjulurkan tangan nya untuk meraih ponsel nya. Lagi lagi kulit ku bersentuhan saat ia mengambil ponsel nya. Ada yang tertinggal di tangan ku, ada yang berbekas saja. Dan sesuatu menyusup dalam dada ini. Kenapa dengan jantung ini Tuhan!!
Kami hanya bertukar pandang dan membalas senyum tapi tak salah kah kalau aku lihat ia memberikan sorotan yang berbeda. Dan aku ada apa dengan ku! Biasanya aku mengabaikan semua perlakuan pria pria disekitar ku yang mengira aku single. Tapi aura J agak berbeda. Ada mistery yang aku tangkap padanya. Ah entahlah. Lagian apa aku boleh ya mencari pria yang tulus sayang padaku. Sampai sekarang aku terlalu santai dengan status ku sendiri.
Aku bersiap untuk ke kost an nya Susan. Aku udah janji nemenin dia ke dokter kandungam buat cek umur kandungan nya. Semula Susan ogah banged ke dokter, tapi setelah bujuk rayu akhirnya dia mau.
Dengan kets kebanggan ku selesai juga sudah persiapan ku. Aku orang nya sangat simple kalau mau keluar begini, jins, kets, daleman dilapisi cardigan simple ini adalah andalan ku. Yang penting muka! Ya setakpedulinya aku dengan kehidupan ku, aku orang nya memang suka dandan. Bukan dandan badut sih hanya saja selalu menjaga riasan wajah saja biar tetap enak di lihat. Mungkin karena hoby ku juga kali ya bermain make up. Apalagi sering iseng buat tutorial make up di Youtube. Lumayan lah ada juga tembus buat tambahan rupiah.
Kuputar kunci kamar yang sudah seperti rumah ku sendiri.
Ga ada yang boleh masuk tanpa izin ku kecuali saat asisten rumah tangga bantu buat bersihin. Itu pun kalau aku yang minta.
" Cah ayu."
Sontak aku kaget ada suara di belakang.
Saat aku berpaling ada Mbok Wiss, yang selalu kental mengenakan kebaya rumahan. Beliau memang dari tanah Jawa dan sudah ikut di rumah ini sejak kami pindah dari Jakarta. Itu juga bawaan dari keluarga Devan.
" Eh Mbok.. Ya ada apa?" Tanya ku sedikit bingung.
" mau kemana malam begini?" Tanya beliau dengan tutur bahasa lembut logat nya juga kental banged.
" Ke dokter kandungan" Sahut ku sambil merogoh ponsel yang bergetar di saku.
Ada panggilan masuk dari Susan.
Aku mengenadahkan bentar tangan kearah Mbok Wiss untuk izin angkat telepon. Beliau hanya manggut-manggut.
" Ya Sus.. ?
" Kamu dimana?" Tanya Susan di seberang sana.
" Ini mau otw!kenapa?
" Hujan Len. Ntar aja deh. Besok aja. Senin aja balik kerja! Kan ada tu senin dokter nya praktek.." Kata Susan.
" Ga! Aku udah dandan cantik ini! Hujan sih bukan alasan. Tunggu aku.. Okey awas kaburr" Ancam ku lalu mematikan telepon. Aku mendengus kesal. Ada ada saja Susan bikin alasan. Ntar senin alasan nya banyak kerjaan. Anak itu pinter ngelas.
Aku baru ingat dengn Mbok Wiis
" Eh ya mbok? Kenapa mbok nyari saya tadi?" Tanya ku.
" Ga kenapa napa Cah ayu. Cuman Tuan baru datang.."
Mulut ku membeo membentuk huruf O, lalu apa? Tanya ku di jawab bingung sama Mbok Wiss.
" Oke mbok. Makasih udah kasih tau. Saya berangkat dulu ya..." Kata ku lalu bergegas pergi.
Dia mau datang kek, pergi kek. Aku ga peduli. Toh. Sejak pindah ke sini. Asisten nya Rudy. Menyampaikan saat kasih tau kamar ku yang ga sekamar dengan nya. Ia menjelaskan kalau di rumah ini privasi masing masing dan bisa hidup normal seperti sebelum nya. Gila kan! Orang kaya itu ngomong aja harus di sambungkan sama asisten nya. Tentu saja aku senang bukan kepalang.
Aku menuju mobil minibus kecil yang punya level biasa saja. Mobil ku yang aku beli dengan uang sendiri. Si merah yang tak setanding dengan mobil bmw di sebelah nya. Aku sampai lupa mobil tuan rumah ini seperti apa toh aku tak peduli, dan kebetulan Rudy baru keluar dari mobil itu. Kilauan rambut nya langsung bikin mata ini sakit.
" Mba Alena, mau kemana?"
Tanya nya.
" Dokter kandungan" Sahut ku seraya masuk dalam mobil. Aku tak terlalu menganggap mereka ada. Anggap saja mereka itu ilusi di dimensi lain.
Aku memarkir mobil di dekat kost an nya Susan. Tempat ini sudah sering ku jambangi setiap jemput Susan. Dan dengan luwes aku langsung menuju lantai 2. Tapi kaki ku terhenti. Pintu kamar kost nya ga tertutup rapat. Di sana ada pria yang pernah aku liat wajah nya di depan Outlet Pakaian di mall. Jelas sekali. Itu Hendra ! Model yang sering di bicarakan Nita juga. Masih di antara ga yakin sih Tapi wajah nya memang sama. Jadi Susan berhubungan dengan laki laki itu!
Kututup mulut ku yang kaget. Apa jangan jangan dia si penanam saham dalam perut Susan!!!
Tadinya mau masuk tapi suara keras terdengar.
" Gugurkan bayi itu... " Bentak Hendra keras membuat Susan menjengkit kaget dan ketakutan ia menggeleng kuat kuat, bibirnya mencoba tidak bersuara. Rasanya kaki ku ingin sekali melangkah lagi tapi aku tau ini bukan batas ku.cukup mengawasi Susan dari sini.
Berharap Hendra tidak melakukan kekerasan, kalau sampai menyakiti Susan. Dia akan berhadapan dengan ku!!
Kamu tau kan posisi ku bagaimana!!! Kalau mereka tau kamu sampai hamil. Tamat sudah! Teriak pria ini. Pria yang Susan sukai dan pria ini model. Dan sekarang sedang di puncak karir.
" Ga bisa Hend, aku ga mau... " Pinta Susan akhirnya terisak. Ia memeluk erat tangan Hendra yang lantas langsung menepisnya.
" Itu bukan bayi ku!! Jangan lupa kamu bisa tidur dengan siapa saja! Kalau masih ingin hubungan kita lanjud! Gugurkan bayi itu!! Mengerti! Ucap nya lalu malah mendorong Susan hingga ia terjerambab kelantai. Dengan angkuh nya pria ini angkat kaki di tengah tangis Susan disana.
Saat ia membuka pintu lebar lebar hendak keluar.
Bruk...
Ku pukul kepalanya dengan tas Valentino ku yang punya duri runcing di bagian depan nya. Mampos..rasakan tas ini mau nyiplok ******** kayak kamu....
Hendra memekik mundur dengan jeritan kesakitan di hidung nya, kulihat darah segar keluar saat tas itu kutarik.
" A*jing sialan... Mau kabur kamu hah.. , ngatain itu bukan anak kamu... Bang*at...."
Aku kembali menyerang. Kali ini ku ayunkan tas ini. Membuat ******** ini jadi was was. Tapi tak membuat nya takut mehadapi ku.
"Siapa kamu!! Ga usah ikut campur, sialan.. Jalang sialan.. Akan ku laporkan kamu ke polisi.. Ini penganiayaa... Duh muka ku..." Teriak nya marah besar apalagi wajah ganteng nya sudah aku beri oleh oleh.
" Silahkan. Jadi orang-orang tau siapa Hendra Chris Joseph itu hanya pengecut! Ah jangan lupa udah hamilin sahabat ku! " Balas ku tak gentar. Sungguh rasanya ingin ku cekik batang leher nya itu sampai ceking.
Ia malah menyunggingkan senyum!
Oh ya coba saja. Kalian ga ada bukti dan kamu... Ingat ini akan aku balas.. Sialan jalang Anj-
Bruk..
Selangkangnya langsung aku tendang. Aku tersenyum puas.
" Rasain.. Mampus deh.."
Pria ini langsung menunduk tanpa suara. Lalu tumbang kelantai dan menjerit nyaring sekali sampai kuping ku berdenging, beberapa detik kemudian. Hingga ada dua pria lain muncul. Kayak nya itu bodyguard nya atau teman nya mungkin. Tapi badan nya gede banged kayak raksasa saja.
Mereka syok melihat Hendra disana gulung gulung kesakitan. Atas bawa kena!
Aku menuju kearah Susan membantunya yang sedari tadi tampak kesakitan di bagian perut nya.
"San.. Kamu ga papa..?" Tanya ku panik. Tapi kemudian mata ku melebar melihat noda darah di jins yang ia pakai.
" My god...darah darah.. Sus.. "Pekik ku syok.
" Tangkap wanita itu.." Seru Hendra kepada dua teman nya.
" Pergi Len.. Lariii..." Suruh Susan berusaha bangun.
Aku bingung, antara Susan yang perlu pertolongan dengan 2 pria berotot kekar yang langsung kearah ku.
Lantas Susan mengambil selimut di sebelah nya melempar tepat ke arah pria pria itu. Mereka jadi mirip kucing mengamuk dalam karung. Dengan sorot yang memerintah Susan menyuruh ku lari.
Aku harus bagaimana.
Oke aku akan lari dan segera menghubungi polisi. Pikir ku sejenak dan langsung mengambil langkah seribu, bertepatan saat itu kedua nya berhasil menyingkirkan selimut tadi lantas dengan gesit balik haluan mengejar ku seperti kesetanan.
Aku berlarian menuruni tangga. Mobil ku ada di sana tapi kunci, ponsel dan lain lain di dalam tas. Dan itu tertinggal di sana, aku lupa bagaimana terlepas intinya sekarang aku bagaimana sekarang..!
Dengan tungkai kaki yang lebar nafas juga semakin di buru aku hanya bisa lari dan lari, dua pria tadi lari nya lebih kencang dari aku. Tak tau seberapa lama dan jauh aku lari. Harus nya aku lari menuju jalan raya untuk minta pertolongan tapi langkah ku malah hanya masuk ke dalam jalan jalan rumah rumah disana hingga aku menemukan jalan besar. Dan tampak sebuah bar. Aku masuk kesana saat kaki ini rasanya mati lemas. Tempat yang agak temaram dan tentunya penuh dengan orang orang yang bisa di bilang mulai mabuk dan mabuk. Aku berjalanan bersisihan dengan nafas memburu, sementara kulihat pria pria tadi ada di depan Bar ia juga masuk dengan langkah yang sama mencari cari. Aku harus mengelabui mereka pikirku, Pertama ku ikat rambut ku hingga menguncir, kedua melepas cardigan dan hanya mengenakan kaos berlengan tali spageti. Ketiga aku harus mencari sudut untuk bisa mengelabui pria pria itu, tapi pikiran ku tak berjalan mulus. Salah satu dari mereka melihat keberadaan ku, lantas aku segera menepi dan menerobos masuk ke jalan gang lain. Seperti nya luar dari bar ini cahaya nya malah lebih terang, kenapa langkah ku selalu tak mendukung. Ku percepat langkah hingga ada yang datang dari sisi lain. Dan aku mengenalinya.
"J"
Dia mengenakan kaos polos yang membungkus porsi tubuh nya yang aku bilang bidang dan keren itu kaos putih yang sukses membuat pria ini sangat klop dengan jins sobek nya. Rambut nya tidak serapi saat bekerja, hanya disisir acak tapi ini lebih keren bahkan sangat manly dengan tekstur wajah bersikuk tajam dan sangat laki laki sekali itu. Aku rasa ia juga mengenali ku tapi bukan saat nya untuk tegur sapa aku perlu dia.
Dengan cepat J ku dorong ke dinding dan ini tindakan absrud yang tercetak dalam sejarah riwayat ku. Ku tangkup rahang milik nya yang tegas itu dan meraup bibir penuh disana tanpa izin. Aku mendorong tubuh ku ke dinding. Memojokan ia dan kurasakan aura dua laki laki tadi yang juga datang, melihat kegiatan kami yang mungkin ia pikir aku wanita lain yang sedang berciuman dengan pasangan nya lalu memilih tidak ikut campur.
Tangan ini ikut menyusup kedalam rambut J, menarik bagian rambut nya.
Karena kondisi ku yang ketakutan, sedangkan bibir ini hanya bergerak alami, menempel saja bukan mencumbui J dengan rakus.
Siluit dua pria tadi menghilang di gang sisi lain, dengan nafas terengah aku melepas ciuman kaget ku. Nafas ku masih sangat berpacu tidak karuan.
Aku tau aku harus menjelaskan padanya. Tapi tidak sekarang aku harus minta bantuan untuk Susan.
" Tolong pinjami aku ponsel!" Pinta ku menadahkan tangan dengan permintaan menuntut.
J tampak masih kagok tapi juga menurut dengan seribu bahasa.
Terdengar suara pria tadi, apa mereka curiga dan langkah besar yang berlari. Apa mereka sadar! Sial.
Aku harus segera kabur, benar saja sosok mereka muncul sambil berteriak menunjuk nunjuk. Aku melotot syok bersiap kabur lagi. Selangkah lebih cepat mereka nyaris menjangkau ku. Tapi kurasa J bisa memahami keadaan. Ia menghalangi mereka dan lantas terjadi adu fisik. Aku bisa saja lari tapi J? Oh..
Kulihat ia benar benar akan mati kalau melawan dua pria berpostur mirip raksasa itu.
Dengan sangat intens dan rasa takut luar biasa kulihat J benar benar melawan mereka, walau tubuh nya tidak kecil ia tampak kuat saat pukulan salah satu nya mengenai wajah nya. J hanya termundur beberapa langkah dan kembali menyerang.
Aku tak bisa memprediksi siapa yang akan menang. Aku harus bantu J lalu masuk kedalam bar berlari disana hingga kurasa aku menemukan penjaga Bar. Mereka mudah ditemukan karena tubuh nya tak kalah besar dan mengawasi tempat itu dengan seksama.
" Ada keributan pak! Di sana! Teman saya di keroyok" Cecar ku dengan nafas memburu.
Pria ini lantas mengajak beberapa teman nya dan mengikuti langkah ku menuju tempat kejadian.
Saat aku kembali J membungkuk di jalan itu dengan tendangan bertubi mehujam perut nya.
" Woy kalian" Teriak pria di belakang ku dengan menunjuk. Lantas mereka berlari dan ikut menyerang absurd orang orang Hendra. Aku menghampiri J yang meringis kesakitan.
Kulihat pipinya agak memar.
" Ya ampun J. Maaf.. Aah.. Aku akan membawa mu " Kata ku dengan rasa bersalah luar biasa. Ku bantu J berdiri dengan memapah tubuh nya yang besar. Punggung ku rasanya berat tapi aku kuat kok!
" Aku ga papa Mba Alena..." Ucap nya mencoba menegakkan tubuh ku untuk mengurai bantuan ku.
" Panggil saja Alena, J.. Aku berhutang banyak padamu" Kata ku mencoba memberikan senyum tulus ku. Kulihat sudut mata nya nampak tersenyum cerah dan tentu ada undangan siratan dari sana.
*
Aku sudah menghubungi polisi dan memberikan alamat Susan. Aku juga menghubungi Nita untuk mendatangi kost an Susan! Beruntung aku mudah ingat nomor telepon Nita yang lebih banyak angka double. Dan sekarang aku berada di salah satu pos jaga di sana. Kepala ku rasanya sangat pening mengingat rentetan masalah. Andai saja tadi aku tertangkap entah apa yang di lakukan Hendra! Aku sudah merusak wajah pasaran nya dan melukai aset berharga nya.
"Minum lah.. "
J datang menyodorkan soda dingin. Aku segera mengambil nya dan meminum separo isinya. Rasanya benar benar segar.
" Thanks J, apa kamu baik baik saja? Tanya ku menukik ke wajah tampan nya yang sekarang ada warna merah di rahang pipinya. Ia menyebik tertawa singkat, manis sekali senyum nya.
Ga papa ini hanya perih sedikit, tutur nya tapi aku masih merasa bersalah.
" Coba kamu mendekat" Pinta ku.
J menurut, ku taroh kaleng soda yang masih terasa dingin nya itu ke sisi memar, J tampak kaget saja saat kaleng menyentuh memar nya selebih nya ia tampak hanya menahan sakit. Itu asli nya pasti sakit sekali. Mungkin wajah nya kena tonjok atau tendang. Aku sampai meringis sambil menekan kaleng soda.
" Maaf kan aku J, melibatkan mu! Ini pasti sakit sekali! Apa perlu ke rumah sakit? Tanya ku lalu melihat matanya disini aku ga kuat! Desiran aneh menyusup. Apalagi mengingat aku mencium bibir penuh itu, meski cuman nempel tapi tetap aja bikin dag dig dug duar sekarang.
Ya ampun rasanya kalau saja lampu disini ga terlalu terang, wajah ku semerah kepiting rebus.
J menjengkit kaget mungkin karena aku terlalu menekan kaleng, spontan ia memegang tangan ku. Saat itu tatapan kami terkunci. Nafas ku serasa pendek sekarang.
" Aku baik baik saja" Ucap nya dengan suara intens dengan nada rendah. Sedangkan mata ku malah tersedot kedalam mata nya. What The Hell.. Alena!! Ingat siapa kamu!
Sontak jiwa lain menegur ku.
aku menarik mata ku dan segera turun dan sana. Bisa kurasakan jantung ku berdetak aneh, benarkah barusan bahkan ia seolah mendekatkan wajah nya, apa dia mau mencium ku? puuuh... Ayolah Alena! Hentikan kegilaan ini. Jangam geer dulu!
Aku terbata bata bingung pada situasi barusan." Aaa aku. Harus memastikan Susan baik baik saja. Bisa aku minjam uang J? Uang ku ketinggalan dalam tas" Jelas ku sukses mencairkan suasana aneh tadi.
" Tentu! Aku akan menemani mu kesana Alena" Ujar nya terdengar hangat saja tanpa embel mba, dan kenapa rasanya ada yang nyelekit didada ini.
Aku mengangguk kikuk dengan sejuta pesona yang ia tinggalkan. Sumpah apa ini artinya aku jatuh cinta pada J?
Kami tiba di Kost-an Susan. Disana sudah ada petugas polisi dan juga mobil Ambulans. Susan di masukan dalam mobil itu di dampingi Nita.
Susan tampak ingin menangis melihat ku yang menghambur kearah nya.
" Kamu baik baik saja kan San? nit??" Tanya ku beralih alih pada Susan dan Nita yang agak bingung melihat J ada disana. Tampak juga rasa kagum nya pada sosok J yang tanpa segaram OB. Nita masih sempat sempat saja ngecengin cowok.
" Entahlah Len.. Perut ku sakit banged" Ujar Susan dengan sorot menyedihkan.
" Hanya satu orang, cepat!!" Seru petugas medis di belakang. Aku mundur dengan memberi kekuatan pada Susan.
Nit, aku akan menyusul kalian, kata ku sebelum pintu Ambulan itu di tutup.
Sebelum aku menyusul mobil ambulan yang sudah melaju itu petugas polisi menghampiri ku, aku rasa aku benar benar akan melaporkan Hendra! Ya walau manusia itu sekarang tidak ada di tempat! Ia harus mempertanggungjawabkan perbuatan nya.
Selesai memberi keterangan pada petugas polisi aku kembali menghampiri J yang menunggu ku sambil mengesap rokok. Ia segera menginjak putung rokok saat aku datang.
" Aku akan memberi keterangan pada polisi di kantor nya. Pulang saja J, terimakasih sudah banyk membantu" Kata ku.
" Sama-sama, Alena! Apa perlu aku temani ke sana?" Tawar nya lagi.
" Ga perlu! Aku akan ikut mereka! "
J melihat kebelajang seolah memastikan. Ia lalu mengangguk.
"Baiklah. Bisa pinjam ponsel kamu?
Aku yang bingung hanya bisa menurut. Ku taruh ponsel ku ke tangan nya
" Hubungi aku kalau apa apa" Kata nya setelah memasukan nomornya.
Aku mengangguk sembari menerima panggilan dengan keterangan Jordan! Saat itu ia menempelkan ponsel nya ke telinga nya.
Itu nomor ku.. Ucapnya menjelaskan sambil tersenyum.
Aku mengangguk dan menyelami tatapan nya yang sambil berlalu menghilang dengan motor yang ia pakai. Rasanya hati ku dibawa juga oleh nya!!!
J.. Jadi nama nya Jordan?
Jordan.. Nama nya seperti sama dengan seseorang..
Aku mengendik mengabaikan firasat yang sempat muncul.
***
Di kantor polisi!!
Aku kaget melihat ada Hendra di sana dengan seorang pria berstelan jas eksekutif. Seperti pengacara. Apa yang ia lakukan!! Pikir ku menebak nebak.
" Nah ini dia wanita yang menyerang saya..." Tiba tiba ia menunjuk ku arah ku.
What!! Aku merasa terpojok disana.
" Pak.. Dia laki laki yang tadi menyakiti teman saya pak!! Cecar ku tak kalah brutal dengan serangan Hendra.
" Apa! Hey.. Nona.. Lihat wajah ku baik baik!!! Ini ulah kamu kan???" Tanya nya menunjuk wajah nya yang lebam. Tusukan tas ku masih berlubang disana. Senyum nya melebar! Sialan! Hendra punya bukti fisik lebih dulu. Terlebih ia sudah membawa pengacara sangar di sebelah nya. Apa ini sudah ia atur lebib dulu! Ya.. Pasti! Pasti ia melihat polisi yang datang ketempat Susan lalu menunggu ku disini untuk unjuk gigi siapa yang lebih unggul disana! Ia dengan bukti kuat dan seorang pengacara disebelah nya!!
kurang ajar!! Ingin sekali ku kasih bonus lubang di wajah nya lagi.
" mba Alena, silahkan ikut kami" Kata petugas polisi yang berada di belakang Hendra. Lihat senyum pria menjijikan ini sangat ingin kutarik sampai pipinya melebar.
" Saya akan menghubungi pengacara saya juga pak" Kata ku percaya diri, lantas pria itu seolah ingin tertawa! Aku memang asal bicara, tapi aku tidak mau disongngongkan kutu busuk itu disana.
Kemudian aku di periksa dan di intograsi sebagai terlapor dan point point disana sangat menyudutkan aku sebagai pelaku penyerangan. Bahkan pasal pasal kurungan nya juga membuat ku bergidik. Otak ku berpikir keras bagaimana cara nya menyelesaikan ini dan membalas si kutu busuk itu. Ia tak boleh menang! Ia sudah jelas melukai Susan dan nyaris mencelakai ku. Tapi aku tak punya bukti kuat! Aku perlu pengacara hebat melebihi pengacara nya! Tapi siapa dan bagaimana aku bisa mendapatkan pengacara itu.
Otak ku buntu! Meski ada satu jalan yang ada, tapi... Tidak... Tidak mungkin!! Namun hanya dia yang bisa membantu ku. Aku masuk sel Hendra, akan berhaha-hihi. Enak saja!!
Hingga akhirnya ku ambil ponsel dan mencari kontak Rudy! Asisten Devan Alexander Hurmous.
Deringan demi deringan membuat ku gugup. Ini sudah tengah malam buta. Apa ia tidur?? Ayolah cowok klimis sejagat raya!! Angkat telepon nya...
Apa benar aku menggunakan Jasa orang Devan! Ia orang terkemuka disini pasti ga masalah kan meminjamkan salah satu pengacara nya untuk membuat wajah songong Hendra itu semerawut. Lagian yang aku hubungi hanya orang nya saja. Dia pasti tidak tau. Pikir ku berkecamuk setiap sambungan telepon ini terhubung.
Sampai akhirnya Rudy mengangkat telepon ku.
" Hallo. Iya nyonya..." Suara Rudy sukses membuat ku tak bisa mundur lagi.
" Malam Rudy! Bisa ke kantor polisi sekarang! Aku perlu pengacara" Ucap ku sekali tarikan nafas.
" Baik nyonya " Sahut Rudy singkat dan cukup membuat ku bisa bernafas lega.
Aku menunggu dengan hati was was terlebih ada pengacara Hendra yang masih memberi laporan disana aura nya sangat ingin menjobloskan ku ke penjara malam itu juga, dan gaya nya ya ampun! Aku rasa itu pengacara sama blagunya dengan Hendra!!!
Hingga kantor itu kedatangan pria dengan rambut licin disisir ke belajank, mengkilat! ia mengenakan kacamata lengkap dengn atribut aneh di pakaian nya. Khas Rudy sekali! Yang lebih mencengangkn ia membawa sekitar 5 pria-wanita yang berbau hukum wajah merek tak ada sudut lembut nya seolah ingin menjelaskan ke dunia taring mereka mereka tak bisa di remehkan! Bahkan siluet sosok pengacara handal yang terkenal di Indonesia juga mancanegara muncul di belakang dengan langkah bak selebriti, lekungan jam mahal mrngikari pergelangan tangan nya dan briliant2 cincin menekuri di jari pria berkulit sawo matang ini, dengan stelan jas berwarna ungu senada warna dasi nya! Gaya nya khas sekali, lengkap dengan tampang beliau yang cukup memberikan aura tajam kepada senua yang ada disini!!!
Aku meneguk air liur! Serius Rudy membawa pengacara itu? Sontak rasanya aku ingin bersorak sorai. Tampak sekali kekagetan di wajah pengacara kutu busuk itu! Level nya masih jauh melawan backingan yang Rudy bawa.
" Malam Nyonya..." Sapa Rudy dengan sopan menunduk pelan dengan rambut klimis nya.
" Malam Rud" Sahut ku mantap jiwa.
Sungguh aku ingin menari. Silahkan di proses pak.. Mereka pengacara saya, seru ku dengan nada bangga.
Mampos kamu Hend.. Nikmati senjata makan tuan!!!
" Anda pulang saja, biarkan pengacara yang mengurus " Kata Rudy yang kutunggu tunggu. Tentu aku tak punya waktu untuk ikut berdebat dengan mereka. Aku harus ke Rumah Sakit!
" Iya Rudy! Terimakasih banyak! Tapi bisa kan aku menumpang ke Rumah Sakit?" Pinta ku lagi
Rudy membenarkan letak kacamata nya sebentar. Ia terlihat ragu.
' itu.. Baiklah.. Nyonya..."
Seketika aku menyesal mengucapkan itu! Aku tak tahu kalau Rudy datang bukan hanya dengan tim pengacara tapi juga ada Tuan kami di dalam mobil mewah yang sekarang aku masuki. Serasa berada di kutub utara. Mobil ini mendadak seperti gunung es yang sangat dingin siap membuat darah berhenti mengalir dan mematahkan tulang nya.
Aku sangat blank sekarang, aku pikir Tuan Besar ini tidak tau. Bahkan aku berharap tidak melihat nya karena enggan mengucapkan kan terimakasih lha lantas... Dia sudah persis disebelah ku dengan wajah mirip robot menghiasi!
Kulihat Rudy juga tampak cemas di depan sana sesekali ia melirik ke belakang di mana aku duduk mirip patung ekskimo yang tak bergerak.
Mobil itu bergerak pelan. Tak ada percakapan di bangku tengah dimana aku dan Devan duduk. Bahkan tubuhku rasanya mau menyatu dengan handle pintu itu. Hey jangan kan percakapan bertemu muka saja aku lupa terakhir kapan. Rasanya tahun lalu ah bukan dua tahun lalu saat acara singkat pernikahan itu. Bahkan aku lupa bagaimana wajah nya.
Kenapa mobil ini lamban sekali. Tubuh ku rasanya beku. Aku hanya mengenakan baju tanknop tipis yang menurut ku sangat terbuka dan tak nyaman. Harus nya tapi aku minjam jaket Susan ato baju J gitu?
Akhirnya sampai juga di parkiran Rumah Sakit, setelah jiwa ini nyaris hilang membeku selama di perjalanan yang terasa sangat panjang!!
Aku sudah tak sabar ingin tahu keadaan Susan.
" Jangan berkeliaran telanjang seperti itu" Suara baritton Devan yang lama tak ku dengar dan asing ini menghentikan tangan ku saat mau membuka pintu.
" Ingat siapa kamu! Jangan membuat malu nama ku lagi!
Hmmmppp. Ini peringatan nih cerita nya?? Hey aku hanya minjam pengacara nya satu salahkan Rudy yang membawa 1 tim! Rasanya ingin kulontarkan itu tapi siapa yang berani menyanggah aura Devan yang mematikan ini.
" Rudy! Kamu bawa jaket?" Tanya nya lebih memerintah.
Rudy kelabakan. Jelas ia hanya mengenakan kemeja saja. Ia lalu melihat kearah supir yang ikut menggeleng. Mereka dalam mobil siapa juga pakai Jaket.
Aku tak bisa menunggu jaket siapa dan untuk apa, ku buka pintu tanpa izin masa bodoh dengan pakaian ku sekarang. Toh tadi aku berkeliaran di kantor polisi dengan baju ini walau tak menepik mata mereka seperti tak bisa mengontrol ke bagian tubuh ku yang menonjol.
" Berhenti..."
Lengan ku dicekal. Sentuhan panas dan kuat. Refleks aku menoleh pada Devan. Wajah yang aku lupakan dua tahun silam. Aku melihat nya sekali saat berlangsung nya ijab kabul. Wajah nya masih sama. Masih tegas dan tampan. Dengan sudut mata cokelat madu yang mempesona! Bahkan aku ingat pernah mengagumi lekuk wajah Devan yang rupawan ini waktu pertama melihat nya di acara pernikahan!! Tapi level dan siapa aku membuat batasan yang tak bisa di jangkau. Dia seperti kaisar Raja dan aku hanya seorang pelayan yang di angkat jadi Ratu!
" Kamu tidak mendengar ku! " Timpal nya dengan nada geram. Ia melepas cekalan nya sesaat.
Kulihat ia melepas Jas yang ia pakai dengan gusar.
" Apa ini?" Tanya ku bodoh saat ia memberikan jas itu padaku.
Aku mendelik sadar dengan pertanyaan ku dan segera mengambil nya hati hati. Kudengar ia membuang nafas dengan kasar.
Dengan cepat ku kenakan jas itu meski kebesaran tapi cukup membuat tubuhku terbungkus apik. Aku segera keluar dari mobil itu. Berjalan melawan arah dengan cepat. Pikiran ku saat ini Susan. Aku mencari ponsel ku berniat menghubungi Nita.
Saat aku mencari ponsel itu. Tersengar suara deru motor keras dari belakang. Aku mengabaikan nya karena mungkin itu hanya salah satu pengunjung Rumah Sakit lainnya. Tapi yang kurasakan adalah saat suara itu seperti tembakan angin yang sangat cepat tubuh ku di tabrak dengan keras. Sakit.. Sakit sekali seolah tulang ku di tarik paksa dari tubuh ku.
Kulihat arahan yang cepat. Dan hantaman lain kurasakan. Tubuh ini terjun bebas. Hingga bunyi tubuh ku sendiri aku bisa mendengarnya. Nafas ku terputus putus dan suara motor yang menabrak ku telah berlalu. Kulihat sorot pandang yang mengabur. Aku ingat aku tergeletak di jalan parkir itu tubuh ku rasanya sakit sekali dan cairan merah kulihat keluar dari tangan ku. Mengalir sempurna di mata ku yang mengabur.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!